maklah talak.doc

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam. Pernikahan juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara kemashlahatan umum. Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan memperturutkan hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan bencana dalam masyarakat. Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan pernikahan dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh kebahagian atau dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahma. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah tangga yang terbentuk melalui pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang ada saja masalah yang menimbulkan perselisihan yang dapat berujung pada perceraian. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan sebagainya. Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat membutuhkan, dan tidak ada jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini antara lain dibolehkan apabila suami istri sudajh tidak dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentuan agama, seingga tujuan rumah tangga yang pokok yaitu mencapai kehidupan rumah tangga yang tenang dan bahagia sudah tidak tercapai lagi. Apalagi kalau rumah tangga itu dapat mengakibatkan penderitaan- 1

Upload: nur-kholis

Post on 01-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKLAH TALAK.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam.

Pernikahan juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara

kemashlahatan umum. Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan

memperturutkan hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan bencana

dalam masyarakat.

Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan

pernikahan dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh

kebahagian atau dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah, mawaddah,

warahma. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah tangga yang terbentuk

melalui pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang ada saja masalah yang

menimbulkan perselisihan yang dapat berujung pada perceraian.

Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang

kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan sebagainya.

Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat membutuhkan, dan tidak ada

jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini antara lain dibolehkan apabila suami

istri sudajh tidak dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentuan

agama, seingga tujuan rumah tangga yang pokok yaitu mencapai kehidupan rumah

tangga yang tenang dan bahagia sudah tidak tercapai lagi. Apalagi kalau rumah

tangga itu dapat mengakibatkan penderitaan-penderitaan dan perpecajhan antara

suami istri tersebut, maka dalam keadaan demikian perceraian dapat dilaksanakan,

yaitu sebagai jalan keluar bagi segala penderitaan bailk yang menimpa suami atau

istri.

Namun demikian, bagi wanita yang dicerai oleh suaminya, baik vcerai biasa

atau cerai mati (ditinggal mati), tidakl boleh langsung menikah lagi dengan laki-laki

lain, melainkan ia harus menunggu untuk sementara waktu lebih dahulu. Masa

menunggu bagi wanita yang bercerai itu disebut iddah. Diadakan masa iddah itu

dimaksudkan untuk mengetahui apakah selama masa iddah itu wanita tersebut hamil

atau tidak, dan jika ternyata hamil maka anak tersebut masih sebagai anak dari suami

yang pertama. Selain itu, iddah dimaksudkan sebagai masa untuk ‘berpikir ulang’

bagi suami istri untuk menetukan kelanjutan hubungan mereka. Jika ternyata dalam

1

Page 2: MAKLAH TALAK.doc

masa iddah itu, suami istri menyesali perceraian mereka, mereka bias rujuk atau

kembali ke ikatan pernikahan mereka yang lama. Aturan-aturan tentang talak, iddah,

dan rujuk telah diatur dengan lengkap dalam agama islam.

B.       Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1.    Bagaimana hakikat talak?

2. Bagaimana hakikat Khulu’ dan Fasakh

3.    Bagaimana hakikat Rujuk?

4.    Bagaimana hakikat Iddah?

5. Bagamana hakikat Hadhanah ?

2

Page 3: MAKLAH TALAK.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A.    THALAK

1.      Pengertian dan Hukum Thalak

Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan lafaz tertentu,

misalnya suami mengatakan kepada isterinya; “saya thalak engkau”, dengan ucapan tersebut

lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian.

            Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak merupakan

perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah SWT.

2.  Macam-Macam Talak

a. Talak menurut bentuknya

Talak yang dijatuhkan suami kepada istri ada beberapa macam bentuknya, yaitu: ila’,

lian, dzihar, dan fasakh.

Ila’

Ila’ ialah sumpah suami bahwa tidak akan mencapuri istrinya. Ila’ merupakan adat Arab

jahiliyah. Mereka bersumpahtidak akan menggauli istrinya dengan maksud menyakitinya

dan membiarkan ia menderita berkepanjangan tanpa ada kepastian dicerai atau tidak.

Jika seorang laki-laki tidak senang lagi kepada istrinya, dan iapun tidak suka pula kalau

nanti istrinya dikawini orang lain, maka ia melakukan ila’ yaitu bersumpah tidak akan

menggauli istrinya itu.

    Lian

Lian ialah saling melaknat antara suami dan istri. Lian terjadi karena salah satu

(suami/isteri) menuduh yang telah berbuat zina, sementara yang dituduh bersikeras

menolak tuduhan. Apabila tidak dapat diselesaikan secara baik-baik, keduanya datang ke

Pengadilann Agama untuk diadakan sumpah dihadapan hakim. Di hadapan hakim

penuduh disuruh bersumpah sebanyak lima kali, empat kali sumpah bahwa “Demi Allah,

engkau (suami/isteri) telah berbuat zina”. Yang kelima bersumpah bahwa “Aku

(suami/isteri) bersedia menerima laknat Allah jika berdusta”. Apabila penuduh tidak mau

bersumpah, ia ditahan sampai mau bersumpah atau mencabut tuduhannya.

    Dzihar

Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya dengan

ibunya seperti kata suami; Engkau seperti punggung ibuku. Pada zaman jahiliah, Dzihar

dianggap sebagai salah satu cara menceraikan istri. Kemudian islam melarangnya, dan

menyatakan haram hukumnya. Suami yang terlanjur mendzihar istrinya sebelum

mencampuri membayar kifaratnya adapun kifarat dzihar adalah memerdekakan budak,

3

Page 4: MAKLAH TALAK.doc

jika tidak mampu, harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak kuat puasa, wajib

memberi makan 60 orang miskin.untuk dzihar ini

    Fasakh

Fasakh adalah pembatalan nikah yang dilakukan oleh pengadilan karena salah satu pihak

(suami atau isteri) tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Pada dasarnya, fasakh adalah

hak suami dan isteri. Tetapi karena suami sudah mempunyai hak talak, maka fasakh

biasanya diusulkan oleh pihak  isteri.

Alasan yang dapat digunakanuntuk mengajukan fasakh, antara lain:

 a) suami cacat tubuh yang serius;

b) suami tidak memberi  nafkah kepada isteri;

c) suami berselingkuh dengan wanita lain;

d) suami murtad atau pindah agama.

b.   Thalak menurut hukumnya

Ditinjau dari segi keadaan isteri, thalakitu dibagi dua macam, yaitu talak sunni dan talak bid’i.

     Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan seorang suami kepada isterinya, ketika isterinya

sedang suci sedang suci, yaitu tidak sedang haid; atau isteri dalam keadaan suci dan tidak

dicampuri; atau sama sekali belum dikumpuli; atau dalam keadaan hamil. Hhukumnya

bolehh dilakukan.

    Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan suami, ketika isterinya sedang haid, atau sedang

suci tetapi telah dicampuri, atau thalak dua/tiga sekaligus.thalak bid’I hukumnya haram.

c.    Thalak menurut sifatnya

Ditinjau dari segi sifatnya atau cara menjatuhkannya talak itu terbagi dua, yaitu talak sarih

dan talak kinayah

    Talak sarih adalah talak yang diucapkan suami dengan ucapan yang jelas, yaitu ucapan

talak (cerai), firak (pisah), atau sarah (lepas).talak yang diucapkan dengan menggunakan kata-

kata tersebut  dinyatakan sah dengan tidak diragukan lagi keabsahannya.

   Talak kinayah adalah ucapan yang tidak jelas maksudnya, tetapi mengarah kepada

perceraian. Misalnya dengan ucapan yang bernada mengusir, menyuruh pulang  atau ucapan

yang  bernada tidak memerlukan lagi dan sejenisnya. Jika ucapan itu diniatkan thalak, maka

talaknya jatuh.karena itu untuk menghindari terjadinya talak kinayah, sebaliknya suami

berhati-hati  dalam menggunakan kata-kata kepada isterinya,

Pernikahan dan perceraian kedua dengan suami barunya tidak boleh direkayasa. Semuanya

harus terjadi secara kebetulan.

B. KHULU’ DAN FASAKH

4

Page 5: MAKLAH TALAK.doc

1. KHULU’

a. Pengertian Khulu’

Al-Khulu, dalam bahasa Indonesia disebut Gugatan cerai. Kata Al-Khulu dengan

didhommahkan hurup kha’nya dan disukunkan huruf Lam-nya, berasal dari kata ‘khul’u ats-

tsauwbi. Maknanya melepas pakaian. Lalu digunakan untuk istilah wanita yang meminta

kepada suaminya untuk melepas dirinya dari ikatan pernikahan yang dijelaskan Allah sebagai

pakaian. Sedangkan menurut pengertian syari’at, para ulama mengatakan dalam banyak

defenisi, yang semuanya kembali kepada pengertian, bahwasanya Al-Khulu ialah terjadinya

perpisahan (perceraian) antara sepasang suami-isteri dengan keridhaan dari keduanya dan

dengan pembayaran diserahkan isteri kepada suaminya . Adapaun Syaikh Al-Bassam

berpendapat, Al-Khulu ialah perceraian suami-isteri dengan pembayaran yang diambil suami

dari isterinya, atau selainnya dengan lafazh yang khusus”  

b. Hukum AL-Khulu’

Al-Khulu disyariatkan dalam syari’at Islam berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada

mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.

Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum

Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk

menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.

c. Ketentuan Hukum Al-Khulu

Menurut tinjauan fikih, dalam memandang masalah Al-Khulu terdapat hukum-hukum taklifi

sebagai berikut.:

[1]. Mubah (Diperbolehkan).

Ketentuannya, sang wanta sudah benci tinggal bersama suaminya karena kebencian dan

takut tidak dapat menunaikan hak suaminya tersebut dan tidak dapat menegakkan

batasan-batasan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ketaatan kepadanya, Syaikh Al-

Bassam mengatakan, diperbolehkan Al-Khulu (gugat cerai) bagi wanita, apabila sang

isteri membenci akhlak suaminya atau khawatir berbuat dosa karena tidak dapat

menunaikan haknya. Apabila sang suami mencintainya, maka disunnahkan bagi sang

isteri untuk bersabar dan tidak memilih perceraian.

[2]. Diharamkan Khulu’, Hal Ini Karena Dua Keadaan

a). Dari Sisi Suami.

Apabila suami menyusahkan isteri dan memutus hubungan komunikasi dengannya, atau

dengan sengaja tidak memberikan hak-haknya dan sejenisnya agar sang isteri membayar

tebusan kepadanya dengan jalan gugatan cerai, maka Al-Khulu itu batil, dan tebusannya

dikembalikan kepada wanita. Sedangkan status wanita itu tetap seperti asalnya jika Al-

5

Page 6: MAKLAH TALAK.doc

Khulu tidak dilakukan dengan lafazh thalakApabila suami menceraikannya, maka ia tidak

memiliki hak mengambil tebusan tersebut. Namun, bila isteri berzina lalu suami

membuatnya susah agar isteri tersebut membayar.

b). Dari Sisi Isteri

Apabila seorang isteri meminta cerai padahal hubungan rumah tangganya baik dan tidak

terjadi perselisihan maupun pertengkaran di antara pasangan suami isteri tersebut. Serta

tidak ada alasan syar’i yang membenarkan adanya Al-Khulu, maka ini dilarang,

berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Semua wanita yang minta cerai (gugat cerai) kepada suaminya tanpa alasan, maka haram

baginya aroma surga

[3]. Wajib

Terkadang Al-Khulu hukumnya menjadi wajib pada sebagiaan keadaan. Misalnya terhadap

orang yang tidak pernah melakukan shalat, padahal telah diingatkan. Demikian juga

seandainya sang suami memiliki keyakinan atau perbuatan yang dapat menyebabkan

keyakinan sang isteri keluar dari Islam dan menjadikannya murtad. Sang wanita tidak mampu

membuktikannya di hadapan hakim peradilan untuk dihukumi berpisah atau mampu

membuktikannya, namun hakim peradilan tidak menghukuminya murtad dan tidak juga

kewajiban bepisah, maka dalam keadaan seperti itu, seorang wanita wajib untuk meminta dari

suaminya tersebut Al-Khulu walaupun harus menyerahkan harta. Karena seorang muslimah

tidak patut menjadi isteri seorang yang memiliki keyakinan dan perbuatan kufur . 

2. FASAKH

a. Pengertian

Fasakh adalah surak atau putusnya perkawinan melaluoi pengadilan yang hakikatnya

hak suami-istri di sebabkan sesuati yang diketahui setelah akad berlangsung. Misalnnya suatu

penyakit yang muncul setelsah akad yang menyebabkan pihak lain tidak dapat merasakan arti

dan hakikat sebuah perkawinan

Selain fasakh ada juga istilah yang hampir sama dengan fasakh yaitu fasid. Maksud dari

fasid adalah merupakan siuatu putusanb pengadilan yang diwajibkan melalui persidangan

bahwa perkawinan yang telah dilangsungkan tersebut mempunyai cacat hokum, hal itu

disebabkan misalnya tidak terpenuhinya persyaratan atau rukun nukah atau disebabkan di

langgarnya ketentuan yang mengharamkan perkawinan tersebut.

b. Yang Menyebabkan Faskh

 Para ulama telah sepakat bahwa apabila salah satu pihak dari suami istri mengetahui

ada ‘aib pada pihak lain sebelum ‘aqad nikah itu diketahuinya sesudah ‘aqad tetapi ia sudah

6

Page 7: MAKLAH TALAK.doc

rela secara tegas ata8u ada tanda yang menunjukan kerelaanny maka ia tidak mempunyai hak

lagi untuk meminya fasakh dengan alas an ‘aib itu bagaimanapun.

C.     IDDAH

1.      Pengertian Iddah

Secara bahasa, kata “Iddah” dalam bahasa arab diambil dari kata “al-‘Adad” dan “al-

Ihsha’” yang berarti “Bilangan”, yakni sesuatu yang dihitung oleh perempuan (istri) dari

hari-hari dan haid atau hitungan dari haid atau suci, atau hitungan bulan.

      Secara istilah , “Iddah” berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi perempuan

dan tidak boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah denganya. Dikalangan

para ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan pengertian iddah. Menurut

ulama Hanafiah, iddah berarti saat-saat tertentu menurut syara’ untuk menyelesaikan hal-hal

yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat menunggu bagi wanita ketika

berpalingnya perkawinan atau yang serupa. Sedangkan menurut ulama jumhur, Iddah berarti

saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk

beribadah, atau keadaan bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang berakhir.

2.      Masa Iddah

Lamanya masa iddah bagi seorang perempuan sebagai berikut:

Wanita yang dicerai suaminya, kalau ia sedang mengandung maka masa iddahnya sampai

dengan lahirnya anak yang dikandungnya.

Wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak mengandung (hamil),  maka

iddahnya empat bulan sepuluh hari

Wanita yang dicerai oleh suaminya. Sedangkan ia masih dalam keadaan haid, maka

iddahnya tiga quru’ (3 kali suci).

Wanita yang tidak pernah datang haid lagi, misalnya karena ia masih kecil atau sudah

manupause ( usia yang sudah lanjut), maka iddahnya tiga bulan. 

Wanita yang dicerai suaminya sebelum dicampuri maka baginya tidak ada iddah, dalam

arti begitu heri itu cerai, maka hari itu pula ia boleh menikah dengan laki-laki lain.

3.      Hak isteri selama masa iddah

Wanita yang dalam masa iddah raj’iah (iddah talak satu atau talak dua berhak

menerima tempat tinggal, pakaian dan belanja dari suaminya. Karena pada hakekatnya

mereka masih belum putus tali perkawinannya, dan masih berstatus suami isteri.

  Wanita dalam iddah ba’in (talak tiga atau khuluk) tetapi tidak hamil hanya berhak

mengambil tempat tinggal saja

  Wanita dalam iddah wafat tidak mendapat hak seperti wanita dalam iddah li”an tetapi ia

dan anak kandungnya mendapat hak pusaka dari suaminya yang meninggal dunia.

7

Page 8: MAKLAH TALAK.doc

D.    RUJUK

1.      Pengertian Rujuk

Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak rujuk bermaksud

mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang daripada tiga kali dalam

masa idah dengan syarat-syarat tertentu.

   Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak perlu mendapatkan persetujuan

kepada bekas isteri  terlebih dahulu.

  Seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu atau dua, harus baginya

untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih dalam iddah kerana rujuk

adalah hak suami, bukan hak isteri.

2.      Hukum rujuk

a. Wajib — Suami yang menceraikan salah seorang daripada isteri-isterinya dan dia belum

menyempurnakan  pembahagian giliran terhadap isteri yang diceraikan itu.

b.   Haram — Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan kepada isteri

tersebut.

c.   Makruh — Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.

d.  Harus — Jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kedua-dua belahpihak.

e.   Sunat — Sekiranya mendatangkan kebaikan.

Suami boleh merujuk isteri yang ditalakkannya dengan syarat-syarat berikut:

  Belum habis iddah.

  Isteri tidak diceraikan dengan talak tiga.

   Talak itu setelah persetubuhan.

E. HADHANAH

1 . Pengertianya

Pemeliharaan anak dalam bahasa Arab disebut Hadhanah, namun hadhanah menurut

bahasa berarti “meletakan sesuatu didekat tulang rusuk atau di pangkuan”, karma ibu

menyusukan anaknya dipangkuanya, seakan-akan ibu melindungi dan memelihara anaknya,

sehingga hadhanah di jadikan istilah yang dimaksud.

2. Dasar Hukumnya.

Dasar hukum pemeliharaan anak, tercantum dalam surat at-Tahrim:6 yang berbunyi :

ناراوقودهاالناسواحجارة وأهليكم یآأیهاالذينآمنواقواأنفسكم

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.

8

Page 9: MAKLAH TALAK.doc

Pada ayat ini orang tua di tuntut untuk memelihara keluarganya agar terpelihara dari

api neraka, agar seluruh anggota keluarganya ,elaksanakan perintah dan meninggalkan

laranganya, termasuk anggota keluarga disini yakninya anak.

Betapa banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan kita (ibu-bapak) untuk

memelihara serta menjaga dan bertanggung jawab dalam memelihara keluarganya.

3. Yang Berhak Melakukan Pemeliharaan Anak

Seseorang anak dari permulaan hidupnya sampai pada umur tertentu memerlukan orang lain

untuk membantunya dalam kehidupanya, baik seperti makan minum dll. Oleh

karena itu orang yang menjaganya perlu rasa kasih saying, kesabaran, serta

mempunyai keinginan agar anak itu baik di kemudian hari. Dan memiliki syarat-

syarat tersebutyakninya wanita. Oleh karena itu agama menetapkan bahwa

wanitalah yang pantas dalam pemeliharaan ini.

Serta didalam riwayat lain Abu Bakar berkata : Ibu lebih cenderung kepada anaknya,

lebih halus, lebih pemurah, lebih baik dan penyayang. Ia lebih bverhak atas anaknya selama ia

belum kawin dengan laki-laki lain.

Dan juga didalam buku lain dikatakan, bahwa “Ibu adalah satu-satunya yang dapat

Oleh karena itu hakim, mantan suami, wali, ataupun orang lain dalam memisahkan

anak dengan ibunya sebagaimana ancaman Rosull dalam hadistnya tadi.

Jika ibunya telah meninggal ataupuntidak ada maka yang menjadi hadhanah ibu dari

ibunya anak itu teerus keatas, begitupun sebaliknya ibu dari bapaknya hingga keatas. Jika ada

yang melakukan hadhanah yaitu pemerintahnya.

Dasar urutan orang-orang yang berhak melakukan dalam hadhanah yaitu :

1. Kerabat pihak ibu didahulukan atas kerabat pihak bapak jika tinggkatannya dalam

kerabat adalah sama.

2. kerabat sekandung didahulukan dari kerabat yang bukan sekandung dan kerabat seibu

lebih didahulukan atas kerabat bapaknya, dll.

Namun dalam hal ini untuk menjadi seorang hadhanah harus mempunyai syarat-

syarat yakni :

Berakal

Merdeka

Menjalankan Agama

Dapat menjaga Kehormatan dirinya

Orang yang dipercay

Orang yang menetap didalam negri anak yang di didiknya

Keadaan perempuan tidak bersuami, kecuali bersuami denga keluarga dari

anak yang memang berhak pula yang untuk mendidik anak itu, maka haknya

tetap

9

Page 10: MAKLAH TALAK.doc

4. MASA HADHANAH

Didalam Al-qur’an serta hadist secara tegas tidaklah terdapat tentang masa hadhanah,

hanya saja terdapat isyarat-isyarat yang menerangkan ayat tersebut. Oleh karena itu hanya

saja para ulama berijtihad sendiri-sendiri, seperti halnya mazhab Hanafi berpendapat bahwa

hadhanah anak laki-laki habis pada waktu dia tidak memerlukan penjagaan serta dapat

mengurus kepentingan pribadinya, sedangkan wanita habis pada saat haid pertamanya.

Sedangkan pendapat para mazhab Imam Syafi’i, hadhanah itu berkhir ketika sianak telah

mumayyiz atau berumur lima ataupun enam tahun,

5. UPAH HADHANAH

Ibu tidak berhak atas upah hadhanah seperti menyusui, selama ia masih menjadi istri

dari anak itu, atau masih dalam masa iddahnya. Karena dalam keadaan tersebut ia masih

dalam keadaan dinafkahi,

:

10

Page 11: MAKLAH TALAK.doc

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

.1 Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan lafaz tertentu,

misalnya suami mengatakan kepada isterinya; “saya thalak engkau”, dengan ucapan

tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian. Thalak menurut hukum

asalnya adalah makruh, karena talak merupakan perbuatan yang halal tetapi paling tidak

disukai oleh Allah SWT

2.     Iddah berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi perempuan dan tidak boleh

untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah denganya. Dikalangan para ulama

fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan pengertian iddah. Menurut ulama

Hanafiah, iddah berarti saat-saat tertentu menurut syara’ untuk menyelesaikan hal-hal

yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat menunggu bagi wanita ketika

berpalingnya perkawinan atau yang serupa. Sedangkan menurut ulama jumhur, Iddah

berarti saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk mengetahui kekosongan rahimnya,

atau untuk beribadah, atau keadaan bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang

berakhir.

3.    Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak rujuk

bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang daripada

tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu.

4. Khulu’ maupun fasakh adalah dua bentuk talak yang dikategorikan atas inisiatif

isteri, dan tak ada perbedaan yang jelas. Ini sebagai bukti bahwa Islam tetap

mengakomodasi hak-hak wanita (isteri), walaupun hak dasar talak ada pada

suami, namun dalam keadaan tertentu, isteri juga mempunyai hak yang sama,

yaitu dapat melakukan gugatan cerai terhadap suaminya melalui khulu’ maupun

fasakh. Hukum khuliu tergantung situasi yang ada pada saat itu.

Begitu juga dalam fasakh.

5. Pemeliharan anak dalam bahasa arab disebut hadhanah, namun hadhanah menurut

bahasa berarti “ meletakan sesuatu ditulang rusuk atau dipangkuan” karena ibu

menyusukan anaknya dipangkuannya, seakan-akan ibu melindungi dan

memelihara anaknya, sehingga hadhanah dijadikan istilah yang dimaksud.

6. Seorang anak dari permulaan hidupnya sampai pada umur tertentu memerlukan

orang lain untuk membantunya dalam kehidupannya, baik seprti makan, minum

dll. Oleh karena oitu orang yang menjaganya perlu rasa kasih saying, kesabaran,

11

Page 12: MAKLAH TALAK.doc

serta mempunyai keinginan agar anak itu baik dikemudian hari. Dan yang

memilki syarat-syarat tersebut wanita.

12

Page 13: MAKLAH TALAK.doc

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 1995. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Lubuk Agunghttp://deltapapa.wordpress.com/2008/04/15/talak-dan-cerai/

http://newrupa.blogspot.com/2011/02/pengertian-iddah.htmlhttp://tayibah.com/eIslam/rujuk.htmSahib, Muhammad Amin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam.

Makassar:Universitas Negeri MakassarSa’id Abdul Aziz Al-Jandul, Wanita Diantara Fitrah, Hak Dan Kewajiban, Pustaka

Dariul Haq, Jakarta: 2003Al-Qur’an dan terjemahannya.

13