li lbm5 bram

26
STEP 7 1. Teori proses menua : Teori radikal bebas, yang menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif(radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting seluler, termasuk protein,DN, dan lipiddan men!adi molekul" molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu fungsi sel lainnya# Teori Radikal bebas dikemukakan pertama kali oleh Denham Harman tahun 1956, yang menyatakan bahwa proses menua normal merupakan akibat kerusakan aringan oleh radikal bebas.Harman menyatakan bahwa mitokondria sebagai generator radikal bebas, uga merupakan target kerusakan dari radikal bebas tersebut Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektronyang tidak berpasangan. radikalbebas terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses seluler atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen. karena elektron tidak berpasangan, se!ar kimiawi radikal bebas akan men!ari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama dengan protein dan lemak tidak enuh. melalui proses oksidasi, radikalbebas yang dihasilkan selama "os"orilasi oksidati" dapat menghasilkan berbagai modi"ikasi makromolekul. Teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi radikal bebas se$ara bertahap di dalam sel se!alan dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan#

Upload: galih-punya

Post on 06-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

li

TRANSCRIPT

STEP 7

STEP 71. Teori proses menua : Teori radikal bebas, yang menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif(radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting seluler, termasuk protein, DNA, dan lipid dan menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu fungsi sel lainnya.

Teori Radikal bebas dikemukakan pertama kali oleh Denham Harman tahun 1956, yang menyatakan bahwa proses menua normal merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas.Harman menyatakan bahwa mitokondria sebagai generator radikal bebas, juga merupakan target kerusakan dari radikal bebas tersebut

Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron yang tidak berpasangan. radikal bebas terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses seluler atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen. karena elektron tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama dengan protein dan lemak tidak jenuh. melalui proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan berbagai modifikasi makromolekul.

Teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi radikal bebas secara bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan.

Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas berupa antioksidan yang diproduksi oelh tubuh sendiri, namun antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas tersebut. Teori Glikosilasi, yang menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik yang menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai AGEs (advanced glycation end products) dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain yang termodifikasi sehingga menyebabkan disfungsi pada hewan atau manusia yang menua. Protein glikasi menunjukkan perubahan fungsional, meliputi menurunnya aktivitas enzim dan menurunnya degradasi protein abnormal. Manakala manusia menua, AGEs berakumulasi diberbagai jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin, lensa mata. karena muatan kolagennya tinggi, jaringan ikat menjadi kurang elastis dan mengkaku. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh darah. AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya mungkin mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA.

Teori DNA repair, dikemukakan oleh Hart dan Setlow. mereka menunjukkan bahwa adanya perbedaan pola laju repair kerusakan DNA yang diinduksi sinar ultraviolet pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang manunjukkan laju DNA repair terbesar dan korelasi ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata.

(IPD Jilid III, Edisi IV, FKUI 2006)

1. Teori genetik clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai didalam nuclei (inti sel)nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep genetic clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata, seperti terlihat pada tabel dibawah ini (tabel 1).

Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obat atau tindakan-tindakan tertentu.

Pengontrolan genetik umur, rupanya dikontrol dalam tingkat seluler. Mengenai hal ini Hayflick (1980) melakukan penelitian melalui kultur sel in vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.

Untuk membuktikan apakah yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukanlah transplantasi silang dan nukleus. Dan hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumlah replikasi, kemudian menua dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994).

2. Mutasi Somatik (Teori Eror Catastrophe)

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat kinia yang bersifat karsinogenik atau toksik, dapat memperpanjang umur. Menurut teori mi terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sd somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sd tersebut.

Bagaimanakah mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat subselular dan molekular? Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah Hipotesis Error Catastrophe .

Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh kesalahankesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA(RNA), maupun dalam proses translasi (RNA(protein/enzim).Kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, sebagai reaksi dan kesalahan-kesalahan lain yang berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batasbatas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki din sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan dalam proses transkripsi (pembentukan RNA) yang tenth akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim, yang dapat menimbulkan metabolit yang berbahaya.Apalagi jika terjadi pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka akan terjadilah kesalahan yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Suhana, 1994, Constantinides, 1994).

3. Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imum tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sd, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap set yang mengatami perubahan tersebut sebagai set asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein,

1989).

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen/antibodi yang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak jaringan.

Salah sam bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987).

Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah.Inilah yang menyebabkan terjadinya kanker meningkat sesuai dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994).

Modulasi imunologik untuk mengantisipasi hal mi dapat dikerjakan, yaitu dengan antara lain:

- Restorasi imunologik dengan imun-globulin-serum (ISG), serum hiper-imun, pemberian globulin dsb.

- Stimulasi/potensiasi imunologik dengan menggunakan:

- Bahan biologik : - hormon thymus

- limfokin

- interferon dsb.

- Bahan sintetik misalnya : levamisol, isoprinosin dsb.

Semua sel somatik akan mengalami proses menua, kecuali sel seks dan sel yang mengalami mutasi menjadi kanker. Sel-sel jaringan binatang dewasa juga dapat membagi din dan memperbaharui din, kecuali sel neuron, miokardium dan sel ovarium (Constantinides, 1994).

4. Teori menua akibat metabolisme

Pentingnya metabolisme sebagai faktor penghambat umur panjang, dikemukakan pula oleh Balm dan Allen (1989), (dikutip oleh Suhana, 1994). Menurut mereka ada hubungan antara tingkat metabolisme clengan panjang umur. Beberapa hasil penelitian dibawah mi menunjukkan adanya keterkaitan tersebut. Perkembangan lalat (Drosophila Melanogaster) lebih cepat dan umumya lebih pendek pada temperatur 300 C, jika dibandingkan dengan lalat yang dipelihara pada temperatur 100 C. Mamalia yang dirangsang untuk hibernasi (tidur), selama musim dingin umumya lebih panjang daripada kontrolnya. Sebaliknya jika mamalia ditempatkan pada temperatur yang rendah tanpa dirangsang berhibemasi, metabolismenya meningkat dan berumur lebih pendek. Walaupun umurnya berbeda, namun jumlah kalori yang dikeluarkan untuk metabolisme selama hidup adalah sama.

Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak mungkin juga dapat meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai hewan yang hidup di alam bebas yang banyak bergerak dibanding dengan hewan laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan di alam bebas lebih panjang umumya daripada hewan laboratorium (Suhana, 1994).

5. Kerusakan akibat radikal bebas

Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan didalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan didalam rantai pernafasan didalam mitokondria (Oen, 1993). Untuk organisme aerobik, RB terutama terbentuk pada waktu respirasi (aerob) didalam mitokondria, karena 90% oksigen yang diambil tubuh, masuk kedalam mitokondria. Waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim-enzim respirasi didalam mitokondria, maka radikal bebas (RB) akan dihasilkan sebagai zat antara. RB yang terbentuk tersebut adalah: superoksida (02), radikal hidroksil (OH), dan juga peroksida hidrogen (H2O2). RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak talc jenuh, seperti dalain membran sel, dan dengan gugus SH.

Tubuh sendiri sebenamya mempunyai kemampuan untuk menangkal RB, dalam bentuk enzim seperti:

Disamping itu RB dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa non enzimatik, seperti: vitamin C (asam askorbat), provitamin A (Beta Karoten) dan Vitamin E (Tocopherol).

Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian RB tetap lobs, bahkan makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati (Oen, 1993).

Dan penyebab-penyebab terjadinya proses menua tersebut ada beberapa peluang yang memungkinkan kita dapat mengintervensi, supaya proses menua dapat diperlambat. Yang paling banyak kemungkinannya ialah mencegah meningkatnya RB, kedua dengan memanipulasi sistem imun tubuh, ketiga melalui metabolisme/makanan.

Telah disebutkan dimuka, bahwa dan berbagai misteri kehidupan yang masih banyak belum terungkap, maka proses menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan. Disamping itu tidak boleh dilupakan peranan faktor resiko yang datang dan luar (eksogen), yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah.

(R.Boedhi Darmojo, dkk.2006.Buku Ajar Geriatri, Ilmu Kesehatan Lanjut Usia.Jakarta:FKUI)

2. Fisiologi PenuaanSeiring bertambahnya usia jumlah cadangan fisiologis untuk menghadapi berbagai perubahan (challenge) berkurang. Setiap challenge terhadap homeostasis merupakan pergerakan menjauhi keadaan dasar (baseline), dan semakin besar challenge yg tjd maka semakin besar cadangan fisiologis yg diperlukan untuk kembali ke homeostasis. Di sisi lain dengan makin berkurangnya cadangan fisiologis, maka seorang usia lanjut lebih mudah untuk mencapai keadaan sakit atau kematian akibat challenge tersebut.Seorang usia lanjut tidak hanya memiliki cadangan fisiologis yg makin berkurang, namun mereka juga memakai atau menggunakan cadangan fisiologis itu hanya untuk mempertahankan homeostasis. Akibatnya akan semakin sedikit cadangan yg tersedia untuk menghadapi challenge.

Konsep homeostenosis ini dapat menjelaskan berbagai perubahan fisiologis yg terjadi selama proses menua dan efek yg ditimbulkannya. Walaupun merupakan suatu proses fisiologis, perubahan dan efek penuaan terjadi sangat bervariasi dan variabilitas ini makin meningkat seiring peningkatan usia. Variasi terjadi antara satu individu dengan individu lain pada umur yang sama, antara satu sistem organ dengan organ lain, bahkan dari satu sel terhadap sel lain pada individu yang sama.

fisiologi proses penuaan tidak dapat dilepaskan dengan pengenalan konsep homeostenosis.homeostenosis yang merupakan karakteristik penuaan adalah keadaan penyempitan (berkurangnya) cadangan homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya usia pada setiap system organ. Bertambahnya usia jumlah cadangan fisiologis untuk menghadapi berbagai perubahan (challenge) berkurang. Setiap challenge terhadap homeostasis merupakan pergerakan menjauhi keadaan dasar (baseline) dan semakin besar challenge yang terjadi maka semakin besar cadangan fisiologis yang dipergunakan untuk kembali ke homeostasis. Di sisi lain dengan semakin berkurangnya cadangan fisiologis, maka seorang usia lanjut lebih mudah untuk mencapai suatu ambang (yang disebut sebagai precipice),yang dapat berupa keadaan sakit atau kematian akitab challenge tersebut.

Penerapan konsep homeostenosis ini tergambar pada system sporing (acute physiology and cronic health evaluation) APACHE, suatu skala penilaian beratnya penyakit. Penilaian perubahan fisiologis akut yang terjadi dinyatakan dengan besarnya deviasi dari nilai homeostasis pada 12 variabe, anatara lain tanda vital, oksigenasi, ph, elektrolit, hematokrit, hitung leukosit, dan kreatinin. Seorang normal pada keadaan homeostasis mempunyai nilai nol. Semakin besar nilai penyimpangan dari homeostasis skorenya semakin besar. Pada awal penerapannya, scoring APACHE ini tidak memasukan variable usia sebagai salah satu faktor penilaian. Amun ketika diterapan pada pasien-pasien yang dirawat karena kondisi akut terdapatperbedaan nilai yang bermakna antara kelompok usia muda dan kelompok usia tua pada satu kondisi penyakit yang sama. Skore APACHE pada kelompok usia tua cenderung lebih rendah. Terlihat bahwa penyimpangan yangh lebih kecil dari keadaan homeostasis, seorang usia tua lebih rentan untuk menjadi sakit atau meninggal dibandingkan orang muda. Oleh karena itu, penggagas system sporing APACHE kemudian memasukan variable usia sebagai nilai bonus pada sporing itu, sehingga skor total untuk satu keadaan sakit tidak berbada antara usia muda dan usia tua.

Seorang usia lanjut tidak hanya memiliki cadangan fisiologis yang makin berkurang, namun mereka juga memakai atau menggunakan cadangan fisiologis itu hanay untuk mempertahankan homeostasis. Akibatnya akan smeakin sedikit cadangan yang tersedia untuk menghadapi challenge.

(IPD Jilid III, Edisi IV, FKUI 2006)

Batas usia Menurut WHO :

Usia pertengahan (middle age) ( 45 -59 tahun

Lansia (elderly) ( 60 74 tahun

Usia tua (old) ( 75 90 tahun

Usia sangat tua(older) ( > 90 tahun

http://library.usu.ac.id/modules.php?

3. Komponen yg memepengaruhi proses penuaan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penuaan dini, antara lain:

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembentukan radikal bebas seperti sinar ultraviolet, radikal bebas seperti sinar ultraviolet, radiasi sinar X, polusi udara kendaraan bermotor, gas NO2 dari pabrik, freon, aap rokok, bahan-bahan kimia eksogen dan endogen, makanan tinggi karbohidrat dan kalori.

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekeringan kulit, misalnya cara perawatan kulit yang salah kosmetika yang tidak sesuai, ruangan AC, paparan angin, suhu dingin atau panas, akan mempercepat penguapan air dari kulit sehingga menyebabkan kulit menjadi kering.

Pengaruh dari sinar matahari. Paparan sinar matahari yang kronik dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada kulit. Hal ini disebabkan oleh efek fotobiologik dari ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB) pada kulit akan menghasilkan radikal bebas ini akan menyebabkan kerusakan dari enzim protektif, kerusakan protein dan asam amnio yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan proses penuaan dini, seperti keadaan gizi yang buruk, penyakit menahun atau penyakit sistemik pada organ tubuh, stress, kebiasaan buruk seperti berkedipkedip sewaktu berbicara, mengerutkan dahi, dan sebagainya.

A. Perubahan-perubahan Fisik1. Sel.

Lebih sedikit jumlahnya.

Lebih besar ukurannya.

Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

Jumlah sel otak menurun.

Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem Persarafan.

Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).

Cepatnya menurun hubungan persarafan.

Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran.

Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan.

Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

Hilangnya daya akomodasi.

Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler.

Elastisitas dinding aorta menurun.

Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.

Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer.6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun.

Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.

7. Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

Menurunnya aktivitas dari silia.

Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

Kemampuan untuk batuk berkurang.

Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

8. Sistem Gastrointestinal.

Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.

Eosephagus melebar.

Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi.

Menciutnya ovari dan uterus.

Atrofi payudara.

Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.

Selaput lendir vagina menurun.

10. Sistem Perkemihan.

Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,

darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi

Atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.

Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

11. Sistem Endokrin.

Produksi semua hormon menurun.

Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

Menurunnya produksi aldosteron.

Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.

12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.

Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.

Pertumbuhan kuku lebih lambat.

Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13. Sistem Muskuloskletal

Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.

Kifosis

Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga

seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. Perubahan-perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (Hereditas)

e. LingkunganKenangan (Memory).

a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan. b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

IQ (Inteligentia Quantion). a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada

daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu. C. Perubahan-perubahan Psikososial. a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,lengkap dengan segala fasilitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.

f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family.

j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

D. Perkembangan Spritual. a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)

b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara

memberikan contoh cara mencintai keadilan.

(http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Download)

4. Tanda2 penuaan

Kulit :

1. Kulit kering dan kasar (xerosis cutis). Kondisi ini ditandai dengan kemerahan, sisik-sisik dan retak-retak, terjadi akibat kurangnya lemak kulit dan kandungan air serta menurunnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat.

2. Kulit berkerut dan longgar ( wrinkle & laxity). Kulit tampak kaku, tidak lentur dan tidak elastis. Ini terjadi akibat perubahan dan berkurangnya serabut kolagen serta serabut elastis yang menjaga kelenturan kulit.

3. Kulit kusam dan timbul pigmentasi. Pigmentasi dapat berupa noda hitam yang merata (melasma) serta noda setempat (freckles dan lentigo). Kondisi ini terjadi diantaranya akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama dan menggantinya dengan sel kulit baru.

4. Tumor-tumor kulit. Tumor ini tergolong tumor jinak, dengan bentuk bintik-bintik kecil di kulit (keratosis seboroik dan keratosis aktinik) serta tumpukan lemak berwarna kekuningan di sekitar mata (xantelasma). Ketiganya bisa muncul seiring pertambahan usia, akibat paparan matahari atau karena faktor genetik. Seringkali, muncul pula lesi-lesi prakanker. Meski 3 yang pertama tergolong tidak berbahaya, lesi-lesi kulit prakanker (biasanya berupa tahi lalat yang membesar, mudah berdarah dengan warna hitam tak merata dan bagian tertentu yang lebih pekat) perlu segera diperiksakan ke dokter spesialis kulit.

Atrofi otot

Beruban

Penurunan penglihatan ( krna glikogen dan glukosa serta ages di berbagai jar pada kolagen yg ada di lensa mata

Lambat berjalan

Pikun ( aliran darah ke otak kurang

Sering jatuh

Penurunan pendengaran

Inkontinensia urin

Inkontinensia alvi

5.Cara memperlambat proses aging : a. mencegah meningkatnya radikal bebas

b. memanipulasi sistem imun tubuh

c. melalui metabolisme/makanan

Restriksi kaloriEfek restriksi kalori( kadar glukosa dan insulin menurun, kadar serum glukokortikoid bebas sedikit meningkat, menurunnya suhu basal (0,5-1 C) dan meningkatnya proteksi sel terhadap RB( memperpanjang usia hingga 40%

Pemanjangan telomerContact inhibition( kemampuan sel untuk membelah diri (mempertahankan fungsinya dan menghambat kematian) sampai sel2 tersebut cukup padat untuk saling bertemu, sehingga akan berhenti membelah diri( membesar bertahan beberapa lama( mati

Jika sel2yg sdh berhenti membelah diri diencerkan( akan membelah diri lagi Hayflick limit/Hayflic phenomenon(terbatasnya sel2 untuk membelah diri setelah 50 kali, karena setiap kali membelah telomere pada ujung setiap kromosom akan semakin pendek, hingga suatu saat telomere tidak dapat memendek lagi

Memperlambat penuaan( modifikasi panjang telomere melalui enzim telomerase

Pengaruh aksis GH/IGF-1Panhipopituarisme( defisiensi tirotropin, prolaktin, GH(memperpanjang usia

Insulin like Growth Factor (IGF-1)rendah( usia lebih panjang

(IPD jilid III edisi IV, FKUI 2006)

6. Mengapa kulitnya kendor

Pertambahan usia akan membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Dari segi mental, pertambahan usia akan menjadikan seseorang bertambah bijak. Di lain pihak, pertambahan usia juga diiringi dengan kemunduran fisik yang menyebabkan terjadinya penuaan dari berbagai organ tubuh, termasuk kulit.

Kekuatan dan kelenturan kulit ditentukan oleh protein kolagen dan elastin. Ketika terjadi penuaan, kedua serat ini akan mengalami kemunduran. Tanda-tanda penuaan akibat melambatnya proses regenerasi tubuh yang alami mulai tampak pada usia sekitar 25 tahun, dimana pergantian sel tua oleh sel yang baru mulai melambat. Pada usia 30 tahun mulai muncul kerutan halus yang pertama. Selanjutnya proses penuaan semakin dipercepat pada usia sekitar 45 tahun, yang ditandai dengan adanya perubahan hormonal dan proses lainnya yang menyebabkan kulit mulai menipis. Proses penuaan menimbulkan sejumlah perubahan fungsional pada kulit:

Epidermis Dermis

Perbatasan dermis-epidermis menjadi lebih mendatar Aktivitas kelenjar minyak mulai berkurang sehingga kulit menjadi lebih kering

Ukuran dan bentuk sel tidak beraturanUjung saraf menjadi abnormal

Melanosit berkurangPembuluh darah berkurang sehingga kulit tampak lebih pucat

Penyebaran pigmen tidak merata sehingga warna kulit tampak berupa bercak-bercak yang tidak rataSerat kolagen dan elastin mulai rusak, kulit mulai kehilangan kekuatan dan kelenturannya.

Pemaparan radiasi ultraviolet (sinar matahari) yang berlebihan bisa mempercepat kerusakan kolagen dan elastin kulit. Akibatnya kulit menjadi keriput, kering, kasar, kendor dan timbul bercak-bercak kehitaman (flek). Inilah yang disebut dengan penuaan kulit dini (fotoaging). Seseorang yang mengalami fotoaging akan tampak lebih tua dari umurnya

Gambaran kolagen dan elastin yang mengalami kemunduran menyebabkan kulit berkerut dan kehilangan kehalusannya, dan terlihat bahwa wanita akan mengalami kehilangan kolagen yang lebih cepat dibandingkan pria.

Kolagen merupakan kelompok protein yang terdapat pada lapisan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat di kulit yang memiliki kemampuan dalam menguatkan kulit. Tubuh akan membuat banyak sekali kolagen saat usia masih muda, selanjutnya akan terus mengalami penurunan produksi seiring dengan bertambahnya usia.

(www.infosehat.com)

7. Kenapa pada lansia mudah terjadi gangguan Penglihatan

Perubahan struktur kelopak mata Adanya kekendoran dari seluruh jaringan kelopak mata mulai dari musculus

orbicularis, retraktor palpebra inferior, tarsus, tendo kantus medial/ lateral ,

aponeurosis m.levator palpebra, kulit

Perubahan sistem lakrimal Proses penuaan pada kornea Perubahan muskulus siliaris Produksi humor aquos Perubahan refraksi Perubahan struktur dalam bola mata (Lensa crystalina, Iris, Pupil, Vitreus, dan Retina)(Buku Ajar Geriatri, FK UI)8. Kenapa pd lansia mudah tjd gangguan pendengaran

Definisi

Berkurangnya Pendengaran Akibat Pertambahan Usia (Presbikusis) adalah penurunan fungsi pendengaran sensorineural yang terjadi sebagai bagian dari proses penuaan yang normal.

Penyebab

Penurunan fungsi pendengaran ini merupakan bagian dari proses penuaan.

Lebih sering terjadi pada pria dan penurunan fungsi pendengarannya lebih berat.

Terjadi degenerasi primer di organon korti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang dimulai pd usia pertengahan Pasokan darah dari reseptor neurosensorik mengalami gangguan

Gejala

Fungsi pendengaran mulai menurun setelah usia 20 tahun, yang pertama kali terkena adalah nada-nada tinggi dan kemudian disusul dengan nada-nada rendah.

Beratnya penurunan fungsi pendengaran bervariasi; beberapa orang hampir tuli total pada usia 60 tahun, sedangkan yang lainnya pada usia 90 tahun memiliki pendengaran yang masih berfungsi dengan baik.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang dapat mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi pendengaran akibat penuaan.

Untuk mengatasinya, penderita bisa belajar membaca isyarat bibir, isyarat tubuh atau menggunakan alat bantu dengar.

(Buku Ajar Geriatri, FK UI)