cpr 2015 oleh bram, md, anesthesiologist 20.01.16
TRANSCRIPT
UPDATE IN CPR 2015
Bram, MD, Anesthesiologist
European Society of Intensive Care Medicine (ESICM)
Disclosure
Sebagian materi diambil dari Materi Kuliah Fellow Intensive Care Universitas
Indonesia
European Resuscitation Council
ESICM
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Henti Jantung Mendadak
(Sudden Cardiac Arrest)
Amerika (CDC)kematian CAD/thn• 330.000 di luar RS / UGD• 250.000 di luar RSInsidens0,55 kematian/1000 pop/thn
Eropa (ESC)700.000 kematian/tahun40% Fibrilasi ventrikel
Indonesia (Depkes)Penyebab kematian utamasistem sirkulasi (26,4%)
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Penyakit Penyebab Kematian
Umum di Indonesia
Profil Kesehatan Indonesia 2001 Depkes RI 2002
0
5
10
15
20
25
30P
ers
en
SKRT 1992 SKRT 1995 SURKENAS 2001
Sistem sirkulasi
TBC
Sistem pernapasan
Diare
Sistem pencernaan
Neoplasma
Trauma/kecelakaan
16%
18,9%
26,4%
Sistim sirkulasi = henti jantung
Courtesy of Arif MansjoerBram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
ILCOR = International Liaison Comittee on
Resuscitation
1. American Heart Association AHA
2. European Resuscitation Council ERC
3. Heart and Stroke Foundation of Canada HSFC
4. Resuscitation Councils of Southern Africa RCSA
5. Australian Resuscitation Council ARC
6. Resuscitation Councils of Latin America CLAR
7. New Zealand Resuscitation Council NZRC
8. Resuscitation Council of Asia
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Fase Henti Jantung(Weisfeldt & Becker)
Fase pertama:FASE ELEKTRIK
T/defibrilasi
Fase kedua: FASE SIRKULASI
memberi perfusi pada otak dan jantung
T/kompresi-ventilasi
Fase ketiga: FASE METABOLIK
memberi kesempatan pada otak untuk recovery atau menurunkan kebutuhan oksigen otak
T/hipotermia
0 - 4 menit 4 – 10 menit > 10 menit
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Fase Henti Jantung
(Weisfeldt & Becker)
0-4 menit
• Fase elektrik
• Th/ Defib
4-10 menit
• Fase sirkulasi
• Th/ kompresi-ventilasi
• Tujuan: memberiperfusi pada otakdan jantung
> 10 menit
• Th/ hipotermia (32-34 ‘C)
• Menurunkan kebutuhanoksigen otak
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Electrical phaseAED first
VF early defibrillation (class I)
Setiap menit akan menurunkan
survival by 8-10%
Survival rate mencapai 50%
Penelitian di Bandara Chicago
– AED 10/18 VF case survival
Circulation,1997
NEJM, 2002
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
EarlyAccess
EarlyCPR
EarlyDefibrillation
EarlyAdvanced
Care
Call for help Chest
Compression
Defibrillation Advanced
Life Support
Post-Cardiac
arrest Care
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
“hands-off time”= time without chest compression reduce
survival
Time consuming
?Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
UPDATES IN CPR
Perubahan sejak guidelines 2010
– Mulai memberikan kompresi sebelum
ventilasi
– Mulai CPR dengan 30 kompresi
dibandingkan 2 ventilasi mengurangi jeda
antara kompresi pertama
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
N Engl J Med 2015; 372-2318-25
mobile-phone
positioning system
untuk mengirimkan
penolong yang
terlatih untuk RJP
meningkatkan
secara signifikan
angka by-stander-
initiated CPR pada
kejadian OHCA
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
N Engl J Med 2015; 372-2318-25Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Penggunaan Social Media
Untuk emamnggil Penolong Karena risiko yang kecil dan adanya keuntungan
potensial dari suatu pemberitahuan melalui media
sosial, jika memungkinkan untuk suatu komunitas,
memanfaatkan teknologi media sosial untuk
memanggil penolong yang mau dan mampu
melakukan RJP dan berada di dekat korban OHCA
(Class Iib, LOE B-R)
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
IHCA vs OHCA
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
IHCA vs OHCA
OHCA pada orang dewasa, sebagian besar etiologi
diduga disebabkan oleh gangguan jantung .
Terjadi tanpa diduga .
Sebagian besar IHCAs disebabkan sekunder karena
terjadinya masalah respirasi atau shock sirkulasi .
Dapat diprediksikan perburukannya .
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
N Engl J Med 2012; 367:1912-20Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Untuk pasien dewasa, sistem RRT
atau MET dapat mengurangi secara
efektif insiden henti jantung terutama
di bangsal (general wards) (Class IIa,
LOE C)
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Resusitasi Penggunaan Hands-Only (compression
only) CPR untuk pemberi pertologan
tidak terlatih
Segera lakukan kompresi dada sebelum
memberikan napas bantuan (C-A-B
daripada A-B-C).
Peningkatan fokus untuk metode yang
memastikan adanya high-quality CPR
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
High-Quality CPR Appropriate Depth at least 5-6 cm and rate of 100-
120/min.
Upper limits of Depth and Rate are: 6 cm & 120/min
Allow complete recoil of the chest after each
compression.
Emphasis on minimizing any pauses in
compressions
Avoid excessive ventilation Steill, Brown, Nichol et al (2014) Circulation.
Idris, Guffey, Pepe et al (2015) Critical Care
Medicine
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
High-Quality CPR
High Quality-CPR
(kompresi dada
manual dengan
napas bantuan )
mengembalikan
25% sampai 33%
dari cardiac output
dan oxygen
delivery normalBram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
High-Quality CPR RJP memperbaiki kesempatan pasien untuk
survive dengan memperbaiki sirkulasi kepala dan
sirkulasi jantung
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
High-Quality CPR
Push hard, Push Fast
Kompresi sedikitnya
lsepertiga dimensi
anterior posterior
dada
Rotasi penolong tiap 2
menit
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
High-Quality CPR
Etiologi henti jantung pada neonatus
sebagian besar adalah asfiksia
Sehingga, A-B-C masih digunakan untuk
neonatus
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
High-Quality CPR
Satu siklus RJP terdiri dari 30 kompresi dan
napas
Kompresi diberikan 100x/menit, 5 siklus
RJP kira-kira memakan waktu 2 menit
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Percobaan 3 kelompok hewan hiperventilasi
Tekanan intra toraks rata-rata
Tekanan perfusi koroner
Aufderheide TP, Sigurdsson G, Pirrallo R, Yannopoulos D, McKnite S, von-Briesen C, et al Hyperventilation-induced hypotension during CPRCirculation. 2004;109:1960-5
Observasi pada penolong terlatih dalam memberikan pernapasan buatan
30 + 3.2Kelompok 3 (n=13)
22 + 3*Kelompok 2 (n=6)
37 + 4*Kelompok 1 (n=7)
Kecepatan ventilasi
(napas/menit)
Kelompok pasien
yang ditolong
Tidak ada korban yang selamat
Penolong profesional pemberian ventilasi berlebih pada tindakan RJP. Hiperventilasi (pada hewan) tekanan intratorakal meningkat, tekanan perfusi
koroner menurun, dan angka ketahanan hidup menurun
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Jika pasien tidak terpasang advanced airway ? 30:2
Apakah perlu stop kompresi untuk ventilasi ? YA
Jika terpasang advanced airway :
10 x napas / menit
(1 napas setiap 6 detik)
Apakah perlu berhenti untuk ventilasi ? Tidak
Hindari OVER VENTILASI!!!
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Obat-obatan Adrenalin
Amiodaron
Lidocain
Vasopresin
Atropin
Steroid
Magnesium Sulfat
Natrium Bikarbonat
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Intervensi yang tidak dianjurkan
digunakan secara rutin dalam henti
jantung
Atropin
Natrium Bikarbonat
Calcium
Fibrinolysis (Ok Untuk PE)
Pacing
Precordial Thump
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Treating potentially reversible
causes of VF/pVT
Acute coronary ischemia atau infark
myocardiak infarction perlu
dipertimbangkan sebagai etiologi
PCI selama RJP atau emergency
CABG dapat dipertimbangkan
Terapi fibrinolitik yang diberikan
selama RJP untuk MI tidak
menunjukkan perbakan outcome Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Keberhasilan RJP
End tidal CO2 rendah (PetCO2) (kurang
dari 10 mmHg) pada pasien terintubasi
setelah RJP selama 20 menit
berhubungan dengan kegagalan
resusitasi
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Keberhasilan RJP
Pemantauan ETCO2 selama RJP
dapat digunakan untuk indikator
keberhasilan RJP
Peningkatan ETCO2 merupakan
indikator ROSC selama kompresi dada
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Perawatan Pasca Henti Jantung
Prinsip utama:
Identifikasi dan perbaiki etiologi henti
jantung
Mencegah atau mengurangi terjadinya
ischemia-reperfusion injury dan mencegah
secondary organ injury
Membuat perkiraan prognosis yang
digunakan untuk membantu tim
klinisi/keluarga dalam mengambil keputusan
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Perawatan Pasca Henti Jantung
Perawatan pasca henti jantung merupakan
komponen kritis dari advanced life support
Sebagian besar kematian terjadi dalam 24 jam
pertama.
Kerusakan otak dan instabilitas kardiovaskular
merupakan penentu utama keselamatan dari
henti jantung
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Perawatan Pasca Henti Jantung
Optimalisasi fungsi cardiopulmonal dan
perfusi organ vital setelah ROSC
Transpor ke ICU
Identifikasi dan intervensi ACS
Kontrol suhu untuk optimalisasi perbaikan
neurologis
Antisipasi, terapi, dan pencegahan MOD
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Perawatan Pasca Henti Jantung
Optimalisasi ventilasi mekanik untuk mengurangi
terjadinya lung injury (Vt 6-8 ml/kg)
Diagnosa awal dan terapi STEMI
Targeted Temperature Management (TTM)
pada pasien koma
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Targeted Temperature Management
Menggambarkan induced hypothermia
0F
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Targeted Temperature Management
AHA merekomendasikan pasien koma (cth, tidak
ada respon bermakna terhadap perintah verbal )
dewasa yang mengalami ROSC setelah henti
jantung mendapatkanTTM
Klinisi dapat memilih target temperatur dari
320C sampai 360C selama sedikitnya 24 jam
setelah mencapai target temperatur yang
diinginkan
Risiko perdarahan: TTM lebih tinggi
Risiko kejang, edema cerebral: TTM lebih rendahBram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Targeted Temperature Management
Demam pada pasien pasca henti jantung yang
tidak mendapatkanTTM memiliki prognosis
buruk
Sangat rasional mencegah demam pada pasien
koma setelah dilakukanTTM
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Ventilasi Kapnografi
Thorax X-ray
PaCO2: 30-40 mmHg
Tidal Volume 6-8 ml/kg
Inspiratory plateau pressure 30 cmH2O
SpO2 94% PaO2 100 mmHg
Turunkan FiO2 sesuai kemampuan
pasienBram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Hemodinamik MAP > 65-85 mmHg atau SBP > 90 mmHg
(baik untuk mencapai target perfusi otak dan
organ yang baik )
Bolus cairan jika dibutuhkan
Dopamin 5-10 mcg/kg/min
Norepinephrine 0.1-0.5 mcg/kg/min
Epinephrine 0.1-0.5 mcg/kg/min
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Satu rantai
metabolisme
Kardiovaskular
Pemantauan jantung kontinyu
Tidak perlu antiaritmia profilaksis
12-lead ECG/Troponin
Terapi ACS: PCI
Echocardiogram
Terapi Myocardial Stunning:– Cairan untuk optimalisasi status cairan
– Dobutamine 5-10 mcg/kg/min
– Bantuan mekanis (IABP)
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Metabolik Pemeriksaan serial lactate
Pemerikasaan serum kalium
Urine output, serum kreatinin
Serum glukosa
Terapi hiperglikemia target glukosa
144-180 mg/dL (2010)
Hindari pemberian cairan hipotonis
(kadar Na)Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Neurologis
Manifestasi klinis post-cardiac arrest
brain injury :
– Koma
– Kejang
– Myoklonus
– Berbagai disfungsi neurokognitif
– Brain death
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Neurologis
Pemeriksaan neurologis serial
Hindari demam > 37.70C
TTM
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Manajemen Kejang
Prevalensi kejang, status epileptikus non konvulsi dan berbagai aktivitasepileptiform pada pasien pasca hentijantung berkisar antara 12% to 22%
EEG untuk pemeriksaan kejang harusdilakukan dan diinterpretasikan , danharus dilakukan monitoring rutin dankontinyu pada pasien koma setelah hentijantung setelah ROSC
Manajemen Kejang
Umumnya refrakter terhadap anti kejang
tradisional
Regimen anti kejang untuk mengobati status
epileptikus karena etiologi lain dapat
dipergunakan
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Prognostik Tanda-tanda outcome neurologis buruk
– Tidak ada refleks pupil terhadap cahaya
>72 jam setelah henti jantung
– Adanya status myoklonus dalam 72 jam
pertama setelah henti jantung
– Tidak adanya gelombang N2O Somato
Sensory Evoked Potential cortical
(SSEP) 24 sampai 72 jam setelah henti
jantung atau penghangatan kembali suhu
tubuh
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Prognostik
Adanya pengurangan bermakna rasio substansi
abu abu-putihT pada CT scan otak dalam 2 jam
setelah henti jantung
Restriksi hebat difusi otak pada MRI antara hari
2-6 setelah henti jantung
Tidak adanya rekativitas EEG pada stimulus
eksternal dalam 72 jam setelah henti jantung
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Prognostik
Adanya status epileptikus yang terlihat pada EEG
setelah penghangatan kembali
Catatan: tidak adanya gerakan tubuh, posisi
ekstensor dan myoklonus
Myoklonus berbeda dari status myoklonus
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Donor organ Semua pasien yang menjalani upaya resusitasi akibat henti
jantung yang kemudian mengalami mati otak atau proses
kematian dapat dipertimbangkan untuk menjadi donor
organ
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Kriteria tidak memulai Resusitasi
Situasi dimana usaha memulai RJP akan
menempatkan penolong dalam risiko terjadinya
kecelakaan serius atau bahaya penularan
penyakit lain cth, penyakit infeksi
Sudah adanya tanda kematian ireversibel (ex.
kaku mayat, lebam mayat, dekapitasi,
pembusukan)
adanya permintaan valid DNAR
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Lama Upaya Resusitasi
Secara umum bahwa kondisi asistole lebih dari 20
menit, disertai tidak adanya penyebab yang
reversibel merupakan alasan yang dapat diterima
untuk menghentikan upaya resusitasi
Bram, MD, Anesthesiologist – Awal Bros Hospital Batam
Thank you