makalah sterilisasi-kelompok4

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bendi, 18 tahun seorang mahasiswa kedokteran gigi semester 1 yang sedang mengikuti kegiatan bakti sosial di salah satu desa bersama kakak kelasnya. Pada kegiatan ini Bandi mendapat tugas di bagian sterilisasi dan diajarkan cara untuk membersihkan basic instrument yang digunakan pada pemeriksaan gigi. Bendi diminta untuk menggunakan hand schoon dan masker karena ia bertugas untuk mencuci instrument dengan sabun, membilasnya dengan alcohol 70% dan merebusnya beberapa saat dengan tujuan untuk mengontrol terjadinya cross infection. Instrument tersebut kemudian disimpan pada instrument storage cabinet agar tidak terkontaminasi lagi. Pada kegiatan ini Bandi pun memperhatikan tindakan operator yang selalu menggunakan barier protection dalam menangani pasien dan menggunakan korentang saat mengambil instrument steril seperti basic instrument yang berada dihadapannya. 1.2 Rumusan Masalah 1

Upload: astuti-nadapdap

Post on 01-Dec-2015

1.635 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bendi, 18 tahun seorang mahasiswa kedokteran gigi semester 1 yang

sedang mengikuti kegiatan bakti sosial di salah satu desa bersama kakak kelasnya.

Pada kegiatan ini Bandi mendapat tugas di bagian sterilisasi dan diajarkan cara

untuk membersihkan basic instrument yang digunakan pada pemeriksaan gigi.

Bendi diminta untuk menggunakan hand schoon dan masker karena ia

bertugas untuk mencuci instrument dengan sabun, membilasnya dengan alcohol

70% dan merebusnya beberapa saat dengan tujuan untuk mengontrol terjadinya

cross infection.

Instrument tersebut kemudian disimpan pada instrument storage cabinet

agar tidak terkontaminasi lagi.

Pada kegiatan ini Bandi pun memperhatikan tindakan operator yang selalu

menggunakan barier protection dalam menangani pasien dan menggunakan

korentang saat mengambil instrument steril seperti basic instrument yang berada

dihadapannya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mengapa setelah dicuci dengan sabun, instrument harus dibilas dengan alcohol

70% lalu direbus beberapa saat?

1.2.2 Mengapa profesi dokter gigi rentan terhadap Cross Infection?

1.2.3 Apa pentingnya Sterilisasi?

1.2.4 Mengapa operator harus menggunakan Barier Protection?

1.3 Analisis Masalah

1.3.1 Karena alcohol 70% keefektifan paling tinggi untuk sterilisasi, namun memakai

alcohol 70% belum tentu semuanya mati, maka harus direbus lagi.

1

1.3.2 Karena dimulut banyak mikroba yang dapat menyebabkan infeksi.

1.3.3 Agar mencegah terjadinya infeksi.

1.3.4 Untuk mencegah terjadinya infeksi silang antara operator-pasien dan pasien-

operator.

1.4 Tujuan Pembelajaran

1.4.1 Untuk mengetahui sumber infeksi di bidang kedokteran gigi

1.4.2 Untuk mengetahui prosedur mengontrol infeksi di bidang kedokteran gigi

1.4.3 Untuk mengetahui prosedur infeksi silang

1.4.4 Untuk mengetahui cara penularan infeksi (mode of transmission)

1.4.5 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sterilisasi, disinfeksi, dan antisepsis

1.4.6 Mengetahui metode dan proses sterilisasi di bidang kedokteran gigi

1.4.7 Mengetahui cara menyimpan dan perawatan instrument yang steril

1.4.8 Mengetahui berbagai metode disinfeksi

1.4.9 Mengetahui agen disinfeksi dan antiseptic yang biasa digunakan di bidang

kedokteran gigi

1.5 Terminologi

1. Cairan krevikular adalah cairan yang mengandung protein plama yang

dapat meningkatkan daya adhesi epitel terhadap gigi.

2. Pus (nanah) adalah bahan bewarna kuning keputihan atau kuning

kehijauan yang hadir dibagian yang dijangkiti bakteria, termasuk luka

kecil, seperti jerawat, danjangkitan dalam, seperti bisul.

3. Teraerosol adalah partikel- partikel yang terkontaminasi oleh udara.

4. Sterilisasi adalah proses membunuh mikroorganisme pada bakteri dan

objek.

5. Disinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh jasad renik yang bersifat

patogenik dengan cara kimia atau fisik. Semua desinfektan efektif

terhadap sel vegetative tetapi tidakselalu efektif terhadap sporanya.

2

6. Antiseptis adalah penerapan agen kimia eksternal di permukaan hidup

untuk menghancurkan microorganism atau menghambat pertumbuhan

mereka

7. Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap

organism inang, dan bersifat membahayakan atau tidak membahayakan

inang.

8. Infeksi silang adalah penularan penyakit infeksi yang terjadi dari pasienke

operator atau sebaliknya, perpindahan mikroorganisme juga dapat

berpindah dari alat kepasien, dari alat ke operator ataupun sebaliknya.

9. Barier protection adalah alat perlindungan yang dipakai dokter.

10. Instrument storage cabinet adalah tempat penyimpanan alat kedokteran

yang sudah steril.

11. Korentang adalah alat yang di gunakan untuk mengambil alat kedokteran

yang sudah steril.

12. Handschoon adalah sarung tangan.

13. Basic instrument adalah alat dasar kedokteran. Di kedokteran gigi ada 4

yaitu kaca mulut, sonde, pinset, excavator.

14. Instrument steril adalah alat yang sudah steril.

3

BAB II

ISI

2.1 Sumber Infeksi di Bidang Kedokteran Gigi

Sumber infeksi dalam kedokteran gigi klinis terutama manusia, termasuk :

Orang dengan infeksi yang jelas

Infeksi yang membebaskan sejumlah besar organism kelingkungan (misalnya

tetesan dan keluarnya cairan dari mulut atau portal lainnya, luka, borok, dan

luka pada kulit) untungnya, dalam rutinitas pasien kedokteran gigi klinis

sedikit dengan penyakit akut terlihat

Orang dalam tahap prodromal dari infeksi tertentu

Selama prodrome atau periode inkubasi organism berkembangbiak tanpa bukti

infeksi, meskipun pasien yang sehat pada tahap ini, mereka sangat menular.

Infeksi virus, seperti campak, gondok dan cacar air, mudah menyebar dengan

cara ini

Orang yang sehat membawa pathogen dan dapat diklasifikasikan

sebagai:

Convalescent Carrier

Adalah mereka yang menderita penyakit dan tampaknya pulih,

meskipun darah dan sekresi dari tindakan individu sebagai reservoir persisten

organism infektif. Misalnya difteri atau streptrococcal sore troat, organism

dapat bertahan dalam tenggorokan untuk beberapa waktu dan menginfeksi

orang lain atau dalam kasus pasien hepatitis B dapat sembuh total, walaupun

mereka mungkin membawa agen infeksi dalam darah. Yang terakhir disebut

carrier kroni.

4

Asymptomatic Carrier

Tidak memberikan sejarah masalalu infeksi mungkin karena mereka tidak

sadar mengalami infeksiklinis (hanya karena adanya antibody spesifik dalam

darah orang). Namun demikian, individual dapat membawa mikroba infektif

dalam air liur, darah dan sekresi tubuh yang lain.

Hepatitis B adalah contoh klasik dari penyakit yang dapat dengan

menunjukkan gejala atau tanpa gejala sehingga dokter dapat dihadapi dengan

penyembuhan atau pembawa asimtomatik virus hepatitis B

2.2 Prosedur Mengontrol Infeksi

Dalam menjalani profesi sebagai dokter gigi, ini bias memastikan kalau

semua pasien yang dating untuk mendapatkan perawatan gigi bebas dari penyakit

yang bias menular. Maka dari itu, setiap pasien harus kita layani seolah-olah

mereka adalah pembawa pathogen. Prosedur untuk mengontrol infeksi ini disebut

standard precautions (yang sebelumnya disebut universal precautions) dan semua

prosedur klinik yang dilakukan pada pasien harus dilakukan dengan

memperhatikan standard infection control.

Evolusiuniversal precautions, standard precautions, dan additional

precautions.

Rekomendasi untuk melakukan control infeksi dalam kedokteran gigi

muncul pada akhir tahun 1980an, dengan focus pada transmisi pathogen lewat

darah dan disebut universal precautions. Rekomendasi ini menekankan

pentingnya untuk menangani darah dan cairan tubuh lainnya yang tercampur

dengan darah dari semua pasien seakan-akan berpotensi untuk menginfeksi.

Kesadaran bahwa zat lain pada tubuh juga sama pentingnya dalam

transmisi penyakit, maka dibuatlah standard precautions. Keduanya memiliki

tujuan yang sama yaitu mengurangi kemungkinan transmisi infeksi dari

sumber yang diketahui ataupun tidak pada pasien dan operator.

5

Standard precautions diterapkan jika diadakan kontak dengan :

Darah

Semua cairan, secret, dan ekskresi tubuh kecuali keringat yang

tidakmengandung darah

Kulit yang di permukaannya ada luka (tidak utuh)

Membran bermukosa

Pengaplikasian standard precautions bias mengatasi kemungkinan

transmisi kebanyakan penyakit menular. Namunpada keadaan tertentu dimana

kemungkinan adanya pihak yang membawa penyakit dengan potensial untuk

menular yang tinggi, perlu ditambahkan additional precautions atau

transmission-based precautions. Hal ini diterapkan saat menghadapi pasien

yang sedang mengalami atau diduga terinfeksi pathogen yang bias

ditransmisikan melalui:\

Udaraatautetesan (contoh: tuberculosis, influenza, cacar air, gondok)

Kontak langsung atau tidak langsung dengan bagian yang

terkontaminasi (contoh: methicillin-resistant Staphylococcus aureus

(MRSA))

Tindakan pencegahan ini juga meliputi isolasi pasien, ventilasi

ruangan yang mencukupi, proteksi pernafasan, dan penundaan prosedur

perawatan gigi yang tidak mendesak. Jadi harus dipahami kalau standard

precautions diterapkan sebagai norma dan additional precautions

diterapkan pada situasi tertentu, misalnya pada rumah sakit dimana banyak

dijumpai orang sakit dan pada saat epidemic, misalnya saat terjangkit

SARS.

TransmisiInfeksi

Transmisiinfeksi bias terjadi melalui:

6

Kontaklangsung antara jaringan dengan secret ataudarah; ini

merupakan cara yang paling jarang (contoh: operator dengan luka pada

jari yang mengoperasikan ekstraksi tanpa memakai hand schoon)

Tetesan yang mengandung agen penginfeksi (contoh: virus,bakteri)

Benda tajam yang terkontaminasidan instrument yang tidak

disterilisasi dengan benar

Transmisi pathogen menuju inang baru kadang melalui kontak

langsung, tetapi lebih sering melalui proses tidak langsung. Saat organisme

telah mencapai inang baru, iabisa masuk melalui:

Pernafasan

Inokulasi atau injeksi

Pencernaan

Melalui plasenta (contoh: sifiliskongenitalatau HIV yang didapatkan di

uterus)

Beberapa penilaian yang tersedia bahwa dental personnel (dokter gigi,

dental hygienists, asisten bedah mulut, sekolah keperawatan dokter gigi,

teknisi laboratorium kedokteran gigi dan teknisi radiologi) untuk

menghancurkan infeksi silang. Beberapa elemen dalam memahami kontrol

terhadap infeksi yaitu :

1. Patient evaluation

2. Personal protection

3. Disinfection

4. Instrument-cleaning

5. Sterilisasi instrumen

6. Penyimpanan instrumen

7. Penggunaan sekali pakai/yang dapat dibuang

8. Asepsis laboratorium

9. Pembuangan limbah

10. Pelatihan pegawai dan pendidikan yang berkelanjutan

7

11. Aspirasi dan ventilasi

Evaluasi pasien

Seluruh riwayat kesehatan harus didapatkan dari setiap pasien dan

diperbaharui setiap kali pasien datang. Riwayat kesehatan tidak digunakan

untuk mengkategorikan pasien termasuk resiko tingi atau rendah, namun

merupakan prosedur standar mengontrol infeksi. Dalam mengambil data

pasien, praktisi mengidentifikasi terutama mengenai penyakit infeksi. Yang

juga penting yaitu :

- Semua pegawai dilatih untuk mengatur riwayat pasien dengan baik,

termasuk menjaga kerahasiaannya dari publik, menyimpan dengan

baik untuk menaati perundang-undangan tenang proteksi data

- Kebijakan tentang kerahasiaaan harus ada secara tertulis dan

ditandatangani oleh semua staff

Personal protection

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah

- Kebersihan pribadi

Kebersihan pribadi perlu diperhatikan oleh semua pegawai,

baik yang secara langsung maupun yang secara tidak langsung

berkontak dengan pasien.secara umum, dental personnel harus

memperhatikan beberapa pencegahan berikut :

1. Tidak menyentuh benda-benda yang tidak diperlukan, misalnya

tidak diperbolehkan menyentuh mata,hidung, mulut, rambut,

dan luka.

2. Tutupi permukaan luka dan kulit yang memar karena kedua

tempat ini mudah dimasuki patogen

3. Rambut harus pendek, yang panjang harus diikat

Hand care

8

Jari-jari sangat berperan dalam terjadinya penularan

infeksi. Berikut teknik mencuci tangan yang

direkomendasikan :

Clinic clothing

Pakaian luar harus digunakan oleh semua

clinical personnel. Pakaian tersebut harus diganti

dengan teratur dan lebih sering ketika terlihat

terkontaminasi. Pemakaian overgarment hanya di

klinik, tidak di koridor, kantin ataupun lift. Tambahan

celemek anti air bisa digunakan untuk melindungi

pakaian saat bekerja di area instrument-cleaning

Barrier protection

Gloves

Seluruh dokter gigi harus menggunakan latex atau

vinyl glove, dimana merupakan standar kebersihan

9

untuk melindungi dental personnel dan pasien. Jangan

pernah cuci glove dan digunakan kembali. Glove harus

segera dibuang setelah kontak dengan pasien selesai.

Selain itu, dental personnel juga harus mencuci tangan

dengan sabun antimicrobial sebelum meninggalkan

klinik.

Eye shields

Eye shield atau pelindung mata ini digunakan oleh

dokter gigi untuk melindungi konjungtiva dari

percikkan pada saat sedang merawat pasien.

Face mask

Face mask adalah penilain penting , terutama

selama menggunakan alat-alat dengan kecepatan tinggi,

sehingga dapat mencegah terhirupnya aerosol yang

sudah terkontaminasi. Pastikan bahwa masker dipakai

menutupi hidung dan mulut secara sempurna.

Rubber dam isolation

Rubber dam dapat digunakan dalam prosedur

operasi untuk mengurangi saliva dan darah yang

terkontaminasi aerosol. Penggunaan rubber dam ini

dapat juga memberikan gambaran yang jelas pada

jaringan yang diretraksi.

10

Latex glove vinyl glove

11

`

Eye shield face

mask

Apron rubber dam isolation

Immunization procedures

Praktisi sebaiknya memiliki kebijakan tertulis

dalamvaksinasi ( termasuk administrasi pendorong)

untuk semua staff, dan menjaga catatan imunisasi

mereka yang up to date. Di UK, vaksinasi untuk

hepatitis B, TBC dan rubella (untuk perempuan) sudah

12

direkomendasikan untuk staff clinical dental, dengan

tambahan immunisasi rutin untuk melawan tetanus,

poliomyelitis dan diphteri.

Berikut ini adalah vaksin-vaksin yang sebaiknya pekerja

gigi miliki:

1. Vaksin BCG

2. Vaksin Poliomyelitis (polio adalah penyakit sangat

menular yang disebabkan oleh berbagai jenis virus

polio. Menyebar melalui kotoran dan partikel udara,

virus polio biasanya hanya menyebabkan penyakit

ringan. Namun, beberapa manifestasi yang lebih

serius dari penyakit ini termasuk meningitis, dapat

menyebabkan kelumpuhan luas.)

3. Vaksin MMR (measles-mumps-rubella) (penyakit

exanthematous akut virus yang dapat menyebabkan

malformasi janin jika terjangkiti selama trimester

pertama kehamilan.)

4. Vaksin DPT (diphteri-tetanus-pertussis)

5. Tetanus toxoid

6. Vaksin hepatitis B

7. Vaksin influenza

Disinfection

Instrument- cleaning, sterilization and storage

Use of disposables

13

Penggunaan sekali pakai untuk gloves dan face mask.

Laboratory asepsis

Praktisi gigi secara teratur mengirimkan bahan klinis ke

laboratorium. laboratorium harus dianggap sebagai daerah yang

bersih(tidak terkontaminasi), dan sesuai dengan protokol untuk desinfeksi

permukaan dan material, serta pembaharuan teratur dan tepat waktu dari

solusi desinfektan. Darah dan saliva yang ada pada sampel yg dibawa ke

laboratorium harus dibersihkan dengan hati-hati dengan cara dibersihkan

dengan air mengalir ataupun diberi disinfektan, bila perlu dimasukkan ke

dalam kantung plastik sblm dibawa ke laboratory.

Specimen mikrobiologis yang dikirim ke laboratorium sebaiknya

dikantongi dengan aman untuk menghindari kontaminasi dengan orang

yang mengurus specimen tersebut. Formulir permintaan harus terpisah

untuk mencegah kontaminasi. Specimen biopsy sebaiknya dimasukkan ke

wadah yang kokoh untuk mencegah kontaminasi.

Disposal of waste

pembuangan limbah medis harus mengikuti peraturan lokal dan

federal. Pastikan bahwa petugas kesehatan yang menangani dan

membuang limbah berpotensi infektif dilatih dalam menangani limbah tsb

dengan tepat dan metode-metode pembuangan limbah harus diberitahu

juga.

limbah medis di fasilitas pelayanan kesehatan gigi

Sebaiknya menggunakan kode berwarna atau wadah

berlabel untuk mencegah kebocoran (bag biohazard

misalnya). semua benda tajam (terutama jarum), tisu atau

14

darah dianggap berbahaya dan harus ditangani dan dibuang

dengan tindakan pencegahan khusus. jarum sekali pakai,

pisau bedah, atau benda tajam lainnya harus ditempatkan

utuh ke dalam wadah tahan bocor sebelum dibuang.

Staff training, including continuing education

Staff training harus dilatih baik praktek maupun

teori dalam menangani control infeksi dalam bidang

kedokteran gigi. untuk staff yang sudah memiliki

pendidikan lanjut sebaiknya mereka lebih memperdalam

informasi mengenai alat, teknik, dan materi yang lebih

baru.

Aspirasi dan Ventilasi

Penggunaan high-speed aspirators secara rutin

dengan ventilasi eksternal dan ventilasi yang baik akan

meminimalisir terjadinya cross infection dari aerosol.

2.3 Prosedur Infeksi Silang

Cross Infection (Infeksi Silang)

Infeksi silang adalah suatu keadaan dimana terjadinya

penyebaran/penularan agen infeksi yang dapat terjadi di antara pasien dan

staff yang berada di lingkungan klinik atau medis. Penularan dapat terjadi

melalui kontak langsung antar manusia atau melalui objek yang telah

terkontaminasi.

Organisme yang dapat membawa atau menyebabkan infeksi silang kepada

manusia yaitu:

Manusia (Paling penting)

15

Hewan

Benda Mati

2.4 Cara Penularan Infeksi (mode of transmission)

Cara Penularan Infeksi (mode of transmission)

Definisi Infeksi

Infeksi adalah adanya/masuknya mikroorganisme dalam jaringan

atau cairan tubuh yang menimbulkan reaksi tubuh, dengan atau tanpa

penyakit.

Cara Penyebaran atau Mode Of Transmission

Penyakit infeksi dapat ditularkan kepada manusia yang sensitif melalui

beberapa cara penularan baik sevara langsung atau tidak langsung dari

orang ke orang lain dan cara penyebaranya di masyarakat.

•  Contact transmission adalah cara yang paling umum dan paling

dapat dicegah penularannya. Transmisi kontak dapat dibagi ke

dalam kontak langsung dan tidak langsung.

Dengan jaringan atau sekresi darah, ini adalah modus yang paling sering

terjadi (mis: dengan tanpa menggunakan handscone saat praktisi dengan

luka ditangan melakukan ekstraksi)

• Kontak langsung melibatkan permukaan tubuh ke kontak

permukaan tubuh dengan transfer fisik mikroorganisme.

• Kontak tidak langsung (kontaminasi silang) melibatkan kontak

tubuh permukaan dengan benda perantara yang terkontaminasi.

• Mencuci dan mengeringkan tangan dapat membantu mengurangi

penularan melalui kontak permukaan umum.

16

Mencuci tangan dengan benar, sebelum dan sesudah kontak,

menghilangkan atau secara signifikan mengurangi kemungkinan penularan

infeksi.

• Melalui Media Udara / Airborne transmission

akibat dari tetesan yang mengandung mikroorganisme menguap dan

tetap tersuspensi di udara untuk waktu yang lama. Transmisi udara

juga terjadi dengan partikel debu yang mengandung agen infeksius.

Jika bekerja di kontak dekat (3 kaki atau kurang), menutup hidung,

mulut dan mata, jika mungkin.

• Melalui Media Air / Droplet transmission

terjadi ketika partikel-partikel kecil air yang mengandung

mikroorganisme dari orang yang terinfeksi tersebar melalui udara dan

mendarat di mulut, mata, atau hidung orang lain. Tetesan dihasilkan

terutama ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara.

•  Melalui Media Vektor Penyakit

Berupa serangga dikenal sebagai arthropod borne diseases

atau sering juga disebut sebagai vector borne diseases merupakan

penyakit yang penting

dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan

bahaya kematian.

Di Indonesia, penyakit– penyakit yang ditularkan melalui

serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu antara lain

seperti  Demam Berdarah Dengue(DBD),malaria, kaki gajah.

• Common vehicle transmission

17

mengacu pada barang-barang yang terkontaminasi seperti

makanan, air, obat-obatan, dan peralatan.

2.5 Sterilisasi, Disinfeksi dan Antisepsis

Pengertian Sterilisasi, disinfeksi, antiseptis

Sterilisasi adalah proses membunuh mikroorganisme pada bakteri

dan objek.

Disinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh jasad renik yang

bersifat patogenik dengan cara kimia atau fisik. Semua desinfektan

efektif terhadap sel vegetative tetapi tidak selalu efektif terhadap

sporanya.

Antiseptis adalah penerapan agen kimia eksternal di permukaan

hidup untuk menghancurkan microorganisme atau menghambat

pertumbuhan mereka.

2.6 Metode dan Proses Sterilisasi di Bidang Kedokteran Gigi

Proses Sterilisas

Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode :

1. Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)

2. Pemanasan kering (oven)

3. Uap bahan kimia (chemiclave)

Metodesterilisasi yang tidak digunakan pada kedokteran gigi adalah gas etilen

oksida dan radiasi gamma (yang digunakan pada pabrik alat-alat dari plastik) dan

filtrasi (yang digunakan untuk mensterilkan obat suntik).

18

1. Pemanasanbasahdengantekanantinggi (autoclave)

Siklus sterilisasi dari 134 derajat Celcius selama 3 menit pada 207

kPa untuk instrumen yang dibungkus maupun yang tidak dibungkus. Cara

kerja dari autoclave sama dengan pressure cooker. Uap jenuh lebih efisien

membunuh mikroorganisme dibandingkan dengan perebusan maupun

pemanasan kering (oven). Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 121

derajat Celcius pada 15 psi selama 15 menit atau 132 derajat Celcius pada

30 psi selama 3-7 menit untuk mensterilkan instrumen yang tidak

dibungkus, tambahkan 5 menit untuk instrumen yang dibungkus.

Instrumen tersebut dapat dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon,

aluminium foil, atau plastik yang dapat menyalurkan (permeable) uap.

Pemanasan ini paling efektif.

Saat air dipanaskan di tempat tertutup, titik didihnya meningkat

bersamaan dengan temperature uap yang dihasilkan.Contohnya, 104 kPa

suhu uapnya 121 derajat Celcius. Fenomenainilah yang menjadi prinsip di

dalam sterilisasi autoclave. Pengeringan dapat diakselerasi dengan cara

dihisap panasnya dan udara yang sudah tersaring masuk ke dalam ruang.

Ada 2 tipeAutoclave :

1. Pre-vacum Autoclave

Udara terevakuasi dari ruangan metal dengan vakum

penghisap. Paling banyak digunakan di unit pensterilan pusat di

Rumah Sakit. Sekarang menjadi popular di bidang kedokteran

gigi. Dan lebih diinginkan untuk kegiatan rutin kedokteran gigi

dari pada tipe Gravity Displacement Autoclave.

2. Gravity Displacement Autoclave

Bekerja dengan prinsip berpindahnya udara yang di bawah dan

udara yang di atas ruangan di ganti dengan uap yang baru

masuk. Meski ini popular, tetapi tidak di rekomendasikan.

19

Siklussterilisasi (dengan Autoclave atau hot-air oven), dibagi3 :

1. Heating-up period

2. Holding period

3. Cooling

Penggunaan yang baikuntuk bench-top autoclave :

- Autocalve tidak boleh diisi dengan beban yang berlebihan

- Tempat air harus di cek setiap hari

- Autoclave harus diservis secaraberkala

- Indicator mekanik autoclave harus diperhatikan secara rutin

sebagai control kualitas

2. Pemanasan kering (oven)

Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif

dibandingkan dengan pemanasan basah dengan tekanan tinggi.

Akibatnya dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi 160 derajatCelcius/

170 derajat. Celcius dan waktu yang lebih lama (2 jam/1 jam) untuk

proses sterilisasi. Menurut Nisengarddan Newman (1994) suhu yang

dipakai adalah 170 derajat Celcius selama 60 menit, untuk alat yang

dapat menyalurkan panas adalah 190 derajat Celcius, sedang untuk

instrumen yang tidakdibungkus 6 menit.

3. Sterilisasi uap bahan kimia(chemiclave)

Kombinasi dariformaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138

kPa merupakan cara sterilisasi yang efektif. Kerusakan

mikroorganisme diperoleh dari bahan yang toksik2dans uhutinggi.

Sterilisasi dengan uap bahan kimia bekerja lebih lambat dari autoclave

(30 lawan 15-20 menit pada 138-176 kPa selama 30 menit setelah

tercapai suhu yang dikehendaki).

20

Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat

dirusak oleh bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi.

Umumnya tidak terjadi karatan apabila instrument telah benar-benar

kering sebelum disterilkan karena kelembaban yang rendah pada proses

ini sekitar 7-8%. Bahankimia yang dipakai adalah campuran dari

alkohol, formaldehid, keton, aseton, dan air. Keuntungan dari sterilisasi

dengan uap bahankimia adalah lebih cepat dibandingkan dengan

pemanasan kering, tidak menyebabkan karat pada instrument atau bur

dan setelah sterilisasi diperoleh instrumen yang kering. Namun

instrument harus diangin-angin kan untuk mengeluarkan uap sisa bahan

kimia.

Pembungkusan instrumen yang dianjurkan pada metoda ini

adalah kain muslin, kertas, dan plastik yang “tembus” (permeable) uap

ataunilon.

Penyimpanan dari alat-alat yang steril. Setelah sterilisasi,

instrument harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang

baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena

penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrument tersebut

tidak sterillagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana

instrument itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus.

Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal

seperti pada lemari atau laci yang dapat dengan mudah didesinfeksi.

Pembungkus instrument hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan,

apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.

2.7 Cara Menyimpan dan Perawatan Instrument yang Steril

21

Penyimpanan dan perawatan instrumen yang steril

Tujuannya : Agar instrumen yang sudah di sterilisasi tetap dalam

keadaan steril ketika akan digunakan.

Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai.

Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri,

karena penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen

tersebut tidak steril lagi.

Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana instrumen itu

disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang

tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti pada

lemari atau laci yang dapat dengan mudah didesinfeksi. Pembungkus

instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam

waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.

2.8 Metode Disinfeksi

Disinfeksi oleh panas

Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan atau minuman

dengan tujuan membunuh organisme yang merugikan seperti bakteri, virus, dan

protozoa.

Pasteurisasi dinamai setelah penemuan Louis Pasteur bahwa penghangat

ruangan yang ringan mencegah pembusukan anggur dengan membunuh mikroba

yang tidak diinginkan secara selaktif. Perlakuan yang sama sekarang diterapkan

pada susu untuk menunda pengasaman karena aktivitas mikroba. Temperatur

untuk memanaskan susu ditingkatkan menjadi 63-66˚C untuk 30 menit atau

(dalam metode flash) 72˚C untuk 15 detik. Prosedur ini menjadikan susu aman

dari kontaminasi dengan Mycobacterium tuberculosis, Campylobacter, dan

patogen lainnya.

22

Perlu dicatat bahwa pasteurisasi bukanlah proses sterilisasi.

Perebusan dalam air

Jika periode mendidih pendek, spora bakteri dapat bertahan hidup; karena

itu, perebusan dalam air tidak memadai untuk sterilisasi instrumen gigi.

Metode- metode fisik; ultrasonics

Ultrasonic merupakan cara yang efektif mengganggu membran sel mikroba dan

digunakan untuk menghilangkan kotoran sebelum proses autoclaving.

Metode Kimia

1. Membrane active disinfectans : disinfectan yang merusak membrane sel

bakteri yang menyebabkan penutupan jalan keluar dari komponen bakteri.

Contoh: cholrxidine, quaternary ammonium compounds, alcohol dan fenol

2. Fiksasi membran sel dan penuturan komponen (formaldehyde dan

glutarablehyde)

3. Oksidasi komponen sel

Contoh : disinfektan halide (hipoklorit dan bromida)

2.9 Agen Disinfeksi dan Antiseptic yang biasa digunakan Kedokteran Gigi

1. Alkohol

Etil alkohol dan prophyl alkohol 70% dalam air sangat berguna untuk

antiseptik bagi kulit sebelum penyuntikan dan pencucian tangan sebelum

operasi. Kombinasi alkohol dan aldehid digunakan untuk disinfeksi

permukaan, namun penggunaan alkohol dengan tujuan ini tidak dianjurkan

karena alkohol cepat menguap, sehingga efeknya cepat menghilang.

Kekurangan lainnya yaitu alkohol mudah terbakar, tidak aktif melawan

spora, dan mudah diinaktivasi oleh bahan organik. Tetapi meskipun

23

demikian, alkohol masih tetap populer karena harganya yang relatif

murah, mudah tersedia dan mudah larut dalam air.

2. Aldehid

Dibeberapa daerah Glutaraldehid merupakan desinfektan alat kedokteran

gigi paling populer, tetapi mengiritasi kulit. Digunakan terutama dalam

“cold-sterilization” atau disinfeksi peralatan yang high-level. Semua

aldehid merupakan disinfektan berpotensi tinggi. Keaktifan aldehid

dipengaruhi oleh pH , ketika pH asam maka aldehid menjadi aktif dan

menjadi lebih tidak stabil.

3. Bisguanid

Klorheksidin merupakan salah satu golongan bisguanid, digunakan secara

luas dalam kedokteran gigi sebagai antiseptik dan pencegahan terhadap

pembentukan plak gigi. Sebagai contoh larutan 0,4% klorheksidin dalam

detergen ditujukan untuk antiseptik persiapan operasi, sedangkan larutan

0,2% klorheksidin glukonat diterapkan pada bahan anti plak. Larutan

dengan konsentrasi klorheksidin 2% dipakai sebagai disinfeksi geligi

tiruan. Klorheksidin merupakan molekul bisguanid yang katodik,

disediakan dalam bentuk garam asetat, diglukonat, hidroklorida, dan nitrat.

Bahan ini aktif terhadap organisme gram-positif dan gram-negatif, tetapi

tidak untuk Mycobacterium tubercolosis.

4. Senyawa halogen

Hipoklorit dan povidon-iodin bahan oksidator yang membebaskan ion

halogen. Meskipun murah dan efektif tetapi mampu menyebabkan logam

menjadi rusak atau berkarat dan cepat sekali diinaktivasi oleh bahan

organik.

5. Fenol

Desinfektan yang termasuk fenol dapat berupa cairan bening, terlarut atau

cairan berwarna hitam/putih (tetapi cairan hitam/putih ini tidak digunakan

di kedokteran gigi). Tidak mengiritasi kulit dan digunakan untuk

dekontaminasi yang kotor karena fenol ini tidak mudah terdegradasi oleh

bahan organik. Dapat membunuh sebagian besar bakteri, fenol banyak

24

digunakan di rumah sakit dan laboratorium. Kloroksilenol juga merupakan

fenol yang tidak mengiritasi, digunakan secara universal sebagai

antiseptik, tidak terlalu aktif dalam membasmi kuman, penggunaannya

terbatas hanya untuk disinfeksi domestic. Contoh : dettol.

BAB III

25

KESIMPULAN

Secara umum sterilisasi,desinfeksi dan antisepsis adalah upaya yang dilakukan

untuk membunuh atau mengurangi tingkat mikroorganisme untuk kepentingan

klinis atau sanitasi. Sterilisasi dibidang kedokteran gigi sangatlah penting karena

berkaitan dengan penularan mikroorganisme dari petugas kesehatan dengan

pasien atau sebaliknya(infeksi silang). Untuk menghindari terjadinya infeksi

silang tersebut, kita harus mengetahui sumber-sumber penyebab infeksi

khususnya di bidang kedokteran gigi yang paling berbahaya adalah orang

pembawa penyakit tersebut, jika peralatan tidak dibersihkan dengan prosedur

yang benar maka instrumen tersebut bisa menularkan penyakit pada pasien

lainnya.

Prosedur untuk mengontrol infeksi di bidang kedokteran gigi sangatlah

penting seperti perlindungan pribadi, imunisasi, penyimpanan dan sterilisasi

instrumen,desinfeksi, pengunaan sekali pakai dan laboratorium asepsis. Penularan

infeksi silang bisa melalui manusia, hewan, dan benda mati seperti virus. Metode-

metode yang dapat digunakan untuk sterilisasi yaitu dengan autoklaf, chemiclaf

dan dry-heat sterilisation.Sedangkan metode desinfeksi seperti pasteurisasi,

menggunakan metode fisik atau ultrasonik dan metode kimia untuk merusak

membran sel bakteri.

Beberapa agen desinfeksi dan antiseptik yang dapat digunakan di

kedokteran gigi yaitu agen fisik (sinar matahari, pengeringan,panas, radiasi) dan

agen kimia (fenol, kresol, aldehida, alkohol dan pewarna). Setelah melakukan

prosedur sterilisasi dengan baik, instrumen yang sudah steril disimpan dan dirawat

dengan baik salah satunya dengan disimpan di instrument storage cabinet agar

tidak terkontaminasi lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Samaranayake L. 2012. Essentials Mikrobiology for Dentistry.Elsevier : Churchill

26

Livingstone

http://www.gppro.com/healthsmart/modesoftransmission.asp

27