makalah_isbd
TRANSCRIPT
MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
FENOMENA ANAK PUNK
DISUSUN OLEH:
Fembi Rekrisna Grandea Putra (M0513019)
Galih Suweno (M0513020)
Maysa Marshallia (M0513031)
Rifqi Ahmad Pramudito (M0513039)
Rizal Choiri Ramadhon (M0513041)
JURUSAN INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2014BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Permasalahan
Kita sering melihat sekelompok pemuda berdiri di lampu merah atau di
sudut-sudut kota dengan membawa gitar kecil sambil bernyanyi dan sesekali
mereka mengamen di angkot untuk mendapatkan uang. Dengan dandanan yang
urakan dan gaya rambut mohawk ala kaum Indian mereka seolah percaya diri dan
nyaman dengan gaya hidup yang mereka jalani. Mereka itu disebut anak punk,
Punk pertama lahir di negara Inggris sekitar tahun 1960-an, ketika terjadi revolusi
industri. Keberadaan punk lahir ketika itu adalah sebagai bentuk tindakan
penolakkan terhadap segala macam penindasan yang banyak terjadi terutama
dikalangan masyarakat kelas bawah atau pekerja. Orang biasanya mengenal anak
punk hanya dari dandanannya yang unik, beda dari yang lain, seperti baju kumal,
jaket ber-spike, celana ketat, sepatu boots, dan berambut mohawk ala kaum
Indian. Banyak yang beranggapan bahwa anak punk yang berpenampilan seperti
itu adalah berandal, perusuh, dan pembuat onar. Orang yang berpandangan
seperti itu terhadap anak punk yang suka nongkrong di pinggir jalan biasanya
hanya memandang dari segi luar mereka atau dari dandanan yang menyeramkan.
Jika kita mengenal lebih dalam tentang anak punk, tidaklah semua anak punk
yang selalu berpenampilan beda itu selalu bersikap memberandal.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini:
1. Untuk menambah wawasan tentang pengertian dan gaya hidup anak punk.
2. Untuk menambah wawasan dalam menghadapi masalah kelompok sosial
dalam masyarakat.
3. Untuk para pembaca agar tidak hanya menilai mereka hanya dari sisi
negatifnya saja, tapi juga dari sisi positifnya.
1.3. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian punk?
2. Apa saja jenis-jenis gaya hidup anak punk?
3. Mengapa mereka memilih hidup di jalanan?
4. Bagaimana fenomena anak muda bergaya hidup punk?
1.4. Sasaran
1. Kepada orang tua agar lebih lagi memperhatikan anaknya agar tidak
terjerumus kepada pergaulan yang negatif.
2. Kepada instansi pemerintahan terkait agar lebih memberdayakan mereka di
masyarakat.
3. Kepada pembaca agar tidak hanya melihat mereka dari sisi negatifnya saja,
tetapi juga dari sisi positifnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
Punk berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “Public United Not Kingdom” yang
berarti kesatuan suatu masyarakat di luar kerajaan. Pada awalnya, punk adalah sebuah
cabang dari musik rock dimana musik rock merupakan sebuah genre musik yang
berasal dari musik rock and roll yang telah lahir lebih dahulu yaitu pada tahun 1955.
Subkultur punk muncul sekitar tahun 1970 an di Inggris. Punk mulai populer setelah
munculnya grup-grup band Sex Pistol, Velvet Underground, The Ramones, dan
lainnya. Grup-grup musik ini menjadi suatu cambuk dalam memicu munculnya suatu
gaya hidup punk di kalangan anak-anak muda saat itu. Munculnya punk didasari atas
semangat pemberontakan terhadap segala bentuk kemapanan dalam masyarakat.
Semangat ini berasal dari komunitas anak-anak muda kulit putih kelas pekerja di
London. Mereka adalah kelompok marginal dalam masyarakatnya, dan tentunya sering
menghadapi tekanan persoalan sosial dan ekonomi. Anak-anak muda ini telah mencapai
titik jenuh sekaligus pesimis terhadap kehidupannya. Dari keadaan itu maka mereka
memulai suatu gaya hidup baru yang berbeda dari kehidupan yang pada saat itu
dianggap mapan (saat itu Inggris sedang dalam masa industrialisasi modern).
Gaya hidup ini menimbulkan suatu bentuk kebudayaan sendiri yang berbeda
dengan masyarakat umum. Perbedaan ini menjadikan punk sebuah subkultur dalam
masyarakat. Dengan gaya hidup, cara berpakaian, aliran musik, ideologi, dan berbagai
hal lainnya yang berbeda dari masyarakat umum semakin menguatkan eksistensi
subkultur punk dalam masyarakat. Gaya berpakaiannya yang sangat khas menjadi suatu
ciri tersendiri dari budaya punk. Dengan menggunakan apa saja yang ingin digunakan
dalam berpakaian bahkan yang tidak lazim seperti penggunaan rantai, peniti, dan
barang-barang lainnya yang bagi masyarakat umum tidak lazim digunakan dalam
berpakaian. Penggunaan make-up oleh pria dan berbagai hal lain dalam berpenampilan
menjadikan budaya punk benar-benar ingin berbeda dari masyarakat umum yang pada
saat munculnya punk, adalah masyarakat yang memuja kemapanan.
Punk mulai masuk ke Indonesia sekitar akhir 1970-an. Masuknya gaya hidup
punk ke Indonesia diawali pula oleh masuknya musik-musik beraliran punk ke
Indonesia, namun perkembangannya tidak sepesat di negeri asalnya. Punk di Indonesia
pada awalnya hanyalah sebuah komunitas kecil yang tidak terang-terangan
menunjukkan gaya hidup punk. Kemudian anak-anak muda mulai meniru gaya
berpakaian dan mulai memahami ideologi dan akhirnya menjadikan Punk sebagai gaya
hidupnya. Pada perkembangannya baik di negeri asalnya maupun di Indonesia,
Komunitas punk telah mempunyai suatu subkultur tersendiri yang diakui masyarakat
dan terkadang dianggap menyimpang. Punk juga telah semakin populer dengan
timbulnya punk sebagai suatu tren. Contohnya ialah dalam dunia fashion gaya
berpakaian punk menjadi tren fashion masyarakat umum.
Punk sebagai bentuk subkultur seperti telah dijelaskan sebelumnya, tentu
memiliki nilai-nilai yang bersifat bertentangan karena subkultur ini muncul sebagai
bentuk counter culture dari sistem sosial budaya arus utama (mainstream). Yang
dimaksud dengan arus utama (mainstream) adalah pola sosial yang dominan dan
konvensional. Perbedaan ini dapat menimbulkan anggapan menyimpang dari
masyarakat tentang subkultur punk.
Dengan demikian, punk merupakan subbudaya yang lahir di London, Inggris,
yang menjadi wadah untuk mencurahkan kritik dan protes atas penguasa pada waktu
itu. Punk memiliki ideologi sosialis yang bersifat bebas. Punk lebih dikenal melalui
gaya busananya seperti potongan rambut mohawk, jaket penuh dengan spike dan bedge,
sepatu boots, jeans ketat, badan bertato, body piercing, dan hidup di jalanan. Proses
modernisasi di Indonesia menyebabkan kehadiran punk sebagai gaya hidup baru, yang
umumnya dianut oleh sebagian kaum muda.
Punk kemudian lebih dikenal sebagai tata cara hidup sehari-hari, dengan ekspresi
diri yang menjurus pada gaya hidup bebas seperti free sex, nongkrong di jalan, ngamen,
mengkonsumsi alkohol, main musik dengan Pogo, dan gaya busana yang nyeleneh.
Orang-orang yang mengikuti gaya hidup punk disebut anak punk. Persebaran gaya
hidup punk sangat marak di kota-kota di Indonesia, salah satunya di Jakarta. Anak punk
yang ingin hidup bebas, tanpa ada aturan yang mengatur segala aktivitas serta perilaku
mereka, menjadi sebuah masalah yang perlu dikaji dalam makalah ini.
Punk sebenarnya bukanlah sekedar fashion, komunitas punk merupakan bagian
dari kehidupan dunia underground. Mereka tidak hanya sekedar sekelompok anak
muda dengan busana yang ekstrim, hidup di jalanan dan musik yang keras, tetapi yang
mendasar adalah mereka mempunyai ideologi politik dan sosial. Kehadiran mereka
adalah perlawanan terhadap kondisi politik, sosial dan budaya yang ada dalam
masyarakat. Komunitas ini juga menghasilkan karya yang cukup banyak. Namun
mereka tidak terlalu mengekspos karya mereka. Hidup mereka selalu identik dengan
gaya hidup dan musik yang berbekal etika DIY (Do It Yourself: kita dapat
melakukannya sendiri).
Punk hanya aliran. Tetapi jiwa dan kepribadian pengikutnya akan kembali lagi ke
masing-masing individu. Moto dari komunitas punk itu tersebut, Equality (persamaan
hak) itulah yang membuat banyak remaja tertarik bergabung didalamnya. Punk sendiri
lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik punk dan adanya gejala
perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka mengubah gaya
hidup mereka dengan gaya hidup punk.
Adapun faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyebabkan dirinya
tertarik mengikuti komunitas punk:
1. Rasa seni yang kental, dan mereka ingin mengekspresikan seni tersebut.
2. Mereka ingin dianggap sebagai bagian masyarakat, dan agar diakui
keberadaannya.
3. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan, ataupun protes terhadap kebebasan yang
terkekang.
4. Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan musik, gaya
hidup, komunitas, dan kebudayaan mereka sendiri (O’Hara, 1999, h. 41).
5. Punk sebagai suatu keberanian dalam melakukan perubahan dan pemberontakan.
6. Sebagai suatu bentuk apresiasi tren remaja dalam bidang fashion dan musik.
7. Ingin menutupi ketidakpuasan atau ketidakberdayaan hidup maupun perasaan
inferior mereka dalam bentuk penampilan yang superior dan unik di mata
masyarakat.
8. Ingin mengekspresikan kemarahannya melalui suatu simbolisme berupa atribut
bergaya punk dan pemikiran-pemikiran ideologi antikemapanan.
9. Untuk menutupi kemarahan dan rasa frustasi dari ketidakpuasan terhadap sistem
yang telah diterapkan baik oleh orang tua maupun masyarakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat
Penelitian
Waktu
PenelitianCara Penelitian
Sekitar Stasiun
Purwosari
21 Mei 2014,
pukul 21:10
Melakukan wawancara dengan petugas parkir dan
pemilik toko mengenai keberadaan anak punk di
sekitar kawasan Purwosari.
Taman
Sriwedari
21 Mei 2014,
pukul 21:40
Melakukan wawancara kepada pemilik warung dan
petugas pos polisi mengenai keberadaan anak punk
di sekitar kawasan Sriwedari.
Pos Polisi
Gladag
21 Mei 2014,
pukul 21:50
Melakukan wawancara kepada petugas pos polisi
mengenai keberadaan anak punk di sekitar kawasan
Gladag.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Di Surakarta kita dapat menemukan anak punk di daerah Purwosari. Data anak
punk Surakarta:
Persentase anak punk yang berasal dari dalam kota sebesar 64,29% dan dari luar
kota sebanyak 35,71%.
Profesi mereka cukup beragam mulai dari wiraswasta, tattoo artist, design sablon,
pengamen, dll.
Dari wawancara kami dengan seseorang yang namanya ingin dirahasiakan, dia
mengatakan bahwa dia ikut anak-anak punk hanya untuk mencari jati diri. Dia
mengaku, mendapatkan kepuasan setelah hidup menggelandang bersama teman-teman
jalanannya. Menurutnya, keluarganya sudah tidak dapat menerimanya setelah ayah
ibunya bercerai, sehingga dirinya nekat tidur di jalan dan menjadi anak punk. Sekarang
dia tidak bersekolah lagi.
Anak-anak punk sendiri tidak selalu berasal dari kalangan menengah ke bawah,
banyak di antara mereka yang berasal dari kalangan menengah ke atas namun
bersimpati kepada kaum bawah. Walaupun mereka berasal dari ekonomi yang berbeda
namun saat bersama dalam komunitas punk semua dianggap sama derajatnya tidak
memandang siapa yang kaya atau siapa yang miskin.
Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan agama sebagai dasar kuat belum
tentu melahirkan anak saleh seperti yang diajarkan dalam keluarga. Padahal pendidikan
agama sudah menjadi hal penting untuk dijadikan pedoman bertingkah laku. Anak punk
di Solo ada yang beragama Islam dan Katolik, jadi dapat dikatakan bahwa komunitas
punk mempunyai beragam agama, sebagian berasal dari keluarga yang menanamkan
agamanya secara ketat, sebagian juga tidak terlalu ketat dan tidaklah menjadi
kesenjangan antar anak punk dengan perbedaan agama yang dianut.
Komunikasi menjadi kontak dalam keluarga, ada beberapa punker yang dari luar
kota sehingga jauh dari keluarga, sebagian anak punk yang pulang ke rumah dan ada
juga yang tidak pulang ke rumah. Komunikasi yang terjalin di antara punker yang
hidup di jalanan dengan keluarga menjadi buruk karena sebagian besar waktu mereka
dihabiskan dijalan bersama komunitas discene, namun punker yang masih hidup
bersama keluarga belum tentu komunikasi dengan keluarganya lancar dan ada sebagian
anak punk yang tidak memiliki masalah komunikasi dengan keluarganya karena dari
keluarganya sendiri memberi kepercayaan yang lebih pada anaknya dalam komunitas
punk. Kualitas komunikasi dalam keluarga sangat mempengaruhi bentuk perilaku,
tingkah laku anak apakah mendapatkan perhatian yang cukup dan orang tua harus tahu
bagaimana cara memperhatikan, mendidik, dan mengarahkan anaknya.
Biasanya menjelang bulan Ramadhan, Satpol PP akan melakukan razia pada
pengamen, gelandangan, dan anak punk golongan kedua. Untuk anak punk mereka akan
dipulangkan ke daerah asal setelah diminta untuk melepas atribut berbau punk mereka,
seperti rantai, anting, rambut dirapikan, dll.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas, maka penulis menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Sejarah punk yang merupakan subbudaya yang lahir di London, Inggris.
Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead.
Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan
punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang
sama. Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di
awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup
aspek sosial dan politik.
2. Gaya hidup punk mempunyai keanekaragaman komunitas yaitu Anarcho
Punk, Glam Punk, Crust Punk, Hard Core Punk, Nazi Punk, The Oi, Queer
Core, Riot Grrrl, Scum Punk, The Skate Punk, Ska Punk dan Punk Fashion.
3. Fenomena anak punk jumlahnya memang tidak banyak, tapi ketika mereka
turun ke jalanan, setiap mata terpancing untuk melirik gaya rambutnya yang
mohawk ala suku Indian dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum
lagi atribut rantai yang tergantung di saku celana, sepatu boot Dr. Marteen,
kaos hitam, jaket kulit penuh badge atau peniti, serta spikes (gelang
berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya) yang
menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
busana mereka. Begitu juga dengan celana jeans super ketat hingga mata
kaki yang dipadukan dengan baju lusuh, makin menguatkan kesan anti
kemapanan dan antisosial pada mereka. Masyarakat mengenal mereka
sebagai anak punk.
5.2. Implikasi
Komunitas punk di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah
masyarakat. Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang
ingin mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan
tata cara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih
mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.
Pengaruh positif dan negatif dari komunitas ini, kembali lagi ke cara
pandang masyarakat itu sendiri. Memang sebagian komunitas punk memberikan
dampak negatif bagi seseorang, terutama remaja yang jiwanya masih labil dan
belum mengerti makna punk itu sendiri. Sebenarnya anak punk adalah bebas
tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara
pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang
dijalani para punkers memang sangat aneh, maka pandangan miring dari
masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak di antara punkers yang
mempunyai kepedulian sosial.
Pengaruh positif adanya komunitas punk tersebut, antara lain:
1. Adanya tempat untuk mengekspresikan diri, adanya kecocokan terhadap
lingkungan pergaulan.
2. Sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi (protes dan kritik terhadap
pengekangan, baik dari pihak masyarakat maupun pemerintah) dari jiwa
seni yang mereka miliki.
3. Di bidang musik misalnya, banyak band punk yang mampu mendapat
tempat di hati remaja Indonesia, mereka tidak kalah dengan band-band
papan atas.
4. Selain di bidang musik, komunitas punk juga bergerak di bidang fashion,
mereka membuat T-shirt, kaos, aksesori dengan jumlah yang lebih banyak
dan juga desain yang lebih variatif. Wadah untuk pakaian dan aksesori yang
diproduksi sendiri oleh anak-anak punk sendiri biasa disebut distro, di
industri ini pun komunitas punk mampu bersaing dengan produk-produk
terkenal yang sudah akrab dengan remaja Indonesia.
5. Dengan adanya komunitas ini (terutama bagi punkers yang memiliki
keterampilan), mungkin saja dapat membantu pemerintah mengurangi
pengangguran dan dapat meningkatkan ekonomi khususnya bagi komunitas
punk ini.
6. Komunitas punk bukan hanya berasal dari kalangan bawah, tapi ada yang
berasal dari kalangan pejabat. Sehingga dapat mempererat jalinan
silaturahmi dan memperbanyak saudara.
Sedangkan pengaruh negatifnya adalah:
1. Gaya dandanan yang tidak sesuai dengan etika dan budaya Indonesia
sehingga mendapat pandangan sebelah mata dan negatif dari masyarakat.
2. Sering terjerumus pada hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain, misalnya narkoba, free sex, mabuk-mabukan, dan akhirnya malah
mengantarkan diri ke balik jeruji besi.
3. Dapat memicu tindakan anarkis karena selalu menghadapi hidup dengan
mengekspresikan kekesalan (kemarahan) karena pengekangan ataupun
hanya untuk mengekspresikan kehebatan (kesombongan) diri.
4. Mengganggu ketenteraman malam karena kebanyakan dari komunitas ini
beraktivitas di waktu malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat.
5.3. Saran
Persebaran komunitas punk yang sangat marak di kota-kota di Indonesia,
salah satunya di Jakarta, Surabaya, dll. Dengan gaya hidup bebas, tanpa ada
aturan yang mengatur segala aktivitas serta perilaku mereka, menjadi salah satu
masalah patologi sosial yang perlu diselesaikan. Karena jika kita abaikan begitu
saja, komunitas punk yang cenderung berperilaku negatif itu akan meluas menjadi
suatu kenakalan remaja dan menyebabkan suatu penyimpangan sosial.
Sebenarnya tidak semua anak punk itu berperilaku negatif, ada beberapa
anak punk yang bergabung dalam suatu komunitas karena menyukai gaya punk
yang identik dengan model rambut mohawk, body piercing, tato, gelang spike,
dan aksesoris nyentrik lainnya. Gaya hidup negatif yang kerap terjadi di dalam
komunitas anak punk biasanya disebabkan karena mendapatkan terpengaruh
teman sesama anak punk lainnya yang melakukan hal-hal menyimpang seperti
memalak, meminum minuman keras, melakukan kekerasan atau penganiayaan,
ngelem, narkoba, free sex, dan sebagainya.
Masalah gaya hidup negatif pada anak punk tersebut dapat diselesaikan
dengan beberapa cara seperti menjauhkan anak dari lingkungan teman-teman
sepermainan yang berperilaku menyimpang. Di sini peran keluarga sangat
dibutuhkan untuk bisa menyadarkan anak agar tidak kembali lagi menjadi anak
punk dengan perilaku negatif. Selain itu memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada para anak punk juga dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan
masalah. Karena dengan pemberian bimbingan dan penyuluhan, oleh para
psikolog khususnya, dapat merubah pola pikir (belief) anak punk tersebut untuk
menghentikan perilaku negatif yang dilakukannya sebelumnya.
Didirikannya panti sosial atau panti rehabilitasi juga menjadi alternatif
pemecahan lainnya karena dalam panti rehabilitasi, anak punk yang bermasalah
akan diberikan suatu shock therapy agar anak tersebut menjadi jera dan menyesal
telah melakukan hal-hal negatif dan menyimpang sehingga nantinya dia tidak
akan lagi menjadi anak punk dengan gaya hidup yang merugikan dirinya sendiri
maupun orang lain.
Adapun saran penulis sebagai berikut yaitu:
1. Para orang tua diharapkan dapat menciptakan suasana harmonis di rumah
agar anak merasa lebih nyaman di rumah ketimbang di jalanan.
2. Para anak punk diharapkan lebih memfokuskan kegiatannya pada hal yang
positif sehingga masyarakat tidak lagi menganggap mereka hanya sebagai
sampah masyarakat.
3. Para anak punk diharapkan lebih meningkatkan kreativitasnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehingga tidak lagi melakukan tindakan
kriminalitas.
4. Pemerintah diharapkan bisa memberikan dukungan guna menunjang
aktivitas mereka dalam berkarya.
REFERENSI
Idrus Syatri. 2011. Sejarah Punk: Jangan Ngaku Anak Punk Sebelum Baca
Tulisan Ini! http://www.waingapu.com/sejarah-punk-jangan-ngaku-anak-punk-
sebelum-baca-tulisan-ini.html Diakses pada Mei 2014.
Wikipedia. 2013. Punk. http://id.wikipedia.org/wiki/Punk Diakses pada Juni
2014.
Alexandra Crosby. 2010. Sejarah Kelahiran Punk.
http://www.pasarkreasi.com/news/detail/music/123/sejarah-kelahiran-punk
Diakses pada Mei 2014.
LAMPIRAN
Gambar 1. Kawasan Purwosari
Gambar 2. Taman Sriwedari
Gambar 3. Pos Polisi Gladag