makalah tekling jalan-1

25

Click here to load reader

Upload: ika-widyastuti

Post on 02-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

TEKNIK LINGKUNGAN

TRANSCRIPT

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan Angkut Jalan Raya, jalan merupakan sarana vital publik, terutama dalam bidang transportasi. Jalan diperlukan untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lainnya guna pengembangan wilayah wilayah di Indonesia. Dalam Undang-Undang tentang jalan No.13 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dibedakan atas:a) Sistem jaringan jalan primerAdalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. Hal ini berarti sistem jaringan jalan primer menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut:1) Menghubungkan kota tingkat I (ibu kota provinsi), kota tingkat II (ibu kota kabupaten, kotamadya), kota tingkat III (kecamatan), dan kota tingkat di bawahnya.2) Menghubungkan kota tingkat I dengan kota tingkat I antar Satuan Wilayah Pengembangan.b) Sistem jaringan jalan sekunderAdalah sistem jaringan jalan dengan pelayanan jasa distribusi dalam kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder, fungsi tersier dan seterusnya. Jaringan ini disusun mengikuti ketetapan-ketetapan pengaturan tata ruang kota.

Sebagai sarana vital publik, jalan dibuat sesuai kebutuhan publik yang berasaskan keamanan, fungsi pelayanan, dan kenyamanan. Untuk mewujudkan hal ini maka diperlukan konstruksi perkerasan jalan yang menunjang kebutuhan umat manusia dalam bidang transportasi yang semakin berkembang.

Konstruksi perkerasan jalan terbagi atas tiga macam yaitu sebagai berikut:1) Konstruksi perkerasan jalan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Sifat perkerasan lentur ini memikul beban dan menyalurkan serta menyebarkannya ke tanah dasar.2) Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah, pelat beton inilah yang memikul beban lalu lintas yang ada di atasnya.3) Konstruksi perkerasan komposit (composite pevement), yaitu perkerasan jalan menggabungkan perkerasan kaku dan perkerasan lenturDi balik pentingnya perkembangan jalan dan sarana transportasi, akan selalu ada dampak buruk dari kedua hal itu terhadap lingkungan. Makalah ini akan membahas tentang metode perkerasan jalan dan perkembangannya serta dampak terhadap lingkungan dan juga cara menanggulangi atau memperkecil dampak buruk jalan raya. Hal ini bertujuan demi terciptanya keamanan, kenyamanan pengguna jalan dan orang-orang di sekitarnya serta meningkatkan dan mengembangkan teknik jalan raya yang selama ini menjadi sarana vital kemajuan bangsa. Dengan bangga kami mempersembahkan makalah kami yang berjudul JALAN RAYA DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN.

1.2 Rumusan Masalaha) Pengertian jalan dan pembagiannyab) Macam-macam perkerasan jalan dan pembagianyac) Dampak jalan raya dan perkerasan jaland) Penanggulangan masalah

1.3 Tujuan a) Lebih mengetahui tentang jalan raya dan pengerasan jalan rayab) Mengetahai lebih lanjut tentang dampak jalan raya terhadap lingkunganc) Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pengerasan jaland) Dapat memilih metode pengerasan jalan yang sesuai dengan kebutuhan umat manusia dan lingkungan

BAB.II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Jalan merupakan sarana vital publik, terutama dalam bidang transportasi. Jalan, dalam konteks jaringan, dapat diartikan sebagai suatu ruas yang menghubungkan antara simpul yang satu dengan simpul yang lain. Dalam konteks sistem transportasi, jalan adalah prasarana yang difungsikan sebagai wadah dimana lalu lintas orang, barang atau kendaraan dapat bergerak dari titik asal menuju titik tujuan. Jalan dalam konteks pembangunan wilayah memiliki peranan cukup penting sebagai prasarana perhubungan antar wilayah atau daerah. Jika diibaratkan sistem komunikasi, jalan adalah kabel yang memungkinkan stasiun satu dapat berkomunikasi dengan stasiun yang lain. Jalan juga dapat mengkomunikasikan wilayah yang satu dengan wilayah yang lain melalui keterhubungan pergerakan antar wilayah tersebut. Dengan demikian, jalan adalah kabel dalam sistem wilayah yang peranannya cukup vital.

Pembagian jalan berdasarkan fungsi antara lain sebagai berikut:1. Jalan arteriYaitu jalan yang melayani angkutan utama. Ciri-cirinya adalah perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jalan dibatasi secara efisien. Jalan arteri dibagi atas:a) Jalan arteri primer, menghubungkan kota tingkat I dengan kota tingkat I yang berdampingan atau kota tingkat I dengan kota tingkat II. Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut: Kecepatan rencana >60 km/jam Lebar badan jalan > 8 m Kapasitas jalan lebih dari volume lalu lintas rata-rata Jalan masuk dibatasi secara efisien Tidak boleh terganggu dengan kegiatan lokal, lalu lintas lokal dan lalu linta bolak balik Jalan tidak tidak terputus walau memasuki kota Tingkat keamanan dan kenyamana dinyatakan dengan indeks permukaan tidak kurang dari 2b) Jalan arteri sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder tingkat I, atau menghubungkan antar kawasan sekunder tingkat I atau menghubungkan kawasan sekunder tingkat I dengan kawasan sekunder tingkat II. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut: Kecepatan rencana >30 km/jam Lebar jalan > 8 m Kapasitas jalan volume lalu lintas rata-rata Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat Indeks permukaan tidak kurang dari 1.5.

2. Jalan kolektorAdalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagian yang mempunyai ciri-ciri jarak perjalanan sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor dibagi atas:a) Jalan kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan antar kota tingkat II dengan kota tingkat II yang lain atau menghubungkan kota tingkat II dengan kota tingkat III. Syarat-syarat jalan kolektor primer adalah: Kecepatan rencana > 40 km/jam Lebar badan jalan > 7 m Kapasitas jalan volume lalu lintas rata-rata Jalan tidak tidak terputus walau memasuki kota Indeks permukaan tidak kurang dari 2 Jalan masuk dibatasi b) Jalan kolektor sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan antar kawasan sekunder tingkat II atau menguhubungkan kawasan sekunder tingkat II dengan kawasan sekunder tingkat III. Syarat-syaratnya yaitu sebagai berikut: Kecepatan rencana > 20 km/jam Lebar badan jalan > 7 m Indeks permukaan tidak kurang dari 1.5

3. Jalan lokalAdalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal dibagi atas:a) Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota tingkat I, tingkat II atau tingkat III dengan kota tingkat terendah, menghubungkan antar kota tingkat III, menghubungkan kota tingkat III dengan kota tingkat di bawahnya. Syarat jalan lokal primer adalah: Kecepatan rencana > 20 km/jam Lebar badan jalan > 6 m Indeks permukaan tidak kurang dari 1.5 Tidak terputus walaupun masuk desab) Jalan lokal sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan setiap tingkat kota dengan perumahan. Adapun syaratnya adalah: Kecepatan rencana > 10 km/jam Lebar badan jalan > 5 m Indeks permukaan tidak kurang dari 1.0

2.2 Perkerasan JalanKonstruksi perkerasan jalan terbagi atas tiga macam yaitu sebagai berikut:1) Konstruksi perkerasan jalan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Sifat perkerasan lentur ini memikul beban dan menyalurkan serta menyebarkannya ke tanah dasar.2) Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah, pelat beton inilah yang memikul beban lalu lintas yang ada di atasnya.3) Konstruksi perkerasan komposit (composite pevement), yaitu perkerasan jalan menggabungkan perkerasan kaku dan perkerasan lentur.Perbedaan utama perkerasan lentur dan perkerasan kakuParameterPerkerasan LenturPerkerasan Kaku

Bahan pengikataspalsemen

Repetisi bebanTimbul lendutan pada jalur rodaTimbul retak-retak pada permukaan

Penurunan tanah dasarJalan bergelombang akibat mengikuti tanah dasarBersifat sebagai balok di atas perletakkan

Perubahan temperaturModulus kekakuan berubah dan Modulus kekakuan tidak berubah dan timbul tegangan dalam yang besar

Konstruksi perkerasan jalan terbagi atas lapisan-lapisan beserta fungsi-fungsinya masing-masing. lapisan ini terbagi atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut:

Gambar 1Lapisan-lapisan perkerasan

1) Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.

]Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas: Lapisan tanah dasar, tanah galian. Lapisan tanah dasar, tanah urugan. Lapisan tanah dasar, tanah asli.

2) Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai : Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

3) Lapisan pondasi atas (base course)Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai berikut: Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya. Bantalan terhadap lapisan permukaan. Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

4) Lapisan Permukaan (Surface Course)Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :

Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan. Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus). Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.

1. Perkerasan LenturPerkerasan lentur dengan bahan pengikat aspal sering disebut campuran aspal panas atau hot mix. Adapun karakteristik perkerasan perkerasan lentur antara lain sebagai berikut:

Bersifat elastis jika menahan beban, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi pengguna jalan Bahan pengikat adalah aspal Seluruh lapisan ikut menahan beban Usia rencana maksimum 20 tahun Selama usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala Tidak cocok digunakan di struktur tanah yang buruk (lembek), diperlukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum diterapkan ditanah yang buruk, misalnya dilakukan pemadatan tanah agar konstruksi lentur berada di tanah dasar yang stabil. Digunakan dijalur lalu lintas berkecepatan tinggi karena sifat permukaannya yang halus dan elastis. Penggunaan beton pada lapisan bawah di perkerasan lentur mempunyai kelabihan kemampuan ditempatkan begitu saja pada area dengan kondisi tanah dasar jelek tanpa digilas.

Aspal sebagai agregat utama perkerasan lentur mempunyai sifat daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif , kedap air, dan mudah dikerjakan. Selain itu, aspal sangat tahan terhadap asam, alkali, dan garam-garaman. Sehingga pekerasan lentur bisa digunakan di daerah yang korosif.

Aspal yang digunakan dalam perkerasan lentur dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: Aspal alam Bitumen (aspal buatan) Ter

1) Aspal alamAspal alam yang ditemukan di Indonesia ditemukan di P. Buton, Sulawesi Tenggara dan dikenal sebagai Asbuton. Selain itu juga ditemukan di Perancis, Swiss dan Amerika. Asbuton merupakan hasil endapan minyak bumi yang mengalami proses destilasi lama dan kontinu sehingga aspal ini mempunyai pelekatan yang lebih baik dan kepekaan terhadap perubahan suhu yang lebih kecil.Asbuton ini telah banyak digunakan untuk lapisan perkerasan, antara lain digunakan sebagai Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat) dan Latasbum (Lapis Asbuton Murni).

1. Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat)Lasbutag ini merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihamparkan dan dipadatkan secara dingin.

FungsiSifat-sifat

- sebagai lapisan permukaan atau lapisan aus- untuk melindungi lapisan dibawahnya dari pengaruh air dan cuaca- mendukung lalu-lintas- menyediakan permukaan jalan yang rata dan tidak licin- kedap air- pencapaian stabilitas dipengaruhi olehvolume lalu-lintas dan cuaca- mempunyai nilai struktural- cukup kenyal

Penggunaan

Untuk jalan dengan kondisi lalu-lintas sedang Untuk jalan yang alinemen vertikal dengan kelandaian maksimum 12% Untuk jalan dengan alinemen horisontal dengan jari-jari tikungan minimum 15 m.

Sifat fisik

Berbentuk butiran dan bongkahan Mempunyai kadar bitumen yang tidak teratur Bersifat porus sehingga dapat diresapi bahan pelunak. Bahan pelunak akan membuat asbuton lunak (meremajakan bitumen) yang memakan proses yang cukup lama.

2. Latasbum (Lapis Asbuton Murni)Merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dan menghasilkan tebal padat maksimum 1 cm.

SifatPenggunaan

- kedap air - kenyal - cukup awet - tidak mempunyai nilai struktural untuk jalan yang masih stabil dengan penampang memanjang dan melintang sesuai dengan persyaratan pada jalan yang mulai retak dan mengalami degradasi

2) Aspal buatanAspal buatan adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan minyak bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah. Aspal buatan terdiri dari berbagai bentuk yaitu: aspal padat, cair dan emulsi.

a) Aspal padatAspal buatan atau bitumen ini merupakan hasil penyulingan minyak bumi yang kemudian disuling sekali lagi pada suhu yang sama tetapi dengan tekanan rendah, sehingga dihasilkan bitumen yang disebut dengan straightrun bitumen.

Sifat Penggunaan

Sifat yang dibutuhkan dan beberapa sifat penting untuk digunakan sebagai bahan jalan: Daya ikat yang baik Dapat menjadi cair Dapat menjadi cukup keras kembali Dapat menjadi cukup lunak Tidak boleh terlalu peka terhadap suhu Titik lembek aspal perlu mendapat perhatianDigunakan dihampir seluruh pekerjaan pelaksanaan lapisan perkerasan aspal, mulai dari pelapisan permukaan sampai dengan pekerjaan konstruksi perkerasan jalan yang bermutu tinggi seperti lapisan aspal beton

b) Aspal cairAspal cair adalah aspal keras yang dicampur dengan pelarut. Jenis aspal cair tergantung dari jenis pengencer yang digunakan.

Sifat Penggunaan

Aspal cair yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan dan mempersingkat waktu pelaksanaan karena sifat cair aspal akan mudah mengalir diantara betuan dan menyelimutinya untuk menghasilan ikatan antara batu-aspal.Aspal cair dapat digunakan seperti halnya aspal padat

c) Aspal emulsiAspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair pada umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal biasa.

Sifat Penggunaan

Aspal emulsi mempunyai beberapa klasifikasi dengan sifatnya masing-masing, adapun faktor yang dapat mempengaruhi aspal emulsi antara lain: Sifat kimia aspal padat Kekerasan dan jumlah aspal semen yang digunakan Ukuran partikel aspal dalam emulsi Jenis dan konsentrasi zat emulsi yang digunakan Tingkat penambahan bahan Penambahan zat kimiaAspal emulsi dapat digunakan seperti halnya aspal padat, namun penggunaannya lebih luas dimana tidak dapat digunakan aspal padat.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih aspal emulsi antara lain: Keadaan cuaca yang diperkirakan selama pelaksanaan, pemilihan tingkat emulsi, perencanaan campuran, dan peralatan pelaksaan Jenis dan keetrsediaan agregat Ketersediaan peralatan pelaksaan Lokasi geografis: jarak pengangkutan dan ketersediaan air Lalu lintas Pertimbangan lingkungan

3) Ter Ter merupakan istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis seperti kayu atau batu bara. Untuk konstruksi jalan dipergunakan hanya ter yang berasal dari batu bara.

Kelebihan jalan aspal Jalan lebih halus, mulus, dan tidak bergelombang sehingga enak dalam berkendara. Warna hitam aspal mempengaruhi psikologi pengendara menjadi lebih teduh dan nyaman Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan, jalan aspal lebih murah dibanding konstruksi jalan beton. Proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada area yang rusak saja, dengan cara mengganti dengan yang baru pada area jalan yang rusak.Kekurangan jalan aspal Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran drainase yang baik untuk proses pengeringan jalan aspal pasca hujan atau banjir Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum ditumpangi oleh konstruksijalan aspal.

2. Perkerasan KakuPerkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Sebagai agregat dasar perkerasan beton, beton mempunyai sifat yang tahan terhadap gerusan, mempunyai kuat tekan tinggi, dan tahan terhadap cuaca. Namun saat pelaksanaan konstruksi, suhu yang tinggi tetap akan mempengaruhi proses pembuatan konstruksi ini.

Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan. Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus. Untuk lalu lintas rencana, perkerasan ini cocok untuk kendaraan dengan berat total minimum 5 ton.Kekurangan perkerasan beton semen antara lain sebagai berikut:

Kualitas jalan beton sangat bergantung pada proses pelaksanaannya misal pengeringan yang terlalu cepat dapat menimbulkan keretakan jalan, untuk mengatasi hal ini dapat menambahkan zat kimia pada campuran beton atau dengan menutup beton pasca pengecoran dengan kain basah untuk memperlambat proses pengeringan Untuk penggunaan pada jalan raya dengan kapasitas berat kendaraan yang tinggi, maka biaya konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan aspal, namun lebih murah pada masa perawatan. Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses pengecoran sehingga diperlukan pengawasan yang ketat. Proses perbaikan jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan beton yang lama, sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga terkadang elevasi jalan lebih tinggi dibanding rumah di sampingnya. Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang shingga menimbulkan efek kehati-hatian bagi pengendara di atasnya.

Kelebihan perkerasan beton yaitu:

Tahan terhadap genangan air dan banjir Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur tanahnya terlebih dahulu Pengadaan material lebih mudah didapat Dapat menahan beban kendaraan yang berat

3. Perkerasan KompositPerkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.

Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan tanpa aspal.

4. Paving BlockSelain macam-macam perkerasan jalan di atas, terdapat juga perkerasan menggunakan paving block. Perkerasan paving block ini terbuat dari campuran pasir dan semen ditambah atau tanpa campuran lainnya ( abu batu atau lainnya ). Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut. Sedangkan menurut SK SNI T-04-1990-F, paving block adalah segmen-segmen kecil yang terbuat dari beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa sehingga saling mengunci (Dudung Kumara, 1992; Akmaluddin dkk. 1998).Keuntungan dari Paving Block Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara masal; Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar; Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut; Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan. Dapat diproduksi secara massal. Dapat diaplikasikan pada pembangunan jalan dengan tanpa memerlukan keahlian khusus. Pada kondisi pembebanan yang normal paving blockdapat digunakan selama masa-masa pelayanan dan paving blocktidak mudah rusak. Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa digunakan tanpa harus menunggu pengerasan seperti pada beton Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat pengerjaannya. Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit dibandingkannpenggunaan pelat beton. Adanya pori-pori pada paving block meminimalisasi aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi dalam tanah. Perkerasan dengan paving block mampu menurunkan hidrokarbon dan menahan logam berat. Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain dengan pola dan warna yang indah. Perbandingan harganya lebih rendah dibanding dengan jenis perkerasan konvensional yang lain.

Kelemahan Paving Block Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman untuk kendaraan dengan kecepatan tinggi. Sehingga perkerasan paving block hanya cocok untuk mengendalikan kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman dan perkotaan yang padat.

2.3. Dampak jalan raya dan perkerasan jalanDari setiap jalan raya dan perkerasan jalan memiliki beberapa dampak terhadap lingkungan, diantaranya pencemaran udara dan kebisisngan. Pencemaran Udara dan PegendaliannyaPencemaran udara ini berasal dari pembuangan bahan-bahan pencemaran nonreaktif ke udara termasuk karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), sulfat (SO4), bahan-bahan partikel seperti debu, asap, dan timah.

Kebisingan Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan. Kebisingan diukur dengan satuan yang biasa digunakan adalah dBA. Satuan tunggal ini menggabungkan intensitas kebisingan dari seluruh frekuensi, tetapi lebih ditekankan pada frekuensi yang diatas 1000/detik karena manusia bereaksi lebih kuat terhadap frekuensi ini.tingkat kebisingan yang terjadi di perumahan yang dekat dengan jalan raya tingkat kebisingannya mencapai 70 dBA akan menimbulkan keluhan keluhan kecil, keluhan keluhan yang lebih luas mungkin timbul pada 75 dBA. Pada 80 dBA mungkin timbul protes tertulis atau petisi.

Kebisingan dari kendaraan memiliki beberapa sumber : mesin, pemindah daya (drive train), kipas, roda, kenalpot, dan kadang-kadang klakson. Pada kendaraan sedan kebisingan total dan kebisingan roda yang merupakan sumber utama, terjadi pada atau dekat permukaan jalan dan meningkat sebesar pangkat 3 dari kecepatan. Kebisingan akibat pembuangan udara atau knalpot merupakan komponen yang penting dan ruwet karena terjadi sekitar 8 kaki di atas permukaan perkerasan hal ini dapat menimbulkan protes dari penghuni yang tinggal di tingkat yang tinggi di gedung-gedung sekitarnya. Sepeda motor dan sekuter menjadi sumber kebisingan yang utama, banyak diantaranya bahkan lebih bising dari mobil dan sama bisingnya dengan truk disel. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan.

Pada dasarnya kebisingan lalu lintas mempunyai parameter-parameter tertentu yang tidak tergantung pada kendaraan itu sendiri, antara lain sebagai berikut: Parameter lalu lintas, yaitu kecepatan laju kendaraan dan kepadatan komposisi lalu lintas, kestabilan lalu lintas, dan tingkah laku pengemudi. Parameter jalan, yaitu bentuk jalan (terowongan, tanggul/datar), kemiringan jalan, lebar jalan Parameter lingkungan, yaitu jarak dan ketinggian penerima bising dari jalan, keberadaan sekat-sekat penghalang, kondisi tanah antara jalan dan penerima. Parameter cuaca, yaitu hujan/kondisi kering, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara, temperatur udara. Parameter tempat tinggal, yaitu orientasi daerah.Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap suatu organ atau seseorang secara fisik, psikologis atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidaknyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari.

Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi, sedangkan keluhan somatik, tuli sementara dan tuli permanen merupakan dampak yang dipertimbangkan dari kebisingan dilingkungan kerja/industri. Sedangkan gangguan kesehatan psikologis berupa gangguan belajar, gangguan istirahat, gangguan sholat, gangguan tidur dan gangguan lainnya

DistorsiDistorsi adalah perubahan bentuk dari bentuk aslinya karena suatu sebab, misalnya kurang pemadatan, terlalu banyak agregat halus, terlalu banyak aspal (Soejatin, 1999). Sebelum dilakukan perbaikan sewajarnya ditentukan dulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi, dengan demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang tepat. Erosi tanahPembangunan jalan, juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan (konservasi tanah), terutama pada kondisi wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan dengan tanah yang peka erosi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan.

BanjirBanjir dalam konteks ini disebabkan oleh keadaan jalan yang tidak dapat menyerap air hujan terutama pada perkerasan aspal dan beton. Selain dapat merusak perkerasan jalan, banjir juga memberikan dampak sosial terhadap masyarakat, seperti kehilangan harta benda dan sebagainya. Dampak perkerasan aspal dan betonAspal memberikan dampak yang buruk pada lingkungan karena menghasilkan banyak emisi gas rumah kaca terutama pada metode campuran aspal panas. Hal ini disebabkan oleh karakteristik metode konstruksi tersebut yang mensyaratkan material yang digunakan dengan suhu yang tinggi (>1000C). Dengan demikian, energi yang dibutuhkan pada proses pengolahan material hotmix asphalt menjadi lebih besar. Input energi tersebut terutama diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar fosil yang merupakan senyawa-senyawa karbon seperti mentah dan batu bara. Hal ini berakibat juga pada sumber daya alam kita yang semakin terkuras. Untuk konstruksi berasapal sederhana, seperti penetrasi macadam, umumnya menggunakan kayu sebagai sumber energi, yang dapat mempengaruhi kelestarian hutan.Keadaan ini juga berlaku pada perkerasan beton. Hal ini dikarenakan energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan bahan baku semen lebih besar dari aspal untuk volume perkerasan jalan yang sama. Namun pada perkerasan beton, pencampuran agregat semen, air dan agragat merupakan proses kimia, tanpa memerlukan pemanasan sehingga energi yang dibutuhkan untuk membentuk perkerasan beton jauh lebih rendah dari perkerasan aspal

2.4 Penanggulangan MasalahBanyak cara atau solusi yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah yang terjadi akibat jalan raya dan pengerasan jalan, misalnya : Channels atau Rutting adalah penurunan yang terjadi pada perkerasan aspal yang terletak pada bagian yang sering dilewati oleh roda kendaraan. Cara memperbaikinya yaitu dengan meratakan perkerasan dengan hot mix dan disertai dengan overlay lapis tipis hot mix. Corrugation atau keriting adalah bentuk dari pergerakan plastis yang menyebabkan permukaan bergelombang yang terjadi pada posisi melintas pada jalan. Cara menanganinya yaitu dengan menggaruk lapis permukaan dan mencampur hasil bongkaran aspal tersebut dengan base lalu dipadatkan kembali sebelum dilapisi dengan lapis yang baru. Shoving atau sungkur adalah deformasi plastis yang terjadi di tempat kendaraan berhenti. Cara memperbaikinya yaitu dengan cara dibongkar dan dilapisi kembali. Depression atau amblas adalah penurunan setempat permukaan perkerasan dalam ukuran batas dengan atau tanpa disertai retak. Cara mengatasinya yaitu dengan cara ditambal lalu dilapisi dengan send seal. Pengurangan pencemaran dari kendaraan bermotor terbagi menjadi empat kategori yaitu : (1) mengurangi hasil bahan pencemar dari suatu kendaraan(2) membatasi penjalaran kendaraan dengan menghimbau berjalan kaki(3) memotong konsumsi bahan bakar(4) menggunakan kendaraan alternatif yang lebih ramah lingkungan.(5) menambah jumlah pohon di sisi jalan. Usaha-usaha pengendalian tingkat kebisingan antara lain :

Memasukkan pengendalian tingkat kebisingan kedalam design atau design ulang fasilitas. Alternatif-alternatifnya antara lain adalah membangun jalan pada tempat yang rendah dan menutupnya atau memasang penghalang kebisingan dari tanah atau pasangan batu. Menjaga agar pembangunan terletak pada jarak yang cukup dari sumber kebisingan dengan cara mengatur penempatan atau izin bangunan Untuk pengendalian erosi tanah didaerah perbukitan dan tebing dapat dilakukan secara sipil teknis (pembangunan konstruksi penahan, drainase atau secara vegetatif (penanaman bahan-bahan vegetatif) pembangunan tembok untuk menstabilkan lereng atau mengurangi erosi percik atau alur kecil Untuk pengendalian terhadap pengaruh air pada jalan dan sosial masyarakat dapat dilakukan dengan modifikasi bahu jalan. Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung perkerasan jalan dan sebagai perantara aliran air hujan yang ada di permukaan jalan menuju saluran tepi jalan. Bahu jalan juga berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagi kendaraan. Adapun syarat teknis bahu jalan antara lain :a) Bahan untuk bahu terdiri dari tanah yang dapat meresap air sehingga pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses perembesan. b) Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan. c) Ada baiknya kalau rumput ditanam di sebelah luar bahu jalan, dimulai sekitar 20 cm dari pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilitas pinggir jalan, tetapi harus dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi. d) Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu jalan (luar saluran, bila ada). Tanaman tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak boleh terlalu dekat dengan jalan.e) Pembuatan drainase seperti gorong-gorong. Gorong-gorong adalah jenis bangunan pelengkap jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang harus lewat di bawah jalan, dan dapat dibuat dari bahan beton, pas, batu, kayu dan sebagainya. Dasar gorong-gorong dibuat dengan kemiringan 2 % untuk memperlancar aliran air. Tiap gorong-gorong dilengkapi bak penampungan air dan bak pembuangan di ujungnya, demi kelancaran pengaliran air dan untuk mencegah erosi. Penggunaan paving block dibeberapa tempat yang memungkinkan sebagai solusi dampak perkerasan aspal. Tempat-tempat yang memungkinkan antara lain: lapisan perkerasan lapangan terbang, terminal bis, parkir mobil, pejalan kaki, taman kota, dan tempat bermain.

BAB III PENUTUP

3.1. KesimpulanKerusakan atau dampak yang terjadi akibat jalan raya dan pengerasan jalan merupakan kerusakan yang sering terjadi dan menjadi penyakit umum pada jalan. Dampak-dampak yang sering terjadi yaitu pencemaran udara, kebisingan, dan distorsi.

Banyak cara untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut misalnya dalam konteks pencemaran udara dapat dilakukan dengan reboisasi dan sosialisasi menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan. Kebisingan dapat di tanggulangi dengan cara menjaga jarak antara pemukiman penduduk dengan jalan raya serta merubah kenalpot kendaraan yang menyebabkan kebisingan dengan kenalpot yang lebih ramah lingkungan. Sedanngkan untuk menanggulangi dampak buruk dari perkerasan aspal dan beton, kita dapat menggantikannya dengan paving block di beberapa tempat yang sesuai seperti area parkir, lapangan terbang, terminal bis, parkir mobil, pejalan kaki, taman kota, dan tempat bermain. Selain karena murah dan mudah pemasangannya, paving block juga sangat ramah lingkungan.

3.2. SaranSebelum membuat jalan raya atau melakukan pengerasan jalan raya sebaiknya diteliti kembali kondisi tanah dan kontur tanah agar tercipta keselarasan antara jenis pelapis dan jenis tanah itu sendiri. Sehingga dapat meminimalisir kerusakan yang nantinya ditimbulkan.

DAFTAR PUSTAKA

H. Oglesby Clarkson. (1982), Teknik Jalan Raya. Jakarta: Erlangga, Sukirman,Silvia.1995. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Surabaya: Nova www.paving.org.ukhttp://gustu107.blogspot.com/2013/03/distorsi-perkerasan-jalan.html.Ikron, I Made Djaja, Ririn Arminsih Wulandari. 2005. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Terhadap gangguan Kesehatan Psikologis Anak SDN Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur. Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, DepokHendersin, Shirley L.2000. Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.Handayani, Dini. Pengkajian Faktor-faktor Tingkat Kebisingan Jalan Perkotaan. Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung.

17