penggunaan taraf pupuk npk yang berbeda pada rumput brachiaria mutica

63
1 PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA DENGAN UMUR PANEN 60 HARI TERHADAP KANDUNGAN ACID DETERGENT FIBER DAN NETRAL DETERGENT FIBER SKRIPSI OLEH FADHLAN ILMI FEIZAL 0905104010037 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM-BANDA ACEH 2013

Post on 12-Sep-2014

1.406 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

1

PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG

BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

DENGAN UMUR PANEN 60 HARI TERHADAP

KANDUNGAN ACID DETERGENT FIBER

DAN

NETRAL DETERGENT FIBER

SKRIPSI

OLEH

FADHLAN ILMI FEIZAL

0905104010037

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2013

Page 2: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

2

Page 3: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

3

Page 4: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

4

PENGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT

BRACHIARIA MUTICA DENGAN UMUR PANEN 60 HARI

TERHADAP KANDUNGAN

ADF DAN NDF

OLEH

FADHLAN ILMI FEIZAL

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahaui pengaruh pemberian

pupuk NPK terhadap kandungan ADF (Acid Detergen Fiber) dan NDF (Netral

detergen Fiber) rumput Barchiaria mutica, dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan

Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Syiah

Kuala, Darussalam Banda Aceh dan berlangsung dari tanggal 20 Februari 2013

sampai dengan 15 Maret 2013. Melihat kandungan serat Brachiaria mutica,

dengan melakukan analisis serat Van Soest pada penentuan ADF dan NDF.

Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5

perlakuan pupuk NPK dan 3 ulangan, perlakuan pemupukan yang di berikan

adalah 0 g/m2,

20 g/m2, 40g/m

2, 60g/m

2, 80g/m

2. Hasil sidik ragam menunjukkan

bahwa pengaruh pemberian Pupuk NPK berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar Bahan kering, kadar Serat kasar, kadar NDF, kadar ADF rumput

Brachiaria mutica. Kadar bahan kering maksimal ditemukan pada perlakuan

pupuk NPK 0g/m2 (20, 48%) dan minimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK

80g/m2

(16,72%). Kadar serat kasar maksimal ditemukan pada perlakuan pupuk

NPK 60g/m2 (19,50%) dan minimal pada perlakuan 0g/m

2 (16%). Kadar serat

NDF minimal di temukan pada perlakuan pupuk NPK 80 g/m2 (20,17%)

maksimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 0g/m2 (21,75%). Kadar serat

ADF minimal di temukan pada perlakuan pupuk NPK 80 g/m2 (10,44%)

maksimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 0 g/m2 (11,79%).

Kata Kunci : NPK, Brachiaria mutica, ADF, NDF

Page 5: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

5

LEVEL OF NPK FERTILIZER USE ON DIFFERENT GRASS

BRACHIARIA MUTICA HARVEST WITH AGE 60 DAYS

TO CONTENT

AND ADF NDF

BY

FADHLAN ILMI FEIZAL

ABSTRACT

This research has been carried out to derive the effect of NPK fertilizer on the

content of ADF (Acid Detergent Fiber) and NDF (Neutral detergent Fiber) Barchiaria

mutica grass, conducted in the Laboratory of Animal Nutrition and Feed Faculty of

Agriculture, Department of Animal Husbandry., Kuala University, Banda Aceh

Darussalam runs from the date of February 20, 2013 until March 15, 2013. Seeing fiber

Brachiaria mutica, the Van Soest fiber analysis in the determination of ADF and NDF.

This research used Completely Randomized Design (CRD) consisting of 5 treatments and

3 replications of NPK fertilizer , fertilizer treatment that is given is 0 g/m2 , 20 g/m2 ,

40g/m2 , 60g/m2 , 80g/m2 . The results of variance showed that the effect of NPK

fertilizer was highly significant ( P < 0.01 ) the levels of dry material , coarse fiber levels

, levels of NDF , ADF content of the grass Brachiaria mutica. Maximum dry matter

content found on 0g/m2 NPK fertilizer treatment ( 20 , 48 % ) and minimum was found at

80g/m2 NPK fertilizer treatment (16.72 %). Maximum crude fiber content found on

60g/m2 NPK fertilizer treatment ( 19.50 %) and minimum in 0g/m2 treatment ( 16 % ).

Minimum NDF fiber content found on 80 g/m2 NPK fertilizer treatment ( 20.17 % ) was

found in the maximum 0g/m2 NPK fertilizer treatment (21.75 %). ADF minimum fiber

content found on 80g/m2 NPK fertilizer treatment (10.44 %) was found in maximal

0g/m2 NPK fertilizer treatment (11.79%).

Keywords : NPK , Brachiaria mutica , ADF , NDF

Page 6: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

6

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat, nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis telah dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Penggunaan Taraf Pupuk NPK Yang

Berbeda Pada Rumput Brachiaria mutica Dengan Umur Panen 60 Hari Terhadap

Kandungan Acid Detergent Fiber (ADF) dan Netral Detergent Fiber (NDF )”.

Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi kesarjanaan pada

Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Ir.Yunasri Usman, M.P. sebagai

pembimbing utama dan juga kepada Dr. Ir.Didi Rahmadi, M.P

sebagai pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk

memberikan bimbingan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini, dan juga

kepada bapak Yasser Armia, S.Pt, M.Si sebagai dosen wali penulis. Kemudian penulis

mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Dzarnisa Araby, M.Si. sebagai ketua

jurusan, serta para staf pengajar lainnya atas bimbingan dan ilmu yang telah penulis

dapatkan semenjak awal kuliah sampai tahap penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas

kepada ayahanda Faisal Syawal. SE. dan ibunda Junaida yang telah dengan susah payah

memberikan dorongan doa kepada penulis juga kepada kakanda Diqhi Rahmato

Feizal.S.Os, dan adinda Syahra Raqina Feizal, tersayang yang telah mendorong dalam

Page 7: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

7

menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini. Tidak lepas juga ucapan terima kasih untuk

teman-teman seangakatan 2009 yang telah memberi semangat dan dukungan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan ataupun kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan

saran dari pembaca. Semoga skipsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan kita

semua.

Amin ya Rabbal 'alamin.

Banda Aceh, Desember 2013

penulis

Page 8: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

8

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

1.3. Hipotesa ............................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4

2. 1. Pertumbuhan tanaman ...................................................................... 4

2.2. Faktor- faktor yang mempengaruh pertumbuhan dan

2.3. produktivitas tanaman ...................................................................... 4

2.4. Faktor internal .................................................................................. 5

2.5. Faktor eksternal ................................................................................ 6

2.6. Umur pemotongan .......................................................................... 6

2.7. Diskripsi rumput Brachiaria mutica ................................................ 7

2.8. Kebutuhan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman .......................... 9

2.9. Pengaruh N P dan K bagi tanaman ................................................. 11

2.10. Komposisi bahan pakan .................................................................. 15

2.11. Sellulosa .......................................................................................... 19

2.12. Hemisellulosa ................................................................................... 20

2.13. Lignin ............................................................................................... 20 BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN ................................................... 22

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 22

3.2. Materi penelitian ............................................................................. 22

3.3. Bahan dan Alat yang digunakan ..................................................... 22

3.3.1. BahanPenetapan NDF ..................................................................... 22

3.3.2. BahanPenetapan ADF .................................................................... 22

3.3.3. Alat analisa NDF dan ADF ............................................................ 23

3.4. MetodePenelitian............................................................................. 23

3.5. Parameter yang diamati ................................................................... 23

3.6. RancanganPenelitian ....................................................................... 23

3.7. Penetapan dan Cara Kerja ............................................................... 25

3.7.1. Penetapan NDF .............................................................................. 25

3.7.2. Cara Kerja NDF ............................................................................. 25

3.7.3. Penetapan ADF ............................................................................... 26

3.7.4. Cara Kerja ADF ............................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 28

Page 9: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

9

4.1. Kadar Bahan Kering ........................................................................ 28

4.2. kadar Serat Kasar ............................................................................ 29

4.3. Kadar Netral Detergent Fiber (NDF) ............................................... 31

4.4. Kadar Acid Detergent Fiber (ADF) ................................................ 33

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 35

5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 35

5.2. Saran ................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

Page 10: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

10

DAFTAR

Halaman

Table

1. Komposisi Brachiaria mutica ............................................................................ 10

2 . Rata-rata komposisi zat makanan dari rumput

Brachiaria decumbens ........................................................................................ 14

3. Rancangan percobaan penelitian ........................................................................ 24

4. Rataan kadar bahan kering Brachiaria mutica ................................................... 28

5. Rataan kadar serat kasar Brachiaria mutica ....................................................... 30

6. Rataan kadar NDF Brachiaria mutica ............................................................... 31

7. Rataan kadar ADF Brachiaria mutica ............................................................... 33

Page 11: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

11

Page 12: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

12

DAFTAR

Gambar Halaman

1. Deskripsi Brachiaria mutica ............................................................. 8

2. Skema Tahapan reaksi Van Soest .................................................. 16

Page 13: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

13

DAFTAR

Lampiran Halaman

1. Hasil Analisis Sidik Ragam Bahan Kering

Rumput Brachiaria mutica .......................................................... 39

2. Hasil analisis sidik ragam Serat Kasar

Rumput Brachiaria Mutica .......................................................... 40

3. Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Netral Detergent Fiber

(NDF) Rumput Brachiaria mutica ................................................. 41

4. Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Acid Detergent

(ADF) Rumput Brachiaria mutica ................................................. 42

5. Riwayat Hidup .............................................................................. 43

Page 14: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Suatu kendala yang masihmenjadi masalah dalam usaha pengembangan

ternak terutama ternak ruminansia adalah rendahnya produksi hijauan pakan,baik

kualitas maupun kuantitas. Hijauan yang terdiri dari rumput-rumputan dan

leguminosa merupakan pakan utama ternak ruminansia.Hijauan sebagai makanan

ternak merupakan bahan yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi ternak

ruminansia.

Hijauan makanan ternak merupakan makanan utama bagi ternak

ruminansia yang dijadikan sebagai sumber gizi berupa protein, karbohidrat

mineral, dan vitamin yang berasaldarirumput-rumputan, leguminosa, dan daun-

daunan. Namun untuk daerah tropis seperti Indonesia ketersediaan hijauan sangat

dipengaruhi oleh musim, yang mana pada musim hujan ketersediaan hijauan

melimpah sedangkan pada musim kemarau menjadi berkurang.

Faktor lain yang menjadi kendala dalam penyediaan hijauan adalah

rendahnya produksi terutama spesies rumput alam, hal ini disebabkan karena

terbatasnya lahan akibat tingginya nilai tanah, kurangnya lahan produktif, dan

manajemen pemeliharaan yang kurang baik.Untuk mengatasi masalah tersebut

pemerintahtelah melakukan indroduksi hijauan jenis unggul dari luar daerah.

Hijauan yang mempunyai produksi tinggi membutuhkan lahan (tanah) dengan

Page 15: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

15

tingkat kesuburan yang tinggi, lahan harus dikelola dengan baik dan hati – hati

dan disertai dengan pemupukan.

Pemupukan merupakan suatu tindakan yang diperlukan terhadap tanah

dengankandungan unsur hara rendah. Unsur hara sering kurang dan sangat

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. Terutama

pemupukan dengan pupuk N, P, K merupakan Salah satu cara untuk memperbaiki

tingkat kesuburan tanah namun sering kekurangan. Reaksi tanah (pH) sangat

berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman, dimana pH netral

antara 6,5 -7,5. Ketersediaan unsur N dan P serta sejumlah kecil Ca dan Mg yang

dapat dipertukarkan rendah, sedangkan Al,Fe, dan Br, mempunyai kelarutan yang

tinggi sedangkan Mo rendah(Tisdale dan Nelson, 1990).

Susetyo (1976), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hijauan sangat

ditentukan oleh kesuburan tanah karena sel tanaman membutuhkan zat hara yang

lengkap untuk pertumbuhannya. Zat hara di dalam tanah dapat hilang karena

penyerapan oleh tanaman dan terjadinya erosi. Penambahan kontinyu unsur hara

yang berkelanjutan di dalam tanah perlu dilakukan untuk menjamin tanaman di

atasnya dapat tumbuh dengan baik. Pemanenan hijauan unggul (rumput atau

legum) memungkinkan daya tampung ternak dapat ditingkatkan disamping juga

akan meningkatkan kesuburan tanah.

Nilai nutrisi hijauan erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah,dan

umur pemotogan. Penentuan nilai gizi hijauan dapat dilakukan dengan beberapa

cara antara lain dengan analisis proksimat,analisis serat Van Soest seperti

Page 16: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

16

ADF(Acid Detergen Fiber) dan NDF (Netral Detergen Fiber),atau dengan uji

biologis yaitu memberikanya langsung pada ternak.

Rumput Brachiaria mutica, merupakan jenis rumput unggul yang

diintroduksi dan telah dikembangkan dengan baik di Indonesia. Penentuan kadar

serat rumput Brachiaria mutica dapat ditentukan dengan salah satu cara yaitu

dengan dengan menganalisis fraksi serat ADFdan NDF.

1.2.Tujan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan ADF dan NDF

pada rumput Brachiaria mutica yang di panen umur 60 hari dengan taraf pupuk

NPK yang berbeda.

1.3.Hipotesis

Ho : Pemberian pupuk NPK dengan taraf berbeda tidak berpengaruh terhadap

persentase kandungan ADF dan NDF pada rumput Brachiaria muticayang

di panen pada umur 60 hari.

H1 : Pemberian pupuk NPK dengan taraf berbedaberpengaruh terhadap

persentase kandungan ADF dan NDF pada rumput Brachiaria muticayang

di panen pada umur 60 hari.

Page 17: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Tanaman

Pearson dan Ison (1987 ) menjelaskan pertumbuhan tanaman adalah suatu

perubahan yang biasanya merupakan suatu peningkatan jumlah biomassa tanaman

secara keseluruhan. Pertambahan ukuran, berat kering dan bertambahnya ukuran

jumlah sel, disebabkan oleh pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman tidak

saja ditandai oleh peningkatan ukuran, tetapi juga dipengaruhi dengan terjadinya

deferensiasi menurut pola yang turun temurun dan disertai dengan meningkatnya

kompleksitas struktur sel, pertumbuhan tanaman pada awalnya berjalan lambat,

kemudian pertumbuhannya maksimal dan akhirnya menurun, bila digambarkan

secara grafik pola pertumbuhan akan membentuk kurva sigmoid atau

seperti huruf S (Tjitrosomo dkk.,1984). Pertumbuhan tanaman pakan akan

berbanding lurus dengan produktivitas yang dapat diukur dalam ton/hektar

pertahun (Pearson danIson, 1987).

2.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan

Produktivitas Tanaman

Menurut Whiteman dkk. (1974) Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman hijauan pakan adalah faktor iklim seperti radiasi, panjang

hari,temperatur, curah hujan dan penyebarannya. Faktor fisik tanah atau

ketersediaan unsur hara,tekstur tanah, penyimpanan air tanah, faktor spesies atau

Page 18: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

18

kemampuan adaptasi dengan lingkungan, dan kemampuan berproduksi.Faktor

tatalaksana atau pemeliharaan, defoliasi, dan renovasi. Faktor – faktor yang

mempengaruhi petumbuhan tanaman dapat dikatagorikan sebagai faktor internal

dan faktor eksternal.

2.2. Faktor Internal.

Faktor internal atau faktor genetik merupakan sifat atau kondisi yang ada

dalam tanaman itu sendiri yang memungkinkan tanaman tersebut mampu untuk

tumbuh dan berproduksi dalam kondisi lingkungan yang sama ( Ma’sum, 1981).

Selanjutnya dalam kondisi yang sama tanaman yang mempunyai faktor genetik

yang lebih baik akan tumbuh dan berproduksi lebih tinggi dibanding tanaman

yang mempunyai potensi genetik kurang baik.

Faktor genetik merupakan faktor dasar tumbuh tanaman yang meliputi

faktor keturunan, kemurnian, dan daya tumbuh genetiktanaman mempunyai korel

asi positif terhadap jumlah atau kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan

tanaman, yaitu makin baik sifat keturunannya, kemurnian dan daya tumbuhnya

akan makin baik pula produksi yang dihasilkan ( Mardjuki, 1990 ).

Gardiner dkk,(1991) mengelompokkan faktor – faktor yang ada menjadi 10

macam yaitu : (1). Ketahanan terhadap iklim dan, tanah biologis, (2). Laju

fotosintesis, (3). Respirasi, (4). Distribusi hasil asimilasi, (5). Klorofil, karoten

dan pigmen lainnya, (6). Tipe dan letak meristem, (7). Kapasitas menyimpan

cadangan makanan, (8). Aktivitas enzim, (9). Pengaruh langsung gen, (10).

Deferensiasi.

Page 19: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

19

2.3. Faktor Eksternal

Faktor ekternal atau lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman adalah, faktor iklim dan faktor tanah, faktor

genetik ketahanan terhadap iklim edafik dan biologis, laju fotosintesis, respirasi,

distribusi hasil assimilasi, tipe dan letak meristem, kapasitas menyimpan

cadangan makanan, serta aktivitas enzim ( Gardner dkk.,1991).

2.4. Umur Pemotongan Rumput

Menurut Husin, (1988) pemotongan tanaman menyebabkan petumbuhan

akar tanaman terhambat dan akan berkembang lagi setelah produksi bahagian atas

tanaman mencapai produksi semula atau produksi sebelum dipotong. Pada

frekuensi pemotongan yang jarang atau interval waktu pemotongan yang panjang

masalah tersebut tidak mengkuatirkan, tetapi yang dikhawatirkan pada interval

waktu pemotongan yang pendek.

Pemotongan atau defoliasi adalah pengambilan sebagian atau seluruh

bagian tanaman di atas permukaan tanah dengan cara memotong atau

mengembalakan ternak secara langsung, pemotongan sangat erat pengaruhnya

terhadap kualitas dan kuantitas hijauan (Anonimus, 1995).

Faktor yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemotongan antara

lain saat umur pemotongan, frekuensi pemotongan, tinggi rendahnya batang yang

ditinggalkan, potong paksa dan pengaturan pada petak (blok) pemotongan, produk

si dan kualitas hijauan sangat berpengaruh terhadap pemotongan dimana makin

Page 20: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

20

tua umur tanaman produksi bahan keringnya makin tinggi tetapi kadar gizinya

menurun ( Van Soest, 1994 ).

Pada saat musim hujan pemanenan rumput dilakukan pada umur 40-50

hari setelah tanam, sedangkan musim kemarau berkisar antara 50-60 hari. Hal ini

bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan dan merangsang pertumbuhan jumlah

anakan. Tinggi pemotongan 10-15 cm dari permukaan tanah pemotongan yang

terlalu tinggi harus dihindari karena akan banyak sisa batang yang mengayu

(keras). Demikian juga jangan dipotong terlalu pendek, karena akan mengurangi

mata atau tunas muda yang tumbuh

2.5. Diskripsi rumput Brachiaria mutica

Brachiaria mutica berasal dari Afrika dan Amerika selatan yang beriklim

tropis,rumput ini mempunyai stolonyang merambat, danpanjang sampai lima

meter,Brachiaria mutica mempunyaibatang berbulu dan lunak, daun berbulu

sedang, panjang sekitar 30 cm dan lebar 20 mm. Tangkai bunga panjang 6 - 30

cm, terdiri atas 5 - 20 kelompok bunga yang padat (Anonimus, 2011). Rumput ini

cukup kuat tetapi batangnya tidak kaku, yang dekat dengan tanah ujungnya

tumbuh tegak keatas dan dari tiap ruas-ruasnya dapat tumbuh akar bila tersentuh

tanah (Reksohadiprodjo, 1981).

Rumput ini berumur panjang, tumbuh tegak sampai 90 cm dan yang

menjalar panjang batangnya bisa mencapai 4,5 m. Setiap buku pada stolon dapat

tumbuh akar dan tangkai daun, baik pada batang maupun pada daun banyak

Page 21: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

21

tumbuh bulu(AAK, 1983).Akar Brachiaria mutica merupakan akar serabut

(radixadventica), akar keluar dari pangkal batang, jumlahnya banyak dan hampir

sama besar, memiliki banyak rambut pada akarnya seperti terlihat pada Gambar 1

dibawah ini.

Gambar 1. Deskripsi Brachiaria mutica

Rumput Brachiaria mutica tumbuh baik pada daerah yang memiliki

ketinggian tidak lebih dari 1200 m dari permukaan laut, dengan curah hujan

tahunan 1000 mm atau lebih dan kerap kali tumbuh di sepanjang aliran sungai,

tanaman ini tahan terhadap genangan air dan naungan yang rimbun dan tidak

tahan terhadap kekeringan (Rukmana, 2005).Rumput ini tahan terhadap genangan,

sebab rumput Brachiaria mutica, tahan terhadap tanah asam atau netral tetapi

tidak tahan terhadap tanah asin (AAK, 1983).

Brachiaria mutica tumbuh dengan baik pada jenis tanah yang beragam

sesuai untuk lahan berpengairan buruk. Di daerah tropis dan daerah subtropis

yang lebih hangat, tetapi juga beradaptasi dengan baik pada tanah tanpa pengairan

di lingkungan curah hujan tinggi dandaerah lembab dan semi lembab dengan

1200-4000 mm curah hujan tahunan. Pertumbuhan dibatasi oleh kondisi suhu

dibawah 15oC, karena tanaman ini sangat rentan suhu beku,daun akan mati bila

Page 22: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

22

terkena suhu beku tetapi tanaman dapat pulih kembali. Daya tahan sedang

terhadap naungan tetapi lebih suka penyinaran matahari penuh. Rumput

Brachiaria mutica sebagai spesies tanaman dengan panjang hari yang pendek,

rumput ini berbunga lebih banyak pada lingkungan lembab pada lintang 10oLU-

20oLS (Anonimus, 2011).

Penanaman Brachiaria mutica dilakukan dengan pols, stolon, panjang 20-

30 cm dan minimal mengandung 3-4 buku. Ditanam dengan kemiringan45odan 2

buku masuk kedalam tanah, jarak tanam 60 x 120 cm dan dapat ditanam bersama

leguminosa, sepertiCentrosema pubescens (AAK, 1983), Sedangkan

(Rukmana, 2005) menyatakan bahwa, penanaman rumput ini dilakukan dengan

potongan batang (stek) sepanjang 25 cm dan jarak tanam 60 x 90 cm.

Produksi Brachiaria mutica sangat dipengaruhi oleh tempat tumbuh,

namun secara umum, produksi rumput segar Brachiaria mutica mencapai 100-125

ton/hektar/tahun (Rukmana, 2005). Reksohadiprojo (1981) menyatakan bahwa

rumput ini dapat memproduksi hijauan segar sebanyak 100 ton/hektar/tahun dan

dapat dipotong dengan interval satu bulan sedangkan (Rismunandar, 1986)

menyatakan bahwa rumput ini dapat menghasilkan rumput segar 150

ton/hektar/tahun dengan pemotongan 7-8 kali/tahun. Rumput ini kurang ideal

untuk dijadikan rumput gembala namun jika dijadikan rumput potong dapat

menghasilkan hijauan segar rata-rata 80 ton/hektar/tahun (AAK, 1983). Produksi

biji rendah sekitar 10-30 kg/ha dengan panen mengunakaan mesin atau tangan

(Anonimus, 2011).

Page 23: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

23

2.6.Kebutuhan Unsur Hara Bagi Pertumbuhan Tanaman

Seperti diketahaui bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman terdiri dari

unsur makro yaitu unsur hara yang sangat dibutuhkan dalam jumlah yang relatif

besar, meliputi :C, H, O, N, P, K, Mg, Ca, dan S. unsur mikro yaitu unsur hara

yang di butuhkan dalam jumlah relatif sedikit yang terdiri dari 7 unsur yaitu :Fe,

Mn, Mo, Cu, Zn, Cl, dan, Co ( Buckman dan Brady,1982).

Dari unsur hara makro yang pertama mendapat perhatian adalah N, P, K,

S, Ca, dan Mg, karena keenam unsur tersebut dibutuhkan oleh tanaman dalam

jumlah relatif lebih besar dibandingkan unsur lainnya. Pemupukan terutama

dengan pupuk N, P, K merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tingkat

kesuburan tanah.Reaksi tanah (pH) sangat berpengaruh terhadap ketersediaan

unsur hara bagi tanaman, dimana pH netral antara (6,5 -7,5) ketersediaan unsur N

dan P sedikit Ca dan Mg yang dapat dipertukarkan juga sedikit, sedangkan Al,Fe

dan Br banyak larut, sedangkan Mo sedikit (Tisdale dan Nelson, 1975).

Susetyo (1976), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hijauan sangat

ditentukan oleh kesuburan tanah karena sel tanaman membutuhkan zat hara yang

lengkap untuk pertumbuhannya. Zat hara di dalam tanah dapat hilang karna

penyerapan oleh tanaman dan terjadinya erosi. Sehingga penambahan kontinyu

unsur hara dalam tanah perlu dilakukan untuk menjamin tanaman yang tumbuh

diatasnya dapat tumbuh baik.Menurut Hartadi dkk,(1990) Brachiaria mutica

mempunyai kandungan protein kasar 7,1 sampai 12,6%, hasil analisis tercantum

pada Tabel I.

Page 24: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

24

Tabel 1. Komposisi kimia rumputBrachiaria mutica

Umur Bahan Kering Abu Serat Kasar BETN Protein Kasar

Hari ( % )

28 100 11.6 29,5 43.2 12.6

43-56 100 13,3 30.7 43,8 10,5

57-70 100 9.6 33.8 48.3 7.1

Sumber : Hartadi dkk,(1990).

Kesuburan fisik tanah dapat meningkat dengan cara pengolahan tanah

yang baik dan teratur. Kesuburan kimiawi tanah dapat ditingkatkan dengan cara

pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanah, sehingga dapat

mencukupi kebutuhan tanaman (Sarief, 1986). Tanaman memanfaatkan unsur

hara dalam tanah dalam jumlah dan perbandingan yang berbeda tergantung dari

jenis dan species tanaman (Sutejo, 2002).

Untukmencapai tujuan tersebut perlu diatur sistem pembuangan air,

pengolahan tanah, pengolahan benih yang baik dan penanggulangan berbagai

gulma dan penyakit tanaman.Namun syarat utama adalah tanaman harus

mendapatkan zat makanan yang cukup selama pertumbuhannya (Rinsema, 1983).

Dalam pemeliharaan hijauan perlu dilakukan pemupukan untuk

mendapatkan kualitas dan kuantitas hijauan yang tinggi, karena pupuk diperlukan

untuk menggantikan zat-zat hara yang telah diserap dan tidak dikembalikan lagi

oleh tanaman ke dalam tanah. Kebutuhan pupuk sangat bervariasi tergantung dari

keadaan tanah, jenis pupuk, jenis tanaman dan faktor lain yang berpengaruh

Page 25: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

25

misalnya curah hujan dan pH tanah.Tetapi secara umum sebagai pedoman untuk

jenis rumput diperlukan pupuk nitrogen dengan dosis 200 sampai 300 Kg

N/ha/thn(Mcllroy, 1977).

2.3. Pengaruh N(Nitrogen), P(Pospor) dan K (Kalium), bagi Tanaman

Unsur hara N, P dan K sangat dibutuhkan oleh tanaman sehingga apabila

unsur ini kurang dalam tanah maka harus dilakukan penambahan kedalam tanah.

Pupuk urea biasa digunakan sebagai sumber nitrogen karena urea mengandung

45% nitrogen dengan rumus kimia NH2-CO-NH2, sedangkan sumber phospor

yang sering digunakan adalah TSP (Triple Super Phosfat) dengan rumus kimia

Ca(H2PO4)2 dan pupuk kalium dalam bentuk KCL (Nyakpa dkk., 1988).

Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat diperlukan dalam tanah

kerena nitrogen mempunyai fungsi untuk meningkatkan kadar protein dalam

rumput (Mcllroy, 1977). Nitrogen juga dapat meningkatkan produksi bahan

kering hijauan (Whiteman dkk.,1974), dan dapat meningkatkan potensi

pertumbuhan daun-daun dan ranting rumput (Rinsema, 1983).

Kekurangan unsur Nitrogen dapat menyebabkan terlambatnya

pembentukan zat hijau daun, tanaman tumbuh kerdil atau tidak normal serta

memiliki sistem perakaran yang sangat terbatas serta warna daun hijau

kekuningan dan sangat mudah gugur (Supiandi, 1982). Menurut Rinsema (1983)

pupuk Nitrogen untuk rumput-rumputan diberikan sebanyak 240 Kg/Ha.

Pengaruh lain yang dapat dilihat apabila tanaman kekurangan unsur

nitrogen adalah daun bagian bawah terlihat seperti terbakar atau menjadi berwarna

coklat, dari ujung daun menjalar kebagian tengah hingga daun tersebut menjadi

Page 26: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

26

rontok (Supiandi, 1982). Kelebihan unsur N pada tanaman juga berakibat kurang

baik dimana tanaman akan banyak mengandung air sehingga dapat melemahkan

batang serta mudah diserang oleh bibit-bibit penyakit (Buckman dan Brady,1982).

Ketersediaan unsur P didalam tanah sangat penting karena unsur phosfor

juga merupakan salah satu unsur penyusun senyawa protein tanaman, unsur

phosfor mempunyai sifat mobilitas tinggi selain itu merupakan bagian dari asam

nukleat yang ikut berpartisipasi dalam pembentukan ATP (Adenosine

Triphosphat), sehingga dengan demikian phosfor merupakan unsur penting untuk

proses metabolisme sel tanaman (Tisdale dan Nelson.,1975).

Phosfor berfungsi mengatur proses enzimatik, tersedianya phosfor pada

awal pertumbuhan sangat penting, karena phosfor dibutuhkan dalam proses

reproduksi dan merangsang pertumbuhan akar (Supiandi, 1982).

Whiteman dkk.(1974), menyatakan bahwa pemupukan super phosfat pada

hijauan pakan ternak dapat meningkatkan produksi segar dan bahan kering dengan

maksimum, pemberian pupuk phosfat terhadap tanaman yakni dengan dosis

600kg/ha.

Kekurangan unsur phosfor dalam tanah dapat mengakibatkan

terhambatnya proses fotosintesis dan respirasi sel tanaman sehingga tanaman akan

mengalami pertumbuhan, pembungaan, pematangan biji dan buah terhambat

dengan hasil produksi yang rendah (Sastrosoedirjdjo., 1982).

Menurut Buckman dan Brady (1982),dalam tesis Nur Husin (1988 )

menyatakan kegunaan phospor pada tanaman adalah untuk pembelahan sel dan

pembentukan lemak serta albumin.Pembangunan dan pembuahan termasuk

Page 27: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

27

pembentukan biji apabila tanaman berbuah pengaruh pemberian N yang

berlebihan akan hilang.Perkembangan akar khusus lateral dan akar halus

berserabut.Kekuatan batang pada tanaman serealia membantu menghindari

tumbangnya batang sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas khusus

hijauan makanan ternak dan sayuran kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Menurut Thompson dan Troeh(1979), kalium mempunyai peranan penting

dalam proses metabolisme, pembentukan klorofil, pengatur kadar air dalam sel

serta sebagai katalisator pada reaksi enzimatik dan dalam cairan sel tanaman

kalium berbentuk ion K. Ketersediaan kalium di dalam tanah dapat meningkatkan

kualitas dan kuantitas tanaman serta menambah ketahanan tanaman terhadap

serangan penyakit dan membentuk sistem perakaran yang kuat juga dapat

melawan efek buruk dari kelebihan nitrogen. Kalium juga dapat mengatur

keseimbangan antara nitrogen dan phosfor (Buckman dan Brady, 1982).

Supiandi (1982),Menyatakan, tanaman yang kekurangan kalium dapat

dilihat pada daun tanaman yang terlihat kering seperti terbakar disisinya.

Permukaan daun akan menunjukkan gejala khlorosis yang merata sehingga

mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis dan dapat menghentikan

pembentukan hidrat arang.

Menurut Manurung (1973), dalam penelitiannya dengan menggunakan

berbagai jenis pupuk seperti yang terlihat pada tabel 2, ternyata bahwa dengan

menggunakan pupuk N, P dan K menunjukkan lebih baik dari komposisi zat

makanan rumput Brachiaria decumben..

Tabel 2. Rata-rata komposisi zat makanan dari rumput Brachiaria decumbens

dengan pemberian kombinasi pupuk N, P dan K (%).

Page 28: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

28

Zat

makanan

O N NP NK NPK

Bahan kering 18,29% 17, 61% 17, 45% 17,24% 17, 23%

Protein kasar 11, 22% 10, 49% 11, 60% 11, 46% 11, 59%

Serat kasar 26, 61% 27, 50% 28, 04% 28, 16% 27, 09%

Lemak kasar 2, 03% 2, 02% 2, 02% 2, 13% 2, 15%

Abu 11, 37% 10, 35% 11, 35% 11,36% 10,43%

BETN 48, 77% 49, 66% 47, 78% 48, 90% 48 74%

Sumber : Manurung dan Susetyo ( 1975).

Sesuai dengan pendapat Bukman dan Brady.(1982), pertumbuhan normal

suatu tanaman dipengaruhi oleh unsur hara tertentu dan unsur hara tersebut harus

berada dalam bentuk yang dapat digunakan tanaman serta dalam jumlah atau batas

dosis-dosis optimum bagi pertumbuhan tanaman.Selanjutnya unsur hara tersebut

harus berada dalam keseimbangan tertentu, hal ini juga dipengaruhi oleh sifat

kandungan hara pupuk kandang didalam tanah yang bebas secara berangsur-

angsur dan akan tersedia bagi tanaman dalam jangka waktu

lama(Sasrosoedirdjo,1982).

Apabila suatu tanaman menderita kekurangan suatu unsur hara maka

pertumbuhan tanaman akan terhambat dan pada gilirannya pembentukan sel-sel

baru menjadi sukar (Jacob dan Uex Kull., 1972). Oleh karena itu dengan

pemupukan diharapkan kesuburan tanah dapat diperbaiki antara lain dengan

menggantikan unsur-unsur hara yang hilang akibat dipergunakan oleh tanaman

dan terambil pada saat panen tetapi juga oleh karena adanya erosi pencucian oleh

air hujan(Sastrosoedirdjo, 1982).

Page 29: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

29

2.4.Komposisi Bahan Pakan

Menurut Soejono, (1991) Nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai

gizi, serta energi, dan aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya

cernanya.Nutrisi bahan pakan merupakan faktor dalam memilih dan

menggunakan bahan pakan tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi

kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak ruminansia. Penentuaan nilai gizi

dapat dilakukandilaboratorium kimia dengan analisis proksimat tetapi dalam

analisis proksimat komponen fraksi serat tidak dapat digambarkan secara

terperinci berdasarkan nilai manfaatnya dan kecernaan pakan.Komponen serat

tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis Van Soest seperti dalam skema di

bawah ini.

Gambar 2. Skema Tahapan reaksi Van Soest.

Feed

Lignin Silica

N D S (Isi Sel)

Karbohidrat Lemak Protein

Neutral Detergent

N D F (Dinding sel)

A D S

Hemicelulose

Celulose

Asam

A D F

Soluble ( sellulosa)

Asam Insoluble

Page 30: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

30

Serat kasar didefenisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah

bahan pakan direbus dalam asam dan basa. Serat kasar mengandung fraksi-fraksi

selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi

penyusun dinding sel tanaman. Defenisi tersebut berdasarkan pada nilai nutrisi

dan serat kasar yang dapat dicerna oleh enzim – enzim yang dikeluarkan oleh

saluran pencernaan. Kenyataan dilapangan menunjukkan perbedaan yang

signifikan terhadap nilai nutrisi dari serat kasar, karena adanya mikrobia yang

hidup di dalam saluran pencernaan yang mampu memproduksi enzim yang dapat

mencerna serat kasar dijadikan sumber energi bagi ternak ruminansia. Mikrobia

tersebut hidup di rumen ternak ruminansia dan saluran pencernaan bagian

belakangyaitu sekumdan kolon ternak tertentu. Hal tersebut menyebabkan hasil

analisis serat kasar pada analisis proksimat lebih bermakna pada ternak

nonruminansia dari pada ternak ruminansia(Tillman dkk., 1991).

Menurut Van Soest (1994). Bahan pakan asal tanaman yang berupa

hijauan terdiri dari dua kelompok fraksi yaitu fraksi penyusun isi sel dan, fraksi

penyusun dinding sel. Fraksi penyusun isi sel terdiri dari gula, pati, karbohidrat

yang larut, pektin, nitrogen non protein, protein, lipid dan zat lain yang larut

dalam air termasuk vitamin dan mineral. Menurut Tillman (1991). Fraksi

penyusun isi sel ternyata larut dalam air, oleh karena itu disebut pula dengan NDS

(Netral Detergent Soluble). Fraksi penyusun dinding sel terdiri dari selulosa,

hemiselulosa, lignin dan silikatidak larut dalam air sehingga sukar dicerna, oleh

karena itu disebut dengan NDF (Netral Detergent Fiber)dan dengan demikian

nutrien yang tersedia rendah

Page 31: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

31

NDF(Netral Detergent Fiber) merupakan yang bersifat anionik yang

berasal dari kompleks poli anionik dan merupakan garam sodium yang larut pada

pH diatas 6,0 dan untuk mencegah terjadinya pencampuran logam berat atau ion –

ion logam alkali yang berasal dari tanah, diberikan EDTA (Ethylen Diamine

Tetraacetid Acid) yang mampu mengikat perebusan hijauan dengan larutan lauril

sulfat dan EDTA pada pH netral (7) melarutkan semua isi sel dan meninggalkan

sebagian besar komponen – komponen dinding sel, mencakup selulosa ,

hemiselulosa dan lignin dan beberapa ikatan nitrogen, protein, mineral dan

kutikal.Sedangkan pektin ikut terlarut meskipun merupakan komponen dinding

sel Ekstraksi NDF (Netral Detergent Fiber) merupakan reaksi non hidrolitik. ADF

(Acid Detergent Fiber) digunakan pada pH 4 dan yang larut pada ekstrasi ini

adalah hemiselulosa dan protein dinding sel dan sisanya adalah lignin, selulosa

dan fraksi non karbohidrat yang tidak larut. Secara berurutan maka NDF

(Netral Detergent Fiber) melarutkan pektin dan ovalin silica, sedang ADF(Acid

Detergent Fiber) akan melarutkan kompleks tanin protein, dan menyisakan silika.

Galakturonat diikat ADF(Acid Detergent Fiber) sebagai garam – garam detergent

(Van Soet,1994).

Menurut Tillman dkk (1991). lignin adalah senyawa komplek yang

membentuk ikatan eter dengan selulosa, hemiselulosa, protein dan komponen lain

dalam jaringan tanaman dan selalu terdapat dalam senyawa kompleks dinding sel.

Serat kasar suatu bahan pakan merupakan komponen kimia yang sangat

berpengaruh terhadap pencernaan. Kecernaan terhadap bahan pakan juga

dipengaruhioleh kadar lignin yang terkandung dalam bahan pakan tersebut. Selain

Page 32: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

32

tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak juga merupakan indeks negatif bagi mutu

suatu bahan pakan, karena ikatannya dengan selulosa dan hemiselulosa membatasi

kencernaan dan mengurangi energi bagi ternak (Van Soest, 1994).

Selulosa hampir tidak pernah ditemui secara murni, melainkan berikatan

dengan bahan lain, yaitu lignin dan hemiselulosa. Serat selulosa alami terdapat di

dalam dinding sel tanaman dan material vegetatif lainnya. Hemiselulosa terdiri

dari 2-7 residu yang berbeda. Jenis hemiselulosa selalu dipilih berdasarkan residu

gula yang ada. Hemiselulosa ditemukan dalam tiga kelompok yaitu xylan, mannan

dan galaktan. Hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan tiga jenis monosakarida

yaitu xylan, arabinosa dalam jumlah yang lebih banyak serta glukosa dalam

jumlah yang lebih sedikit.

2.5. Sellulosa.

Sellulosa adalah polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati

dan merupakan penyusun dinding sel tanaman (Anggorodi, 1984). Selullosa

merupakan polisakarida yang terdiri dari rantai lurus unit glukosa, mempunyai

berat molekul tinggi dan lebih tahan terhadap pereaksi kimia dibandingkan rantai

glukosa lainnya (Tillman dkk.,1991). Selullosa berikatan erat dengan xylan

membentuk ikatan hydrogen. Sebagian besar berbentuk kristal yang terorganisir

membentuk fibril (Theader dan Aman, 1984).

Stuktur sellulosa umumnya di jumpai bersama lignin,hemiselulosa, kutin

dan mineral (Van Soest,1994). Selullosa merupakan bagian struktur tanaman

Page 33: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

33

terbanyak dan penting sebgai sumber energi ternak ruminansia (Davis,1983).Oleh

karena itu hijauan sangat diperlukan oleh ternak ruminansia untuk memenuhi

kebutuhan energi dan menjalankan fungsi normal sistem pencernan

(Sunstol danOwen,1984).

Dijelaskan oleh Chruch (1979), selullosa tidak dapat larut dan sukar

dihancurkan dalam sistem pencernaan. Menurut Sundtol (1984), sellulosa yang

terdapat pada pakan hijauan kering dan jerami yang berkualitas rendah akan

berasosiasi dengan lignin dan komponen lain yang membuat sellulosa lebih sulit

terdegradasi mikroba disaluran pencernaan. Mikroorganisme rumen ternak

ruminansia menghasilkan enzim sellulase yang cukup banyak sehingga membuat

ternak ruminansia mampu mencerna dan memanfaatkan sellulosa. Enzim sellulase

yang dihasilkan oleh bakteri sellulotik sangat penting untuk mencerna sellulosa.

Perlakuan terhadap hijauan pakan ternak yang mengandung kadar serat tinggi

dapat dilakukan dengan cara fisik yaitu dengancara pemanasan melalui penguapan

tekanan (Steaming Under Pressure) berpengaruh terhadap komposisi kimia antara

lain perubahan struktur karbohidrat pada dinding sel hijauan pakan ternak

(Soejono dkk.,1987).

2.6.Hemisellulosa.

Hemisellulosa merupakan polisakarida yang paling kompleks dan

mempunyai komposisi yang bervariasi (Van Soest,1994). Hemisellulosa

merupakan substrat yang mudah larut dibandingkan sellulosa dan merupakan

polimer karbohidrat yang terdiri dari macam-macam tipe monomer gula sederhana

Page 34: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

34

seperti L-arabinoso, D-asam glukoronat,D-galaktosa, D-glukosa, dan D- xilosa

(Anggorodi, 1984). Hemisellulosa tidak larut dalam air mendidih tetapi larut

dalam larutan alkali dan terhidolisis dengan larutan asam encer (Anggorodi,1984)

dan menghasilkan gula sederhana dan kadang–kadang asam uronat

(Morisson,1961) Menurut Tillman dkk.(1981). Hemisellulosa dihidrolisis dengan

enzim hemiselullilase yang dihasilkan oleh, mikroorganisme rumen dan hasil

akhirnya adalah asam lemak volatile yang dapat digunakan sebagai sumber energi

bagi ternak ruminansia

2.8.Lignin.

Dapat diklasifikasikan sebagai suatu karbohidrat, akan tetapi dalam

pembahasannya disatukan dengan golongan zat, karena lignin terdapat dalam

ikatan kuat dengan sellulosa (Anggorodi, 1984). lagi pula dalam analisis bahan

makanan secara konvensional zat tersebut dimasukkan dalam karbohidrat.

Pengenalannya sebagai suatu kesatuan tersendiri adalah penting karena pengaruh

dominannya terhadap derajat kecernaan dari bahan-bahan makanan.Lignin adalah

gabungan beberapa senyawa yang berhubungan satu sama lain mengandung

karbon, hidrogen dan oksigen, namun proposisi karbonnya lebih tinggi

dibandingkan senyawa karbohidrat. Sebagai tambahan unsur nitrogen terdapat

pula di dalamnya dengan kadar satu sampai lima persen. Pada tanaman muda

kandungan lignin rendah,tetapi akan bertambah dengan bertambahnya umur

tanaman dan akan mencapai level tertinggi pada saat tanaman sudah dewasa,

sehingga terdapat kecernaan yang rendah dengan bertambahnya lignifikasi.

Page 35: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

35

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian inidilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Jurusan

Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda

Aceh.Penelitian ini berlangsung dari tanggal 20 Februari 2013 sampai dengan 15

Maret 2013.Untuk melihat kualitas (Protein kasar, Serat kasar, Bahan Kering dan

Abu)Brachiaria mutica, dan dilanjutkan dengan melakukan analisis serat Van

Soest untuk penentuan ADF (Acid Detergen Fiber) dan NDF (Netral Detergen

Fiber).

3.2. Materi penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumput Brachiaria

mutica yang telah digiling halus dan dikeringkan dalam oven pengering dengan

suhu 550C- 60

0C, pemanenan pada umur 60 hari yang mengunakan pupuk NPK

dengan kadar unsur haranya 15% N, 15% P2O5, 15% K2(PT Petrokimia Gersik).

3.3. Bahan dan Alat yang digunakan

3.3.1. Bahan penetapan NDF

Bahan : Larutan netral detergent, Sodium Laury Sulfat, EDTA ( Etilen

Diamin Tetra Asetat), Natrium Hydrogen Pospat ( Na2HPO4H2O ), Natrium

Tetraborat Decahydrat ( Na2 B4 O7 ), Natrium Sulfat ( Na2 SO3 ), Etoxy Ethanol.

3.3.2. Bahan penetapan ADF

Bahan : Larutan Acid detergent fiber, Decahydronaphthalene, H2SO4,

CTAB ( Cetyl Trimetil Ammonium Bromide)

Page 36: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

36

3.3.3. Alat analisa NDF dan ADF

Cawan porselin, Oven pengering, timbangan analitik, pemanas air, wadah

air, Gelas baker, kertas saring, pompa hisap (Vacum pump), desikator.

3.4. Metode penelitian

Menurut Soejono (1991). Untuk mengetahaui kandungan serat di gunakan

metoda Van Soest, Yang meliputi kandungan NDF (Netral DetergenFiber) yaitu

dengan mengunakan pelarut NDS (Netral Detergent Soluble) dimana yang

terlarut dalam pelarut tersebut adalah isi sel, sedangkan yang tersisa adalah

dinding sel. Selanjutnya dilakukan perebusan dalam pelarut ADS (Acid

DetrgenSoluble) dimana yang tidak larut adalah ADF (Acid Detergen fiber),

sehingga yang diperoleh adalah hemisellulosa.Analisis Van Soest adalah Metoda

yang mengelompokkan komponen isi sel dan dinding sel. Isi sel merupakan

komponen sangat mudah dicerna. Komponen dinding sel adalahkelompok yang

tidak larut dalam detegen netral dan komponen NDF ada yang hanya larut dalam

detergen asam (Acid Detergen Fiber atau ADF)

3.5. Parameter yang diamati

Parameter percobaan yang diamati dalam penelitian ini adalah: Persentase

Kandungan Kadar Serat: Bahan kering (BK), Serat kasar (SK), Acid Detergent

Fiber (ADF), dan Netral Detergent Fiber (NDF).

3.6. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 5 perlakuan pupuk NPK dengan Konsentrasi NPK 0, 20, 40, 60 dan 80

Page 37: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

37

gr/m2setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Bagan dari rancangan penelitian ini

disajikan pada tabel 3.

Tabel.3. Bagan Rancangan Penelitian

Perlakuan

Ulangan A B C D E

1 A-1 B-1 C-1 D-1 E-1

2 A-2 B-2 C-2 D-2 E-2

3 A-3 B-3 C-3 D-3 E-3

Jumlah A3 B3 C3 D3 E3

Rata –rata A B C D E

Keterangan :

A : Tidak di berikan pupuk 0 % NPK.(sebagai kontrol)

B : Pemupukan NPK dengan dosis (20 gr/m2)

C : Pemupukan NPK dengan dosis (40 gr/m2)

D : Pemupukan NPK dengan dosis (60 gr/m2)

E : Pemupukan NPK dengan dosis (80 gr/m2)

Model matematik Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut:

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = rata-rata umum (intersep)

σi = pengaruh perlakuan ke-i

Yij = µ + σi + ∑ij

Page 38: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

38

∑ij = kesalahan (galat) percobaan untuk masing – masing pengamatan

Data penelitian yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan

Analisis Sidik Ragam ( Analysis of Variance / ANOVA). Perbedaan antar

perlakuan, dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)

(Steel and Torrie, 1989).

3.7. Penetapan dan cara kerja

3.7.1. Penetapan NDF ( Netral Detergen Fiber )

Merupakan penetapan untuk dinding sel adalah suatu metoda yang tepat

bagi total serat kasar dalam bahan pakan tanaman berserat. Cara ini tidak dapat

digunakan pada bahan pakan yang mempunyai kadar protein tinggi dan kadar

serat rendah.

3.7.2. Cara Kerja NDF

Timbang ± 1 g sampel yang telah digiling dan lewat saringan 1 mm.

tempatkan sampel ke dalam beaker glass untuk didigesti.

Tambahkan 100 ml larutan netral detergent yang dingin (temperature kamar),30 g

Sodium Lauryl Sulfat,18,61g, EDTA (Etilen Diamin Tetraasetat), 4,56 g Natrium

hydrogen pospat ( Na2 Hpo4 I2H2O ), 6,81 g Natrium tetraborat dechyrad(

Na2B4O7 ), 5 g Natrium sulfat (Na2 SO3), dan 10 ml ethoxy ethanol.Panaskan

selama 5 – 10 menit. Kurangi panas, apabila mulai mendidih untuk mencegah

terjadinya busa. Atur pendidihan dengan konstan, digesti selama 60 menit sejak

mulai mendidih.

Page 39: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

39

Tempatkan cawan yang telah ditimbang pada tempat penyaringan. Goyang-

goyangkan beaker untuk mencampur bagian yang padat, isilah cawan. Jangan

dijalankan pompa vakum sampai setelah cawan telah berisi. Mula-mula dengan

vakum rendah, kemudian dinaikkan kecepatannya bila perlu. Cuci sampel dalam

cawan dengan air panas (80oC). Hentikan vakum dan isi dengan air dan ulangi

pencucian.

Cuci dua kali dengan aceton dengan cara seperti pencucian dengan air dan vakum

sampai kering. Keringkan cawan dalam oven pengering pada temperature 105oC

semalam.

Timbang neutral detergent fiber yang didapat sebagai dinding sel.

A. Perhitungan

Dinding sel, % pada dasar as fed atau partial dry =

Berat cawan dan dinding sel − berat cawan

Berat sampelx 100 %

Disetarakan pada dasar bahan kering (BK) :

% dinding sel pada sampel as fed

% BK pada sampel as fedx 100 %

% dinding sel pada sampel artial dry

% BK pada sampel partial dryx 100 %

3.7.3. Penetapan ADF (Acid detergent fiber)

. Penetapan ADF merupakan cara yang cepat untuk bahan pakan ligno-

selulosik. Residu yang diperoleh masih termasuk juga silica. Perbedaan antara

dinding sel (NDF) dengan ADF adalah nilai estimasi semiselulose, meskipun nilai

perbedaan ini termasuk juga nilai protein yang melekat pada dinding sel.cara

Page 40: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

40

penetapan ADF dipergunakan sebagai langkah permulaan untuk penetapan lignin.

Hemiselulose dapat diestimasikan dari perbedaan NDF dan ADF.

3.7.4. Cara Kerja ADF

Timbang ± 1 gram sampel kedalam gelas beaker atau tempat lain yang

cocok untuk digesti

Tambahkan 100 ml larutan Acid detergent yang dingin (temperature ruang) dan 2

ml decahydronaphthalene, 26.65 ml H2SO4,20 g CTAB (Cetyl Trimethyl

ammonium bromide), Panaskan selama 5 – 10 menit, kurangi panasnya untuk

menghindari timbulnya busa. Digesti selama 60 menit sejak mulai mendidih

dengan mengatur tingkat didih yang rendah dan konstan.Saring dengan crucible

yang telah ditimbang beratnya pada tempat penyaringan dengan mempergunakan

vakum, sekali-kali diaduk dengan pengaduk gelas, cuci 2 kali dengan air panas

(90 – 100oC).

Ulangi pencucian dengan aceton sampai air cucian tidak berwarna, dibantu

dengan pengadukan memakai pengaduk gelas.

Cuci dengan hexane. Hexane ditambahkan pada cawan sewaktu cawan masih

mengandung aceton. (Hexane tidak perlu ditambahkan apabila tidak terjadi

gumpalan-gumpalan). Disedot (dengan vakum) ADF dari hexane dan keringkan

dalam oven pada 105oC selama 8 jam atau semalam; kemudian dinginkan dalam

desikator dan ditimbang.

B. Perhitungan

ADF, %, pada dasar as fed atau partial dry

Page 41: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

41

Berat cawan + fiber − berat cawan

berat sampelx 100 %

Disetarakan pada dasar bahan kering (BK) :

% ADF pada sampel as fed

% BK pada sampel as fedx 100 %

% ADF pada sampel as fed

% BK pada sampel as fedx 100 %

Page 42: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar Bahan Kering

Hasil anaisis sidik ragam rumput Brachiaria mutica pada perlakuan

pemupukan NPK (lampiran 1) memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang

sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi Bahan Kering rumput Brachiaria mutica.

Produksi Bahan Kering rumput Brachiaria mutica akibat pemupukan NPK dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata kadar bahan kering Brachiaria mutica akibat perlakuan

NPK (g/m2)

Perlakuan NPK (g/m2) Rerata

0 20,48a

20 19,24ab

40 18,28bc

60 17,33c

80 16,72c

Superskrip a, b, dan c, pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata

(P<0,01)

Dari Tabel 4 di atas dapat di lihat Perlakuan pupuk NPK menunjukkan

perbedaan sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar bahan kering rumput Brachiaria

mutica. Perbedaan tersebut terdapat antara perlakuan pupuk NPK 60g/m2 dan

80g/m2 dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK 0g/m

2dan 20 g/m

2. Kadar

bahan kering maksimalditemukan pada perlakuan pupuk NPK 0g/m2 dan minimal

ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 80g/m2.

Page 43: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

43

Perlakuan pupuk NPK 40g/m2, 60g/m

2 dan 80g/m

2 tidak menunjukkan

perbedaan dan perlakuan pupuk NPK 20g/m2 dengan 40g/m

2 juga tidak

menunjukkan perbedaanantara perlakuan 0g/m2 dengan 20g/m

2. Dan perbedaan

yang sangat nyata terlihat pada perlakuan pupuk NPK 0g/m2 dengan perlakuan

pupuk NPK 40g/m2, 60g/m

2 dan 80g/m

2. Perlakuan pupuk NPK 20g/m

2

menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) perlakuan pupuk NPK

60g/m2 dan 80g/m

2.

Penurunan bahan kering rumput diduga oleh keadaan fisiologis tanaman,

dengan pemberian pupuk perkembangan akar tanaman akan lebih baik, oleh sebab

itu pengisapan air oleh tanaman dari dalam tanah akan lebih mudah, sehingga

dengan sendirinya kadar air didalam tanaman akan meningkat.

Penurunan kadar bahan kering dalam penelitian ini disebabkan oleh unsur

N yang tinggi. Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa pemberian unsur N

yang tinggi pada tanaman dapat menyebabkan tanaman banyak mengandung air,

Unsur N sifatnya sangat mobil didalam tanah akan tetapi jika berlebihan dapat

mengakibatkan tumbuhan banyak mengandung air (kadar bahan kering menjadi

rendah) serta melemahkan batang sehingga tanaman mudah terserang penyakit.

4.2. Kadar Serat Kasar

Hasil analisissidik ragam kadar serat kasar sebagai respon dari perlakuan

pupuk NPK (lampiaran 2) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

terhadap produksi serat kasar rumput Brachiaria mutica.

Rata-rata kadar serat kasar rumput Brachiaria mutica akibat perlakuan

pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Page 44: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

44

Tabel 5. Rata-rata kadar serat kasar Brachiaria mutica perlakuan pupuk

NPK (g/m2)

Superskrip a, b, c, pada baris yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata

(P< 0,01).

Dari Tabel 5 diatas terlihat bahwa semakin tinggi dosis perlakuan pupuk

yang diberikan cenderung terjadi peningkatan kadar serat kasar rumput

Brachiaria mutica yang dihasilkan. Kadar serat kasar maksimal ditemukan pada

perlakuan pupuk NPK 60g/m2 (19,50%) dan minimal pada perlakuan 0g/m

2

(16%). Antara perlakuan pupuk NPK0g/m2menunjukan berbeda sangat nyata

(P<0,01) dengan perlakuan pupuk NPK20g/m2,

40 g/m2, 60g/m

2 dan

80g/m2.Tetapi perlakuan pupuk NPK 40 g/m

2, 60g/m

2 dan 80g/m

2tidak

menunjukkan perbedaan.

Semakin tinggi kadar pemupukan NPK maka kadar serat kasar semakin

meningkat, hal ini disebabkan karena pemupukan dapat meningkatkan laju

pertumbuhan rumput lebih cepat dibandingkan rumput yang tidak dipupuk.

Hidayat (1994) menyebutkan bahwa proses lignifikasi antar spesies sejalan

dengan fase vegetatifnya. Lebih cepat tercapainya fase generatif maka lebih cepat

proses lignifikasinya, karena kandungan lignin hijauan meningkat dengan

semakin masaknya tanaman. Lebih lanjut Hidayat (1994) menyebutkan bahwa

semakin meningkatnya umur tanaman menyebabkan kandungan selulosa,

hemiselulosa dan lignin meningkat. Reksohadiprodjo (1981) menyatakan bahwa

Perlakuan NPK (g/m2) Rerata

0 16,14c

20 17,17b

40 19,33a

60 19,50a

80 19,33a

Page 45: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

45

serat kasar dan protein kasar selalu berbanding terbalik pada hijauan makanan

ternak.

Manurung (1973), juga menerangkan bahwa unsur fosfor dan kalium

dapat mempercepat proses pembentukan serat kasar tanaman jika di berikan di

dalam tanah, disamping itu proses penuaan tanaman juga lebih cepat hingga kadar

serat kasar akan meningkat

4.3. Kadar Netral Detergent Fiber (NDF)

Hasil analisis sidik ragam kadar Netral Detergen Fiber (NDF)sebagai

respon dari perlakuan pupuk NPK (lampiran 3 ) menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi rumput Brachiaria mutica.

Rata-rata kadar NDF rumput Brachiaria mutica akibat perlakuan pupuk

NPK dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata kadar NDFBrachiaria mutica perlakuan pupuk

NPK (g/m2)

Superskrip a, b, c, dan d pada baris yang sama menunjukan perbedaan sangat

nyata ( P <0,01).

Dari Tabel 6 diatas terlihat bahwa semakin tinggi dosis perlakuan pupuk

yang diberikan cenderung terjadi penurunan kadar NDF rumput Brachiaria

mutica yang dihasilkan. Kadar serat NDF minimal ditemukan pada perlakuan

pupuk NPK 80 g/m2 ( 20,17%) maksimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK

Perlakuan NPK (g/m2) Rerata

0 21,75a

20 21,25a

40 20,75bc

60 20,49c

80 20,17cd

Page 46: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

46

0g/m2 (21,75%) Perlakuan pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar NDF rumput Brachiaria mutica. Perbedaan tersebut

terdapat antara perlakuan pupuk NPK0 g/m2, dan 20 g/m

2,dengan perlakuan

pupuk NPK 40 g/m2, 60g/m

2 dan 80g/m

2. Perlakuan pupuk NPK 40 g/m

2, 60g/m

2

dan 80g/m2. Tidak menunjukan perbedaan. Hasil penelitian memperlihatkan

bahwa pemberian pupuk NPK cenderung menurunkan kandungan NDF.

Perbandingan protoplasma terhadap kandungan dinding sel yang tipis di

pengaruhi oleh kandungan nitrogen, keadaan ini menyebabkan daun lebih banyak

mengandung air dan kurang keras. Tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel

yang kecil, dengan demikian daun akan menjadi keras dan penuh dengan serat-

serat di pengaruhi oleh kandungan nitrogen yang rendah, turunnya kadar protein

serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel daun dengan ukuran sel yang

kecil dengan demikian daun akan menjadi keras penuh dengan serat-serat apabila

kandungan N rendah (Sarief,1986).

Namun apabila N dan semua unsur tersedia bagi tanaman maka tanaman

cenderung menggunakan karbohidrat untuk membentuk lebih banyak protoplasma

daripada dinding sel, karena protoplasma sebagian besar adalah air maka tanaman

menjadi sekulen.

Perbedaan yang sangat nyata dari analisis NDF tersebut disebabkan

struktur dinding sel dari rumput Brachiaria mutica dan kandungan NDF pada

masing-masing perlakuan relatif sama yaitu berkisar rata –rata 21,75 – 20, 17

NDF memilki fraksi serat yang mudah larut dalamlarutan ADS. Selain disebabkan

tanaman memperoleh unsur hara yang baik, dan penyerapan unsur hara yang

Page 47: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

47

cukup terutama N, P, dan K, juga waktu pemotongan yang seragam yaitu fase

vegetatif sehingga kandungan ligninikasi belum maksimal. Sesuai dengan

pendapat Susetyo (1976), bahwa pemotongan rumput yang terlalu lama (umur

tanaman yang terlalu tua) produksinya tinggi tapi kualitasnya rendah, begitu juga

sebaliknya.

Hasil sidik ragam kadar Netral Detergen Fibersebagai respon dari

perlakuan pupuk NPK (lampiaran 4 ) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata

antar perlakuan 0, 20, dengan perlakuan 40, 60 dan 80 (P<0,01) terhadapNDF

rumput Brachiaria mutica.

4.4. Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)

Hasil analisis sidik ragam kadar Acid Detergen Fiber (ADF) sebagai

respon dari perlakuan pupuk NPK (lampiran 4 ) menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi rumput Brachiaria mutica.

Rata-rata kadar ADF rumput Brachiaria mutica akibat perlakuan pupuk

NPK dapat dilihat pada tabel 7. Rata-rata kadar ADF rumput Brachiaria mutica

akibat perlakuan pupuk NPK.

Tabel 7. Rata-rata kadar ADFBrachiaria mutica perlakuan pupuk

NPK (g/m2)

Perlakuan NPK (g/m2) Rerata

0 11,79a

20 11,50ab

40 11,27bc

60 11,11c

80 10,40d

Page 48: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

48

Superskrip a, b,c dan d pada baris yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata

(P<0,01).

Dari Tabel 7 terlihat bahwa semakin tinggi dosis perlakuan pupuk yang

diberikan cenderung terjadi penurunan kadar ADF rumput Brachiaria mutica

yang dihasilkan. Kadar serat ADF minimal di temukan pada perlakuan pupuk

NPK 80 g/m2 (10,44%) maksimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 0g/m

2

(11,79%) Perlakuan pupuk NPK menunjukkan perbedaan yang sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar ADF rumput Brachiaria mutica.

Analisis sidik ragam pada perlakuan pupuk NPK 0g/m2menunjukkan

perbedaan yang sangat nyata(P<0,01)dengan perlakuan pupuk NPK 40

g/m2,60g/m

2 dan 80g/m

2. Perlakuan pupuk NPK 0 g/m

220g/m

2tidak menunjukkan

perbedaan yang sangat nyatadibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK 60g/m2

dan 80g/m2. Pengaruh yang sangat nyataterlihat pada perlakuan pupuk NPK

0g/m2 dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK 60g/m

2dan 80 g/m

2.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk NPK cenderung

menurunkan kandungan ADF.Turunnya kandungan ADF disebabkan karena

semakin tingginya pemupukan atau pemberian unsur hara NPKsehingga

membantu sistem perakaran dan penyerapan air yang baik pada tanaman dengan

demikian proses ligninfikasi menjadi terhambat. Sesuai dengan pendapat

Buckman dan Brady (1982) yang menyatakan pemberian unsur hara yang terlalu

tinggi dapat menyebabkan bahan kering tanaman menjadi rendah sehingga

tanaman mengandung kadar air yang tinggi yang menyebabkan tanaman lembek

Page 49: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

49

dan mudah terserang penyakit. Kandungan ADF adalah suatu pertimbangan dan

estimasi daya cerna suatu hijauan pakan ternak.

Page 50: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

50

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa dengan pemberian pupuk

NPK dengan taraf yang berbeda dapat menurunkan kadar NDF (Netral Detergent

Fiber) dan ADF (Acid Detergent Fiber ) pada rumput Brachiaria mutica. Kadar

serat NDF minimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 80 g/m2 (20,17%)

maksimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 0g/m2 (21,75%). Kadar serat

ADF minimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 80 g/m2 (10,44%)

maksimal ditemukan pada perlakuan pupuk NPK 0 g/m2 (11,79%)

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi kecernaan

terhadap rumput Brachiaria mutica yang mendapat perlakuan pupuk NPK dengan

taraf berbeda terhadap ternak ruminansia.

Page 51: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

51

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia

Jakarta.

Anonimus. 1995. Hijauan Makanan Ternak. Aksi Agraris Kanisius. Yayasan

Kanisius Yogyakarta.

AAK. 1983. Hijauan MakananTernak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius,

Yogyakarta.

Anonimous, 2011. Info. Brachiaria mutica. Diakses pada tanggal 10 februari

2011 dari situs: http://indonesia. Tropicalforages.

Info/key/forages/Media/Html/ Brachiaria_mutica.htm

Buckman H. O dan Brady N. C. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara,

Jakarta.

Church,1979 .Digestive Physiology and Nutrition Of Ruminats. Depertement

of Animal Sciens Oregon State University Corvalis. United Stete Of

Amerika.

Davis,C.H 1983 Experiences in Bangladesh With Improving The Nutritive

Value of Agriculture Residus, Ausrtalia, Government Publishing Service,

Canberra.

Gardiner, F.P., R.B. Pearce and R.L Mitchell. 1991. Fisiologi Tanah Budidaya.

Terjemah. UI Press, Universitas Indonesia Jakarta.

Hartadi, H. Reksohadiprodjo, S. Tillman, AD. (1990) Tabel komposisi pakan

untuk Indonesia. fakultas peternakan UGM, Gajah Mada University

Press.

Hidayat, N. 1994. Produksi Dan Kecernaan Rumput Penguat Teras Pada Dua

Interval Defoliasi Di Tanah Incepticol. Tesis. Program Pasca Sarjana.

Institut Pertanian. Bogor

Jacob. A. A dan H. V. Uex Kull. 1972. Pemakaian Pupuk (Saduaran), Dinas

Perkebunan Aceh, Banda Aceh

Manurung, T. Dan S. Susetyo. 1975. Pengaruh beberapa kombinasi pupuk N,

P, dan K dengan Dosis Tertentu Terhadap Produksi dan Komposisi

Zat-zat Makanan Rumput Brachiaria decumbens. Lembaran LPP,

Bogor.

Page 52: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

52

Manurung, T. 1973. Pengaruh Pupuk N Terhadap Produksi dan Kualitas

Rumput Stargrass (Cynodon Plectostachiyius). Lembaran LPP, Bogor.

Ma’sum, M. 1981 Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Proyek peningkatan

perguruan tinggi Universitas Mataram,Lombok

Mardjuki, A,. 1990. Pertanian dan Masalahnya.Pengantar Ilmu Pertanian.

Andi Offset Yogyakarta.

Mcllroy, 1977. Pengantar Budidaya Rumput Tropik. Pramadya Paramita,

Jakarta

Morrison, FB. 1961. Feeds and Feeding.Abri Ged 9 th ed.The Morrison

publishing Company. San Francisco.

Nur Husin, M. 1988 Pengaruh Pemupukan TSP dan Umur Pemotogan

Terhadap Nitrogen Bintil Akar dan Produksi Hijauan Calopogonium

mucunoides, Centrosema pubescens, dan Macroptilium art

opurpureum.Tesis. program pascasarjana, Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

Nyakpa, Y., A. M. Lubis., M. A. Pulung., A. G. Amran., A. Munawar., G. B.

Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.

Pearson , C.J.,and R.L. Ison. 1987. Agronomy of Grassland System. Cambridge

University Press, Cambridge.

Reksohadiprojdo, S. 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak

Tropik. BPFE. UGM, Yogyakarta

Rinsema, T. W. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Sinar Baru,

Bandung

Rismunandar, 1986. Mendayagunakan Tanaman Rumput . Sinar Baru,

Bandung

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius,

Yogyakarta

Sarief, E. S. 1986. Kesuburandan Pemupukan Tanah Pertanian, Pustaka

Buana, Bandung.

Susetyo, S. 1976. Pengaruh Tingkat Pemupukan dan Interval Pemotongan

Terhadap Priduksi dan Nilai Gizi Lima jenis Rumput. PPPT IPB,

Bogor.

Supiandi, S. 1982. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. ITB, Bogor

Page 53: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

53

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Sasrosoedirjdo, S. R. 1982. Ilmu Memupuk. Jilid 2. CV. Yasaguna, Jakarta

Steel, R. G. D. And Torrie, J. H. 1989. Principle and Procedure of Statistic.2nd

Ed. MC. Grawmill Book Co., London.

Soejono, M. 1991.Analisis dan Evaluasi Pakan. Universitas Gajah Mada

Yogyakarta.

Soejono,et al., 1987. Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat

lainya.Bioconvertion Project Second Workshoop on Crop Residues for

Feet and Other Purpose. Grati 16-7 November.

Sundtol,F. and E. o. Coxworth, 1984. Amonia treatment, in : F . Sundtol and E.

Owen (Eds). Straw and Other Fibous by Products as Feed. Elsevier

Amsterdam.

Sarief E S. 1986. Konservasi Air. Bandung: Pustaka Buana.

Setyamidjaya D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Cetakan I.CV.

Simplex.

Thompson, L. M. And F. R. Troeh. 1979. Soil Fertility. Tata Mc Grow-Hill Co.

Ltd. New Delhi.

Theader, O. And P. Aman.1984. Anatomical and Chemical Charaktheristic. In

:F. Sudetol and E. Owen (Eds), Straw and Other Fibrous By- Products

as ences, 14 Elsevier, Amterdam.PP. 45 – 78.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokesumo dan S.

Lebdosoekojo. 1991. Ilmu MakananTernak Dasar. Gadjah Mada

University Prees. Fakultas Peternakanniversitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Tisdale, S. L. And W. L. Nelson. 1990. Soil Fertility and Fertilizer. 3th

, Edition.

The Mc Millan Co. Ltd. New york.

Tjitrosomo,S.S,. S. Harran, A Sudiono, dan Hadisumarso.1984. Biologi Umum

Jilid 2. Angkasa Bandung.

Whiteman, P. C., L. R. Humpreys, and N. H. Monteith. 1974. A Course Manual

in Tropical Pasture Science. AV-CC. Woston Ferguson & Co. Ltd

Brisbane, Australia

Page 54: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

54

Van Soest, P.J., 1994. Nutrional Ecology of The Ruminant, O & B BOOK, Inc

Corvalis.

Page 55: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

55

Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Kadar Bahan Kering Rumput Brachiaria

mutica pada perlakuan Pupuk NPK

Ulangan

Perlakuan Total

Rata -

rata

A B C D E

1 20,51 19,07 18,03 17,43 16,72 91,76 18,35

2 20,31 19,42 18,22 17,32 16,53 91,80 18,36

3 20,62 19,23 18,60 17,24 16,90 92,59 18,52

Total 61,44 57,72 54,85 51,99 50,15 276,15 276,15

Rataan 20,48 19,24 18,28 17,33 16,72 92,05 18,41

FK = 5083,92

JKT = 27,4368

JKP = 27,0709

JKG = 0,36593

Tabel Anova

SK db JK KT Fhit Ftab0,05 Ftab0,01

Perlakuan 4 27,0709 6,767717 184,944** 3,48 5,99

Galat 10 0,36593 0,036593

Total 14 27,4368

**Berbeda sangat nyata

Uji Jarak Berganda Duncan

0,37𝑠𝑦=

/4 = 0,35

SSR/LSR p 2 3 4 5

SSR 0,05 3,15 3,3 3,37 3,43

0,01 4,48 4,73 4,88 4,96

LSR 0,05 0,3479 0,364464 0,37219 0,378821

0,01 0,49479 0,522398 0,53896 0,5478

P4 P3 P2 P1 P0

16,72 17,33 18,28 19,24 20,48

a a

Page 56: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

56

b b

c c c

Page 57: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

57

Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Kadar Serat Kasar Rumput Brachiaria

mutica pada perlakuan Pupuk NPK.

Ulangan

Perlakuan Total Rata-rata

A B C D E

1 16,15 17,25 19,31 19,50 19,47

2 16,17 17,21 19,28 19,36 19,26

3 16,11 17,04 19,41 19,14 19,47

Total 48,43 51,50 58,00 58,00 58,20 274,13

Rataan 16,14 17,17 19,33 19,33 19,40 18,28

FK = 5009,82

JKT = 27,9658

JKP = 27,8345

JKG = 0,13127

Tabel Anova

SK db JK KT Fhit Ftab0,05 Ftab0,01

Perlakuan 4 27,8345 6,95863 530,114** 3,48 5,99

Galat 10 0,13127 0,01313

Total 14 27,9658

**berbeda sangat nyata

Uji Jarak Berganda Duncan

0,023𝑆𝑌=

4 =0,088

SSR/LSR p 2 3 4 5

SSR 0,05 3,15 3,3 3,37 3,43

0,01 4,48 4,73 4,88 4,96

LSR 0,05 0,20837 0,21829 0,22292 0,22689

0,01 0,29634 0,31288 0,3228 0,32809

Page 58: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

58

A B C D E

16,14 17,17 19,33 19,33 19,40

a

b

c

Page 59: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

59

Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam Kadar Serat NDF Rumput Brachiaria mutica

pada Perlakuan Pupuk NPK

Ulangan

Perlakuan Total Rata-

rata

A B C D E

1 21,75 21,20 20,71 20,43 20,00

2 21,70 21,35 20,75 20,54 20,27

3 21,81 21,20 20,80 20,50 20,24

Total 65,26 63,75 62,26 61,47 60,51 313,25

Rataan 21,75 21,25 20,75 20,49 20,17 20,88

FK FK = 6541,7

JKT JKT = 4,79053

JKP JKP = 4,7154

JKG JKG = 0,07513

Tabel Anova

SK SK db JK KT Fhit Ftab0,05 Ftab0,01

Perlakuan Perlakuan 4 4,7154 1,17885 156,901** 3,48 5,99

Galat Galat 10 0,07513 0,00751

Total Total 14 4,79053

**berbeda sangat nyata

Uji Jarak Berganda Duncan

𝟎,𝟕𝟔

𝟒=

𝑺𝒀=0,19

SSR/LSR p 2 3 4 5

SSR 0,05 3,15 3,3 3,37 3,43

0,01 4,48 4,73 4,88 4,96

LSR 0,05 0,15764 0,16515 0,16865 0,17165

0,01 0,2242 0,23671 0,24422 0,24822

Page 60: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

60

A B C D E

20,17 20,49 20,75 21,25 21,75

_________________

________ a a

________ b

_________ c

D

Page 61: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

61

Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Kadar Serat ADF Rumput

Brachiaria mutica pada perlakuan Pupuk NPK

Ulangan Perlakuan Total

Rata-

rata

A B C D E

1 11,75 11,47 11,27 11,15 10,50

2 11,80 11,46 11,30 11,10 10,34

3 11,83 11,57 11,23 11,07 10,47

Total 35,38 34,50 33,80 33,32 31,31 168,31

Rataan 11,79 11,50 11,27 11,11 10,44 11,22

FK = 1888,55

JKT = 3,13809

JKP = 3,10723

JKG = 0,03087

Tabel Anova

SK db JK KT Fhit Ftab0,05 Ftab0,01

Perlakuan 4 3,10723 0,77681 251,665 3,48 5,99

Galat 10 0,03087 0,00309

Total 14 3,13809

**berbeda sangat nyata

Uji Jarak Berganda Duncan

𝟎,𝟎𝟒 𝑺𝒀=/𝟒

= 𝟎,𝟎𝟏

SSR/LSR p 2 3 4 5

SSR 0,05 3,15 3,3 3,37 3,43

0,01 4,48 4,73 4,88 4,96

LSR 0,05 0 0 0 0

0,01 0 0 0 0

Page 62: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

62

E D C B A

10,44 11,11 11,27 11,50 11,79

_______a

____________________b

c c

d

Page 63: PENGGUNAAN TARAF PUPUK NPK YANG BERBEDA PADA RUMPUT BRACHIARIA MUTICA

63

Lampiran 5.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Takengon sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dengan

ayah bernama Faisal Sjawal dan Ibu Junaidah.

Memulai pendidikan formal pada Tahun 1996 di (SD) Sekolah Dasar Negeri

Inpres Tetunyung dan lulus tahun 2002 dan melanjutkan Sekolah (SMP) Sekolah

Menengah Pertama Negeri 24 Takengon, dan lulus pada Tahun 2005. Kemudian pada

tahun yang sama juga melanjutkan ke Sekolah (MAN ) Madrasah Aliyah Negeri 1

Takengon dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 mendaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Syiah Kuala melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan

Tinggi Negri (SNMPTN) Darussalam Banda Aceh.