makalah ushul fiqh

14
MAKALAH USHUL FIQH Al-qur'an sebagai Sumber Hukum Islam KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan dalam pembuatan makalah ini. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan nabi besar muhammad SAW. Karena dengan perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT. Sehubungan dengan adanya penulisan makalah ini kami sebelumnya minta maaf. Sebaga penulis makalah ini apabila ada kesalahan atau kekeliruan yang ada dalam makalah ini, oleh karena itu dalam pengkajian suatu yang ditela’ah ini terletak suatu inti yang mana isi yang terkandung di dalam yaitu pembahasan tentang adanya Al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam. Suatu fenomina yang jelas bahwasanya Al-Qur’an merupakan “Kalamullah” yang diwahyukan melalui nabi Muhammad SAW. Dari sinilah kami sebagai penulis, mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing bapak Achmad Mulyadi, M.Ag yang telah memberikan suatu arahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikannya. Semoga Allah membalas atas kebaikan dan menyertakannya atas kita. Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

Upload: mburhanza

Post on 12-Jul-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH USHUL FIQH

MAKALAH USHUL FIQHAl-qur'an sebagai Sumber Hukum Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan dalam pembuatan makalah ini.

Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan nabi besar muhammad SAW. Karena dengan perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT. Sehubungan dengan adanya penulisan makalah ini kami sebelumnya minta maaf. Sebaga penulis makalah ini apabila ada kesalahan atau kekeliruan yang ada dalam makalah ini, oleh karena itu dalam pengkajian suatu yang ditela’ah ini terletak suatu inti yang mana isi yang terkandung di dalam yaitu pembahasan tentang adanya Al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam. Suatu fenomina yang jelas bahwasanya Al-Qur’an merupakan “Kalamullah” yang diwahyukan melalui nabi Muhammad SAW.

Dari sinilah kami sebagai penulis, mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing bapak Achmad Mulyadi, M.Ag yang telah memberikan suatu arahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikannya. Semoga Allah membalas atas kebaikan dan menyertakannya atas kita.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN A. Kedudukan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum B. Macam-Macam Hukum Dalam Al-Qur’an C. Asas-Asas Al-Qur’an Dalam Mentasyrikan Hukum

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 2: MAKALAH USHUL FIQH

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam suatu pembuatan makalah ini alangkah lebih jelasnya dalam pembahasan

yang tercantum didalamnya yaitu bahwasanya Al-Qur’an merupakan sumber ajaran islam oleh karena itu untuk lebih mengetahui secara detail, mari kita kaji bersama apa dan bagaimana tentang adanya suatu Al-Qur’an itu yang merupakan sumber ajaran islam.

B. Tujuan Fokus pada suatu rekanika yang jelas mari kita tela’ah bersama, apa yang

terkandung didalamnya, bagaimanakah proses permasalahan untuk dikaji dan dipahaminya.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kedudukan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Al-qur’an merupakan dasar hukum yang pertama dan utama dalam islam. Ia berisi hukum, petunjuk dan pelajaran untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia, agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah SWT. berfirman :

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Surat Al-Baqarah, ayat 2) Firman-Nya pulan :

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang benar.” (Surat Al-Isra’, ayat 9)

Di antara isi khutbah Nabi Muhammad SAW. pada Hari Haji Wada’ ialah :

“Aku tinggalkan padamu dua perkara, sekali-kali kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu : kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya.” Al-Qur’an diturunkan untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia supaya mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia bukankah diturunkan Allah untuk suatu bangsa pada suatu zaman, tetapi untuk seluruh umat manusia di sepanjang masa. Karena itu kandungan isinya cuku luas dan sempurna untuk mengatur dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia di berbabagi zaman. Pokok-pokok hukum yang terkandung di dalamnya sejalan dengan hati nurani setiap orang dan prinsip-prinsip umum serta ide pembinaan hukum yang dibawanya, menyebabkan Al-Qur’an dapat melayani kebutuhan zaman.

B. Macam-macam hukum dalam Al-Qur’an Hukum-hukum dalam Al-Qur’an dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu : 1. Hukum-hukum I’tikad Yaitu yang berhubungan dengan apa-apa yang wajib atas mukallaf mengimaninya, seperti iman kepada Allah, Malikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan

Page 3: MAKALAH USHUL FIQH

hari kiamat. Hukum-hukum ini termasuk pembahasan ilmu tauhid. 2. Hukum-hukum Akhlak Yaitu berhubungan dengan sifat-sifat yang baik yang harus dipunyai oleh mukallaf dari sifat-sifat yang buruk yang harus dijauhinya. Hukum-hukum ini termasuk pembahasan ilmu akhlak. 3. Hukum-hukum amaliyah Yaitu yang berhubungan dengan apa-apa yang berasal dari manusia berupa perkataan, pebuatan, akad-akad dan tindakan-tindakan mukallaf lainnya. Bagian ini merupakan pembahasan ilmu Ushul Fiqh yang menghasilkan ilmu Fikik. Hukum Amaliyah meliputi dua bagian pulan, yaitu : a. Hukum-hukum Ibadah Berupa shalat, puasa, zakat, haji, nazar, sumpah dan lain-lainnya dari pada ibadat. Yang dimaksud dengan hukum-hukum bagian ini ialah untuk mengatur dan memelihara hubungan manusia dengan Tuhannya. b. Hukum-hukum Mu’amalat Yaitu hukum yang mengatur bermacam-macam akad dan tindakan (tasarruf) mukallaf, kejahatan, hukuman dan sebagainya selain dari pada shalat. Yang dimaksud dengan hukum bagian ini ialah mengatur hubungan antara sebagian mukallaf dengan sebagian lainnya, baik mereka sebagai pribadi-pribadi, golongan maupun bangsa .

C. Asas-asas Al-Qur’an dalam mentasyri’kan Hukum Al-Qur’an mengumumkan, bahwa ia diturunkan semata-mata untuk memperbaiki keadaan manusia, karena itulah ada perintah dan ada larangan.

“Nabi itu menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka yang buruk-buruk …” (Surat Al-A’raf, ayat 157) Dalam pembinaan hukum, al-Qur’an memperhatikan tigak asas : 1. Tidak menyulitkan Dalil-dalil bahwa syari’at islam ditegakkan atas dasar melenyapkan kesulitan cukup banyak di antaranya : Firman Allah dalam menyifatkan Rasulullah SAW. :

“Nabi itu membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka …” (Surat Al-A’raf, ayat 157) Begitu pula firman-Nya :

“Allah menghendaki kelonggaran bagimu, dan tidak menghendaki kesempitan bagimu …” (Surat Al-Baqarah, ayat 185) 2. Menyedikitkan taklif (beban) Asas ini merupakan konsekwensi dari pada asas tidak menyulitkan, karena banyak taklif itu menyulitkan. Siapa yang meneliti perintah dan larangan yang ada dalam Al-Qur’an tentu akan berkesimpulan bahwa jumlahnya sedikit, mungkin untuk diketahui dalam waktu yang singkat dan mudah mengamalkannya. Perintah-perintah dan larangan-larangan itu tidak banyak perincian yang menyebabkan berat dalam pelaksanaan. Ayat Al-Qur’an menunjukkan hal ini, di antaranya firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal

Page 4: MAKALAH USHUL FIQH

yang jika diterangkan kapadamu, niscaya menyusahkan kamu; dan jika kamu menanyakannya di waktu Al-Qur’an sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah mema’afkan (kamu) tentang hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat Al-Maidah, ayat 101) 3. Berangsur-angsur dalam pembinaan hukum Ketika nabi dibangkitkan bermacam-macam adat telah melembaga di kalangan bangsa arab, sebagian dari padanya dapat dibenarkan hidup terus dan sebagian lagi perlu dihilangkan. Karena ia membawa mudarat kepada pribadi dan masyarakat. Hikmah Allah SWT. menghendaki supaya dalam penjelasan hukum-hukum bagi mereka ditempuh sistim berangsur-angsur, sehingga dengan tidak terasa akhiranya mereka meninggalkan adat-adat kebiasaan yang buruk itu. Misalnya minum khamar adalah adat yang sudah melembaga dalam masyarakat arab waktu itu. Dalam rangka pengharaman, mula-mula Allah menerangkan bahwa minum khamar itu dosanya besar dan ada pula manfa’at bagi manusia, hanya dosanya lebih besar dari manfaatnya. Pada tahap kedua mereka dilarang mengerjakan salat dalam keadaan mabuk dan barulah pada tahap ketiga khamar itu diharamkan sama sekali. Atas dasar asas berangsur-angsur diperoleh pula asas yang lain yaitu mula-mula bersifat global kemudian baru terperincai. Hal ini jelas apabila kita bandingkan antara ayat-ayat Makkiyah dengan ayat-ayat Madaniyah .

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan - Bahsanya Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada nabi Muhammad SAW. secara berangsur-angsur sejak malam jum’at 17 Ramadhan tahun 41 dari umur nabi SAW. sampai dengan 9 Dzulhijjah hari haji wada’ tahu 11 Hijriyah tahun 63. - Al-Qur’an merupakan dasar hukum yang pertama dan utama dalam islam. Untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia supaya mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. - Bahwa untuk diturunkan adanya Al-Qur’an semata karena untuk memperbaiki keadaan manusia. - Konsekwensinya bahwa Al-Qur’an mempunyai tiga bagian hukum. Hukum I’tikad, hukum Akhlak, dan Hukum Amaliyah.

B. SARAN Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari bapak pembimbingan dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca. Amien.

DAFTAR PUSTAKA

- Al-Amidi, Saif Al-Din, Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam, dan Al-Hadits Mesir - Ushul Al-Fiqh, 1970 - Ushul Fiqh, Perbandingan Antara Fiqh dan Ushul Fiqh. Hlm 151

http://hadirukiyah.blogspot.co.id/2009/05/al-quran-sebagai-sumber-hukum-islam.html

Page 5: MAKALAH USHUL FIQH

ASAS-ASAS HUKUM ISLAM

PENDAHULUANPerbuatan masyarakat islam yang terdapat dalam perbuatan pidana, perdata yang mekiputi perkawinan, muamalah, perkawinan diatur dalam setiap hukum yang meliputi asas itu sendiri. Sesuatu hal yang paling mendasar dari tiap hukum tercantum dari asas itu sendiri, sehingga kita perllu mengetahui pengertian asas itu terlebih dahulu agar diketahui kejelasnnya.Asas dalam hukum islam terbagi menjadi dua, yaitu asas umum yang mencantum segala ketentuan semua hukum dalam islam itu sendiri. Dan asas khusus yang meliputi asas dalam hukum pidana, muamalah, kewarisan. Pernikahan, dan kewarisan. Asas umum itu sendiri meliputi asas keadilan yang selalu ditegaskan dalam islam untuk selalu ditegakkan dalam kehidupan masyarakat. Asas kepastian hukum dan asas kemanfaatan juga terdapat didalamnya. Asas khusus itu sendiri seperti asas legalitas dalam hukum pidana, asas suka sama suka dalam hukum muamalah, asas individual dalam hukum kewarisan, dan asas kekeluargan dalam hukum perkawinan, dan masih banyak lagi asas khusus itu sendiri. Karena itulah dalam hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab-bab selanjutnya dalam makalah ini.

ASAS-ASAS HUKUM ISLAMA. Pengertian Asas berasal dari kta asasun yang artinya dasar, basis, pondasi. Secara terminologi asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar. Jika dihubungkan dengan hukum, asas adalah kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Asas hukum berfungsi sebagai rujukan untuk mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan hukum. B. Beberapa Asas Hukum IslamMenurut Tim Pengkajian Hukum Islam Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman bahwa asas hukum islam terdi-ri dari (1) bersifat umum, (2)lapangan hukum pidana, (3) lapangan hukum perdata. Mengenai asas-asas hukum yang lain seperti lapangan tata negara, internasional dan lain-lain tidak disebutkan dalam laporan mereka. Asas-asas umuma. Asas keadilanDalam al quran, kata ini disebut 1000 kali. term keadilan pada umumnya berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijakan pemwrintah. Konsep keadilan meliputi berbagai hubungan, misalanya; hubungan individu dengan dirinya sendiri, hubungan antara individu dan yang berpekara serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak yang terkait. Keadilan dalam hukum islam berarti keseimbangan antara kewajiban dan harus dipenuhi oleh manusia dengan kemammpuan manusia untuk menuanaikan kewajiban itu. Etika keadilan; berlaku adil dlam menjatuhi hukuman, menjauhi suap dan hadiah, keburukan tyergesa-gesa dalam menjatuhi hukuman, keputusan hukum bersandar pada apa yang nampak, kewajiban menggunakan hukum agama.

b. Asas kepastian hukum Dalam syariat Islam asas ini disebut العقاالء ألفعال النصالحكم ورود artinya sebelum ada قبلnas, tidak ada hukum bagi perbuatan orang-orang yang berakal sehat. Bahwa pada dasarnya semua perbuatan dan perkara diperbolehkan. Jadi selama belum ada nas yang melarang, maka tidak ada tuntutan ataupun hukuman atas pelakunya. Dasar hukumnya asas ini ialah QS Al Isro' 15 ;

Page 6: MAKALAH USHUL FIQH

رسوال نبعث ى حت معذبين ا كن وما"…. Dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul."

c. Asas kemanfatanAsas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi keadilan dan kepastian hukum tersebut diatas. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastiann hukum hendaknya memperhatikan manfaat bagi terpidana atau masyarakat umum. Contoh hukuman mati, ketika dalam pertimbangan hukuman mati lebih bermanfaat bagi masyarakat, misal efek jera, maka hukuman itu dijatuhkan. Jika hukuman itu bermanfaat bagi terpidana, maka hukuman mati itu dapat diganti dgengan denda. Asas-asas hukum pidana a. Asas legalitasAsas legalitas maksudnya tidak ada hukum bagi tindakan manusia sebelum ada aturan. Asas legalitas ini mengenal ini juga asas teritorial dan non teritorial. Asas teritorial menyatakan bahwa hukum pidana islam hanya berlaku di wilayah di mana hukum islam diberlakukan.b. Tidak berlaku surutHukum pidana Islam tidak menganut sistem berlaku surut ( العقوبة رجعية ( عدم artinya sebelum adanya nas yang melarang perbuatan maka tindakan seorang tidak bisa dianggap suatu jarimah, sehingga ia tidak dapat dijatuhi hukuman. Dasar hukum dari asas ini ialah {

سلف عما ه الل ، { عفا سلف } قد ما لهم يغفر ينتهوا إن كفروا ذين لل bahwasannya Allah { قلSWT mengampuni perbuatan yang telah lalu, Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu ."Tetapi ada pengecualian tidak berlaku surut, karena pada jarimah-jarimah yang berat dan sangat berbahaya apabila tidak diterapkan berlaku surut. seperti halnya; jarimah qozf, jarimah hirabah (perampokan, terorisme). Jika kedua jarimah berlaku hukum tidak berlaku surut, maka banyak kekacauan dan fitnah pada masyarakat. c. Bersifat pribadi ( العقوبة ( خصوصيةDalam syariah Islam hukuman dapat dijatuhkan hanya kepada orang yang melakukan perbuatan jinayah dan orang lain ataupun kerabatnya tidak dapat menggantikan hukuman pelaku jinayah. Al quran telah menjelaskan dalam QS al an'am 164 ;

أخرى وزر وازرة تزر وال عليها إال نفس كل تكسب وال شيء كل رب وهو ا رب أبغي ه الل أغير قلتختلفون فيه كنتم بما ئكم فينب مرجعكم كم رب إلى ثم

. Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."d. Hukum bersifat umum Hukuman harus berlaku umum maksudnya setiap orang itu sama dihadapan hukum (equal before the law) walaupun budak, tuan, kaya, miskin, pria, wanita, tua, muda, suku berbeda. Contoh ketika masa Rasulullah ada seorang wanita yang didakwa mencuri, kemudian keluarganya meminta Rasulullah membebaskan dari hukuman. Rasulullah dengan tegas menolak perantaraan itu dengan menyatakan "seandainya Fatimah Binti Muhammad mencuri, ikatan keluarganya tidak dapat menyelamatkannya dari hukuman hadd". e. Hukuman tidak sah karena keraguanKeraguan di sini berarti segala yang kelihatan seperti sesuatu yang terbukti, padahal dalam kenyataannya tidak terbukti. Atau segala hal yang menurut hukum yang mungkin secara konkrit muncul, padahal tidak ada ketentuan untuk itu dan tidak ada dalam kenyataan itu

Page 7: MAKALAH USHUL FIQH

sendiri. Putusan untuk menjatuhkan hukuman harus dilakukan dengan keyakinan, tanpa adanya keraguan. Sebuah hadis menerangkan "hindarkan hudud dalam keadaan ragu, lebih baik salah dalam membebaskan daripada salah dalam menghukum".Seperti halnya kasus yang dicontohkan Abdul Qodir Audah dalam kasus pencurian, misalnya kecurigaan mengenai kepemilikan dalam pencurian harta bersama. Jika seorang mencuri sesuatu yang dia miliki bersama orang lain, hukuman hadd bagi pencuri menjadi tidak valid, karena dalam kasus harta itu tidak secara khusus dimiliki orang, tetapi melibatkan persangkaan adanya kepemilikan juga dari pelaku perbuatan itu. Asas-asas mmuamalata. Asas taba,dulul mana'fi'Asas taba,dulul mana'fi' berrti bahwa segala bentuk kegitan muamalat harus memberikan keuntungan dan manfaat bersama bagi pihak-pihak yang terlibat. Asas ini merupakan kelanjutan dari prinsip atta'awun sehingga asas ini bertujuan menciptakan kerjasama antar individu atau pihak-pihak dalam masyarakat dalam rangka saling memenuhi keperluanya masing-masing dalam rangka kesejahteraaan bersama.b. Asas pemerataanAsas pemerataan adalah penerapan prinsip keadilan dalam bidang muamalat yang menjhendaki agar harta tidak diuasai oleh segelintir orang sehingga harta itu harus terdistribusikan secara merata di antara masyarakat, baik kaya maupun miskin. Oleh karena itu dibuat hukum zakat, shodaqoh, infaq, dsb. Selain itu islam juga menghalalkan bentuk-bentuk pemindahan pemilikan harta dengan cara yang sah seperti jual beli, sewa menyewa dsb.c. Asas suka sama sukaAsas ini menyatakan bahwa segala jenis bentuk muamalat antar individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing. Kerelaan disiini dapat berarti kerelaan melakukan suatu bentuk muamalat, maupun kerelaan dalam menerima atu menyerahkan harta yang dijadikan obyek perikatan dan bentuk muamalat lainya.d. Asas adamul gururAsas adamul gurur berarti bahwa setiap bentuk muamalat tidak boleh ada gurur, yaitu tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak merasa dirugikan oleh pihak lainya sehingga mengakibatkan hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam melakukan suatu transaksi atau perikatan.e. Asas al-birri wa al-taqwaAsas ini menekankan bentuk muamalat yang termasuk dalam kategori suka sama suka ialah sepanjang bentuk muamlat dan pertukaran manfaat itu dalam rangka pelaksanaan saling menolong antar sesama manusia untuk al-birr wa taqwa, yakin kebajikan danm ketqwaan dalam berbagai bentuknya.f. Asas musyarokahAsas musyarakah, yakni kerjasama antar pihak yang saling menguntungkan bukan saja bagi pihak yang terlibat melainkan juga bagi keseluruhan masyarakat manusia.

Asas-asas kewarisana. Asas ijbariAsas ijbari secara harfiah berarti memaksa. Unsur memaksa dalam hukum waris ini karena kaum muslimin terikat untuk taat kepada hukum allah sebagai konsekwensi logis dari pengakuannya kepada ke-Esaan Allah dan kerasulan muhammad.b. Asas individualAsas ini menyatakan bahwa harta warisan dapat dibagi-bagikan pada masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Dalam pelaksanaanya seluruh harta warisan

Page 8: MAKALAH USHUL FIQH

dinyatakan dalam nilai tertentu yang kemudian dibagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya menurut kadar bagian masing-masing.c. Asas bilateralSeseorang menerima hak kewarisan kedua belah pihak yaitu pihak kerabat keturunan laki-laki dan dari pihak perempuan. d. Asas keadilan yang berimbangAsas keadilan atau keseimbangan disni mengandung arti bahwa harus senantiasa terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban; antara hak yang diperoleh seseorang dengan kewajiban yang harus ditunaikanya. Dalam hukum kewarisan islam, harta peninggalan yang diterima ahli waris dari pewaris merupakan kelanjutan tanggung jawab pewaris terhadap keluarganya.e. Asas akibat kematianKewarisan terjadi jikalau ada pihak yang meninggal dunia. Jika peralihan harta sebelum kematian, berarti bukan kewarisan.

Asas-asas hukum perkawinana. Asas kesukarelaanKesukarelaan berarti saling menerima baik kekurangan maupun kelebihan antara kedua calon. Kesukarelaan itu tidak harus terdpat diantara kedua calon suami isteri, tetapi juga diantara kedua orang tua kedua belah pihak. Kesukarelaan orang tua yang menjadi wali seorang wanita, merupakan sendi asasi perkawinan islam.b. Asas persetujuan kedua belah pihakTidak boleh ada permaksaan dalam melangsungkan sebuah pernikahan. Persetujuan seorang gadis untuk dinikahkan dengan seorang pemuda,misalnya harus diminta dulu oleh wali atau orang tuanya.c. Asas kebebasan memilih pasangan Seorang laki-laki dan perwmpuan berhak untuk memilih calon pasangannya. Ketika terjadi suatu pemaksaan dalam sebuah pernikahan, ada pilihan untuk meneruskan pernikahan itu atau tidak.d. Asas kemitraan suami isteriKedudukan seorang suami dan isteri dalam beberapa hal sama dan dalam hal lain berbeda; suami menjadi kepala keluarga, istri penanggung jwab masalah rumah tangga.e. Untuk selama-lamanya.Perkawinan dilaksanakan untuk melangsungkan keturunan dan membina cinta serta kasih sayang serlamanya. Oleh karena itu perkawinan mut'ah dilarang, karena tidam sesuai dengan tujuan pernikahan.f. Monogami terbukaPerkawinan di dalam islam bersifat monogami. Karena beberapa hal seorang suami dapat menikah lagi, atas persetuuan isterinya.

Kaidah-Kaidah FiqhSecara terminlogi kaidah berarti asas, pondasi, atau fondamen segala sesuatu. Secara terminologi dalah segala ketentuan-ketentuan umum yang bersifat tetap dan kully (menyeluruh) yang mencakup semua masalah-masalah partikular (juziyah)yang sumber hukumnya bisa diambil dari hukum kully tersebut.dengan menguasai kaidah fiqh maka kita kan mengetahui hakekat fiqh, dasar-dasar hukumnya, landasan pemikiran dan rahasia-rahasisa terdalamnya.Contoh; (1) hukum berrputar di sekitar illatnya. Ada illat ada hukum, tidak illat tidak ada hukumnya. (2) hukum berubah karena perubahan waktu dan tempat (3) adat yang baik dapat dijadikan hukum. (4) orang yang menentut sesuatu hak atau menuduh seseorang melakukan

Page 9: MAKALAH USHUL FIQH

sesuatu harus membuktikan hak atau tuduhanya. (5) tertuduh dapat mengingkari tuduhan yang ditunjukkan padanya dengan sumpah.

KESIMPULANIslam adalah agama yang universal yang mengatur segala perilaku masyarakatnya secara khusus, adapun asa hukum dalam hukum islam meliputi asas yang umum yakni asas keadilan, asa kepastian hukum, asas kemanfaatan.Asas keadilan adalah asas yang paling pokok atau titik tolak, proses dan sasaran hukum islam. Asas kepastian hukum adalah hukuman tidak dapat dijatuhkan atas suatu perbuatan kecuali ada peraturan yang telah mengatur, asas kemanfaatan, dalam melakukan keadilan dan kepastian hukum hendaknya kelihat kemanfaatan bagi perlaku itu sendiri ataupun masyarakat lain.Asas umim dalam islam diperinci dengan kekhususannya dalam bidang-bidamg tersendiri yaitu dalam bidang hukum pidana, bidang hukum muamalat, bidang hukum pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA Ali, Daud, Hukum Islam , Jakarta; Raja Grafindo 1993 Praja,Juhaya s, Fisafat Hokum Islam , Bandung; UIB 1995 Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 2005 Munajat,makrus Dekontruksi Hukum Pidana Islam , Sleman; Logung 2004 Santoso,Topo Membumikan Hukum Pidana Islam Jakarta ; Gema Prees Insani 2003 Muhammad abau zahrah, al jarimah wa iqob fi islami, www.al-islam.com Kaki Lima, Formulasi Nalar Fiqh, Kediri: Purna Siswa 2005 Lirboyo, 2005

http://septian-septiancom.blogspot.co.id/2011/03/asas-asas-hukum-islam.html

Page 10: MAKALAH USHUL FIQH