makalah talak
DESCRIPTION
makalah TalakTRANSCRIPT
Hadis Ahkam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya setiap orang yang melakukan perkawinan pastilah bertujuan
membangun keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah, namun, tidak semua
pernikahan akan selamanya harmonis suatu saat bisa saja terjadi percekcokan yang
mengakibatkan terjadinya talaq (Perceraian).
Sebelum beralih ke pembahasan alangkah baiknya kita mengetahui talak itu apa?
Talak adalah memutuskan tali pernikahan dengan suatu sebab.
Lafal talak telah ada sejak zaman jahiliyah. Syara’ datang untuk menguatkannya
bukan secara spesifik atas umat ini. Penduduk jahiliyah menggunakannya ketika
melepas tanggungan. Tetapi di batasi tiga kali. Hadits diriwayatkan dari Urwah bin
Zubair r.a berkata : “dulunya manusia menalak istrinya tanpa batas dan bilangan.”
Dengan demikian talak bukan masalah baru di dalam masyarakat, talak sudah
muncul pada zaman jahiliyah tapi banyak masyarakat atau masih ada di dalam
masyarakat yang belum mengetahui hukum talak tersbut. Dalam makalah ini akan di
bahas hukum talak dan lebih spesifiknya akan membahas tentang, mentalak dalam
keadaan haid/menstruasi dan hukumnya.
B. Rumusan masalah.
1. Hukum mentalak dalam keadaan haid/menstruasi
2. Hukum talak.
1
Hadis Ahkam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Talak :
Menurut bahasa : talak berarti melepaskan atau meninggalkan.
Menurut syara’ : talak adalah melepas tali nikah dengan lafal talak atau sesamanya.
Menurut Imam nawawi dalam bukunya Tahdzib, talak adalah tindakan orang yang
terkuasai terhadap suami yang terjadi tanpa sebab kemudian memutus nikah.
B. Hadis hukum talak :
الله )) رسول عهد فى ئض حا وحي اته امر طلق انه عمر وابن
عليه الله صلى الله رسول عمر فسأل ، وسلم عليه الله صلى
: ، تطهر حت ليمسكها ثم ، جعها فليرا مره فقل ، ذلك عن وسلم
قبل طلق شاء إن و ، بعد امسك شاء إن ثم ، تطحر ثم ، تحيض ثم
متفق ((. النساء لها تطلق ان الله امر التى العدة فتلك ، يمس ان
عليه
Artinya :
Dari Ibnu umar, r.a : Bahwasanya Ibnu Umar, r.a mentalak isterinya dalam
keadaan haid di zaman Rasulullah saw. Lalu Umar bertanya kepada Rasulullah saw.
Tentang kejadian itu. Maka beliau menjawab : “suruhlah ia meruju’nya, hendaklah ia
menahan isterinya sampai bersih, kemudian haid lalu bersih lagi, bila ia mau tahanlah
(teruskanlah) dengan isterinya itu, atau mentalaknya juga bila ia mau hendaknya
2
Hadis Ahkam
sebelum di campuri, ‘iddah itulah yang Allah perintahkan bila perempuan-perumpuan
itu sudah di talak. (Muttafaqqun Alaih)
C. Makna kata :
طلق : talak (menalak), menceraikan
تطهر : asal kata dari طهر (membersihkan)
تحيض : haid asal kata dari حيض(haid)
Asbabul wurud hadits di atas adalah
Ibnu Umar mentalak isterinya dalam keadaan haid di zaman Rasulullah saw.
Lalu Umar bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang kejadian itu. Maka beliau
menjawab : “suruhlah ia meruju’nya, hendaklah ia menahan isterinya sampai bersih,
kemudian haid lalu bersih lagi, bila ia mau tahanlah (teruskanlah) dengan isterinya itu,
atau mentalaknya juga bila ia mau hendaknya sebelum di campuri, ‘iddah itulah yang
Allah perintahkan bila perempuan-perumpuan itu sudah di talak.
D. biografi sandaran hadits )sanad(
Abdullah bin Umar lahir pada tahun kedua atau ketiga dari kenabian, masuk
Islam ketika ia masih dalam usia 10 tahun bersama ayahnya. Ia berhijrah ke madinah
lebih dulu dari pada ayahnya. Pada perang uhud ia masih kecil usianya, sehingga tidak
di izinkan Rasullullah untuk mengikutinya kecuali peperangan- peperangan berikutnya .
Ia selalu ikut bertempur bersama Nabi Muhammad saw dalam perang khandak dan
3
Hadis Ahkam
peperangan sesudahnya. Bahkan sesudah nabi wafat, ia masih aktif dalam berbagai
peperangan untuk kepentingan islam.
Abdullah bin Umar adalah anak kedua dari Umar bin Al-Khattab dan saudara
kandung Hafshah Umm Al-Mu’minin.
Abdullah bin Umar termasuk seorang sahabat yang tekun dan berhati hati dalam
meriwayatkan hadits. Ia juga meriwayatkan hadits sekitar 2.630 buah
Abdullah bin Umar meninggal dunia di Mekah pada tahun 73 H/693 M dalam
usia 87 tahun
E. Munasabah hadits :
طاهرا : )( ليطلقها ثم جعها فليرا مره لمسلم رواية وفى
تطليقة ( وهسبت للبخارى اخرى ية روا وفى ) اوحامال
Artinya :
Dan pada suatu riwayat Imam Muslim : Suruhlah ia meruju’nya kemudian
mentalaknya dalam keadan bersih atau sedang hamil” dan riwayat lain Imam Bukhari :
“di hitung sejak jatuhnya talak”
يرها : )) : ولم على ها فرد عمر بن لله عبدا قل اخرى رواية وفى
اليمساء : فليطلق طهرت اذا واقل ، شيئا
Artinya :
Dan dalam sebuah riwayat lainnya : Abdullah putra Umar berkata : kemudian
Rasulullah saw mengembalikan istriku itu kepadaku dan beliau tidak melihat sesuatu
4
Hadis Ahkam
apapun dariku atas istriku itu” dan beliau bersabda bila wanita itu sudah bersih, boleh di
laksanakan talak atau di teruskannya saja sebagai istri.
F. Hukum yang terkandung dalam hadits Ibnu Umar :
Haram menjatuhkan talak dalam masa isteri sedang berhaid.
Para imam mazhab sepakat bahwa talak yang di jatuhkan pada masa haid setelah
disetubuhi atau pada masa suci setelah di setubuhi hukumnya haram
Malik berpendapat, bahwa menjatuhkan talak dalam keadaan haid kedua , haram
juga. Pendapat inilah yang di pandang shahih oleh golongan Syafi’iyah
Mentalak dalam masa haid, berarti mentalak dengan cara yang tidak di benarkan
oleh syara’. Karenanya, tertolak. Kalau di pandang sah, tentulah diterima, tetapi ini
berlawanan dengan nash.
Sabda Nabi saw, yang terkandung dalam hadits diatas. “suruhlah dia supaya
merujikinya’ ”, itulah yang menjadi pegangan untuk tidak mensahkan talak dalam masa
berhaid.
G. Hukum talak
Hukum talak ada empat :
1. Wajib. Apabila terjadi perselisihan antara suami-istri, sedangkan dua hakim
yang mengurus perkara memandang perlu upaya keduanya bercerai
2. Sunnat. Apabila suami tidak sanggup lagi membayar dan mencukupi
kewjibannya (nafkahnya). Atau perempuan tidak menjaga kehormatan dirinya.
5
Hadis Ahkam
3. Haram. Dalam dua keadaan. Pertama : menjatuhkan talak sewaktu si istri dalam
keadaan haid. Kedua : menjatuhkan talak sewaktu suci yang telah di campuri
dalam waktu suci itu.
Sabda Rasulullah saw :
ثم : ، تحيض ثم ، تطهر حت ليمسكها ثم ، جعها فليرا مره
، يمس ان قبل طلق شاء إن و ، بعد امسك شاء إن ثم ، تطحر
عليه ((. متفق النساء لها تطلق ان الله امر التى العدة فتلك
Artinya :
“suruhlah ia meruju’nya, hendaklah ia menahan isterinya sampai bersih,
kemudian haid lalu bersih lagi, bila ia mau tahanlah (teruskanlah) dengan
isterinya itu, atau mentalaknya juga bila ia mau hendaknya sebelum di campuri,
‘iddah itulah yang Allah perintahkan bila perempuan-perumpuan itu sudah di
talak. (Muttafaqqun Alaih)
4. Makruh : talak yang di lakukan tanpa sebab, pergaulan suami istri dalam
keadaan baik.
6
Hadis Ahkam
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam pembahasan pada bab II adalah :
a. Talak adalah melepas tali nikah dengan lafal talak atau sesamanya.
b. Munasabah hadits menjelaskan bahwa tidak boleh menalak istri dalam keadaan
haid tunggulah ia sampai bersih dari haidnya itu.
c. Hukum yang terkandung dalam hadits Ibnu Umar adalah haram hukumnya
menalak istri dalam keadaan haid.
d. Hukum-hukum talak yaitu : wajib : jika dalam rumah tangga terjadi percekcokan
atau tidak ada lagi kesamaan pendapat dan hakim memandangnya harus cerai,
sunnat : apabila istri sudah tidak menjaga kehormatannya, haram : menalak istri
dalam keadaan haid, makruh : talak yang di lakukan tanpa sebab.
2. Saran
Sebaiknya suami istri jika ada masalah harus di selesaikan dengan cara
kekeluargaan supaya masalah yang di hadapi mendapat solusinya dan jangan seakalipun
mengucapkan kata talak atau cerai, tapi jika masalah itu tidak dapat di selesaikan dan
keduanya ingin memutuskan tali pernikahan harus di tanyakan dulu kepada kepada
keluarga masing-masing.
7
Hadis Ahkam
Binalah hubungan suami istri dengan baik agar menjadi keluarga sakinah,
mawadah dan warohmah
DAFTAR PUSTAKA
Imam As-San’awih. Subulu Al-Salam
Al Hafizh Ibn Hajar Al Asqa. Bulughul Maram ; CV Toha Putra Semarang
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ulumul hadis ; Amzah, jakarta
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Koleksi Hadis-hadis Hukum PT. Pustaka
Rizki Putra ; Semarang
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Fiqh Munakahat II, CV Pustaka Setia ; bandung
Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh
Munakahat, Amzah ; Jakarta
Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin ‘abdurrahman ad-Dimasyqi. Fiqh Empat Mazhab ;
Hasyimi Press ; bandung
8