makalah tugas forensik

15
TUGAS ILMU KEDOKTERAN FORENSIK “Analisis Visum et Repertum’’ Dosen : Dr. Mohammad Ardhian Syaifuddin Disusun Oleh : 1

Upload: tonny-wicakshana

Post on 10-Dec-2015

305 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

Makalah Forensik

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tugas Forensik

TUGASILMU KEDOKTERAN FORENSIK

“Analisis Visum et Repertum’’

Dosen : Dr. Mohammad Ardhian Syaifuddin

Disusun Oleh :

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS TRISAKTI

20141

Page 2: Makalah Tugas Forensik

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ………………………………………………………………………2Bab I Pendahuluan ……………………………………………………………3I. 1. Peran Ilmu Kedokteran Forensik terhadap Proses Penyidikan …………………. 3I. 2. Penjelasan tentang Visum et Repertum …………………………………………… 3I. 3. Jenis - Jenis Visum et Repertum …………………………………………………… 4I. 4. Proses Permohonan Pembuatan Visum et Repertum …………………………….. 5I. 5. Kaidah Penulisan Visum et Repertum …………………………………………….. 5I. 6. Peran Visum et Repertum terhadap Proses Penyidikan …………………………. 6I. 7. Dasar Hukum Visum et Repertum ………………………………………………… 6

Bab II Analisis Kasusa. Berdasarkan contoh Visum et Repertum terlampir, sudah sesuaikah

Visum et Repertum tersebut dengan kaidah penulisan yang baik dan benar ? …… 8 b. Apakah tulisan dapat di mengerti dan dapat membuat terang suatu

perkara pidana ? ……………………………………………………………………… 8

Bab III Kesimpulan ………………………………………………………….. 10Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 11Lampiran Visum et Repertum ……………………………………………….

2

Page 3: Makalah Tugas Forensik

BAB IPendahuluan

I. 1. Peran Ilmu Kedokteran Forensik terhadap Proses Penyidikan :

Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu ilmu pembantu (hulpwetenchapen) dari ilmu hukum acara pembantu, yang bermanfaat membantu aparat penyelidik dan penyidik untuk menemukan kebenaran materiil dari suatu peristiwa yang diduga sebagai peristiwa pidana yang sedang diselidiki dan disidik apabila barang bukti yang ditemukan pada peristiwa tersebut adalah barang bukti medik. Pada tingkat penyelidikan ilmu kedokteran forensik bermafaat dalam membantu penyelidik untuk menentukan apakah peristiwa yang sedang diselidiki merupakan peristiwa piadana atau bukan. Sedangkan pada tingkat penyidikan, ilmu kedokteran forensik bermanfaat dalam membantu penyidik untuk membuat peristiwa pidana yang sedang disidik menjadi jelas, yang berarti membantu penyidik mengetahui proses terjadinya peristiwa pidana tersebut serta mengetahui identitas korban dan pelaku tindak pidana.

I. 2. Penjelasan tentang Visum et Repertum :

Pengertian arti harafiah dari Visum et Repertum yakni berasal dari kata “visual” yang berarti melihat dan “repertum” yaitu melaporkan.Sehingga jika digabungkan dari arti harafiah ini adalah apa yang dilihat dan diketemukan sehingga Visum et Repertum merupakan suatu laporan tertulis dari dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain,kemudian dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya (Soeparmono,2002:98). Dalam Stbl tahun 1937 No 350 dikatakan bahwa “visa et reperta para dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajarannya di Indonesia.

Dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.M04/UM/01.06 tahun 1983 pada pasal 10 menyatakan bahwa hasil pemeriksaan ilmu kedokteran kehakiman disebut sebagai Visum et Repertum. Pendapat seorang dokter yang dituangkan dalam sebuah Visum et Repertum sangat diperlukan oleh seorang hakim dalam membuat sebuah keputusan dalam sebuah persidangan.Hal ini mengingat, seorang hakim sebagai pemutus perkara pada sebuah persidangan,tidak dibekali dengan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan kedokteran forensik ini.Dalam hal ini, hasil pemeriksaan dan laporan tertulis ini akan digunakan sebagai petunjuk sebagaimana yang dimaksud pada  pasal 184 KUHAP tentang alat bukti. Artinya, hasil Visum et Repertum ini bukan saja sebagai petunjuk dalam hal membuat terang suatu perkara pidana namun juga mendukung proses penuntutan dan pengadilan.

3

Page 4: Makalah Tugas Forensik

I. 3. Jenis - Jenis Visum et Repertum :

Bentuk Visum et Repertum berdasarkan objek :

1. Visum et Repertum Korban Hidup :a. Visum et Repertum :

Visum et Repertum diberikan kepada korban setelah diperiksa didapatkan lukanya tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau aktivitasnya.

b. Visum et Repertum Sementara : Misalnya visum yang dibuat bagi si korban yang sementara masih dirawat di rumah sakit akibat luka-lukanya akibat penganiayaan.

c. Visum et Repertum Lanjutan : Misalnya visum bagi si korban yang lukanya tersebut (Visum et Repertum Sementara) kemudian lalu meninggalkan rumah sakit ataupun akibat luka-lukanya tersebut si korban kemudian di pindahkan ke rumah sakit atau dokter lain ataupun meninggal dunia.

2. Visum et Repertum Pada Mayat : Visum pada mayat dibuat berdasarkan otopsi lengkap atau dengan kata lain berdasarkan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada mayat.

3. Visum et Repertum Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) 4. Visum et Repertum Penggalian Mayat. 5. Visum et Repertum Mengenai Umur. 6. Visum et Repertum Psikiatrik. 7. Visum et Repertum Mengenai Barang Bukti :

Misalnya berupa jaringan tubuh manusia, bercak darah, sperma dan sebagainya.

Menurut jenisnya, visum et repertum dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

1. Visum et Repertum Perlukaan.2. Visum et Repertum Kejahatan Susila.3. Visum et Repertum Jenazah.4. Visum et Repertum Psikiatrik.

Visum et Repertum yang dibuat oleh seorang ahli dalam bidang kedokteran (dalam hal ini dokter) kemudian dapat menjadi suatu alat bukti yang sah pada saat di pengadilan. Hal ini serupa dengan yang dijelaskan pada pasal 184 KUHAP mengenenai alat bukti yang sah. Pada pasal tersebut terdapat beberapa barang yang dapat dijadikan alat bukti yang sah, yaitu :

1. Keterangan Saksi.2. Keterangan Ahli.3. Surat.4. Petunjuk.5. Keterangan Terdakwa.

4

Page 5: Makalah Tugas Forensik

I. 4. Proses Permohonan Pembuatan Visum et Repertum :

Untuk dapat membuat Visum et Repertum, seorang dokter harus menunggu surat permintaan visum yang dibuat oleh pihak penyidik. Di dalam surat tersebut harus jelas tertulis mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan (Pasal 133 KUHAP). Jika ternyata pemeriksaan bedah mayat (autopsi) perlu dilakukan, maka pihak penyidik wajib untuk memberitahukan keluarga pasien terlebih dahulu mengenai tindakan tersebut. Autopsi baru dapat dilakukan jika keluarga korban sudah tidak keberatan atau jika minimal dua hari tidak ada tanggapan dari keluarga korban (Pasal 134 KUHAP). Pada kasus-kasus lama, namun harus dilakukan pemeriksaan autopsi, maka penggalian kubur guna autopsi juga dapat dilakukan (Pasal 135 KUHAP) .

I. 5. Kaidah Penulisan Visum et Repertum :

Dalam penulisan Visum et Repertum, dianjurkan untuk dibuat menggunakan mesin ketik. Penulisan dilakukan pada sebuah kertas putih kosong yang harus disertakan dengan adanya kop surat yang berasal dari institusi yang mengeluarkan VeR tersebut. Menggunakan singkatan, bahasa asing termasuk bahasa medis tidak dianjurkan dalam pembuatan visum. Jika terpaksa menggunakan bahasa asing, maka keterangan jelas menggunakan bahasa Indonesia harus disertakan.

Jika dalam penulisan visum tidak berakhir pada tepi kanan format, maka penggunaan garis pada akhir kalimat hingga ke batas ujung kanan format harus dilakukan. Foto dapat diberikan dalam bentuk lampiran jika ternyata dibutuhkan untuk memperjelas suatu VeR. Dalam penulisan VeR, ada 5 bagian yang harus selalu disertakan, yaitu :

1. Kata Pro Justisia :Diletakan di bagian kanan atas yang menjelaskan bahwa visum yang dibuat adalah untuk tujan peradilan. Visum et Repertum tidak memerlukam materai untuk menjadikannya alat bukti yang sah.

2. Pendahuluan :                    Dalam pendahuluan terdapat keterangan seperti nama pembuat VeR, institusi kesehatan, instansi penyidik lengkap dengan permintaan dan tanggal surat permintaan. Selain itu, tempat, waktu dilakukannya pemeriksaan juga harus ditulis. Jangan lupa pula sertakan identitas korban.

3. Pemberitaan : Menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan yang dilakukan, baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam.

4. Kesimpulan :        Berisi tentang pendapat dokter berdasarkan tentang keilmuannya yang meliputi tentang jenis perlukaan, jenis kekerasan, zat penyebab, derajat luka dan penyebab kematian.

5. Penutup : Pada bagian ini berisi kalimat baku yang selalu digunakan untuk menutup suatu visum, yaitu “ Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan

5

Page 6: Makalah Tugas Forensik

saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

I. 6. Peran Visum et Repertum terhadap Proses Penyidikan :

Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) Visum et Repertum berguna untuk mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan Visum et Repertum.

I. 7. Dasar Hukum Visum et Repertum :

Dasar Hukum Visum et Repertum adalah sebagai berikut :

Pasal 133 KUHAP menyebutkan :

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Selanjutnya,keberadaan Visum et Repertum tidak hanya diperuntukkan kepada seorang korban (baik korban hidup maupun tidak hidup) semata, akan tetapi untuk kepentingan penyidikan juga dapat dilakukan terhadap seorang tersangka sekalipun seperti VR Psikiatris. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan dalam KUHAP yaitu :

Pasal 120 ayat 1 KUHAP :

1. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.

Apabila pelaku perbuatan pidana tidak dapat bertanggung jawab, maka pelaku dapat dikenai pidana. Sebagai perkecualian dapat dibaca dalam Pasal 44 KUHP sebagai berikut:1. Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya,

disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.

2. Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat

6

Page 7: Makalah Tugas Forensik

memerintahkan supaya orang itu dimasukkan dalam Rumah Sakit Jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu percobaan.

3. Ketentuan tersebut dalam ayat 2 hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri.

Dalam menentukan adanya jiwa yang cacat dalam tumbuhnya dan jiwa yang terganggu karena penyakit, sangat dibutuhkan kerjasama antar pihak yang terkait, yaitu ahli dalam ilmu jiwa (dokter jiwa atau kesehatan jiwa), yang dalam persidangan nanti muncul dalam bentuk Visum et Repertum  Psychiatricum, digunakan untuk dapat mengungkapkan keadaan pelaku perbuatan (tersangka) sebagai alat bukti surat yang dapat dipertanggungjawabkan.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat 1 butir h dan pasal 11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6 ayat1 butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena Visum et Repertum  adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta Visum et Repertum , karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7 ayat 2 KUHAP). Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanki pidana :

Pasal 216 KUHP :

1. Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

7

Page 8: Makalah Tugas Forensik

BAB IIAnalisis Kasus

a. Berdasarkan contoh Visum et Repertum terlampir, sudah sesuaikah Visum et Repertum tersebut dengan kaidah penulisan yang baik dan benar ?

Berdasarkan Visum et Repertum atas Hasil pemeriksaan bedah mayat atas Ferdi A. Gazali alias Rihanna sudah sesuai dengan kaidah penulisan yang benar meski didalamnya masih terdapat kekurangan-kekurangan.

Di dalam Visum et Repertum sudah diketik diatas kerta berkepala surat instansi pemeriksa, dalam bagian pembukaan sudah adanya kata ‘’PRO JUSTISIA’’ serta tidak adanya materai dalam Visum et Repertum, dan menggunakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan, serta tidak adanya penggunaan istilah asing.

Dan sudah tertera identitas korban atau mayat didalamnya meskipun didalam Visum et Repertum ini terdapat kekosongan dalam Identitas korban atau mayat yaitu tidak terisinya kolom Agama dan kolom Pekerjaan sang Korban atau Mayat, dan tidak adanya Nomor rumah didalam hasil visum. Adanya Identitas pemeriksaan (Tim Kedokteran Forensik), serta saat atau waktu dan tempat pemeriksaan sewaktu melakukan visum kepada korban atau mayat. Dan tidak adanya tanda tangan dokter pemeriksa yang melakukan pemeriksaan di bagian penutup Visum et Repertum ini.

Dan pada bagian pemeriksaan luar dan dalam tidak disebutkan bagaimana kondisi korban atau mayat apakah telah adanya pembusukan yang terjadi setelah korban atau mayat dibunuh jika ditelesuri dari tanggal kematian si korban atau mayat, yang seharusnya sudah adanya proses pembusukan ketika 24 jam sejak kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) didaerah perut kanan bagian bawah yaitu sekum (caeccum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk. Dan juga pembusukan terhadap luka tembakan yang terkena kepada korban atau mayat.

b. Apakah tulisan dapat di mengerti dan dapat membuat terang suatu perkara pidana ?

Tulisan dalam Visum et Repertum ini dapat dimengerti dan membuat terang suatu perkara pidana karena Visum et Repertum dalam pengungkapan suatu kasus pembunuhan sebagaimana terjadi dalam kasus ini menunjukkan peran yang cukup penting bagi tindakan pihak Kepolisian selaku aparat penyidik. Pembuktian terhadap unsur tindak pidana pembunuhan dari hasil pemeriksaan yang termuat dalam Visum et Repertum, menentukan langkah yang diambil pihak Kepolisian dalam mengusut suatu kasus pembunuhan.

Dan dalam kasus ini terhadap hasil Visum et Repertum atas Ferdi A. Gazali alias Rihanna telah ditemukan satu buah luka tembak masuk pada lengan kiri atas kiri bagian luar yang menembus rongga dada kiri, kandung jantung dan rongga dada kanan, menyebabkan

8

Page 9: Makalah Tugas Forensik

paru-paru kiri, serambi kiri jantung, pembuluh balik paru-paru, paru-paru kanan, pendarahan dalam rongga dada kanan dan kiri serta kandung jantung dan kempisnya paru kiri. Menurut pola dan gambaran lukanya merupakan luka tembak masuk jarak dekat dengan arah datangnya anak peluru dari kiri atas kekanan bawah. Ditemukan anak peluruh dengan diameter Sembilan milimeter dan arah alur putar ke kanan di dalam rongga dada kanan. Selanjutnya ditemukan juga adanya luka-luka lecet pada dahi kiri, anggota gerak, dan memar pada punggung kanan dan lengan atas kanan akibat kekerasan tumpul yang tidak menyebabkan kematian.

Sebelum terjadi pembuhuhan yang dilakukan oleh Pelaku terhadap korban, korban terlebih dahulu dianiaya karena dalam Visum et Repertum tersebut dijelaskan terdapat luka-luka lecet pada dada kiri, anggota gerak dan memar pada punggung kanan dan lengan atas kanan akibat kekerasan benda tumpul, yang tidak menyebabkan kematian.

Dan Jika dilihat dari hasil Visum et Repertum maka terhadap perbuatan pelaku pembunuhan dapat dikenakan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau Pasal 340 KUHP, apabila melakukan pembunuhan tersebut direncakana terlebih dahulu Jo Pasal 351 ayat 1 KUHP apabila didalam melakukan pembunuhan si Pelaku melakukan penganiyaan terlebih dahulu dalam melakukan pembunuhan terhadap Korban.

Sehingga apabila telah ditemukan penyebab pembunuhan dari Hasil Visum et Repertum si Korban maka Polisi akan dengan mudah menentukan hukuman apa yang pantas untuk menghukum pelaku sebagai akibat dari perbuatannya membunuh Ferdi A. Gazali alias Rihanna, sehingga akan membuat terang suatu perkara pidana

BAB III9

Page 10: Makalah Tugas Forensik

Kesimpulan

Pembuatan Visum et Repertum adalah sebagai salah satu barang bukti yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi Visum er Repertum merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan Pasal 184 KUHP. Dengan membaca Visum et Repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang sesungguhnya telah terjadi pada seseorang sehingga orang tersebut bisa terluka, dan bagi para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia yang telah dilanggar haknya oleh pelaku.

Visum et Repertumjuga sebagai alat bukti yang sah karena merupakan keterangan ahli yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati, ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan,Pembuatan Visum Et repertum bekerjanya harus yang sesungguh-sesungguhnya dan seobyektif-obyektifnya tentang apa yang dilihat dan ditemukannya pada waktu pemeriksaan. Dengan demikian Visum Et Repertum merupakan bukti psikis yang diambil dari keterangan seorang dokter forensik berupa kesaksian tertulis. Dan tentunya akan membantu para petugas kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman dalam mengungkap suatu perkara pidana dan digunakan sebagai pengganti peristiwa yang terjadi dan dapat mengganti sepenuhnya barang bukti yang telah diperiksa dengan memuat semua kenyataan sehingga akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: Makalah Tugas Forensik

1. Sampurna, Budi. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum Sebuah Pengantar, Jakarta. 2008.

2. Abdussalam. Forensik, Jakarta : PTIK, 2012.

3. Ingeten, Sri. Peranan Dokter dalam Pembuktian Perkara Pidana, 2008

4. Sampurna, Budi. Pengantar Mediko-Legal, Jakarta, 2009

5. Afandi, Deidi. Visum et Repertum Pada Korban Hidup, 2008.

11