manajemen lingkungan

18
Manajemen Lingkungan 1 Resiana Si mbolon 3111120039 | Risma In dah Purn ama 3111120014 1 MANAJEMEN LINGKUNGAN 1. Definisi Untuk menjelaskan definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen secara umum sebagai berikut : 1. Manajemen menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses merencanakan,mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan prosespenggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan- tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. 2. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatanmerencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Dan banyak definisi lain, namun pada intinya manajemen adalah sekumpulan aktifitas yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait dengan tujuan tertentu. Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan  sekumpulan aktifitas merencanakan,mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.  Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk  perencanaan) yang menentukan dan memb awa pada implementasi kebijakan lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi terpecah-  pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya.

Upload: risma-indah-purnama

Post on 11-Oct-2015

379 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

manajemen lingkungan

TRANSCRIPT

Manajemen Lingkungan

Manajemen Lingkungan18

MANAJEMEN LINGKUNGAN1. DefinisiUntuk menjelaskan definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen secara umum sebagai berikut :1. Manajemen menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses merencanakan,mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan prosespenggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.2. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatanmerencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3. Dan banyak definisi lain, namun pada intinya manajemen adalah sekumpulan aktifitas yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait dengan tujuan tertentu.

Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia.

Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan,mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasukperencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998).Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).

Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996), sistem manajemen lingkungan (EMS) adalah 'that part of the overall management system which includes organizational structure planning, activities, responsibilities, practices, procedures, processes, and resources for developing, implementing, achieving, reviewing, and maintaining the environmental policy'.

Jadi disimpulkan bahwa menurut ISO 14001, EMS adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai sasaran kebijakan lingkungan. Sehingga EMS memiliki elemen kunci yaitu pernyataan kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang lebih luas.Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan dalam 2 macamyaitu:1. Lingkungan internalyaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi. Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi pegawai, dll.2. Lingkungan eksternalyaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi. Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah, pelanggan, investor/pemilik).

Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll.

Yang dimaksud dengan lingkungan pada tulisan ini adalah yang dicakup dalam sistem manajemen lingkungan ISO 14001, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan internal dan eksternal.Elemen pokok manajemen lingkungan sesuai dengan definisi diatas terkait dengan aspek lingkungan dan dampak lingkungan.

2. Aspek LingkunganDiantara definisinya adalah :Aspek lingkungan didefinisikan adalah elemen dari aktifitas organisasi, produk dan jasa yang dapatberinteraksi dengan lingkungan.Contoh : konsumsi air, pengeluaran zat beracun ke udara (GEMI,2001).Elemen dari aktifitas, produk, atau jasa perusahaan yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkandampak lingkungan (EPA, 1999).Atau dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan dalam diagram input-output proses produksi adalah semuaelemen yang termasuk dalam non-produk atau by-produk.Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 1999):1. Biaya pembuangan limbah2. Dampak pada kesehatan manusia3. Biaya material4. Tingkatan toksisitas5. Konsumsi energi6. Dampak pada sumberdaya, seperti buruh7. Dll.

3. Manajemen lingkungan perusahaanPraktek manajemen lingkungan perusahaan ditujukan agar menyatu dengan praktek manajemen bisnisumum, seperti telah dinyatakan oleh ISO 14001.Praktek manajemen lingkungan perusahaan sendiri perkembangannya banyak diinspirasikan olehevaluasi implementasi ISO 14001.Seperti saat ini banyak bermunculan unit-unit belajar di perguruantinggi seluruh dunia yang khusus mempelajari Corporate Environmental Management, seperti di MIT,Harvard University, Lund University, dan berbagai kampus ternama lainnya.Alasan manajemen lingkungan banyak dipelajari adalah karena perkembangan keilmuan manajemenlingkungan yang dianggap banyak kalangan akademisi ternyata sangat penting dalam ikut menentukanperkembangan bisnis dunia dimasa mendatang.

Aspek manajemen lingkungan yang berfokus fisik seperti definisi lingkungan secara tradisional,ternyata berpengaruh pula secara non-fisik dalam hal moralitas dan aspek modal spiritual manusiapelakunya. Pertanyaan yang terkait dengan ini adalah: Bukankah manajemen lingkungan berfokus padafisik dalam bentuk perlindungan lingkungan? Lalu apa hubungannya dengan aspek non-fisik?

Memang praktek manajemen lingkungan selama ini berfokus pada perlindungan lingkungan danmemang berakar dari sasaran fisik lingkungan tersebut. Namun pada prakteknya, pada perusahaan yangtelah mengimplementasikan ISO 14001, bila melakukannya dengan baik, akan ditanggapi karyawan denganlebih banyak menyebutkan dampak intangible-nya yaitu peningkatan motivasi kerja (karena keamanan dankeselamatan kerja diperhatikan perusahaan), peningkatan kepercayaan karyawan terhadap kebijakan yangditempuh manajemen, peningkatan citra perusahaan dikalangan karyawan, dst. (Hillary, 2000; Purwanto,2002).

Aspek-aspek peningkatan citra dan kepastian kelangsungan bisnis inilah yang juga menjadi sebabutama banyak perusahaan mencari sertifikasi ISO 14001, dan memang terbukti berpengaruh demikian. Jadipraktek manajemen lingkungan yang baik akan selalu terkait dengan aspek intangible misalnya citraperusahaan dan kepercayaan karyawan. Dalam hal lain justru inilah yang diperlukan bila perusahaandituntut untuk menjadi sistem organisasi belajar (learning organization) yang diperlukan sistem perusahaanera informasi masa depan.

DIMENSI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN YANG DOMINANTERHADAP UPAYA PRODUKSI BERSIH PERUSAHAAN( Studi Kasus Industri Pengolahan Karet Remah )

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangKaret alam (Hevea braziliensis) merupakan komoditas tradisional sekaligus komoditas ekspor yang cukup penting peranannya sebagai penghasil devisa Negara dari sub-sektor perkebunan. Hingga saat ini komoditas karet masih menjadi tumpuan matapencaharian tidak kurang dari 8 juta keluargapetani, terutama di Sumatera dan Kalimantan.Luas areal tanaman karet mencapai 3,32 juta Ha, dimana hampir 85 % merupakan perkebunan rakyat, selebihnya adalah Perkebunan Negara dan Swasta. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand, Indonesia diperkirakan akan memproduksi 1,95 juta ton karet alam pada tahun 2004 atau naik dari tahun 2003 yang sebesar 1,79 juta ton.

Produksi karet alam Indonesia tersebut hampir seluruhnya (sekitar 95 %) ditujukan untuk pasar ekspor dengan total perolehan devisa untuk tahun 2003 mencapai US$ 1.494,625 juta, atau meningkat dibanding tahun 2002 yang hanya sebesar US$ 1.038,387 juta.Negara tujuan ekspor karet alam Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah luas, dan kini sudah mencapai 166 negara. Dari sebanyak 166 negara tujuan ekspor karet alam Indonesia tersebut terdapat beberapa negara pengimpor terbesar antara lain AS, Jepang, Cina, Singapura, Korea Selatan, Jerman, Kanada, Belgia dan Prancis. Mengingat produksi karet alam Indonesia sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor, maka Indonesia perlu mencermati berbagai perkembangan tuntutan konsumen global.

Pada berbagai negara perkembangan isu lingkungan kerapkali dikaitkan dengan dunia usaha, beberapa negara konsumen misalnya berlandaskan kekuatan pasarnya yang tinggi telah mengembangkan program ekolabel pada perdagangan global sejak 1996 mengisyaratkan perlunya industri memiliki sistem manajemen lingkungan yang komprehensif.

Agar efisien dalam pengelolaan lingkungan, kalangan industri tidak lagi dapatbertumpu pada pendekatan pengolahan akhir pipa (end of pipe) yang tidak ekonomis.Pendekatan Produksi Bersih dalam mengatasi masalah pencemaran diyakini sebagai win-win solution bagi kepentingan lingkungan dan bisnis. Pendekatan yang menerapkan prinsip-prinsip efisiensi dan pencegahan pencemaran tersebut di satu sisi akan mampu mengurangi biaya produksi, sementara pada sisi lain kepentingan lingkungan juga terpenuhi.

Penerapan produksi bersih secara bertahap akan dapat membantu meningkatkan efisiensi, keuntungan, serta daya saing industri Indonesia di pasar global. Sistem manajemen lingkungan (Environmental Management System, EMS ) ISO 14001 diyakini merupakan alat bantu manajemen yang paling umum dimanfaatkan untuk tujuan produksi bersih, walaupun terdapat sistem manajemen lain seperti Baldridge Quality Award dan BalanceScorecard.

Walaupun strategi produksi bersih merupakan metoda kunci untuk mengharmonisasikan kepentingan ekonomi dan pemeliharaan lingkungan, namun realitas menunjukkan bahwa dukungan terhadap pelaksanaan produksi bersih dari perusahaan-perusahaan Indonesia masih belum cukup kuat.

Dengan demikian, identifikasi faktor-faktororganisasi yang berperan dalam menentukan keberhasilan pengelolaan lingkungan, khususnya produksi bersih di Indonesia, perlu dieksplorasi sejauh mungkin untuk memberikan masukan bagi berbagai pihak dalam menentukan arah kebijakan strategi pengelolaan lingkungan yang lebih efektif. Faktor-faktor organisasi tersebut perlu dikaitkan dengan dimensi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 yang merupakan perangkat bagi kebutuhan sertifikasi lingkungan.

1.2. PRODUKSI BERSIH DALAM SISTEMMANAJEMEN LINGKUNGANSistem Manajemen Lingkungan (Environmental Management System, EMS) dapat diartikan sebagai integrasi strukur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, mekanisme dan prosedur/proses, praktekoperasional, dan sumberdaya untuk implementasi pengelolaan lingkungan.Sistem Manajemen Lingkungan (SML/EMS) memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan kinerja lingkungan yang baik, melalui pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan. Menurut standar ISO 14001, SML mencakup lima unsur yang saling berkaitan yaitu : (1) kebijakan lingkungan, (2) perencanaan, (3) penerapan dan operasi, (4) pemeriksaan dan tindakan koreksi, dan (5) pengkajian manajemen. Kelima unsur terkait tersebut merupakan urutan proses yang merupakan suatu seri langkah penerapan yang saling berhubungan. Umpan balik kelima unsur dalam SML tersebut akan menjamin penyempurnaan kinerja lingkungan suatu perusahaan dan dapat dilakukan secara berkelanjutan (continual improvement).

Setiap organisasi tanpa batasan bidang kegiatan, jenis kegiatan, dan status organisasi dapat mengimplementasikan SML tersebut untuk mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik dan sistematis. Pada dasarnya produksi bersih menyangkut perlunya perubahan atau inovasi proses maupun produk, dan dapat diterapkan di unit kerja manapun. Karena sifatnya yang proaktif, produksi bersih dapat dijadikan sebagai alat bantu yang baik untuk perbaikan berkelanjutan. Introduksinya ke dalam EMS 14001 akan membawa pada percepatan yang terarah dan terukur, baik dengan indikator fisik maupun ekonomi. Keberadaan SML akan memberikan sarana yang lebih terstruktur bagi manajemenorganisasi untuk mencapai target pengelolaan lingkungan.

Penerapan produksi bersih memang bersifat spesifik untuk berbagai jenis industri.Namun begitu, dari hasil kajian terhadap keberhasilan penerapan produksi bersih di berbagai negara memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang menyangkut organisasi (dimensi sistem manajemen) kerap kali lebih menentukan dibandingkan dengan faktor- faktor teknis di lapangan. Untuk menilai efektifitas suatu organisasi dalam mengimplementasikan suatu strategi, tidak terkecuali strategi produksi bersih, dapat diadopsi model Seven-S McKinsey & Co.McKinsey & Co. mengemukakan perlunyamengenali tujuh faktor kunci yang dapat memberi pengaruh keberhasilan perubahan dalam sebuah organisasi, yakni Strategy (Strategi), System (Sistem), Structure(Struktur), Skills ( Ketrampilan), Staff(Staf), Style (Gaya), dan Shared Value (Nilai-nilai bersama).

Apabila salah satu dari ketujuhfaktor tersebut diabaikan maka prosesperubahan akan berlangsung lambat,menyakitkan, bahkan gagal. Setiap factorsama pentingnya dan saling berkaitan denganfaktor yang lain. Lingkungan dapatmenentukan faktor yang mana yang menjadikekuatan penentu dalam pelaksanaan strategitertentu.Ketujuh komponen dalam kerangka Model 7-S tersebut selanjutnya dapat diuraikandalam bentuk pernyataan-pernyataan dalamformat item kuesioner. Pada penelitian ini,model 7-S McKinsey & Co. tersebut akandigunakan sebagai kerangka untukmenganalisa dukungan dan hambatan dalamupaya penerapan produksi bersih dalamkonteks sistem manajemen lingkungan berdasarkan persepsi karyawan perusahaankaret remah (crumb rubber).

1.3. Tujuan PenelitianPenelitian ini bersifat explanatory, yang mempunyai tujuan untuk mengungkapkandimensi dominan sistem manajemenlingkungan yang berperan bagi pelaksanaanstrategi produksi bersih pada industrypengolahan karet alam. Berdasarkan hasilevaluasi faktor-faktor dominan dan kondisiproses produksi pada industri tersebut, selanjutnya direkomendasikan tindakan yang diperlukan bagi pengembangan produksibersih pada industri pengolahan karet alam.

1.4 Ruang LingkupKondisi yang dianalisis adalah industri hulu pengolahan karet alam, khususnya produkcrumb rubber. Sebagai dasar pertimbangannya adalah karena ekspor karetalam Indonesia didominasi (96,2 persen) oleh karet remah (crumb rubber, Standard Indonesian Rubber/SIR), sisanya sebesar 3.1 persen diekspor dalam bentuk RSS (RibbedSmoke Sheet) dan 0.7 persen dalam bentuk lateks pekat.Penelitian dan pembahasan diarahkan pada penilaian karakteristik system manajemen lingkungan perusahaan berdasarkan persepsi karyawan dan kondisi sistem produksi yang dikaitkan dengan upaya produksi bersih perusahaan.

2.METODE PENELITIAN2.1 Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Sumatera Selatan , Sumatera Utara, dan Jawa Barat dengan mengambil sampel sebanyak delapan perusahaan pengolahan karet alam khususnya industri yang mengolah bahan baku olah karet rakyat (Bokar) menjadi karet remah. Pemilihan perusahaan dilakukan secara purposive sampling, mengacu pada keragamanan perusahaan terutama dikaitkan dengan kegiatan pengelolaan lingkungan Sebagai unit sampel adalah karyawan perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu.

2.2. Analisa DataData yang dikumpulkan berupa data umum perusahaan karet remah dan data hasil penyebaran kuesioner.Kuesioner yang disebarkan terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1) bagian pertama berupa data-data umum responden, (2) bagian kedua berisi pendapat responden mengenai sistem manajemen lingkungan perusahaan dan karakteristik tuntutan lingkungan terhadap implementasi produksi bersih yang dipersepsikan responden, dan (3) bagian ketiga berupa pendapat responden berkenaan dengan upaya penerapan produksi bersih di perusahaan. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini diturunkan dari kerangka 7-S McKinsey, analisis sistem manajemen lingkungan, serta analisis konsep produksi bersih yang dikemukakan berbagai pakar dan peneliti relevan untuk mengungkapkan data perseptif, digunakan skala Likert dengan skala 1 5.

Untuk mengungkapkan dimensi-dimensi (factor-faktor)system manajemen lingkungan pada industry pengolahan karet alam digunakan analisis factor, Analisi Faktor berkaitan dengan identifikasi struktur dalam sekumpulan variabel-variabel yang diteliti. Tujuan utama analisis faktor adalah untuk mengelompokkan variabel-variabel manifest (item pernyataan) yang memiliki korelasi yang tinggi ke dalam satu kelompok dan meringkas informasi yang terkandung dalam sejumlah variabel awal menjadi sebuah set faktor yang hanya terdiri dari beberapa faktor saja. Selanjutnya dapat ditetapkan sebuah factor loading (muatan) dari setiap variabel ke dalam setiap faktornya. Input matriks data mentah bagi analisis faktor diperoleh dari konversi jawaban responden ke dalam skala Likert dengan aturan : Sangat Sesuai=5, Sesuai=4, Tidak Ada Pendapat=3, Tidak Sesuai=2, dan Sangat Tidak Sesuai=1.

Adapun penentuan dimensi system manajemen yang dominan terhadap upaya penerapan produksi bersih pada industry pengolahan karet alam dianalisis dengan koefisien korelasi Spearman.(14) Model awalyang digunakan untuk menjelaskan kinerjaproduksi bersih dengan sistem manajemen lingkungan perusahaan diilustrasikan padaGambar 1.

3.HASIL DAN PEMBAHASANDari delapan perusahaan yang disurvey, tujuh diantaranya merupakan perusahaan swasta dan satu perusahaan perkebunan negara.Dari ketujuh perusahaan swasta tersebut, satu perusahaan berstatus PMDN (PT. Badja Baru); tiga perusahaan berstatus PMA berafiliasi ke perusahaan induk di Jepang (PT. Aneka Bumi Pratama, PT. Muara Kelingi II, dan PT. Kirana Sapta); dan tiga perusahaan berstatus PMA yang berafiliasi ke perusahaan di Singapura (PT. Remco, PT. Sunan Rubber, dan PT Hok Tong).

Secara umum penanganan limbah padat yang dilakukan hanya terbatas pada penimbunan (landfill) lahan berawa bagi lingkungan pabrik maupun memenuhi permintaan masyarakat sekitar pabrik. Hingga saat ini penanganan limbah padat masih belum memberikan nilai komersial, kecuali pada PT. Aneka Bumi Pratama telah melakukan transaksi komersil walaupun tidak rutin dari limbah karet yang dihasilkan.Limbah padat yang dominan adalah pasir, tatal, dan limbah karet produksi. Proporsi limbah padat berupa pasir cukup tinggi berkisar 3-11% dari bobot bahan baku olah karet rakyat (bokar).

Untuk penanganan emisi bau umumny digunakan scrubber pada cerobong asap setelah proses pengeringan akhir. Emisi bau yang berasal dari proses pre-drying masi dirasakan cukup mengganggu bagi masyarakat sekitar. PT. Badja Baru dan PT Hok Tong mencoba mensiasati dengan tida melakukan pre-drying pada kamar gantung namun memanfaatkan sistem lipat. Siste lipat pada proses pre-dring sedikit banyak cukup mengurangi emisi bau dari kegiatan pre-drying. Disamping itu PT. Hok Tongmelakukan penyemprotan minyak atsiri dan PT. Badja Baru memanfaatkan asap cair dari hasil pengolahan arang untuk absorban bau di lingkungan pabrik.

Terdapat perbedaan karakteristik dalam pengelolaan limbah cair.Perusahaan yang berafiliasi ke induk perusahaan di Jepang lebih pionir mengadopsi sistem biologis lumpur aktif dalam mengolah limbah cairnya, sedangkan yang lainnya menggunakan sistem kimia kombinasi aerasi alami. PT. Aneka Bumi Pratama yang memiliki kapasitas produksi terbesar di Palembang dan PT. Kirana Sapta telah menerapkan system pengolahan biologis lumpur aktif secara utuh,sementara PT. Muara Kelingi II baru padataraf pilot project.

Perusahaan lainnyaumumnya hanya menggunakan sistem kimia.Karakteristik air limbah yang dihasilkan darisistem lumpur aktif relatif lebih baik dilihat dariparameter COD dan BOD. Secara umumparameter COD, BOD, dan TSS telah mampumemenuhi baku mutu yang dipersyaratkanpada SK MenegLH No. 51/MKNLH/10/1991.Namun jika dilihat dari parameter N-NH3masih cukup tinggi karena di atas ambangbatas yang ditetapkan yakni sebesar 5 ppm.

4.PENUTUP4.1 KesimpulanUmumnya penanganan limbah padat yang dilakukan perusahaan-perusahaan karetremah hanya untuk penimbunan lahan (landfill) sehingga belum mampu memberikan manfaat finansial bagi perusahaan, salah satu perusahaan telah melakukan transaksi komersial dari limbah karet yang dihasilkan walau tidak rutin. Limbah padat yang dominan adalah pasir, tatal, dan limbah karet produksi dengan proporsi bervariasi dengan kisaran 3 11 % dari bobot bahan baku olah karet rakyat (Bokar).

Penanganan emisi bau yang dilakukan umumnya dengan menggunakan scrubber pada cerobong asap setelah proses pengeringan akhir. Emisi bau yang berasal dari proses pre-drying masih dirasakan cukup mengganggu bagi masyarakat sekitar.Pada dua perusahaan permasalahan emisi tersebut coba disiasati dengan tidak melakukan pre-drying pada kamar gantung namun memanfaatkan sistem lipat. Sistem lipat pada proses pre-dring sedikit banyak cukupmengurangi emisi bau dari kegiatan pre-drying.

Perusahaan lainnya ada yangmelakukan penyemprotan minyak atsiri ataupemanfaatan asap cair dari hasil sampingpengolahan arang untuk absorban bau dilingkungan pabrik.Terdapat perbedaan karakteristik dalampengelolaan limbah cair.Perusahaan yangberafiliasi ke induk perusahaan di Jepang lebih pionir menggunakan system biologis lumpur aktif dalam mengolah limbah cairnya sedangkan yang lainnya menggunakan system kimia atau kombinasi aerasi alami.Hasil penelitian pada industri karetremah menunjukkan bahwa kondisi-kondisiyang mendorong tingkat inovasi produksibersih secara signifikan adalah :1) Sistem Insentif, 2) Persyaratan Lingkungan 3)Komunikasi Internal, 4) Mekanisma Evaluasi,5) Kemampuan Karyawan, 6) Tim Profesional,dan 7) Peraturan Pemerintah. Namun demikian kondisi riil menunjukkan bahwakorelasi dari semua dimensi systemmanajemen tersebut dengan upaya produksibersih industri karet remah masih lemah.Sementara Komunikasi Masyarakat, Sistem Informasi Produksi Bersih, ManfaatLingkungan, Kebijakan Operasional,Konsumen Hijau, dan Investasi Lingkunganbelum signifikan peranannya bagi UpayaProduksi Bersih industri karet remah

4.2 SaranBeberapa saran yang direkomendasikan untuk mendukung implementasi produksi bersih di industri pengolahan karet alamadalah :(1) Perlu adanya pusat informasi berkenaan dengan peluang-peluang produksi bersih beserta manfaat lingkungan dari masing-masing peluang tersebut, (2) Perlu ada subsidi pemerintah untuk investasi yang dapat berdampak positif bagi lingkungan,(3) Perusahaan perlu mengupayakan komunikasi eksternal untuk merespon aspirasi lingkungan dari masyarakat sekitar perusahaan. Perusahaan juga perlu mengembangkan perangkat evaluasi dengan kriteria yang relevan dengan proses produksi karet remah agar mampu menilai perkembangan kinerja lingkungannya.

5.DAFTAR PUSTAKA

1. Drajat, B. 2001. Perkembangan dan Komoditas Perkebunan Vol.2 (2),Desember 20012. (http://agroindonesia.com/agnews/ind/2004/September).3. Dhewanthi, L. 2000. Kebijakan Produksi Bersih di Indonesia. Makalah. Dipresentasikan pada Lokakarya Produksi Bersih di Industri Karet. Palembang 11 Agustus 2000.4. Hasibuan, S., R. Suprihatini, dan Y. Nurendah. 2002. Analisis Prospektif Untuk Identifikasi Faktor-faktor Kritis Manajemen Lingkungan Pada Industri Pengolahan Karet Alam. Hasil Lokakarya Pengembangan Sistem Penunjang Manajemen Audit Produksi Bersih Industri Pengolahan Karet Alam. Bogor, 29 30 Agustus 2002.5. International Organization for Standardization (ISO) 14000. 1996. International Standard ISO 14001: Environmental Management System- Spesification with quidance for use. ISO, Geneva.6. Bapedal. 1994. Produksi Bersih di Indonesia: Booklet Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta.

PERTANYAAN DAN JAWABAN :Penanya Wajib : Kelompok 1 1.Dede Prasetyo Pertanyaan :Apakah Produksi Bersih dari karet remah ini sudah bisa ditetapkan sebagai win solution dan apa manfaat Produksi bersih tersebut?

Jawaban :-Sudah dapat ditetapkan sebagai win-win solution karena dengan produksi bersih sudah bisa disebut sebagai alternative slusi dalam pengurangan pencemaran di lingkungan dan bisa berjalan dengan efektif sesuai maksud dan tujuannya.-Manfaat Produksi Bersih :1. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya minimisasi limbah, daur ulang pengolahan dan pembuangan limbah yang aman.2. Mendukung prinsip Pemeliharaan Lingkungan dalam rangka pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan.3. Dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi serta efisien.4. Mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi eksploitasi sumberdaya alam melalui penerapan daaur ulang limbah di dalam proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan.5. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction and in process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.6. Memperkuat daya saing produksi di pasar global.7. Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.8. Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.2.Rini Satriani Pertanyaan: Jelaskan Penerapan dari bagan 7S yang ada itu seperti apa ?

Jawaban : Strategi : seperti kebijakan strategis yaitu lokasi dan bagaimana pengoperasionalan alat yang ada supaya produksi bersih berjalan dengan semestinya Style : maksudnya ialah bagaimana gaya kepemimpinan dan komunikasi yang ada dalam manajemen perusahaan tersebut harus baik dan mempunyai komunikasi yang lancer antar pekerja. Sistem : informasi dan pengendalian yang ada dalam system tersebut harus jelas dan lengkap agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan tujuannya dan juga imbalan yang didapatkan harus sesuai dengan tenaga ahli yang ada dalam perusahaan tersebut Staff & Skill : Bagaimana kemampuan dan susunan pekerja yang ada dalam perusahaan tersebut agar dapat bekerja dengan baik dan penempatan pekerja sesuai dengan kemampuanya Struktur : Struktur organisasi dan hubungan antar pekerja yang baik dapat memajukan perusahaan tersebut dengan melakukan pekerjaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing Shared Values : Nilai-nilai bersama seperti moral yang ada nilai-nilai social dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap system manajemen lingkungannya.

3.Fajar Dewantara Pertanyaan:Mengapa Strategi pengelolaan Produksi bersih di Indonesia masih belum kuat? Apakah ada alternative lain?

Jawaban : Strategi pengelolaan produksi bersih di Indonesia masih belum kuat karena masih kurangnya tenaga ahli yang ada di Indonesia , jadi perlu alternative lain dengan mendatangkan tenaga ahli dari luar negri, atau melakukan pembenahan pekerja yang ada di perusahaan dengan melatihnya di luar negeri agar upaya produksi berih di Indonesia lebih baik lagi.

Resiana Simbolon 311112003918 | Risma Indah Purnama 3111120014