makalah_maf'ul li ajlih

20
MAF’UL LI AJLIHI MAKALAH (Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nahwu Sharaf) Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Fathurrahman Rauf, MA. Pemakalah : Wahyu Tri Cahyono 0

Upload: wahyu-tri-cahyono

Post on 23-Oct-2015

376 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

makalah maf'ul Li ajlih

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

MAF’UL LI AJLIHI

MAKALAH (Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nahwu Sharaf)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Fathurrahman Rauf, MA.

Pemakalah :

Wahyu Tri Cahyono

PRODI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAHFAKULTAS SYARIAH

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURANJAKARTA

0

Page 2: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

2013

1

Page 3: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

A. Pendahuluan

Dalam kajian ilmu nahwu terdapat satu topik tentang maf’ul (objek). Maf’ul ini

bermacam-macam, yaitu maf’ul bih, maf’ul fih, maf’ul ma’ah, maf’ul muthlaq,

dan maf’ul li ajlih. Dalam kajian ini hanya akan memfokuskan pada masalah

maf’ul li ajlih. Masalah yang akan dikaji tentang maf’ul li ajlih ini :

1. Apakah pengertian al-maf’ul li ajlih ?

2. Bagaimana persyaratan al-maf’ul li ajlih ?

3. Apakah semua mashdar tepat menjadi al-maf’ul li ajlih ?

4. Apakah semua fi’il dapat menjadi Amil al-Maf’ul li ajlih ?

5. Bagaimana hukum al-maf’ul li ajlih dari segi i’rab ?

6. Bagaimana hukum al-maf’ul li ajlih dari segi posisinya dalam struktur

kalimat ?

Kajian ini dibahas dengan sitematika : pertama : Pendahuluan, yang berisi sekilas

rumusan masalah dalam topik maf’ul li ajlih. Kedua, Pembahasan, yang berisi :

pengertian, persyaratan, macam-macam mashdar yang menjadi maf’ul li ajlih,

al-‘amilu fi al-maf’uli li ajlih, hukum al-maf’ul li ajlih dari segi i’rab, dan hukum

al-maf’ul li ajlih dari segi posisinya dalam struktur kalimat. Ketiga : Kesimpulan.

B. Pembahasan

1. Pengertian

هو االسم المنصوب الذى يذكر بيانا لسبب وقوع الفعل نح��وو ق��ام زي��دوقصدتك ابتغاء معروفك واجالال لعمر

Maf’ul min ajlih adalah isim yang dinashabkan yang disebut untuk

menjelaskan sebab-sebab terjadinya suatu perbuatan.

Contoh: معروفكابتغاءقصدتك , و لعمراجالالقام زيد

Al-Maf’ul li ajlih ( المفعول ألجله ) (the accusative of purpose / objek tujuan)

sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Mohammad Mas’ad Ziyad dalam Al-Lughatu

al-‘Arabiyyah Lughatu al-Qur’an, adalah mashdar yang manshub untuk

menjelaskan terjadinya suatu perbuatan. Al-Maf’ul li ajlih disebut juga al-Maf’ul

min ajlih ( من المفع��ول أجل��ه ) dan al-maf’ul lah ( ل��ه المفع��ول ), yang

2

Page 4: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

merupakan jawaban dari pertanyaan لم (lima : mengapa ?) atau لماذا (limadza:

karena apa ?)

2. Persyaratan

Disyaratkan al-maf’ul li ajlih bersamaan dengan fungsinya, yaitu adanya al-

maf’ul li ajlih adalah untuk menjelaskan sebabnya tentang waktu (kala) dan

subjek (pelaku perbuatan).

Contoh :

القراءة في حبا أقرأ

Aku membaca karena hoby pada bacaan.

: حبا maf’ul li ajlih, karena terpenuhi persyaratan di atas, yaitu berupa mashdar

dari fi’il حب (habba) dan menjelaskan sebab terjadinya perbuatan أقرأ (aqra’u :

aku membaca). لم أقرأ ؟ (lima aqra’u ? : Mengapa aku membaca ?). Jawabnya :

.(hubban : karena hoby) حبا

al-qira’ah) القراءة bersamaan dengan zaman (waktu/kala), artinya (hubban) حبا

: bacaan) dan الحب (al-Hubb : hoby) berlangsung pada waktu yang sama, bukan

waktu berlangsungnya al-qira’ah) الق��راءة : bacaan) lain dengan waktu

berlangsungnya الحب (al-Hubb : hoby). Di samping itu bersamaan الفاعل (al-

fa’il : subjek), artinya subjek القراءة (al-qira’ah : bacaan) dan الحب (al-Hubb :

hoby) sama, yaitu المتكلم (al-mutakallim : orang I) : أنا أقرأ (ana aqra’u : aku

membaca) dan أنا أحب (ana uhibbu : aku berhoby).

Perlu diketahui apabila maf’ul li ajlih tidak memenuhi persyaratan di atas, harus

dalam keadaan jar. Misalnya tidak terdapat mashdar :

للمعرض القاهرة إلى سافرت

Aku pergi ke Kairo untuk pameran

al-mu’arridh) المعرض : pameran) merupakan sebab as-safar) السفر : pergi),

tetapi bukan berbentuk mashdar. Sedangkan contoh tidak bersamaan waktu

terjadinya suatu perbuatan :

غدا للحضور انتظرتك3

Page 5: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

Aku menunggu Anda untuk kehadiran besok

al-hudhur) الحض��ور : kehadiran) merupakan mashdar yang menjadi sebab

al-intizhar) االنتظار : menunggu), di sini subjek perbuatannya sama, subjek

al-intizhar) االنتظار : menunggu) dan al-hudhur) الحضور : kehadiran) adalah

terjadi (al-hudhur : kehadiran) الحضور tetapi ,(al-mutakallim : orang I) المتكلم

besok yang bukan merupakan waktu terjadinya االنتظار (al-intizhar : menunggu).

Lalu contoh tidak samanya subjek :

الضيف كإلكرام سررت

Aku senang penghormatan Anda kepada tamu

ikram) إكرام : penghormatan) merupakan mashdar yang menjelaskan sebab,

waktu dan terjadinya perbuatan sama, tetapi subjek (sarra : senang) adalah تاء

(ta’ al-mutakallim : ta’ pronomina persona orang I), sedangkan subjek dalam arti

subjek maknawi, untuk ikram) إكرام : penghormatan) adalah (al-kaf) الكاف

ضمير المخاطب (dhamir al-mukhathab: pronomina persoma orang II) sebagai

bentuk struktur mudhaf ilaih. Contoh berikut meskipun lengkap persyaratan ألجله

: tetapi boleh majrur (Al-Maf’ul li ajlih) المفعول

دعوته لتلبيِةJ حضرت

Aku hadir untuk memenuhi undangannya

3. Macam-macam Mashdar yang Menjadi Maf’ul li ajlih

Tidak semua mashdar yang tepat posisinya sebagai maf’ul li ajlih, tetapi yang

tepat hanya mashdar yang mengekspresikan suasana hati atau perasaan dan rasa,

antara lain sebagai berikut :

4

Page 6: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

(khasy-yah : takut) خشيِة

(raghbah : keinginan) رغبِة

(ikraman : penghormatan) إكراما

(ihsanan : kebajikan) إحسانا

,hubban : kesenangan) حبا

kecintaan, hoby)

: ta’zhiman) تعظيما

pengagungan, pemuliaan,

penghormatan)

,istabqa’an : keteguhan) استبقاء

ketetapan)

,nufuran : keengganan) نفورا

penghindaran dari rasa takut)

(ijlalan : kemuliaan) إجالال

(ikbaran : kesombongan) إكبارا

,thalaban : keinginan) طلبا

kemauan, tuntutan)

(talbiyyatan : pemenuhan) تلبيِة

(syauqan : kerinduan) شوقا

(aunan : pertolongan‘) عونا

(i’tarafan : pengakuan) اعترافا

,anfatan : bengah hidung) أنفِة

arogansi, kecongkakan)

,iba’an : keengganan) إباء

pembangkangan)

(haya’an : kesopanan) حياء

tufaniyan : saling berbuat) تفانيا

kebinasaan)

(ibtigha’an : pencarian) ابتغاء

(khaufan : ketakutan) خوفا

(thama’an : harapan) طمعا

(hazanan : kesedihan) حزنا

(ra’fatan : kasihan) رأفِة

,syafqatan : belas kasihan) شفقِة

simpati)

(inkaran : pengingkaran) إنكارا

istihsanan : penilaian) استحسانا

baik, anggapan baik)

: ithma’nanan) اطمئنانا

ketenteraman, ketenangan)

(rahmatan : kasih sayang) رحمِة

,i’jaban : keheranan) إعجابا

kekaguman)

,irdha’an : kerelaan) إرضاء

kesukaan, kepuasan)

: muwasatan) مواساة

penghiburan)

,taubihan : celaan) توبيخا

teguran)

(zalfatan : kedekatan) زلفِة

(nash-han : penasihatan) نصحا

5

Page 7: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

Sedangkan contoh-contoh berikut bukan mashdar yang tepat untuk maf’ul li ajlih

karena bukan ekspresi suasana hati, tetapi bentuk aktivitas anggota badan, yaitu :

6

Page 8: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

(dirasatan : pelajaran) دراسِة

(qira’atan : bacaan) قراءة

(kitabatan : tulisan) كتابِة

(imlaqan : kemiskinan) إمالقا

(ilman : pengetahuan‘) علما

;(wuqufan : pemberhentian) وقوفا

dan sejenisnya.

7

Page 9: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

Maka tidak tepat penuturan :

علما مصر إلى سافرت

Aku pergi ke Mesir untuk ilmu

Tetapi yang tepat dituturkan :

للعلم طلبا مصر إلى سافرت

Aku pergi ke Mesir untuk menuntut ilmu

4. Al-‘Amilu fi al-Maf’uli li Ajlih (yang Memfungsikan Maf’ul li ajlih)

Yang memfungsikan maf’ul li ajlih adalah bukan tindakan sebagaimana berikut

ini :

4.1. Mashdar

Contoh :

واجب للعلم طلبا االرتحال

Perjalanan untuk (karena) menuntut ilmu itu adalah wajib

4.2. Isim fa’il

Contoh :

للعلم طلبا مسافر محمد

Muhammad adalah bepergian untuk (karena) menuntut ilmu

4.3. Isim maf’ul

Contoh :

لك حسدا مغبون أنت

Anda terlena untuk (karena) kedengkian Anda

4.4. Shigha al-muballaghah

Contoh :

التفوق في رغبِة بالعلم شغوف أحمد

Ahmad adalah sangat terobsesi dengan ilmu untuk (karena) keinginannya dalam

nominasi (unggulan)

4.5. Isim fi’il

Contoh :

8

Page 10: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

لنفاقهم تجنبا المنافقين حذار

Mewaspadai oportunis untuk (karena) menghindari oportunisme mereka

Jelasnya, tindakan (fi’il) dapat menjadi amil (memfungsikan) maf’ul li ajlih, tetapi

untuk tindakan (fi’il) seperti dalam contoh-contoh itu tidak tepat menjadi amil

(memfungsikan) maf’ul li ajlih.

5. Hukum Maf’ul li ajlih dari Segi I’rab

Dari segi i’rab hukum maf’ul li ajlih adalah sebagai berikut :

5.1. Hukum asal maf’ul li ajlih adalah nashab, dan wajib nashab apabila mujarrad

(tidak terdapat) (al) أل at-ta’rif) التعريف : devinitif) dan al-idhafah) اإلضافِة :

konstruksi genitif). Contoh:

إجالال للمعلم وقفت

Aku berhenti untuk (karena) menghormati guru

االستجمام في رغبِة سافرت

Aku bepergian untuk (karena) kegemaran rekreasi

Selain kondisi ini, maf’ul li ajlih boleh jar. Contoh :

االستجمام في للرغبِة سافرت

Aku bepergian untuk (karena) kegemaran rekreasi

5.2. Dalam kondisi mu’arrif dengan (al) أل at-ta’rif) التعريف : devinitif) dan

penisbahannya, maka hukumnya majrur apabila mendapat awalan (prefiks) huruf

(partikel) jar. Contoh :

عليك الطمئنانل حضرت

Aku hadir untuk memberikan ketenangan kepada Anda

الستجمامل الريف إلى ذهبنا

Kami pergi ke pedesaan untuk rekreasi

Tetapi boleh juga nashab apabila tidak terdapat huruf (partikel) jar, sehingga

tuturannya :

االستجمام الريف إلى ذهبنا

Kami pergi ke pedesaan untuk rekreasi

9

Page 11: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

5.3. Dalam kondisi mudhaf (konstruksi genitif); dalam hal ini boleh nashab dan

boleh jar. Contoh :

الخطأ في الوقوع خشيِة تالوته في المتسابق تأني

Peserta lomba pelan-pelan penuh kecermatan dalam bacaannya karena takut

mengalami kesalahan

Boleh dituturkan :

الخطأ في الوقوع لخشيِة تالوته في تسابق الم تأنى

Peserta lomba pelan-pelan penuh kecermatan dalam bacaannya karena takut

mengalami kesalahan

6. Hukum Maf’ul li ajlih dari Segi Posisinya dalam Struktur Kalimat

Dari segi posisinya dalam sgtfruktur kalimat hukum maf’ul li ajlih adalah sebagai

berikut :

6.1. Posisi maf’ul li ajlih dalam struktur kalimat boleh mendahului amilnya, baik

dalam i’rab nashab maupun jar. Contoh :

مصر إلى سافرت لالستشفاء طلبا

Untuk (karena) mencari pengobatan, aku pergi ke Mesir

الجائزة منح له تكريما

Untuk (karena) penghargaan kepadanya, diberikan piagam

Boleh dituturkan :

مصر إلى سافرت االستشفاء لطلب

Untuk (karena) mencari pengobatan, aku pergi ke Mesir

الجائزة منح هلتكريم

Untuk (karena) penghargaan kepadanya, diberikan piagam

6.2. Posisi maf’ul li ajlih dalam struktur kalimat boleh didahului huruf (partikel)

jar, tetapi tidak dii’rabkan nashab sebagaimana hukum asalnya, tetapi dii’rabkan

sebagai struktur jar majrur. Contoh :

10

Page 12: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

“dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.”

(QS. Al-An’am, 6 : 151)

“dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada

Allah.”

6.3. Posisi maf’ul li ajlih dalam struktur kalimat boleh dihilangkan dan kata yang

menunjukkan adanya tetap dan lazimnya pada posisi sebelum mashdar mu’awwal

dari أن (an) dan kata sesudahnya. Contoh:

“Allah menerangkan kepadamu, karena kamu takut sesat. Dan Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’, 4 : 176)

Dalam contoh ayat ini maf’ul li ajlih dihilangkan sebelum mashdar أن تضلوا (an

tadhillu) dan takdirnya (perkiraannya) : خش��يِة أن تض��لوا (khasy-yatan an

tadhillu : karena takut sesat).

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa

suatu berita, maka periksalah dengan teliti, karena kamu takut menimpakan suatu

musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya” (QS. Al-Hujurat: 6)

“dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana

kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, karena kamu

takut hapus (pahala) amalanmu” (QS. Al-Hujurat : 2)

11

Page 13: Makalah_maf'Ul Li Ajlih

C. Kesimpulan

1. Maf’ul li ajlih (the accusative of purpose / objek tujuan) yang disebut juga

maf’ul min ajlih dan maf’ul lah merupakan mashdar yang manshub untuk

menjelaskan sebab terjadinya suatu perbuatan.

2. Maf’ul li ajlih disyaratkan harus bersamaan dengan fungsinya, yaitu untuk

menjelaskan sebabnya tentang waktu (kala) dan subjek (pelaku perbuatan),

jika tidak memenuhi syarat harus dalam keadaan jar.

3. Tindakan (fi’il) dapat menjadi amil (memfungsikan) maf’ul li ajlih, tetapi ada

pengecualian terhadap tindakan (fi’il) tertentu yang tidak dapat menjadi amil

ini.

4. Mashdar yang tepat sebagai maf’ul li ajlih adalah mashdar yang maknanya

mengekspresikan suasana hati atau perasaan dan rasa, bukan aktivitas anggota

badan.

5. Hukum asal maf’ul li ajlih adalah manshub.

6. Posisi maf’ul li ajlih boleh didahului oleh amil, didahului oleh huruf (partikel)

jar, dan boleh dihilangkan sebelum mashdar mu’awwal an.

REFERENSI :

Abu Muhammad Abdullah Jamaluddin al-Anshari, Audhahu al-Masalik ila Alfiyati Ibni Malik

Ahmad bin Umar al-Hazimi, Fathu Rabbi al-Bariyyah fi Syarhi Nazhmi al-Ajrumiyyah

Ali Al-Jarim dan Mushthafa Amin, An-Nahwu al-Wadhih An-Nahwu al-Wafi At-Tahrir wa at-Tanwir

Dr. Mohammad Mas’ad Ziyad dalam Al-Lughatu al-‘Arabiyyah Lughatu al-Qur’an

Muhyiddin Darfwisy, I’rabu al-Qur’ani wa Bayanuh Qawa’idu al-Lughati al-‘Arabiyyati al-Mubassithah

Syaikh Abdul Ghani, Mu’jamu al-Qawa’idi al-‘Arabiyyah

12