makalah ulumul qur'an
TRANSCRIPT
1
KISAH KISAH DI DALAM AL-QUR”AN
Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas pada matakuliah Ulumul Qur‟an
Disusun Oleh:
Rahmat Budi nuryadin
NIM : 08350022
Jur/fak : AS/ Syari’ah
JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sudah dikethuai dan dipergunakan berabad-abad bahwa Al-Qur‟an sebagai sumber
utama bagi umat Islam dalam mengatur segala aspek kehidupan, petunjuk bagi sikap dan
prilaku kehidupan dunia maupun persiapan menuju akhirat. Banyak orang kagum atau
tertarik pada al-Qur‟an, namun tanpa dapat menjelaskan mengapa mereka kagum dan tertarik.
Tanpa dogma-dogma teologispun teks al-Qur‟an telah menjadi bukti yang inheren atas
kemaha indahannya. Beberapa keindahan yang menonjol dalam teks-teks al-Qur‟an bagi
orang awam sekalipun, adalah teks-teks tentang kisah (cerita).
Kisah (cerita) di dalam al-Qur‟an terdapat dalam 35 surat dan 1.600 ayat. Tak
mengherankan jika kemudian Allah menyebut al-Qur‟an sebagai kumpulan cerita terbaik,
meski ia bukanlah buku cerita biasa.
“…Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini
kepadamu (QS. Yusuf: 3)
Predikat kisah terbaik ini semakin kokoh karena kisah-kisah dalam Al-Qur‟an telah
diberi karakter sebagai kisah yang benar (al-qashash al-haq).Sayangnya jumlah yang hampir
mendominasi seluruh isi al-Qur‟an ini kurang mendapat perhatian para peneliti dibandingkan
perhatian mereka terhadap ayat-ayat hukum, teologi, dan yang lainnya.
Bagi anak-anak, duduk manis menyimak penjelasan dan nasihat merupakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, duduk berlama-lama menyimak cerita atau kisah
adalah aktivitas yang mengasyikkan. Oleh karenanya memberikan pelajaran dan nasihat
melalui cerita adalah cara mendidik yang cerdas dan bijak. Itulah sebabnya, dalam
mengemban tugas dakwah, untuk membuka hati manusia Allah memerintahkan kepada
Rasulullah untuk banyak-banyak bercerita. Dengan bahasa perintah yang cukup tegas Allah
berfirman:
3
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-
ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-
kisah itu agar mereka berfikir.”(QS. al-A‟raf : 176).
Dalam Alquran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara pokok-pokok
kandungan Alquran adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek, dan filsafat. Sebagian
orang seperti Mahmud Syaltut, membagi pokok ajaran Alquran menjadi dua pokok ajaran,
yaitu Akidah dan Syariah. Namun sesuai dengan tema makalah ini hanya akan dijelaskan
secara lebih rinci terkait dengan bidang sejarah.
Kandungan Alquran tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilahQashashul
Quran (kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih
banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat
bahwa Alquran sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak
mengandung pelajaran (ibrah).
Oleh karena itu kisah/sejarah dalam Alquran memiliki makna tersendiri bila
dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk
mengetahui isi sejarah yang ada dalam Alquran sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari
kisah-kisah umat terdahulu.
Secara garis besar makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian qashashul quran,
macam-macamnya serta manfaat mempelajari qashashul quran. Selain itu dalam makalah ini
akan dipaparkan pula beberapa pendapat kaum orientalis yang meragukan keaslian
(keoriginalan) kisah-kisah umat terdahulu yang terdapat dalam Alquran beserta bantahan-
bantahan terhadapnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qashashul Quran
Secara bahasa, kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar yang
bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Dalam Alquran sendiri kata qashash bisa
memiliki arti mencari jejak atau bekas dan berita-berita yang berurutan.
Sedangkan secara terminologis, kisah di definisikan oleh Muhammad Khalafullah
dalam al Fann al Qashashi fi al Quran adalah “Suatu karya kesusasteraan mengenai peristiwa
yang terjadi atas seorang pelaku yang sebenarnya tidak ada. Atau dari seorang pelaku yang
benar-benar ada tapi peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kisah itu tidak benar-benar
terjadi, atau peristiwa itu benar-benar terjadi pada diri pelaku tapi kisah itu disusun atas dasar
seni yang indah yang mendahulukan sebagian peristiwa dan membuang sebagian lagi , atau
peristiwa yang benar-benar itu ditambahi dengan peristiwa yang tidak terjadi atau dilebih-
lebihkan sehingga penggambaran pelaku-pelaku sejarahnya keluar dari kebenaran
sesungguhnya alias para pelaku fiktif “
Dari pengertian secara etimologis dan terminologis diatas dan setelah memperhatikan
kisah yang diungkapkan al Quran maka pengertian kisah al Quran atau Qashash al Quran
adalah pemberitaan al Quran tentang hal ikhwal umat yang telah lalu, kenabian yang
terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Dan juga al Quran banyak mengandung
keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri
dan peninggalan atau jejak setiap ummat serta diceritakan dengan caranya sendiri yang
menarik dan mempesona.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat kita katakana bahwa kisah-kisah yang
terdapat dalam al Quran, semuanya adalah cerita yang benar-benar terjadi, tidak cerita
fiksi,khayal,apalagi dongeng serta juga bukan karangan Nabi Muhammad seperti yang
dituduhkan oleh kaum orientalis. Al Quran menjelaskan kebenaran kisah dalam surah al
Imran 63, al Kahfi 13, al Qashas 3, dan menjelaskan peristiwa yang telah terjadi dengan
benar yaitu peristiwa tenggelamnya Firaun dan pengikutnya di Laut Merah dan hanya jasad
Firaun yang diselamatkan, hal ini terdapat pada surah al Baqarah 50 dan Yunus 90, 92. Dan
masih banyak peristiwa terdahulu yang di informasikan al Quran dan hasilnya adalah benar-
benar terjadi.
5
B. Macam-Macam Kisah
Apabila kita cermati kisah-kisah yang terdapat dalam al Quran maka dapat ditemukan
macam-macam kisah yang menurut Manna Khalil al Khattan ada tiga yaitu:
- Kisah para Nabi, kisah ini mengandung dakwah Nabi kepada kaumnya, Mukjizat
yang memperkuat dakwahnya, sikap orang yang memusuhinya, tahapan dan
perkembangan dakwahnya serta akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai
dan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa,
Muhammad dan Nabi-Nabi serta Rasul lainnya.
- Kisah yang berhubungan dengan peristiwa masa lampau tapi bukan para Nabi,
Misalnya kisah al Kahfi, Talut dan Jalut, Qabil dan habil, Zulkarnaen, Karun, Ashabus
Sabti, Maryam, Askhabul Ukhdud, ashabul Fil dan lain-lain.
- Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah
Muhammad, seperti perang badr, Uhud, Hunain, Tabuk, Ahzab, Hijrah Nabi, isra‟ Nabi
dan lain-lain.
C. unsur-unsur kisah dalam Alquran
1. Pelaku (al-Syaksy). Dalam Alquran para actor dari kisah tersebut tidak hanya
manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-
hud.
2. Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita,
sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan peristiwa,
sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu:
- peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadla-
qadar Allah dalam suatu kisah.
- peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bukti
kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap mendustakannya
lalu turunlah adzab.
- peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang
baik atau buruk, baik merupakan rasul maupun manusia biasa.
3. Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak
pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dsb. Isi percakapan dalam Alquran
6
pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia,
keesaan Allah, pendidikan dsb. Dalam hal ini Alquran menempuh model percakapan
langsung. Jadi Alquran menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.
D. Tujuan dan Fungsi Qashasul Quran
Apa sebenarnya tujuan dan fungsi kisah dalam Alquran? Kisah-kisah dalam Alquran
merupakan salah satu cara yang dipakai Alquran untuk mewujudkan tujuan yang bersifat
agama. Sebab Alquran itu juga sebagai kitab dakwah agama dan kisah menjadi salah satu
medianya untuk menyampaikan dan memantapkan dakwah tersebut.
Oleh karena tujuan-tujuan yang bersifat religius ini, maka keseluruhan kisah dalam
Alquran tunduk pada tujuan agama baik tema-temanya, cara-cara pengungkapannya maupun
penyebutan peristiwanya. Namun ketundukan secara mutlak terhadap tujuan agama bukan
berarti ciri-ciri kesusasteraan pada kisah-kisah tersebut sudah menghilang sama sekali,
terutama dalam penggambarannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan agama dan
kesusasteraan dapat terkumpul pada pengungkapan Alquran. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tujuan kisah Alquran adalah untuk tujuan agama, meskipun demikian tidak mengabaikan
segi-segi sastranya
Adapun tujuan dan fungsi dalam Alquran antara lain adalah:
1. Untuk menunjukkan bukti kerasulan Muhammad saw. Sebab beliau meskipun tidak
pernah belajar tentang sejarah umat-umat terdahulu, tapi beliau dapat tahu tentang
kisah tersebut. Semua itu tidak lain berasal dari wahyu Allah.
2. Untuk menjadikan uswatun hasanah suritauladan bagi kita semua, yaitu dengan
mencontoh akhlak terpuji dari para Nabi dan orang-orang salih yang disebutkan
dalam Alquran.
3. Untuk mengokohkan hati Nabi Muhammad saw dan umatnya dalam beragama Islam
dan menguatkan kepercayaan orang-orang mukmin tentang datangnya pertolongan
Allah dan hancurnya kebatilan.
4. Mengungkap kebohongan ahli kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka
yang masih murni.
5. Untuk menarik perhatian para pendengar dan menggugah kesadaran diri mereka
melalui penuturan kisah.
7
6. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah agama Allah, yaitu bahwa semua ajaran para
Rasul intinya adalah tauhid.
E. Kisah Para Nabi dalam Budaya Arab Jahiliyah
a. Kisah Nabi Hud dan Kaum „Ad
Sebelum datangnya Islam, orang-orang Arab telah mempunyai pengetahuan
tentang kerasulan (profetologi) walaupun proses kejadiannya dan periode
pembentukannya tidak diketahui,yang memuat kronologi nabi-nabi yang berbeda dari
tradisi Perjanjian Lama. Kecuali Nabi Nuh, ia menempatkan Nabi Saleh dari suku
Tsamud dan nabi Hud dari suku „Ad lebih tua dari semua nabi di dalam tradisi
Perjanjian Lama, dan bahkan kedua suku tersebut dinamakan “al Arab al „Ariba” (
orang-orang Arab yang paling sedia kala) sehingga sangat wajar jika kedua nama nabi
tersebut sering muncul dalam puisi Arab pra Islam.
Kaum „Ad adalah suku zaman lampau yang mana orangnya mempunyai struktur
badan tinggi , besar dan kuat (Q.S al A‟raf 69), membangun gedung di tempat yang
tinggi-tinggi, membuat benteng pertahanan dan apabila menyiksa sebagai orang yang
kejam lagi bengis (Q.S. As Syuara 128-130).
Nabi Hud diutus oleh Allah kepada kaum „Ad, tapi mereka mengingkarinya dan
bahkan mereka mengatakan bahwa agama tidak lain adalah kebiasaan orang terdahulu
sehingga tak mungkin kaum Ad di adzab (Q.S. Asy Syu‟ara 137-138) maka sangat
wajar jika mereka dimusnahkan oleh angin badai selama tujuh malam dan menyapu
bersih segala yang ada kecuali bangunan-bangunan.
b. Kisah Nabi Saleh dan Kaum Tsamud
Tsamud adalah satu bangsa di Arabia Kuno, mereka disebut dalam prasasti
Sargon, di Ptolemy, di Pliny dan tulisan klasik lainnya seperti dalam puisi Arab Pra
Islam. Ia telah mengadakan hubungan dengan Arabia Timur Laut terutama dengan al
Hijr (Madyan). Ia telah mengebor batu karang di dalam wadi/lembah (Q.S. al Fajr 9),
mereka telah membangun istana di tanah yang datar, memahat gunung untuk
dijadikan rumah (Q.S. al A‟raf 74).
Nabi Saleh, salah seorang dari mereka di utus kepadanya, namun mereka
mengingkari dan bahkan meminta bukti kejelasan bahwa Nabi Saleh sebagai utusan
Tuhan, sebagai bukti kebenaran pesannya tiba-tiba muncul seekor unta betina beserta
8
anak unta namun malah dibunuh oleh kaum Tsamud (Q.S. Huud 64-65, al A‟raf 77)
oleh karena itu Allah hancurkan kaum itu dengan gempa bumi yang dahsyat (Q.S. al
A‟raf 78), dengan sambaran petir (Q.S. Fushilat 17, ad Dzariyat 44) dengan suara
keras yang mengguntur (Q.S al Qamar 31)
c. Kisah Nabi Sulaiman dan Kaum Saba‟
Kaum Saba‟ diinformasikan oleh al Quran sebagai kaum yang diberikan Allah
dua kebun yang sangat subur (Q.S. Saba‟ 15) dan diberikan negeri yang berdekatan
agar dapat melakukan perjalanan siang dan malam, sekarang adalah negeri Syam dan
Yaman (Q.S. Saba‟ 18).
Belum ditemukan oleh penulis bahwa nabi Sulaiman diutus oleh Allah kepada
kaum Saba‟, tapi hanya ditemukan proses komunikasi antara nabi Sulaiman dengan
Ratu Saba‟ (yang dalam beberapa tafsir diidentifikasi sebagai ratu Balqis) melalui
surat yang isinya agar meninggalkan menyembah matahari dan menuju berserah diri
kepada Allah (Q.S. an Naml 27-44).
Karena berpalingnya kaum Saba‟ kepada anugerah Allah yang telah diberikan
kepadanya maka di datangkan kepadanya banjir dan runtuhnya bendungan Ma‟arib
yang merusak kesuburan kebun mereka (Q.S. Saba‟ 16).
d. Kisah Nabi Nuh
Dalam al Quran, kaum Nuh sering dirujuk sebagai suatu kisah yang
berkembang, kisah ini diulang-ulang yaitu kisah dimana Nuh diutus untuk kaumnya
agar tidak menyembah selain Allah ( Q.S. Huud 25- 35), dan mereka yang berpaling
kepada pesan dari nabi Nuh ditenggelamkan dalam banjir besar sedangkan mereka
yang beriman diselamatkan dalam kapal (Q.S. Huud 40-48).
Di negeri Arabia Pra Islam cerita tersebut telah diketahui meskipun dalam puisi
Arab awalnya diragukan, dan cerita itu pula diperluas untuk mencakup rincian cerita
Perjanjian Lama dan unsur-unsur tradisi Yahudi luar-al Kitab.
e. Kisah Nabi Ibrahim
Ibrahim sebagai seorang yang hanif, seorang Nabi dan peletak dasar agama
monoteis.Ia sangat anti pati terhadap penyembahan kepada berhala yang dilakukan
masyarakat dan Bapaknya dan menyeru hanya menyembah kepada pencipta manusia
9
(Q.S.Maryam 41-50, al Anbiya52-56, as Syuara 69-81,as Saffat 83-92) sehingga ia
menyerang berhala sesembahan itu (Q.S. as Saffat 93).
Pesan dan ajakan Ibrahim tidak dihiraukan bahkan diejeknya maka hukuman
Allah kepadanya adalah tidak dihancurkan seperti kisah nabi-nabi dahulu tetapi
dijadikan orang yang menderita kekalahan paling buruk /merugi (Q.S.al Anbiya‟ 70)
atau dijadikan orang yang kurang berharga/hina (Q.S. as Sahaffat 98)
f. Kisah Nabi Luth
Kisah nabi Luth ini terjadi di kota Sadom yang terletak di dekat pantai Laut
Tengah (Q.S. al Hijr 76, al Furqan 40 dan as Shaffat 137 ), Nabi Luth berusaha
mengingatkan kaumnya untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan
tidak melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, mereka dan isteri Luth berpaling
dan bahkan mengusirnya, namun Luth dan seluruh keluarganya enggan pergi Atas
perbuatannya, kota dan masyarakatnya dilanda hujan dahsyat dan badai kerikil, dan
hanya Luth sekeluarga kecuali isterinya yang selamat (Q.S.al qamar 33-34).
F. Pandangan Orientalis Terhadap Kisah Dalam Alquran
Ada beberapa orientalis yang berpendapat bahwa kisah-kisah masa lampau yang
dikemukakan Alquran diketahui Nabi Muhammad saw dari seorang pendeta atau beliau
jiplak dari kitab Perjanjian Lama. Pendapat ini jelas tidak benar dari banyak segi. Pertama,
Nabi Muhammad saw tidak pernah belajar pada siapapun. Memang pada masa kanak-kanak
beliau pernah ikut berdagang pamanya ke Syam dan bertemu dengan rahib yang bernama
Buhaira yang meminta pamannya agar member perhatian serius pada nabi karena dia melihat
tanda-tanda kenabian pada beliau. Namun pertemuan ini pun hanya terjadi beberapa saat. Di
sini kita bertanya, “kalau remaja kecil (Muhammad saw) belajar pada rahib itu, apakah logis
dalam pertemuan singkat itu beliau memperoleh banyak informasi yang mendetail, bahkan
sangat akurat?” tentu saja tidak.
Ada juga seorang orientalis yang bernama Montgomery Watt yang berkata bahwa
Nabi Muhammad saw belajar pada Waraqah bin Naufal. Menurutnya, Khadijah merupakan
anak paman Waraqah bin Naufal, sedangkan ia merupakan agamawan yang akhirnya
menganut agama Kristen. Tidak dapat disangkal Khadijah berada di bawah pengaruhnya dan
boleh jadi Muhammad telah menimba sesuatu dari semangat dan pendapat-pendapatnya. Kita
10
mengakui kalau Waraqah beragama Kristen, tapi bahwa Muhammad dating belajar
kepadanya adalah sesuatu yang tidak dapat diterima.
Hal ini karena menurut pelbagai riwayat kedatangan beliau menemui Waraqah adalah
setelah beliau menerima wahyu dan bukan sebelumnya. Di sisi lain, Waraqah berpendapat
bahwa yang datang pada Nabi Muhammad saw di gua Hira itu adalah malaikat yang pernah
datang pada Nabi Musa dan Isa a.s., dan beliau menyatakan bahwa seandainya hidup saat
Muhammad dimusuhi kaumnya, niscaya dia akan membelanya. Jika demikian logiskah jika
Nabi Muhammad saw belajar kepadanya setelah Waraqah mengakui kenabiannya.
Tidaklah tepat jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw mempelajari Kitab
Perjanjian Lama karena disamping beliau tidak dapat membaca dan menulis, juga karena
terdapat sekian banyak informasi yang dikemukakan Alquran yang tidak termaktub dalam
Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, missal kisah Ashab Al-Kahfi. Kalaupun ada yang
sama, seperti beberapa kisah nabi-nabi, namun dalam rincian atau rumusan terdapat
perbedaaan-perbedaan.
Bahwa terjadi persamaan dalam garis besar bukan lalu merupakan bukti penjiplakan.
Apakah jika seseorang pada puluhan tahun yang lalu melukis candi Borobudur, kemudian
kini datang pula pelukis lain yang melukisnya dan ternyata lukisan itu sama atau mirip
dengan yang sebelumnya apakah Anda berkata bahwa pelukis kedua menjiplak dari pelukis
pertama.
Nabi Muhammad saw sejak dini telah mengakui bahwa beliau adalah pelanjut dari
risalah para nabi. Beliau mengibaratkan diri beliau dengan para nabi sebelumnya bagaikan
seorang yang membangun rumah, maka dibangunnya dengan sangat baik dan indah, kecuali
satu bata di pojok rumah itu. Orang-orang berkeliling di rumah tersebut dan mengaguminya
sambil berkata, “Seandainya diletakkan bata di pojok rumah ini, maka Akulah (pembawa)
bata itu dan Akulah penutup para nabi.” Demikian sabda Beliau yang diriwayatkan oleh
Bukhari melalui Jabir bin Abdillah.
G. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat
diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang
maupun masa yang akan datang.
11
2. Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah)
umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).
3. Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan umat
yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
4. Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang
terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh
keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.
5. Kisah dalam Alquran dibedakan tiga macam, yaitu: kisah dakwah para nabi, kejadian
umat terdahulu dan kejadian di zaman Rasulullah Muhammad saw.
6. Unsur kisah Alquran juga ada tiga, yakni: adanya Pelaku, kejadian atau peristiwa dan
percakapan.
7. Inti dari fungsi kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan kalimat
tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai pelajaran
yang amat berharga bagi umat Islam.
8. Beberapa kaum orientalis ada yang meragukan keaslian kisah-kisah dalam Alquran.
Namun anggapan mereka terbantahkan dengan bukti-bukti yang telah dipaparkan di
atas.