malaria melalui transfusi

26
TINJAUAN KEPUSTAKAAN Mal ( Tran S BA FK UNA Aidi Nas r Transf laria Melalui Transfu nsfussion- Transmitted Malaria AIDI NASRUL DIBACAKAN : ______________________ Sub Bagian Tropik dan Infeksi AGIAN ILMU PENYAKIT DALAM ND / RS DR. M DJAMIL PAD 2010 r ul, Penyakit Dalam FKUA-2010 fussion-Transmitted Malaria| 1 usi a ) DANG

Upload: aidi-nasrul

Post on 19-Jun-2015

682 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Malaria Melalui Transfusi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Malaria Melalui Transfusi(Transfussion

Sub BagianBAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FK UNAN D / R S DR . M DJAMIL PADAN G

Aidi Nasr

Transfussion

Malaria Melalui TransfusiTransfussion-Transmitted Malaria

AIDI NASRULDIBACAKAN : ______________________

Sub Bagian Tropik dan InfeksiBAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FK UNAN D / R S DR. M DJAM IL PADAN G20 10

rul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 1

Malaria Melalui TransfusiTransmitted Malaria)

DIBACAKAN : ______________________

FK UNAN D / R S DR. M DJ AM IL P ADAN G

Page 2: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan karena dengan rahmat dan karunia-

Nya maka penulis dapat menyelesaikan tinjauan kepustakaan ini. Adapun judul dari tinjauan

kepustakaan ini adalah Transfusion-Transmitted Malaria atau Malaria Melalui Transfusi.

Tinjauan kepustakaan ini merupakan bagian dari kegiatan selama menjalani stase di Sub

Bagian Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand / RS Dr. M. Djamil Padang.

Penulis menyadari bahwa tinjauan kepustakaan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tinjauan

kepustakaan ini.

Akhirnya izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di

bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand / RS. Dr. M. Djamil, khususnya kepada Bapak dr. H.

Armen Ahmad SpPD-KPTI dan Prof. dr. H. Nusirwan Acang SpPD DTM&H KHOM yang telah

memberikan bimbingan di sub-bagian Tropik dan Infeksi maupun dalam menyelesaikan

tinjauan kepustakaan ini.

Padang, Januari 2010

Penulis

Page 3: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………..…………………….…

Daftar Isi ..................................................................................................................

Daftar Table ............................................................................................................................

Daftar Gambar ............................................................................................................

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................

BAB II Penularan Malaria Melalui Transfusi………………………………………………………………………

2.1 Epidemiologi……………….........................................................................................

2.2 Faktor Risiko………….............................................................................................

2.3 Guidelines Penolakan Donor…………..……………………………………………………………….

BAB III Pengobatan dan Pencegahan……………………………………………………………………………….

3.1 Terapi Farmakologi …………………………………………………………………………………………

3.2 Transfusi Tukar…………………………………………….……………………………………………………………

3.3 Pencegahan di Daerah Endemik Malaria …………………………………………………………

3.4 Pencegahan di Daerah Non-Endemik………….………………………………………………….

3.5 Beberapa Strategi Pencegahan Malaria Melalui Transfusi………………………………

3.5.1 Metode Langsung…………………………………………………………………………………………

3.5.2 Metode Tak Langsung…………………………………………………………………………………..

BAB IV Kesimpulan Dan Saran ……………………………………………………………………………………………

Daftar Pustaka ……………………………...………………………………….……..……………………………..…………………..

i

ii

iii

iii

1

3

3

5

7

10

10

15

13

14

15

15

18

20

21

Page 4: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 4

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Laporan Kasus Malaria Di UK ……………………………………………………………………..…………….

Tabel 2. Kategori Risiko Donor (UK-Guideline).………………………………………………………………………..

Tabel 3. Pemeriksaan Skrining Malaria……………………………………………………………………………..…….

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Negara-negara endemik malaria WHO-2003……………………………………………………….

Gambar 2. OptiMAL Rapid Test Malaria………………………………………..………………..……………………..

Gambar 3. Sensitifitas Pemeriksaan Parasit Malaria…..…………………………………………………………

4

7

14

6

17

18

Page 5: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 5

BAB IPENDAHULUAN

Malaria masih menjadi masalah kesehatan yang komplek di seluruh negara tropis dan

sub-tropis, menyebabkan 300-500 juta kasus baru dan 2-3 juta kematian tiap tahunnya. WHO

melaporkan ± 90% kematian karena malaria di dunia terjadi di Sahara Afrika selatan. Karena

masayarakat yang tinggal di daerah subsahara ini berisiko tinggi penularan malaria, bisa

melalui vektor yang tidak bisa musnahkan atau melalui cara lain seperti dari ibu ke anak,

melalui jarum suntik atau melalui transfusi darah.1

Penularan malaria melalui transfusi darah (Transfusion Transmitted Malaria) adalah

satu dari insiden infeksi yang ditularkan melalui transfusi. Malaria yang ditularkan melalui

transfusi ini menimbulkan konsekuensi yang serius (seperti plasmodium falcifarum yang

mengakibatkan fatal secara cepat) karena diagnosis jarang dipikirkan pada penerima donor

sehingga sering salah.2.3 Di negara non-endemik, sediaan darah yang bebas dari malaria

adalah suatu problematika, terutama karena meningkatnya perjalanan ke daerah endemik.

Kasus pertama penularan malaria melalui transfusi dilaporkan tahun 1911, ketika

perjalanan antar benua menjadi impian bagi negara makmur dan mulai adanya penerbangan

komersial. Risiko malaria melalui transfusi komponen darah ini ekstrimnya rendah di daerah

non-endemik seperti Canada dan US.4.5 Di Dunia risiko malaria melalui transfusi 0.25

kasus/juta unit donor, di US diperkirakan insidennya <1 kasus persejuta unit darah, lebih kecil

dari penularan hepatitis B virus (7-32 kasus per sejuta unit darah) yang dilaporkan oleh The

United States Centers for Disease Control and Prevention.1 sebaliknya, risiko ini meningkat di

negara endemik yang diperkirakan > 50 kasus/juta unit donor.6 Tahun 2000 dilaporkan 16

kematian yang disebabkan oleh malaria impor di UK.7 Sementara tidak ada data kejadian

malaria melalui transfusi ini di Indonesia atau Asia tenggara.

Meskipun kejadian ini jarang di daerah non-endemik dengan sistem kesehatan yang

telah maju, penularan malaria melalui transfusi menimbulkan gambaran klinis yang berat dan

berakibat fatal bila tidak diidentifikasi dan diobati secara dini.2.3

Page 6: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 6

Di negara non-endemik banyak donor yang ditolak bahkan darah yang sudah

didonorkan banyak yang terbuang karena potensi risiko penularan tinggi, seperti donor yang

pernah melakukan perjalanan ke daerah endemik atau imigran dari negara endemik malaria.

Oleh karena itu perlu strategi optimum untuk meminimalisir risiko penularan malaria melalui

transfusi tanpa menolak atau membuang darah yang telah didonorkan. Di negara non-

endemik, penolakan donor bisa efektif tetapi di negara endemik masalahnya lebih besar lagi

karena mayoritas donor berpotensi terinfeksi parasit malaria.2.8 Dalam kedua situasi ini,

penolakan donor mungkin suatu pilihan yang merugi dan diperlukan strategi lain untuk

keamanan yang meyakinkan.

Meskipun pemeriksaan sediaan hapus masih dasar dalam mendiagnosis malaria akut,

namun tidak sensitif untuk skrining bank darah. Di negara non-endemik skrining sediaan

hapus dan pemeriksaan immunoglobulin antimalaria spesifik terbukti efektif dalam

meminimalisir risiko penularan. Dan di negara endemik, pertanyaan pada donor seperti

riwayat perjalanan dan distribusi geografis membantu dalam mengidentifikasi donor yang

mungkin terinfeksi. Disamping juga pemberian antimalaria pada penerima transfusi

membantu dalam pencegahan penularan.4.9

Sayangnya, belum ada strategi yang diadopsi sehingga kasus-kasus malaria melalui

transfusi masih terjadi, dan malaria harus selalu dipikirkan pada pasien yang demam setelah

mendapatkan transfusi. Untuk itu penulis mencoba menjelaskan tentang kejadian malaria

melalui transfusi ini.

Page 7: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 7

BAB IIPENULARAN MALARIA MELALUI TRANSFUSI

2.1 EpidemiologiTelah terjadi kegagalan untuk mencegah transmisi malaria pada sebagian besar

negara endemik malaria, sub-Sahara Afrika tercatat sebagai kematian terbesar didunia (baru-

baru ini diperkirakan 1-2 juta orang pertahun). Disamping terjadinya resistensi obat anti

malaria (chloroquine atau multidrug) terhadap plasmodium falsifarum.1.4

Sumber dari penularan malaria melalui transfusi biasanya berasal dari donor karier

asimptomatis, dimana donor ini dalam keadaan sehat dan densitas parasit sangat rendah saat

menjalani donor. Bruce-Chwatt meninjau data dunia dari 1911-1979, menyimpulkan

terjadinya peningkatan insiden malaria melalui transfusi dari 6 kasus menjadi 145 kasus per

tahun.kutip 4 Dilaporkan kejadian paling sering disebabkan oleh plasmodium falsifarum dan

plasmodium vivax. Empat kasus terakhir dilaporkan di pusat pelayanan darah UK (London),

terjadi malaria serebral yang fatal karena plasmodium falsifarum setelah transfusi. Sebelum

1986 lebih banyak kasus plasmodium vivax dibandingkan plasmodium falciparum, tetapi

setelah tahun 2000 plasmodium falsifarum adalah penyebab tunggal malaria impor. Di UK

peningkatan kasus plamodium falsifarum dari 37% tahun 1984 menjadi 55% pada tahun

1993.8 Gambaran malaria impor dari 1985-1995 yang dilaporkan oleh European centers juga

memperlihatkan lebih besar disebabkan plasmodium falsifarum seperti 82.2% di Perancis dan

59.4% di Ital ia, dibandingkan dengan 38.5% di US pada periode yang sama.4.9

Di US, diperkirakan 1000 kasus malaria dilaporkan pertahun. CDC melaporkan dari

1963-1999 terjadi 93 kasus malaria melalui transfusi, 11% meninggal, 35 % terinfeksi

plasmodium falsifarum, 27 % plasmodium vivax, dan 5 % plasmodium ovale. Setelah ditelusuri

91 kasus berasal dari darah yang terinfeksi malaria.10 Dibandingkan dengan UK diperkirakan

2000 kasus malaria pertahun, meskipun penduduk US diperkirakan 3 kali penduduk UK. Tahun

1990–1999, jumlah absolut kasus malaria melalui transfusi lebih tinggi di US, dengan 14 kasus.

Soldan K. 1995 membandingkan data malaria melalui transfusi di UK selama lebih 25 tahun

dan di US lebih 36 tahun, melaporkan malaria melalui transfusi 0.055 perjuta donor di UK dan

Page 8: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 8

0.221 perjuta donor di US. Dan insiden malaria melalui transfusi 0.003 perjuta orang pertahun

di UK dan 0.009 perjuta orang pertahun di US.kutip 4

Siddig M. Ali, Sudan-2004, melaporkan 397 dari 1564 darah yang telah ditransfusikan,

6,5 % resipien terinfeksi malaria setelah 4 hari post transfusi. Dengan teknik pewarnaan

Geimsa’ temuan dominan plasmodium falsifarum (98.1%) dan plasmodium vivax (1.9%),

dimana bentuk ring (50.5%) dan tropozoit (40.2%), dengan densitias parasit <1000 /µl.11

Oksuz et al, Turkey, melaporkan 58 kasus malaria setelah transfusi antara tahun 1977 dan

1994.kutip 4

Tabel 1. Laporan kasus malaria di UK5

Page 9: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 9

Meskipun jarang, malaria adalah komplikasi yang mungkin dikenali sehubungan

dengan transfusi. Dimana parasit malaria dapat bertahan dalam darah yang disimpan dalam

suhu ruangan atau refrigerator 2-60C selama beberapa hari atau minggu.3.12 Bila donor dari

individu sehat atau karier asimtomatis maka darah yang didonasikan dengan densitas parasit

yang sangat rendah. Di Sub-Saharan Afrika dimana malaria hiperendemik merupakan risiko

yang serius bagi penerima darah donor. Penularan malaria melalui transfusi ini dilaporkan

dapat dari sel darah merah, platelet, konsentrat darah putih dan dari sel darah beku yang

telah dicairkan.1.4.13

2.2 Faktor Risiko

Faktor risiko untuk penularan malaria melalui transfusi meliputi4 :

(1) Kesalahan atau kelupaan menanyakan riwayat donor, seperti suatu riwayat tinggal atau

berpergian ke daerah endemik malaria.

(2) Penggunaan adenine yang dipakai sebagai bahan pengawet penyimpanan darah

memungkinkan parasit malaria hidup lebih lama. Seperti plasmodium falciparum yang

dapat bertahan hidup sampai 19 hari dan dapat menimbulkan malaria melalui transfusi

pada penerima.

(3) Adanya parasit malaria dalam suplai darah dari donor semi imun yang sehat atau

asimtomatis meskipun parasit malaria low-grade dalam darah tepinya.

Penting diketahui bahwa orang yang lahir dan tinggal di daerah endemik malaria atau

orang yang bekerja dan tinggal didaerah tropik untuk jangka waktu yang lama dapat

menjadikannya semi-imun terhadap malaria. Dilaporkan meningkat kasus malaria melalui

transfusi oleh karena darah donor dari orang-orang yang pernah bekerja di Afrika selama 10

tahun dan mempunyai riwayat malaria falcifarum.14 Namun mereka tidak menyebutkan

pernah menderita malaria atau pernah tinggal di daerah endemik malaria saat menjadi donor

meskipun donor ini tanpa imunitas yang signifikan.3.4

Peranan penting donor yang semi-imun sebagai sumber penularan malaria melalui

transfusi digambarkan oleh analisis Mungai et al. dari karakteristik donor yang berimplikasi

malaria di US dari 1963 sampai 1999. Dimana dari 1963 - 1969, 45% dari 11 donor dan dari

1970 - 1979, 38% dari 24 donor pernah tinggal atau pernah mengunjungi daerah endemik

Page 10: Malaria Melalui Transfusi

malaria. Dari kelompok ini

91% dari 12 kasus dari 1990

Gambar 1. NegaraIdentifikasi Risiko Malaria

Pada daerah non-

malaria tergantung pada skrining calon donor dengan mena

dengan skrining antibodi anti malaria

Pertanyaan-pertanyaan penting

(1) Lokasi geografis (tempat tinggal)

Apakah donor pernah mengunjungi atau tinggal di daerah endemi

dengan definisi Negara (gambar 1).

(2) Lamanya donor tinggal di daerah

Semakin lama tinggal semakin besar risiko untuk

parasitemia.

(3) Lamanya waktu setelah

(4) Ada atau tidakkah calon

Aidi Nasr

Transfussion

kelompok ini terjadi peningkatan sampai 100% dari 17 kasus dari

1990-1999.10

Gambar 1. Negara-negara endemik malaria WHO-2003kutip1

Identifikasi Risiko Malaria

-endemik kriteria untuk mengidentifikasi

malaria tergantung pada skrining calon donor dengan menanyakan riwayat dan bila perlu

antibodi anti malaria serum donor.

pertanyaan penting (anamnesis) pada donor4.14 :

(tempat tinggal).

Apakah donor pernah mengunjungi atau tinggal di daerah endemi

Negara (gambar 1).

amanya donor tinggal di daerah endemis

emakin lama tinggal semakin besar risiko untuk semi-imun atau asimtomatis dengan

setelah tinggal di daerah endemis malaria

calon donor yang akan di ambil darahnya pernah

rul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 10

kasus dari 1980-1989 dan

kutip1

endemik kriteria untuk mengidentifikasi faktor risiko potensial

yakan riwayat dan bila perlu

Apakah donor pernah mengunjungi atau tinggal di daerah endemik malaria, sesuai

au asimtomatis dengan

darahnya pernah menderita malaria.

Page 11: Malaria Melalui Transfusi

Tabel 2. Kategori Risiko Donor

Pentingnya faktor-faktor risiko ini adalah untuk memutuskan apakah darah donor ini

dapat diterima atau ditolak

merekomendasikan donor

tidak dibolehkan mendonorkan komponen darahnya untuk. Di US donor yang pernah

didiagnosis malaria ditolak mendonorkan darahnya untuk

di UK donor yang pernah didiagnosis malaria secara permanen ditola

darahnya sampai tes antibod

Penolakan donor permanen terbukti berguna untuk keamanan

kelompok donor yang potensial dengan

Penolakan untuk donor 3

terjadi dari darah donor yang

covering 1963-1999, interval waktu antara perjalanan ke daerah

melalui transfusi, diperkirakan

plasmodium vivax, 7 tahun

Umumnya negara non

setelah infeksi malaria, tapi k

mayoritas penduduknya secara kontinyu terpapar

suatu prosedur skrining yang cocok

resipien yang diperiksa dengan

monoklonal. Pemeriksaan darah tepi

pewarnaan Giemsa dan

monoklonal antibodi positif di

Aidi Nasr

Transfussion

Kategori Risiko Donor (UK-Guideline)kutip 5

faktor risiko ini adalah untuk memutuskan apakah darah donor ini

dapat diterima atau ditolak.8 Seperti The Guidelines Operating In Canada

merekomendasikan donor dengan riwayat diagnosis atau diterapi antimalaria secara menetap

tidak dibolehkan mendonorkan komponen darahnya untuk. Di US donor yang pernah

didiagnosis malaria ditolak mendonorkan darahnya untuk 3 tahun setelah asim

i UK donor yang pernah didiagnosis malaria secara permanen ditola

darahnya sampai tes antibodi antimalaria negatif.3.4

permanen terbukti berguna untuk keamanan

kelompok donor yang potensial dengan semi-imun malaria dan parasitemia

donor 3 atau 5 tahun bagi orang dengan semi-imun,

terjadi dari darah donor yang sudah > 5 tahun setelah paparan terakhir malaria.

interval waktu antara perjalanan ke daerah endemik

perkirakan 5 tahun untuk plasmodium falsifarum, 2.5

tahun plasmodium ovale dan 44 tahun untuk plasmodium

non-endemik mengikuti peraturan penolakan donor selama 3 tahun

api kriteria ini tidak dapat diterapkan di daerah endemik

mayoritas penduduknya secara kontinyu terpapar malaria.15 Oleh karena itu dirasakan perlu

suatu prosedur skrining yang cocok agar terapi transfusi aman. 6.435

dengan slide darah tepi plus deteksi antigen dengan antibod

lonal. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan hasil yang jelek

an 0.1% (+) Acridine orange. Sedangkan deteksi

positif didiagnosis pada mayoritas subjek ini. Jadi h

rul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 11

faktor risiko ini adalah untuk memutuskan apakah darah donor ini

The Guidelines Operating In Canada sejak Juli 1995kutip 5

malaria secara menetap

tidak dibolehkan mendonorkan komponen darahnya untuk. Di US donor yang pernah

tahun setelah asimptomatis. Dan

i UK donor yang pernah didiagnosis malaria secara permanen ditolak untuk mendonorkan

permanen terbukti berguna untuk keamanan transfusi, misalnya

parasitemia asimptomatik.

imun, karena malaria dapat

5 tahun setelah paparan terakhir malaria. US series

endemik dengan penularan

arum, 2.5 tahun untuk

plasmodium malariae.8

k mengikuti peraturan penolakan donor selama 3 tahun

di daerah endemik karena

Oleh karena itu dirasakan perlu

435 pendonor dan 3.621

deteksi antigen dengan antibodi

menunjukkan hasil yang jelek, hanya 0.06% (+)

deteksi antigen dengan

Jadi hapusan darah tepi

Page 12: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 12

gagal menentukan infeksi 92.3% donor yang antigen positif.15 Maka direkomendasikan deteksi

antigen monoklonal antibodi pada pusat pelayanan transfusi di daerah endemik malaria.

2.3 Guidelines Penolakan Donor

UK (Inggris)

The Parasitology subgroup of the UK Standing Advisory Committee on Transfusion

Transmitted Infections, 2004. Merekomendasikan6.17 :

(1) Secara permanen eklusi donor/orang yang pernah didiagnosis malaria atau demam yang

tidak terdiagnosis dimana malaria mewabah, atau dalam 4 minggu kembali ke UK dari

daerah endemik malaria.

(2) Menolak “malaria area residents" sebagai donor selama 5 tahun berturut-turut setelah

kembali ke UK dari daerah endemik malaria.

(3) Menolak semua donor selama 12 bulan berturut-turut setelah kembali ke UK dari daerah

endemik malaria.

Definisi “tinggal di daerah malaria” (nomor 2 diatas) adalah seseorang yang tinggal

disalah satu negara di sub-Saharan Afrika (kecuali Afrika Selatan) atau Papua New Guinea

selama periode 6 bulan disepanjang hidupnya. Diterima donor bila tes untuk antibodi

antimalaria negatif paling tidak 6 bulan setelah paparan atau tanggal sembuh dari gejala

malaria.

US (Amerika Serikat)

Untuk melindungi resipien dari produk sel darah merah yang terinfeksi malaria,

American Association of Blood Banks (AABB) dan Food and Drug Administration (FDA)15 telah

mengeluarkan standar untuk donor yang pernah pergi atau tinggal di daerah endemik malaria.

1. Orang yang tinggal di negara non-endemik yang melakukan perjalanan ke negara endemik

malaria ditolak sebagai donor selama 1 tahun setelah kembali dari perjalanannya, bila

telah bebas dari gejala dan tidak lagi mengkonsumsi obat antimalaria.

2. Orang yang pernah menderita atau mendapakan kemoprofilak malaria akan ditolak sebagai

donor sampai 3 tahun setelah asimptomatis atau berhenti kemoprofilak.

3. Donor yang tinggal didaerah endemik malaria dan sekarang tinggal di US tetapi kembali

mengunjungi daerah malaria, dapat diterima sebagai donor 3 tahun setelah kunjungan

terakhir.

Page 13: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 13

4. Imigran, pengungsi atau warga negara yang tinggal di daerah endemik malaria ditolak

selama 3 tahun setelah meninggalkan daerah tersebut.

5. Orang dengan karier atau pernah menderita malaria karena plasmodium malariae tidak

boleh mendonorkan darah seumur hidup.

Kriteria ini didukung oleh observasi bahwa kasus malaria yang dilaporkan di US, 97 %

pada warga negara yang pernah tinggal di negara endemik selama 1 tahun dan 99 % telah

tinggal selama 3 tahun. Orang yang pindah dari daerah malaria densitas tinggi dan

mendapatkan imunitas dengan parasitemia asimtomatis dapat bertahan selama beberapa

waktu tergantung pada jenis spesies. Plasmodium falsiparum misalnya jarang bertahan lebih

dari 2 tahun, meskipun pernah menetap sampai 13 tahun. Plasmodium malariae dapat

menetap secara asimptomatis dalam darah dengan level rendah sampai 40 tahun.4

Sazama, US-1991, berkomentar “apakah tingkat kejadiannya dapat diterima antara

risiko pada resipien dan kehilangan darah donor, atau apakah risiko yang besar ini dapat

ditoleransi”. Pada saat itu US melaporkan 2–3 kasus baru malaria melalui transfusi pertahun

(0.5 perjuta resipien) dan menolak 44.000 donor.12 Nahlen et al. menyarankan untuk

memperpendek masa penolakan donor menjadi 6 bulan setelah berpergian ke daerah

endemik karena banyaknya donor yang hilang.kutip 12

Eropa

Guidelines French untuk pencegahan penularan malaria melalui transfusi pertama kali

diterapkan pada tahun 1986. Guidelines untuk mengekslusi donor selama 4 bulan setelah

mereka kembali dari daerah endemik malaria seperti klasifikasi WHO, eksklusi permanen

donor dengan riwayat malaria dan skrining antibodi antimalaria positif sampai 3 tahun setelah

kembali dari daerah endemik. The Council of Europe merekomendasikan eksklusi donor darah

selama 6 bulan setelah kembali dari daerah endemik dan mereka boleh untuk donor setelah

pemeriksa antibodi antimalaria negatif. Tahun 2001, 10 negara-negara neropa telah

mengadopsi rekomendasi ini. Namun Denmark mengambil periode eksklusi selama 1 tahun

dan Irlandia mengeklusi selama 3 tahun. Namun tidak satupun negara yang

merekomendasikan pemeriksaan antibodi antimalaria.4.8

Page 14: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 14

BAB IIIPENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Diagnosis malaria melalui transfusi ini sering salah dan sering terlupakan, sehingga

penting sekali memikirkan terjadinya malaria pada pasien yang mengalami demam setelah

dilakukan transfusi darah, meskipun demam ini dapat timbul karena penyakit dasarnya,

infeksi nosokomial atau akibat tindakan bedah.3.4 Manifestasinya bisa asimtomatis atau

dengan gejala klinis malaria yang lebih berat dan fatal terutama karena plasmodium

falsiparum. Dan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi atau rapid test

malaria bila tersedia.4.19

Linda Wells, Birmingham-1985, melaporkan bahwa masa inkubasi malaria post-

transfusi bervariasi dari 12 hari (plasmodium falsifarum) dan 3-4 minggu (plasmodium vivax)

atau bahkan lebih lama lagi (plasmodium malariae), tergantung pada imunitas resipien dan

densitas parasit.Kutip 18 Kleinman S., Univ of British Columbia-2001, menggambarkan 5 kasus

demam yang terjadi setelah 4 hari transfusi darah, kemudian diikuti gagal ginjal, ikterik,

penurunan kesadaran dan akhirnya meninggal, setelah ditelusuri ditemukan plasmodium

falsifarum.kutip 18

Bila diagnosis sudah jelas maka dapat diterapi dengan obat anti malaria atau bila

malaria falsifarum yang berat dapat dilakukan transfusi tukar.

3.1 Terapi Farmakologi Malaria Melalui Transfusi

Pengobatan untuk malaria yang ditularkan melalui transfusi sama dengan pengobatan

malaria yang ditularkan oleh nyamuk. Dapat diberikan chloroquine, sulfadoxin, quinine atau

artesunat sesuai dengan pola sensitifitas daerah berdasarkan geografis. Hanya saja tidak

diperlukan terapi primaquin karena penyakit malaria bukan diinduksi sporozoit dan tidak

melewati stadium hati.4 Malaria falsifarum yang berat quinine dapat diharapkan untuk

mengurangi parasit sampai 50% dalam 24 jam. Sementara artemisin (artesunate dan

artemether) bekerja 2 kali lebih cepat dibandingkan quinine. Dan transfusi tukar plus

kemoterapi antimalaria menurunkan parasitemia lebih cepat dibandingkan dengan terapi

obat saja.3.4

Page 15: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 15

3.2 Transfusi Tukar Untuk Malaria Falsifarum Berat

Lebih dari satu juta orang pertahun meninggal karena malaria dan hampir semua kasus

disebabkan oleh plasmodium falsifarum. Beratnya malaria berkorelasi dengan parasitemia,

studi yang dilakukan oleh Field-Niven (1937) memperlihatkan peningkatan angka kematian

karena malaria falsifarum dengan parasitemia diatas 100 000/µl (2% parasitemia), dan tingkat

kematian lebih dari 50% dengan parasitamia 500 000/µl. Memang pada daerah endemik

orang dapat mentoleransi parasitemia yang tinggi (asimtomatis) namun malaria berat dapat

timbul pada orang yang non-imun.19.20

Tujuan untuk transfusi tukar pada malaria falsifarum berat adalah20 :

1. Mengurangi parasitemia lebih cepat dibandingkan dengan kemoterapi antimalaria saja.

2. Mengeluarkan sel-sel parasit dari sirkulasi perifer sebelum mereka dapat melakukan

sekuestrasi dalam kapiler jaringan.

3. Mengeluarkan sel-sel parasit dari sirkulasi perifer untuk meminimalisir hemolisis

intravaskuler dan berbagai komplikasinya

4. Memperbaiki reologi darah dengan mengeluarkan parasit dan sel darah merah segar

kembali.

5. Mencegah peningkatan antigen yang progresif

6. Mengeluarkan toksin, sitokin-sitokin proinflamasi atau komplek imun dari sirkulasi.

7. Mengkoreksi anemia bila ada

Meskipun tidak diperdebatkan keuntungan atau kerugian dari transfusi tukar ini tapi

belum banyak penelitan kontrol random dipublikasikan. Faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam penilaian transfusi tukar adalah19.20 :

1. Beratnya kasus yang dipertimbangkan untuk transfusi tukar

2. Perbedaan jumlah darah yang harus ditukar

3. Perbedaan akurasi perkiraan parasitemia

Riddle et al. dalam sebuah studi meta-analysis perbandingan apakah transfusi tukar

pada malaria berat dapat memperbaiki survival. Analisis 9 studi, total 287 subjek, menunjukan

bahwa transfusi tukar tidak meningkatkan survival dibandingkan kemoterapi antimalaria

saja.20 Hoontrakoon dan Suputtamangkol, Chumphorn-Thailand, studi retrospektif 50 pasien

dengan malaria falsifarum berat. 21 pasien mendapatkan transfusi tukar 2-10 unit (median 6

Page 16: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 16

unit) plus quinine dibandingkan dengan 29 pasien yang hanya mendapatkan terapi quinine.

Angka kematian 48% pada transfusi tukar dan 69% yang mendapatkan quinine saja.21

Burchard et al, melaporan bahwa 61 pasien (German, Austria dan Switzerland) yang dilakukan

transfusi tukar karena malaria falsifarum berat menguntungkan.

Indikasi untuk transfusi tukar yang paling sering dilaporkan adalah hiperparasitemia

(>5% sampai 70%) dan melibatkan multiorgan. Dari 59 kasus transfusi tukar dengan volume

antara 0.3-9.9 liter disimpulkan bahwa survival tidak tergantung pada volume yang ditukar

melainkan tergantung pada parasitemia.19.20 Panossian menyimpulkan bahwa transfusi tukar

tidak dianjurkan pada pasien di daerah endemik dan hanya untuk pasien non-imun.19

Sebaliknya Karnataka-India, melaporkan seorang pria yang dalam darah tepinya “banyak

plasmodium falcifarum ring forms” dengan demam, sakit kepala dan ikterik. Setelah 24 jam

diberikan quinine infus plus sulphadoxine pyrimethamine dan tetracycline oral, pasien jatuih

dalam koma yang dalam, dengan hemoglobin 5.2 g/dl dan parasitemia 80%. Dengan

melakukan transfusi tukar 4 unit PRC dalam 3 jam parasitemia turun jadi 4.4% dan kesadaran

pasien membaik.kutip 4

WHO mendukung kondisi berikut dipertimbangkan untuk ETkutip 4:

1. Pasien non-imun

2. Parasitemia tinggi dan menetap (> 10% eritrosit dalam sirkulasi)

3. Adanya darah yang siap untuk ditukar, telah di skrining virus (hepatitis, HIV, etc.)

4. Adanya fasilitas untuk exchange dan monitoring

5. Adanya staf yang terlatih

6. Kemoterapi antimalaria sudah dilakukan secara optimal

Kriteria sehubungan dengan hiperparasitemia untuk transfusi tukar, didefinisikan sebagai2.4.22:

1. Parasitemia > 30% tanpa ada komplikasi klinik

2. Parasitemia > 10% dengan adanya penyakit berat, terutama malaria sereberal, gagal ginjal

akut, respiratory distress syndrome, ikterik dan anemia berat

3. Parasitemia > 10% dan gagal respon kemoterapi optimal setelah 12-24 jam.

4. Parasitemia > 10% dan faktor prognostik jelek (usia tua, skizon dalam darah tepi).

Setelah transfusi tukar segera untuk memeriksa ulang persentase parasitemia untuk

menilai respon prosedur. Ini akan membantu dalam memutuskan apakah perlu penambahan

Page 17: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 17

volume tukar atau tidak. Macallan et al. melaporkan eritrositaferesis plus quinine pada 5 kasus

malaria falsifarum berat (orang inggris yang kembali dari daerah tropik), penurunan dramatis

persentase parasitemia dari 55-28% dalam waktu 2 jam dan klinis pasien pulih. Mereka

menyimpulkan bahwa dengan eritrositaferesis respon parasitemia dapat diprediksi

dibandingkan transfusi tukar biasa.22

3.3 Pencegahan Malaria Melalui Transfusi Di Daerah Endemik Malaria

Di negara-negara dengan endemisitas tinggi malaria, pembatasan berdasarkan

perjalanan atau pemeriksaan serologi tidak efektif karena adanya imunitas yang tinggi

terhadap darah yang didonorkan.15 Sehingga dibutuhkan skrining pada setiap donor dengan

pemeriksaan laboratorium untuk mengurangi kemungkinan malaria post-transfusi.

Pemeriksaan universal parasit malaria pada darah donor belum memuaskan karena

kekurangan sensitifitas dan kost efektif biaya. Pemeriksaan mikroskopik parasit malaria

dengan pewarnaan giemsa dan deteksi antigen dengan antibodi monoklonal telah terapkan di

India dan banyak negara Afrika, sedangkan di Vietnam di sarankan pemeriksaan PCR setelah

pemeriksaan mikroskopik. Strategi lain yang pernah diaplikasikan adalah memberikan obat

antimalaria secara langsung seperti klorokuin dan quinine pada darah yang didonasikan,

meskipun efikasi dari metode ini belum terbukti lebih akurat.15.23 Choudhury N et al, Indian J

Malariol-1991 melakukan skrining malaria pada donor di daerah endemik dengan metode

deteksi antigen antibodi malaria. Mereka menyimpulkan dari semua darah donor 19.37% dan

12.39% menunjukan hasil positif dengan ELISA dan IFA.2 4

Di daerah dengan endemisitas tinggi, resipien secara rutin diterapi dengan antimalaria

sebagai profilaksis. Segera mengobati pasien yang terinfeksi melalui transfusi ini meskipun

Tegtmeier berkomentar bahwa umumnya resipien di daerah endemis malaria akan imun

terhadap spesies malaria yang ada dimana mereka tinggal. Untuk itu diperlukan kriteria

pemilihan donor, mengeksklusi sel darah donor yang berasal dari individu yang berpotensi

infeksius. Meskipun donor yang terinfeksi tersebut mungkin dengan parasitemia sangat

rendah dan tidak memiliki riwayat klinis atau riwayat demam sebelumnya.15.23

Page 18: Malaria Melalui Transfusi

3.4 Pencegahan Malaria Melalui Transfusi Di Daerah

Di negara risiko malaria tidak ada, dapat dilakukan

berasal dari daerah endemik

malaria. Di Negara non-endemi

yang mempunyai risiko penularan malaria adalah dengan menanyakan riwayat perjalanan dan

riwayat pengobatan. WHO

atau pernah diterapi obat

kekurangan dalam teknik

terjadi.18.23 Misalnya donor

riwayat demam atau peningkatan suhu saat darah didonasikan

akan terlepas dari proses skrinig donor. Slinger et al. “Donor memberikan informasi yang tidak

akurat secara disengaja atau tidak disengaja, atau karena tidak mengerti dengan pertanyaan

yang diajukan, atau karena mereka tidak waspada atau telah lupa bahwa pernah mengalami

malaria sebelumnya.”5

Tabel 3. Pemeriksaan Skrining Malaria

Aidi Nasr

Transfussion

3.4 Pencegahan Malaria Melalui Transfusi Di Daerah Non-Endemik

siko malaria tidak ada, dapat dilakukan dengan menghindari

endemik malaria atau hindari donor dari orang yang mempunyai riwayat

endemik, pendekatan yang paling sering untuk mengidentifikasi donor

yang mempunyai risiko penularan malaria adalah dengan menanyakan riwayat perjalanan dan

WHO-1998 menyatakan bahwa menanyakan riwayat demam malaria

atau pernah diterapi obat antimalaria sangat efektif dalam skrining donor

dalam teknik questionnaires dan interview sehingga kegagalan masih saja

Misalnya donor dengan densitas parasit yang sangat rendah, mungkin tidak ada

riwayat demam atau peningkatan suhu saat darah didonasikan, dan

akan terlepas dari proses skrinig donor. Slinger et al. “Donor memberikan informasi yang tidak

sengaja atau tidak disengaja, atau karena tidak mengerti dengan pertanyaan

yang diajukan, atau karena mereka tidak waspada atau telah lupa bahwa pernah mengalami

Skrining Malaria16

rul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 18

menghindari donor yang

orang yang mempunyai riwayat

, pendekatan yang paling sering untuk mengidentifikasi donor

yang mempunyai risiko penularan malaria adalah dengan menanyakan riwayat perjalanan dan

1998 menyatakan bahwa menanyakan riwayat demam malaria

dalam skrining donor. Tetapi ada

sehingga kegagalan masih saja

densitas parasit yang sangat rendah, mungkin tidak ada

dan orang yang terinfeksi

akan terlepas dari proses skrinig donor. Slinger et al. “Donor memberikan informasi yang tidak

sengaja atau tidak disengaja, atau karena tidak mengerti dengan pertanyaan

yang diajukan, atau karena mereka tidak waspada atau telah lupa bahwa pernah mengalami

Page 19: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 19

Biasanya penolakan untuk donor selama periode 12 sampai 60 bulan setelah

melakukan perjalanan atau tinggal di daerah endemik malaria. Dan ini sangat efektif

mengurangi insiden malaria seperti di Amerika utara, Eropa dan Australia. Meskipun sangat

tergantung pada akuratnya menentukan risiko dan efektifitas informasi, hingga akhirnya

menolak atau membuang darah yang sudah didonorkan.4.23 Mungai et al., telah menerapkan

pada 62% donor yang mempunyai risiko darahnya ditolak dan dibuang. Choidini et al,

memperkirakan bahwa lebih kurang 40.000 unit darah dikeluarkan setelah skrining dari UK

National Blood Service. Bahkan di US diperkirakan 50.000 unit darah dikeluarkan setelah

diketahui berasal dari donor yang baru saja kembali dari daerah endemik.4.10

3.5 Beberapa strategi pencegahan malaria melalui transfusi:

National Institute of Health (NIH) Consensus Conference tahun 1995 menyarankan

setiap darah donor harus di skrining berbagai infeksi seperti HIV, Hepatitis B dan C, malaria

dan sifilis13. Namun belum ada pemeriksaan yang sesuai untuk skrining malaria. Metode

pemeriksaan malaria dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu : direct dan indirect.

Metode direct (langsung) adalah mendeteksi parasit atau sub-komponen parasit seperti

dengan pemeriksaan mikroskopik slide hapus (Giemsa, Field, Wright atau Acridine Orange),

pemeriksaan antigen parasit dalam sirkulasi (Histidine Rich Protein 2, Plasmodial Lactate

Dehidrogenase atau Aldolase) atau pemeriksaan DNA plasmodium (PCR). Metode indirect

(tidak langsung) adalah mendeteksi respon host terhadap infeksi misalnya antibodi

antimalaria (Indirect Imunofluorescent Antibody Test = IFAT, Enzyme Immunoassay = EIA dan

deteksi pigmen besi / Hemozoin). Bagaimanapun semua tes ini memiliki keterbatasan seperti

sensitifitas, spesifisitas dan efektifitas biaya.16

3.5.1 Metode Langsung

a. Pemeriksaan Mikroskopik

Tes diagnostik malaria yang dipakai secara luas adalah pemeriksaan hapusan darah

tepi, tipis atau tebal dengan pewarnaan giemsa atau wright. Dunia mengaplikasikan

metode pemeriksaan ini sebagai Gold standard diagnostik yang dapat menilai jenis dan

kuantitas parasitemia, sehingga dapat membantu menentukan beratnya penyakit atau

menentukan pilihan terapi. Sensitifitas metode ini bervariasi dari 5 dan 500 parasit /mL

darah segar, tergantung pada pengalaman ahli mikroskopist. Ditangan ahli yang

Page 20: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 20

berpengalaman sensitifitas dapat dicapai antara 5 dan 50 parasit /mL darah, tetapi

seringnya laboratorium mencapai sensititfitas lebih rendah dari 500 parasit /mL. Sehingga

donor yang asimtomatis akan lolos dari skrining karena memiliki hitung parasit yang sangat

rendah.16.23

Meskipun metode ini terus dipakai namun ada beberapa kekurangan, seperti

membutuhkan tenaga ahli yang sudah berpengalaman dan butuh waktu lama dalam

persiapan yang tidak mungkin dilakukan pada jumlah donor yang banyak setiap hari.

Teknik mikroskopik fluorenscen dengan afinitas terhadap asam nukleat parasit juga

telah diterapkan sebagai alat diagnostik. Biasanya menggunakan pewarnaan Acridine

orange dimana bila disinari dengan ultra violet memberikan panjang gelombang yang kuat.

Waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dan sensitifitasnya 100 parasit /mL darah. Kekurangan

dari metode ini adalah tidak sukarnya membedakan asam nukleat parasit atau asam

nukleat yang berasal dari debris sel lain dan membutuhkan alat khusus.4.16

b. Deteksi Antigen

Pemeriksaan antigen malaria yang telah dikembangkan adalah berdasarkan deteksi

histidine-rich protein 2, lactate dehidrogenase plasmodium dan aldolase. Memakai teknik

Immuno-chromatographic menggunakan antibodi monoclonal atau poliklonal terhadap

antigen parasit, yang dirancang untuk rapid tes dalam bentuk dipstick, dapat mendeteksi

dalam waktu 10-20 menit dengan sensitifitas 100-1000 parasit /mL darah dan tidak

memerlukan tenaga yang terampil. Tes ini memiliki sensitifitas 35-97% untuk plasmodium

falciparum dan 2-97% untuk plasmodium vivax atau spesies non-falciparum. Sensitifitasnya

rendah bila kadar parasitemia rendah atau donor non imun.15.16..25

Draper dan Sirr berkomentar bahwa “seorang pengunjung dari daerah hiperendemis

memiliki titer antibodi reaktif tinggi sedangkan mereka asimtomatis dan tidak terdeteksi

dengan pemeriksaan mikroskopik. Adanya antibodi antimalaria yang terdeteksi ini dapat

sebagai marker untuk menentukan adanya parasit malaria didarah tepi. Draper dan Sirr

terdeteksi antibodi anti malaria 11–20 tahun dan 70% masih seropositif malaria setelah 20

tahun dan satu diantaranya sampai 30 tahun.24.25

Page 21: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 21

Gambar 2. OptiMAL Rapid Malaria Test

c. Pemeriksaan DNA Plasmodium (PCR)

Pemeriksaan donor yang memperlihatkan hasil negatif dengan pemeriksaan slide

darah tepi (tebal dan tipis) atau dengan pemeriksaan antibodi, dengan pemeriksaan PCR

dapat memberikan hasil positif. Karena PCR memiliki sensitifitas tinggi yang dapat

mendeteksi parasit titer sangat rendah (5 /mL darah) dan dapat mengidentifikasi jenis

parasit). Studi di Vietnam, darah donor yang diperiksa dengan PCR memperlihatkan PCR

lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik (63% v.s 13%). Rubio et al,

Spanyol-1999, semi-nested PCR memiliki sensitifitas terhadap plasmodium falsifarum 4-40

parasit /mL, yang dengan pemeriksaan mikroskopik negatif.kutip 16

PCR positif berguna untuk menentukan parasitemia donor dengan kadar rendah dan

dapat memberikan informasi untuk kemoterapi antimalaria. Tetapi PCR negatif tidak

jaminan bahwa darah donor tersebut bebas dari parasit malaria, Thellier et al. melaporkan

meskipun tidak terdeteksi dengan PCR namun malaria melalui transfusi dapat terjadi.

Investigasi adanya antigen malaria dengan monklonal antibodi (’Monofluo’ kit, Plasmodium

falsifarum) pada 7000 donor dan 3500 resipien, dari 14 kasus malaria melalui transfusi 13

resipien menujukan adanya antigen.kutip 16

Kelemahan dari PCR ini adalah DNA dari parasit malaria masih dapat dideteksi

sekalipun telah berhasil diobati. Karenanya, pemeriksaan PCR di daerah endemik akan

menghasilkan positif palsu yang akan mengakibatkan banyaknya donor ditolak atau darah

terbaung percuma. Meskipun teknik PCR sangat menjanjikan untuk skrining malaria tetapi

tidak bisa dipertimbangkan sebagai metode pilihan karena masalah biaya yang mahal

(diperkirakan untuk skrining $ 3.97 / kasus malaria).15.16

Page 22: Malaria Melalui Transfusi

Gambar 3. Sensitiftas pemeriksaan malaria “direct test” (parasit per microliter)

3.5.2 Metode Tidak Langsung

a. Serologi

Antibodi dari semua plasmodium dibentuk tubuh 1 sampai 14 hari setelah terpapar

infeksi dan dapat dideteksi setelah beberapa bulan

antibodi dapat mengindikasikan seseorang dengan klinis atau subklinis malaria, atau dapat

juga pada individu yang imun malaria di daerah endemik.

darah tidak berarti adanya parasit dalam sirkulasi.

antibodi digunakan untuk skrining

endemik) dan untuk konfirmasi donor non

Deteksi antibodi di daerah endemik

memiliki antibodi malaria

maka hampir semuanya akan dit

antibodi malaria 1% - 2%.

b. Deteksi Antibodi Dengan Enzyme

Pemeriksaan antibodi dengan EIA dikembangkan untuk plasmodium falsifarum,

Chiodini et al, menginvestigasi dengan E

plasmodium falsifarum. Mereka memperlihatkan sensitifitas antibodi 93% pada pasien

dengan pemeriksaan IFAT positif 1,5% dan sensitifitas untuk slide darah tepi positif adalah

73% falsifarum dan 52% vivax.

setelah donor berpergian ke daerah endemik.

Aidi Nasr

Transfussion

Gambar 3. Sensitiftas pemeriksaan malaria “direct test” (parasit per microliter)

Tidak Langsung

ntibodi dari semua plasmodium dibentuk tubuh 1 sampai 14 hari setelah terpapar

infeksi dan dapat dideteksi setelah beberapa bulan–tahun. Hasil positif pemeriksaan

antibodi dapat mengindikasikan seseorang dengan klinis atau subklinis malaria, atau dapat

a pada individu yang imun malaria di daerah endemik. Maka, adanya antibodi dalam

darah tidak berarti adanya parasit dalam sirkulasi. Meskipun demikian pemeriksaan

antibodi digunakan untuk skrining donor yang mempunyai risiko (tu

) dan untuk konfirmasi donor non-parasitemia asimptomatis.

Deteksi antibodi di daerah endemik tidak berguna karena semua penduduk

antibodi malaria antara 20% dan 90%, sehingga bila dilakukan skrining donor

r semuanya akan ditolak. Sedangkan populasi di daerah non

2%.16.26

Dengan Enzyme-Immunoassay (EIA)

Pemeriksaan antibodi dengan EIA dikembangkan untuk plasmodium falsifarum,

Chiodini et al, menginvestigasi dengan EIA spsifik IgG donor UK yang pernah terpapar

plasmodium falsifarum. Mereka memperlihatkan sensitifitas antibodi 93% pada pasien

dengan pemeriksaan IFAT positif 1,5% dan sensitifitas untuk slide darah tepi positif adalah

73% falsifarum dan 52% vivax. Dengan ini mereka menganjurkan pemeriksaan EIA 6 bulan

setelah donor berpergian ke daerah endemik.4.16

rul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 22

Gambar 3. Sensitiftas pemeriksaan malaria “direct test” (parasit per microliter)16

ntibodi dari semua plasmodium dibentuk tubuh 1 sampai 14 hari setelah terpapar

tahun. Hasil positif pemeriksaan

antibodi dapat mengindikasikan seseorang dengan klinis atau subklinis malaria, atau dapat

Maka, adanya antibodi dalam

eskipun demikian pemeriksaan

(tu donor di daerah non-

parasitemia asimptomatis.26

karena semua penduduk biasanya

antara 20% dan 90%, sehingga bila dilakukan skrining donor

olak. Sedangkan populasi di daerah non-endemik memiliki

Pemeriksaan antibodi dengan EIA dikembangkan untuk plasmodium falsifarum,

IA spsifik IgG donor UK yang pernah terpapar

plasmodium falsifarum. Mereka memperlihatkan sensitifitas antibodi 93% pada pasien

dengan pemeriksaan IFAT positif 1,5% dan sensitifitas untuk slide darah tepi positif adalah

ini mereka menganjurkan pemeriksaan EIA 6 bulan

Page 23: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 23

Davidson et al. menggunakan commercial ELISA untuk menilai risiko malaria pada

donor darah di Auckland, dari 530 donor yang pernah pergi ke Asia 35%, ke Afrika 19%, ke

India 13%, ke Melanesia 15% dan daerah campuran 18%. Memperlihatkan 1.7% antibodi

positif (sama dengan yang dilaporkan Chiodini et al, di UK 1.5% pada donor yang kembali

dari “tropical area”). Davidson et al., juga menyimpulkan bahwa antibodi antimalaria positif

mengindikasikan pasien sedang atau pernah menderita malaria.27

Draper dan Sirr menguji serum dari 415 kasus yang terdiagnosis malaria di UK, 88

adalah penduduk UK yang pernah melakukan perjalanan dan serangan pertama malaria,

sementara 327 dari imigran dengan riwayat malaria. Dengan pemeriksaan Indirect

Fluorescent Antibody Test (IFAT) seminggu setelah onset 78% penduduk UK memiliki

antibodi positif terhadap antigen plasmodium falsifarum dan 100% dari imigran dengan

seropositif. Lebih jauh, imigran juga dengan titer tinggi, antibodi menetap lebih lama dan

bereaksi silang dengan antigen malaria (nonfalsifarum). Temuan ini mungkin karena respon

amnestik pada malaria sebelumnya yang bermakna dalam skrining serologi donor.

c. Hemozoin

Deteksi hemozoin yang berasal dari haem (eritrosit pecah) dan di fagosit oleh monosit,

kemudian dengan cahaya laser depolaroid (pada mesin automated hematology analyzer)

dapat dibedakan monosit normal dari monosit yang mengandung hemozoin. Semakin

banyak hemozoin semakin banyak pemecahan darah dan infeksi aktif, tetapi pemeriksaan

ini tidak sesensitif pemeriksaan konvensinal. Satu studi oleh Wever et al., melaporkan 58

pasien yang didiagnosis dengan pemeriksaan konvensional hanya 62% terdeteksi dengan

pemeriksaan hemozoin.16

Page 24: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 24

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pentingnya mempertimbangkan diagnosis malaria pada pasien yang demam setelah

terapi transfusi darah. Diagnosis mungkin terlambat karena demam bisa saja disebabkan

oleh penyakit dasarnya, infeksi post operatif atau reaksi jaringan karena keganasan atau

trauma operasi.

2. Meskipun jarang, malaria melalui transfusi sering berat dan fatal. Untuk itu diperlukan

suatu metode praktis skrining donor untuk keamanan transfusi.

3. Skrining donor sukar dilakukan pada daerah endemik karena hampir semua populasi

semi-imun, memiliki densitas parasit rendah dan sering asimptomatis. Ini disebabkan

karena populasi secara kontinyu terinfeksi malaria.

4. Metode skrining donor adalah dengan menanyakan riwayat perjalanan, tinggal atau

pernah menderita malaria. Kemudian dengan melakukan pemeriksaan deteksi antigen

mulai dengan cara standar (mikroskopik hapusan darah tepi) sampai pemeriksaan

antigen-antibodi dengan metode yang canggih.

5. Bila malaria melalui transfusi ini terjadi dapat diterapi dengan kemoterapi anti malaria

atau bila kondisi berat dapat dilakukan transfusi tukar.

Saran

1. Transfusion-Transmitted Malaria adalah salah satu masalah dalam keamanan transfusi di

daerah endemik, untuk itu penting sekali skrining donor sebelum darahnya ditransfusikan

dan donor yang terinfeksi harus diterapi sebelum diterima.

2. Penting sekali skrining malaria pada donor diterapkan di unit transfusi rumah sakit kita,

dan penelitian untuk eradikasi penularan malaria melalui transfusi ini.

Page 25: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 25

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. The African Malaria Report 2003. Geneva: WHO/UNICEF, 2003

2. Candolfi E. Transfusion-Transmitted Malaria, Preventive Measures, Transfus Clin Biol. 2005 Jun,

(2) : 107-13.

3. Kitchen AD. and Chiodini PL., Malaria and Blood Transfusion. Vox Sanguinis 2006, 90 (2) : 77-84

4. Chiodini P.L. and Barbara J.A., Malaria and Blood Transfusion, in Malaria: A Hematological

Perspective, chapter 12, edited by Geoffrey Pasvol and Stephen Hoffman, Imperial College Press,

London 2004 (ebook, downloaded from http// www.gigapedia.com)

5. Slinger R., Giulivi A., Bodie-Collins M. et al., Transfusion-Transmitted Malaria In Canada, Canadian

Medical Association Journals, FEB-2001; 164; 377-379

6. Epidi T.T, Nwani C.D. and Ugorji N.P., Short Communication : Prevalence of malaria in blood

donors in Abakaliki-Metropolis Nigeria, Scientific Research and Essay, April 2008 Vol. 3 (4) : pp.

162-164

7. Kitchen AD, Barbara JA and Hewitt P.E., Documented Cases Of Post-Transfusion Malaria Occurring

In England: A Review In Relation To Current And Proposed Donor-Selection Guidelines, Vox

Sanguinis 2005, 89 : 77–80

8. Kitchen A, Mijovic A. and Hewitt P., Transfusion-Transmitted Malaria: Current Donor Selection

Guidelines Are Not Sufficient, Vox Sanguinis 2005, 88 : 200–201

9. Fabrice Bruneel, Marc Thellier, Odile Eloy et al., Transfusion-Transmitted Malaria, Intensive Care

Med, 2004, 30:1851–1852

10. Mungai M, Tegtmeier G, Chamberland M and Parise M., Transfusion-Transmitted Malaria In The

United States from 1963 through 1999. N. Engl. J. Med. 2001, 344: 1973-9

11. Siddig M. Ali, Gader AM., Kadaru Y, Salih M., Screening Blood Donors For Malaria Parasite In

Sudan : Original Article, Ethiop J Health Dev. 2004, 18 (2): 70-74

12. Sazama K., Prevention Of Transfusion-Transmitted Malaria: Is It Time To Revisit The Standards ?

Transfusion 1991. 31: 786-9.

13. Dodd RY. Transmission Of Parasites And Bacteria By Blood Components. Vox Sanguinis 78, 2000,

suppl. 2: 239

14. Jesse C.U., Ogbu O and Nwojiji V., Potential Risk Of Induced Malaria By Blood Transfusion In

South-Eastern Nigeria, McGill Journal of Medicine 2006, 9 : 8-13.

Page 26: Malaria Melalui Transfusi

Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Transfussion-Transmitted Malaria| 26

15. Bushra Moiz, Prevention of Transfusion Transmitted Malaria in an Endemic area–A Challenge for

Blood Banks : Review Article, Infectious Diseases Journal of Pakistan, 2004 : 96-98

16. Clive R. S., Kitchen A. and Timothy M.E., The Current Status and Potential Role of Laboratory

Testing to Prevent Transfusion-Transmitted Malaria, Transfusion Medicine Reviews, July 2005, 93

(2): pp 229-240

17. Donor Selection Guidelines DSG008, Supplement 1, Guidelines for the Blood Transfusion Services

in the United Kingdom (Joint United Kingdom Blood Transfusion Services / National Institute of

Biological Standards and Control Professional Advisory Committee), 5th ed., 2004 (The Stationery

Office).

18. World Health Organization. Severe Falciparum Malaria. Transfusion R. Soc. Tropical Medicine Hyg.

2001, suppl. 1

19. Panossian C. Editorial Response, Exchange Blood Transfusion In Severe Falciparum Malaria - The

Debate Goes On. Clin. Infect. Dis. 1998. 26: 853.

20. Riddle MS, Jackson JL, Sanders JW and Blazes DL. Exchange Transfusion As An Adjunct In Severe

Plasmodium Falciparum Malaria: A Meta-Analysis. Am. J. Trop. Med. Hyg 2001. 65, suppl. 3: 148.

21. Hoontrakoon S and Suputtamongkol Y. Exchange Transfusion As An Adjunct To The Treatment Of

Severe Falciparum Malaria. Trop. Med. Int. Health 2001. 3: 156.

22. Macallan DC, Pocock M, Robinson GT, Parker-Williams J and Bevan DH. Red Cell Exchange,

Erythrocytapheresis, In The Treatment Of Malaria With High Parasitaemia In Returning Travellers.

Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 2000. 94: 353

23. Charles D. Ericsson, MD., Transfusion-Transmitted Malaria: How Satisfactory Are Current

Preventative Measures?, The American Journal of Medicine, 2006, 119 : e1-e2

24. Choudhury N, Jolly JG, Ganguly NK, Mahajan RC, and Dubey ML. Plasmodial Antigen Detection By

Monoclonal Antibody As A Screening Procedure For Blood Donors In Transfusion Medicine. J

Indian Med Assoc. 1991, 89(12) : 334-6.

25. Ali Oner Y. Hacer Akın and Kocazeybek B., Detection of Plasmodium Vivax And Plasmodium

Falciparum In Blood Donors, Transfusion And Apheresis Science 2004, 30 : 3-7

26. Ur Rahman M, Naz Akhtar G., Rashid S and Lodhi Y., Risk Of Malaria Transmission Through Blood

Transfusion And Its Detection By Serological Method, Pak J Med Sci, Apr-Jun 2003, 19 (2):106-10

27. Davidson N, Woodfield G and Henry S., Malaria Antibodies In Auckland Blood Donors. N. Z. Med. J.

1999. 112: 181.