makalah spm

38
1 STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATA KULIAH ADMINISTRASI RUMAH SAKIT Oleh Kelompok 2 : Nabella Kusuma (101111128) Diva Madya Resdwivani (101111132) Ilham Akbar (101111139) Anda Desi Puspita (101111141) Bagus Ali Fikri (101111160) Amadea Ukhtikasari (101111161) Anantya Wira Pambudhi (101111166) Aghnes Khen P. A (101111174) Riska Nur Safitri (101111192) Ahmad Chandra (101111193) Ajeng Ratna Yuliandari (101111198) Fransisca Anggiyostiana Sirait (101111222) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

Upload: niken-grah-prihartanti

Post on 18-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Makalah SPM

TRANSCRIPT

  • 1

    STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

    MATA KULIAH ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

    Oleh Kelompok 2 :

    Nabella Kusuma (101111128)

    Diva Madya Resdwivani (101111132)

    Ilham Akbar (101111139)

    Anda Desi Puspita (101111141)

    Bagus Ali Fikri (101111160)

    Amadea Ukhtikasari (101111161)

    Anantya Wira Pambudhi (101111166)

    Aghnes Khen P. A (101111174)

    Riska Nur Safitri (101111192)

    Ahmad Chandra (101111193)

    Ajeng Ratna Yuliandari (101111198)

    Fransisca Anggiyostiana Sirait (101111222)

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    2012

  • 2

    Bab I

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu

    pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh

    setiap warga secara minimal. Sesuai dengan amanat Pasal 11 ayat (4) dan Pasal

    14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang

    Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun

    2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, SPM diterapkan pada Urusan

    Wajib Daerah terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik di Provinsi

    maupun Kabupaten/Kota.

    Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tabun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang

    berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3)

    dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

    kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

    Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan

    merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

    mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan

  • 3

    kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat

    kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang

    beragam, berinteraksi satu sama lain.

    Pada Keputusan menteri kesehatan RI nomor 228/Menkes/SK/III/2002

    tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal (SPM) Rumah Sakit,

    juga sudah ditetapkan sejelas-jelasnya mengenai SPM tersebut. Oleh sebab itu

    kelompok kami menulis makalah ini sebagai bahan tinjauan untuk mengetahui

    lebih jelas mengenai Standar pelayanan minimal rumah sakit.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Mengetahui pengertian dan konsep dasar dari SPM

    1.2.2 Mengetahui peran fungsi SPM

    1.2.3 Mengetahui prinsip penyusunan SPM

    1.2.4 Mengetahui unsur SPM Rumah Sakit

    1.2.5 Mengatahui format penyusunan SPM Rumah Sakit

    1.2.6 Mengetahui pengertian dan konsep KPI Rumah Sakit

  • 4

    Bab II

    Pembahasan SPM

    2.1 Pengertian SPM (Standar Pelayanan Minimum) dan Rumah Sakit

    Pengertian standar pelayanan minimal merupakan suatu istilah dalam

    pelayanan publik (public policy) yang menyangkut kualitas dan kuantitas

    pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah. Juga sebagai salah satu

    indikator teknis tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan

    Layanan Umum kepada masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

    Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kurative dan

    rehabalitatif yang menyediakan pelayanan rawap inap, rawat jalan, dan gawat

    darurat.

    Standar Pelayanan Minimal bagi Rumah Sakit adalah ketentuan tentang jenis

    dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah dalam bidang

    kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dalam

    penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit yang meliputi pelayanan

    medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun

    rawat jalan yang minimal harus ada dan diselenggarakan oleh rumah sakit.

  • 5

    2.2 Peran dan Fungsi SPM

    Standar pelayanan minimal ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi

    suatu daerah dalam suatu pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan

    pertanggung jawaban penyelenggaraan SPMRS.

    SPM ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman tentang definisi

    operasional, indikator kinerja, ukuran atau satuan, rujukan, target nasional untuk

    tahun 2007-2012, cara perhitungan/rumus/pembilang dan penyebut/standar/satuan

    pencapaian kinerja dan sumber data.

    2.2.1 Fungsi SPM terhadap Rumah Sakit :

    SPM dalam Rumah Sakit digunakan sebagai acuan dalam membuat kebijakan

    mengenai standar yang harus ada dan diselenggarakan oleh rumah sakit. Oleh

    karena itu dengan adanya standar pelayanan medik pada rumah sakit ini, maka

    akan dapat mengendalikan mutu dari rumah sakit itu sendiri yang pada akhirnya

    nanti akan memberikan dampak ke pasien, yang diperlihatkan melalui kepuasan

    pasien terhadap pelayanan di suatu rumah sakit.

    2.2.2 kegunaan SPM dalam organisasi

    a. Perumusan kebijakan teknis bidang Rumah Sakit Umum

    b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai dengan

    lingkup tugasnya;

  • 6

    c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92;

    d. Pengelolaan ketatausahaan;

    e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai

    dengan tugas dan fungsinya.

    2.2.3 Tujuan Dari Rumah Sakit

    a) Melaksanakan pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis

    b) Melaksanakan pelayanan medis tambahan dan pelayanan penunjang medis

    tambahan,

    c) Melaksanakian pelayanan kedokteran kehakiman

    d) Melaksanakan pelayanan media khusus

    e) Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan

    f) Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi

    g) Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial

    h) Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan

    i) Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal

    (observasi)

    j) Melaksanakan pelayanan rawat inap

    k) Melaksanakan pelayanan administratif

    l) Melaksanakan pendidikan para medis

    m) Membantu pendidikan tenaga medis umum dan tenaga medis spesialis

  • 7

    n) Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan

    o) Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi

    2.2.4 Tujuan dari penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM), antara lain :

    1. Meningkatkan pemahaman yang holistik/menyeluruh dan terpadu dalam

    penerapan dan pencapaian SPM.

    2. Menyamakan pemahaman tentang definisi operasional indikator kinerja,

    ukuran atau satuan, rujukan, dan target nasional.

    3. Membangun komitmen dan tindak lanjut untuk penerapan dan pencapaian

    SPM.

    4. Menyediakan panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan perencanaan,

    pelaksaaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban

    penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal.

    5. Membangun dasar dalam penentuan anggaran kinerja berbasis manajemen

    kinerja.

    6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses

    penyelenggaraan Pemerintahan.

  • 8

    2.2.5 Fungsi SPM secara Umum :

    1. Bagi pemerintah daerah : standar pelayanan minimal dapat dijadikan tolak

    ukur (benchmark) dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai

    penyediaan pelayanan;

    2. Bagi masyarakat : standar pelayanan minimal dapat digunakan sebagai acuan

    mengenai kualits dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan oleh

    pemerintah (daerah).

    Contoh Fungsi SPM di beberapa bidang :

    1. Bidang otonomi daerah, berfungsi;

    1. Pertama, didasarkan kemampuan daerah masing-masing, maka

    sulit bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan semua

    kewenangan/fungsi yang ada. Keterbatasan dana, sumber daya

    aparatur, kelengkapan, dan faktor lainnya membuat pemerintah

    daerah harus mampu menentukan jenis pelayanan minimal yang

    harus disediakan bagi masyarakat.

    2. Kedua, dengan munculnya SPM memungkinkan bagi pemerintah

    daerah untuk melakukan kegiatannya secara lebih terukur.

    3. Ketiga, dengan SPM yang disertai tolak ukur pencapaian kinerja

    yang logis dan riil akan memudahkan bagi masyarakat untuk

  • 9

    memantau kinerja aparatnya, sebagai salah satu unsur terciptanya

    suatu penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

    2. Bidang Pendidikan meliputi;

    1. Tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota yang menjadi

    tupoksi dinas pendidikan untuk sekolah atau kantor departemen

    agama untuk madrasah (misalnya, penyediaan ruang kelas dan

    guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi maupun kompetensi)

    2. Tanggung jawab tidak langsung pemerintah kabupaten/kota c/q

    Dinas Pendidikan dan kantor kementrian agama karena layanan

    diberikan oleh pihak sekolah dan madrasah, para guru dan tenaga

    kependidikan, dengan dukungan yang di berikan oleh pemerintah

    kabupaten/kota dan kantor kementrian agama (contoh: persiapan

    rencana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa terjadi di

    sekolah, dilaktapi dlaksanakan oleh guru tetapi diawasi oleh

    Pemerintah Kabupaten/Kota).

    2.3 Prinsip Penyusunan SPM

    Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang

    Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal Bab IV

    PRINSIP PENYUSUNAN DAN PENETAPAN SPM Pasal 10 :

  • 10

    Dalam menyusun dan menetapkan SPM, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah

    Non-Departemen memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a) Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-

    unit kerja yang ada pada departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen

    yang bersangkutan;

    b) Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami;

    c) Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau

    prosedur teknis.

    d) Terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisa;

    e) Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat;

    f) Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan dasar

    lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia;

    g) Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada public; dan

    h) Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan

    keuangan, kelembagaan, dan personil dalam pencapaian SPM.

    Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas perayanan kesehatan perorangan

    merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

    mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan

    di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Pada

    hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan

    pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang

  • 11

    merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan

    mesyarakat.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang

    Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal BAB I ayat 6

    menyatakan : Standar pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah

    ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

    daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Ayat 7. Indikator

    SPM adalah tolak ukur untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk

    menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuh didalarn pencapaian suatu

    SPM tertentu berupa masukan, proses, hasil dan atau manfaat pelayanan.

    Ayat 8. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak

    untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial ekonomi dan

    pemerintahan.

    Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

    Keuangan Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan standar pelayanan

    minimal adalah tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu

    pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.

    Definisi Operasional

    1. Jenis Pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh Rumah

    Sakit kepada masyarakat.

  • 12

    2. Mutu Pelayanan

    3. Dimensi Mutu adalah suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap

    jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas, efisiensi, keselamatan

    dan keamanan kenyamanan, kesinambungan pelayanan kompetensi teknis dan

    hubungan antar manusia berdasarkan standa WHO.

    4. Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu

    organisasi dalam menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau

    barang kepada pelanggan.

    5. Indikator Kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

    keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap

    perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolak ukur prestasi kuantitatif

    / kualitatif yang digunakan untuk mengukur terjadinya perubahane terhadap

    besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

    6. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu

    yang harus dicapai.

    7. Definisi operasional: dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari

    indikator

    8. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber

    data untuk tiap indikator

  • 13

    9. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator

    kinerja yang dikumpulkan

    10. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus

    indikator kinerja

    11. Penyebut (denominator) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus

    indikator kinerja

    12. Standar adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa dicapai

    13. Sumber data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan

    dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan

    2.4 Unsur SPM Rumah Sakit

    Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis

    pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit.

    Jenis jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit

    meliputi:

    1. Pelayanan gawat darurat,

    2. Pelayanan rawat jalan,

  • 14

    3. Pelayanan rawat inap,

    4. Pelayanan bedah ,

    5. Pelayanan persalinan dan perinatologi ,

    6. Pelayanan intensif,

    7. Pelayanan radiologi,

    8. Pelayanan laboratorium patologi klinik,

    9. Pelayanan rehabilitasi medik,

    10. Pelayanan farmasi,

    11. Pelayanan gizi,

    12. Pelayanan,

    13. Pelayanan keluarga miskin,

    14. Pelayanan rekam medis,

    15. Pengelolaan limbah,

    16. Pelayanan administrasi manajemen,

    17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah,

    18. Pelayanan pemulasaraan jenazah,

  • 15

    19. Pelayanan laundry,

    20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit,

    21. Pencegah Pengendalian Infeksi.

    2.5 Posisi SPM dalam Pembangunan Kesehatan

    Pembangunan kesehatan merupakan salah satu paradigma yang hendak

    dibentuk oleh pemerintah dalam usaha menciptakan masyarakat yang sehat. Sesuai

    dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang

    Pembangunan Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025, pembangunan kesehatan

    diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

    bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat

    terwujud. Sebagai bentuk kontrol target dan indikator pencapaian tujuan

    pembangunan kesehatan inilah pentingnya adanya SPM.

    Dalam Undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan

    diselenggarakan dengan mendasarkan pada:

    a. Perikemanusian

    Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip perikemanusiaan

    yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga kesehatan perlu berbudi luhur,

  • 16

    memegang teguh etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip

    perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

    b. Pemberdayaan dan Kemandirian

    Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan,

    berkewajiban, dan bertanggungjawab untuk memelihara dan meningkatkan

    derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.

    Pembangunan kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran

    aktif masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan

    pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian

    bangsa dan semangat solidaritas sosial serta gotong royong.

    c. Adil dan Merata

    Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan

    yang setinggi-tingginya, tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status

    sosial ekonominya. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan

    setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang, serta

    berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

    d. Pengutamaan dan Manfaat

    Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan

    umum daripada kepentingan perorangan atau golongan. Upaya kesehatan

  • 17

    pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan

    peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

    Posisi SPM dalam Pembagian urusan pemerintahan

  • 18

    Berikut ini skema Keterkaitan antara SPM, SOP dan SPP

  • 19

    Bagaimana Membedakan SPM dengan SOP ?

    Perbedaan SPM dengan SOP :

    SPM merupakan penyediaan pemberian pelayanan dasar kepada masyarakt dan

    merupakan pelaksanaan urusan wajib.

    SOP lebih merupakan pemberian pelayanan terhadap unit kerja lainnya.

    Konsep SPM merupakan reformasi birokrasi khususnya dalam bidang pelayanan

    publik terus digulirkan walau belum membuahkan hasil yang ideal, yaitu birokrasi

    yang berpijak kepada paradigma baru administrasi publik (the new public service),

    melalui upaya :

    1. Melayani warga masyarakat, bukan pelanggan

    2. Mengutamakan kepentingan publik

    3. Lebih menghargai kepentingan warga negara daripada kewirausahaan

    4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis

    5. Menyadari bahwa akuntabilitas bukan sesuatu yang mudah

  • 20

    6. Melayani daripada mengendalikan

    7. Menghargai orang lain, bukan produktivitas semata

    ( J. V Denhardt dan R,B Denhardt, 2003)

    2.6 Format SPM Rumah Sakit

    Menyusun SPM tidak mudah. Diperlukan komitmen dari seluruh komponen

    yang ada di rumah sakit untuk menyepakati mengenai indikator yang akan digunakan

    untuk mengukur mutu pelayanan, cara mengukurnya, batas waktu pencapaian, dan

    sebagainya, hingga alokasi anggaran yang diperlukan untuk mencapai SPM tersebut.

    Menurut Permendagri No. 61 Tahun 2007, format SPM untuk Badan Layanan Umum

    Daerah adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.6.1 Formay SPM Rumah Sakit

    Sebuah Standar Pelayanan Minimal harus memuat komponen: indikator,

    dimensi mutu, tujuan indikator, rasionalisasi, definisi termonilogi yang akan

    digunakan, frekuensi updateing (pengumpulan) data, periode dilakukannya analisis,

    numerator (pembilang), denominator (penyebut), standar pencapaian (treshold/target)

    dan sumber data (nominator dan denominator).

  • 21

    Tabel 2.6.2 Indikator Standar Pelayanan Minimal

    Untuk menyusun SPM secara utuh, poin poin yang ditetapkan sebagai

    indikator SPM akan dituangkan kedalam Perda dengan menggunakan outline atau

    kerangka yang dapat digunakan sebagai berikut.

    Bab I Pendahuluan yang terdiri dari;

    o Latar Belakang

    o Maksud dan tujuan

    o Pengertian umum dan khusus

    o Landasan Hukum

  • 22

    Bab II Sistematika Dokumen Standar Pelayanan Minimal Rumahsakit

    Bab III Standar Pelayanan Minimal Rumahsakit.

    o Jenis Pelayanan

    o SPM setiap jenis pelayanan,Indikator dan Standar

    Penutup

    Lampiran

    Kesimpulan

    Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu

    pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap

    warga secara minimal. SPM juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur

    pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat.

    SPM merupakan panduan bagi daerah dalam melaksanakan perencanaan,

    pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan standar

    pelayanan minimal rumah sakit. SPM bertujuan untuk menyamakan pemahaman

    tentang definisi operasional, indikator kinerja, ukuran atau satuan rujukan, cara

    perhitungan atau satuan pencapaian kinerja dan sumber data.

  • 23

    Bab III

    Pembahasan Key Performance Indicator

    3.1 Pengertian Key Performance Indicator (KPI)

    Semua orang yang tergabung ke dalam sebuah organisasi pasti memiliki tugas

    dan tanggung jawab sesuai perannya. Dibutuhkan sebuah alat yang disebut Key

    Performance Indicator dalam melakukan tugas untuk mengarahkan keberhasilan

    mencapai tujuan. Menurut Australian Government, Department of Finance and

    Administration (2006), pengertian Key Performance Indicator (KPI) adalah sebagai

    berikut.

    a. Are metrics or factors that tend to indicate the health, progress and/or

    success of a project, process or area of service delivery.

    KPI digunakan sebagai alat ukur kinerja strategis organisasi yang dapat

    mengindikasikan kesehatan dan perkembangan organisasi. Selain itu, KPI

    juga dapat mengukur keberhasilan program atau penyampaian pelayanan

    untuk mewujudkan sejumlah target atau sasaran organisasi. Key Performance

    atau dalam bahasa Indonesia yang berarti kunci keberhasilan terdiri dari

    beberapa indikator. Agar lebih maksimal jumlah indikator yang digunakan

    sebaiknya enam sampai delapan indikator.

    b. Are process-oriented.

  • 24

    KPI adalah alat ukur yang berorientasi pada proses, terutama bila kegiatan

    yang dilakukan dibatasi oleh waktu dan dana. KPI tidak berorientasi pada

    input suatu kegiatan, sebab dapat memakan waktu yang lama dan

    membutuhkan dana besar. KPI idealnya mencakup input dan proses yang

    baik agar hasil pada output menjadi baik pula.

    c. Focus on resources and processes that are most likely to lead to successful

    outcomes.

    KPI berfokus pada sumber daya dan proses untuk memperoleh hasil yang

    maksimal. Performance suatu proses diukur atau ditunjuk melalui suatu

    indikator kinerja atau KPI. Lebih lanjut, KPI merupakan kunci terhadap

    bisnis atau kesuksesan, bukan hanya ukuran seadanya dari suatu proses.

    d. Are usually short, focused, relevant, measurable, repeatable and

    consistent.

    KPI yang disusun harus singkat, terfokus, relevan, dapat diukur, dapat

    diulang, dan konsisten. KPI yang disusun terlalu panjang biasanya menjadi

    kurang terfokus pada cakupan yang akan diukur. Rancangan KPI yang baik

    harus memberikan informasi secara dalam, jelas, dan tajam mengenai

    kecenderungan suatu kinerja.

  • 25

    e. Measure critical success factors.

    Indikator kinerja merupakan faktor penentu keberhasilan suatu organisasi

    yang telah ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar output yang hendak

    dicapai sudah sesuai atau bahkan dapat melebihi target. KPI adalah suatu

    performance metric yang secara nyata dan jelas terkait dengan sasaran

    strategis organisasi. KPI mampu mendorong organisasi menerjemahkan

    strateginya ke dalam terminologi yang bisa dikuantifikasi.

    KPI merupakan serangkaian pengukuran yang berfokus pada aspek kinerja

    organisasi. Dalam organisasi, pengukuran dilakukan untuk menentukan tujuan

    selanjutnya yang akan dicapai. KPI mencerminkan faktor penentu keberhasilan suatu

    organisasi dan yang digunakan tiap organisasi berbeda, tergantung jenis, sifat dan

    strategi yang digunakan oleh organisasi.

    KPI memiliki keunggulan dibandingkan dengan beberapa indikator kinerja

    lainnya, yaitu mampu mempresentasikan kinerja organisasi secara keseluruhan.

    Jumlah indikator kinerja yang dipilih sebagai KPI biasanya tidak banyak, namun

    harus mencakup semua tugas dan tanggung jawab tiap anggota agar dapat fokus pada

    keberhasilannya. Hasil pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menilai tingkat

    keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran.

    3.2 Konsep Key Performance Indicator (KPI)

  • 26

    KPI pada dasarnya adalah bagian dari Performance Indicators atau indikator

    kinerja organisasi. Keunggulan KPI dibandingkan dengan indikator-indikator

    kinerja lainnya, adalah bahwa KPI merupakan indikator kunci yang benar-benar

    mampu mempresentasikan kinerja organisasi secara keseluruhan. Jumlah

    indikator kinerja yang dipilih sebagai KPI ini biasanya tidak banyak, namun

    demikian hasil pengukuran melalui indikator tersebut dapat digunakan untuk

    menilai tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang

    telah ditetapkan.

    Adapun KPI, merujuk pada definisi yang dirumuskan dalam Performance

    Indicator Resource Catalogue yang diterbitkan oleh Australian Government,

    Department of Finance and administration (2006), adalah ukuran spesifik tentang

    kinerja organisasi dalam wilayah bisnisnya. Ukuran tersebut dapat berupa

    financial dan non-financial yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

    strategis organisasi. Sebagai alat ukur kinerja strategis organisasi, KPI dapat

    mengindikasikan kesehatan dan perkembangan organisasi, dan atau keberhasilan

    kegiatan, program atau penyampaian pelayanan untuk mewujudkan target-target

    atau sasaran organisasi.

    KPI dapat berbentuk ukuran kuantitatif maupun kualitatif. Namun demikkian,

    dalam praktek penyusunan KPI oleh berbagai organisasi public dan private,

    sebagaian besar KPI berupa ukuran kuantitatif. Hal ini dikarenakan, ukuran

    kuantitatif relatif lebih mudah digunakan dalam proses penggalian data maupun

  • 27

    pada saat pengukuran dan evaluasi. Sedangkan untuk ukuran kualitatif, biasanya

    memerlukan survey atau kegiatan penelitian sebagai upaya untuk memperoleh

    data kinerja yang diperlukan. Proses penggalian data untuk ukuran kualitatif ini

    seringkali memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

    Pemilihan terhadap bentuk KPI, apakah kuantitatif atau kualitatif, tergantung

    pada kebutuhan dan karakter organisasi. Tidak dapat dipaksakan bahwa semua

    KPI harus kuantitatif atau harus kualitatif. Adapun pertimbangan utama yang

    harus menjadi dasar dalam pemilihan KPI adalah bahwa indikator tersebut dapat

    diukur (measurable). Hal ini berarti bahwa untuk setiap KPI baik ukuran

    kuantitatif maupun kualitatif - sudah tersedia informasi tentang jenis data-data

    yang akan digali, sumber data, dan cara mendapatkan data tersebut.

    Selain kriteria dapat diukur tersebut, KPI juga harus memiliki sejumlah

    kriteria lain. Pada beberapa literatur disebutkan kriteria-kriteria KPI yang antara

    lain meliputi: Specific, Achievable, Realistic, dan Timely, yang jika digabungkan

    dengan kriteria Measurable dapat diringkas dalam akronim SMART.

    Tabel 3.2.1 Merumuskan Indikator Yang Memenuhi Kriteria SMART

    Specific

    (Spesifik atau Khusus)

    Menyebutkan dengan jelas data dan

    kemudahan akses untuk mendapatkannya

    Measureable Indikator yang dapat terukur baik secara

  • 28

    (Terukur) kuantitatif dan kualitatif

    Achievable

    (Dapat dicapai)

    Memperhitungkan kemampuan unit

    pelaksana dalam mencapai target kinerja

    yang ditetapkan

    Berada dalam rentang kendali atau

    pertanggungjawaban akuntabilitas unit kerja

    yang bersangkutan

    Reliable

    (Dapat dipercaya)

    Uji dengan Jika-Maka: Jika digunakan

    indikator kinerja tertentu, maka informasi

    mengenai tercapai atau tidaknya sasaran

    stategis dari suatu program atau kegiatan

    dapat diketahui

    Time specific

    (Periode waktu tertentu)

    Memperhitungkan rentang atau periode

    waktu pencapaian untuk analisa

    perbandingan kinerja dengan masa-masa

    sebelumnya

  • 29

    Dengan bahasa yang berbeda, Schiavo-Campo (1999) juga menguraikan kriteria-

    kriteria yang harus dipenuhi oleh KPI, yang kemudian dirumuskannya dalam

    akronim CREAM. Kriteria tersebut meliputi:

    a) Clear; KPI terdefinisikan secara jelas dan tidak memiliki makna ganda.

    b) Relevant: mencukupi untuk pencapaian tujuan, atau menangani aspek-

    aspek obyektif yang relevan.

    c) Economic: data/informasi yang diperlukan akan dapat dikumpulkan,

    diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia.

    d) Adequate: oleh dirinya sendiri atau melalui kombinasi dengan yang lain,

    pengukuran harus menyediakan dasar yang mencukupi untuk menaksir

    kinerja, dan

    e) Monitorable: dalam rangka kejelasan dan ketersediaan informasi,

    indikator harus dapat diterima bagi penilai atau evaluator kinerja yang

    independent.

    Kriteria-kriteria tersebut diatas adalah alat bantu yang efektif untuk memilih

    KPI. Indikator kinerja yang memenuhi kriteria tersebut, sudah barang tentu akan

    menjadi alat ukur yang memadai untuk mengukur perkembangan pencapaian

    tujuan organisasi.

  • 30

    Sangat penting untuk mendefinisikan secara jelas masing-masing KPI, dan

    menjadikan definisi tetap selama beberapa tahun. Tiap definisi KPI harus memuat

    judul, definisi, dan cara mengukur. Selanjutnya, setelah KPI didefinisikan dan

    siap digunakan untuk mengukur, target yang jelas harus dirumuskan dan dapat

    dipahami oleh seluruh orang. Target tersebut juga harus spesifik sehingga setiap

    individu dalam organisasi dapat mengambil tindakan dalam rangka pemenuhan

    target tersebut. Jika dipandang perlu, target tersebut juga dilengkapi dengan time

    frame, yang memberikan informasi waktu kapan target tersebut harus sudah

    diwujudkan.

    3.2 Penerapan KPI pada Lembaga Pelayanan Publik

    Bagi lembaga pelayanan publik, KPI menyediakan seperangkat pengukuran

    yang dapat digunakan untuk mengukur Critical Success factors atau berbagai

    faktor yang dianggap penting bagi keberhasilan organisasi dimasa yang akan

    datang. Dengan demikian keberadaan KPI adalah sangat penting, terutama untuk

    mengetahui kinerja lembaga tersebut terkait dengan tujuan, sasaran, visi dan misi

    yang telah ditetapkan. Sebagai katagori tertentu dari indikator kinerja, KPI

    memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut (Ismail Mohamad, 2004).

    a) Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.

    KPI yang terumuskan dengan baik, selain dapat mengindikasikan hasil

  • 31

    yang akan dicapai organisasi pada kurun waktu tertentu, juga dapat

    menegaskan kegiatan apa yang mesti dilaksanakan oleh organisasi.

    Demikian pula dengan penentuan waktu kapan kegiatan tersebut akan

    dilaksanakan dan berapa sumber daya yang dieprlukan serta hasil yang

    ditargetkan.

    b) Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk

    menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan

    kebijaksanaan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerja lembaga

    pelayanan publik. Karena KPI dapat memberikan apa yang akan dicapai

    oleh instansi, maka KPI dapat menyatukan pemahaman semua anggota

    tentang tahapan dan kriteria yang dibangun dalam menjalankan

    aktivitasnya. Selain itu, KPI juga bersifat monitorable sehingga dapat

    menghindari perbedaan pemahaman, khususnya antara evaluator dan yang

    dievaluasi tentang ukuran kinerja.

    c) Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja

    organisasi/unit kerja. Dalam proses kebijakan, evaluasi diperlukan untuk

    mengetahui kinerja suatu kebijakan dan untuk mendapatkan bahan-bahan

    pertimbangan yang diperlukan bagi perbaikan atau kelanjutan kebijakan

    tersebut.

  • 32

    Dengan adanya berbagai fungsi tersebut diatas, maka sangat penting bagi lembaga

    pelayanan publik untuk membangun KPI-nya. Namun demikian, membangun KPI

    pada lembaga pelayanan publik bukan pekerjaan yang mudah. Banyak faktor

    yang dapat menjadi tantangan dalam proses pembangunan KPI tersebut, yang

    antara lain meliputi:

    1. perbedaan karakter dasar lembaga pelayanan publik dibandingkan dengan

    lembaga private yang merupakan rumah asal konsep KPI,

    2. mind setting penyelenggara pelayanan publik yang masih cenderung

    pada old public management, dan

    3. Karakter KPI yang tidak mudah dikenali. Hal utama yang perlu

    diperhatikan oleh lembaga pelayanan publik adalah menggunakan kriteria-

    kriteria KPI (SMART, CREAM) secara konsisten dalam penetapan KPI.

    Selain itu, beberapa langkah berikut dapat dipertimbangkan dalam menyusun dan

    menetapkan KPI, meliputi:

    a) Susun dan tetapkan rencana strategis lebih dahulu. Dalam tahap ini, tujuan

    dan sasaran organisasi harus dapat dirumuskan secara jelas.

    b) Identifikasi data/informasi yang dapat dijadikan atau dikembangkan

    menjadi indikator kinerja.

    c) Pilih dan tetapkan KPI berdasarkan kriteria SMART/CREAM. Indikator

  • 33

    3.3 Unsur KPI Rumah Sakit

    KPI merupakan suatu performance metric yang secara nyata dan jelas terkait

    dengan sasaran strategis organisasi yang mampu mendorong organisasi

    menerjemahkan strateginya ke dalam terminologi yang bisa dikuantifikasi.

    Rancangan KPI yang baik memberikan informasi yang dalam, jelas dan tajam

    mengenai kecenderungan suatu kinerja, sementara itu juga didukung oleh

    ketersediaan metric yang rinci. KPI yang tepat juga membantu apakah organisasi

    sudah melakukan hal yang benar dan mengetahui apa yang perlu perbaikan

    (improvement) atau penyesuaian.

    Dan rumah sakit yang termasuk sebagai suatu lembaga yang bergerak di

    bidang kesehatan maka peran KPI sangat diperlukan dalam menjalankan

    lembaga tersebut dengan kriteria KPI sebagai berikut :

    1. Outcome-oriented bukan hanya sekedar output (keluaran dari

    proses), karena outcome memiliki pengaruh (impact).

    2. Target-based memiliki paling tidak satu nilai sasaran yang

    sensitif terhadap waktu.

    3. Rated / Graded memiliki nilai ambang (threshold) yang

    membedakan antara nilai aktual dan target.

  • 34

    Dengan tiga kriteria diatas, dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah

    sebuah metric memenuhi status sebagai KPI yang membantu untuk tetap fokus

    pada ukuran tersebut sebagai salah satu kunci menuju kesuksesan rumah sakit.

    David Parmenter (2010) berpendapat bahwa, kriteria KPI menyajikan

    serangkaian ukuran yang berfokus pada beberapa aspek kinerja organisasi dalam

    menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan. Kriteria KPI menurut David

    Parmenter adalah :

    a) Bukan pengukuran yang bersifat moneter

    Suatu organisasi menggunakan satuan mata uang misalnya

    berupa dolar ke dalam suatu pengukuran, maka yang diukur adalah

    indikator hasil bukan indikator kinerja. Mengukur indikator kinerja

    seperti yang terdapat pada SPM Kesehatan 2010 berarti mengukur

    cakupan kunjungan ibu hamil minimal empat bulan. Sedangkan

    mengukur indikator hasil adalah kenaikan pendapatan rumah sakit,

    atau keuntungan yang diperoleh rumah sakit.

    b) Harus diukur secara berkala

    KPI harus dipantau setiap hari atau setiap minggu sebab

    apabila dipantau tiap bulan atau tiap tahun maka tidak bisa menjadi

    indikator yang efektif. KPI adalah pengukuran yang berorientasi pada

    saat ini dan masa depan. Misalnya, jumlah pasien berobat yang

  • 35

    ditargetkan datang pada bulan depan atau jumlah peserta aktif KB

    pada bulan depan.

    c) Pelaku adalah direktur beserta tim manajemen senior

    KPI dikendalikan oleh direktur beserta tim manajemen senior

    dengan dibantu beberapa staf yang terkait untuk dibahas bersama.

    Pembahasan terbatas dengan direktur bukanlah sesuatu yang

    diinginkan oleh staf untuk diulang kembali. Sebagai upaya untuk

    mengatasi hal tersebut, sikap inovatif dan proses yang produktif harus

    dilakukan guna mencegah terjadinya pengulangan pembahasan.

    d) Menjelaskan tindakan yang dilakukan oleh staf (staf dapat

    memahami pengukuran dan mengetahui yang harus diperbaiki)

    Staf memiliki tugas tertentu dalam mencapai target kinerja

    organisasi yang akan dicapai. Berkaitan dengan hal tersebut, KPI

    harus menjelaskan rincian indikator yang ditargetkan agar dapat

    dipahami dan dikerjakan sesuai tugas staf. Apabila terjadi hal yang

    tidak sesuai target, maka staf mengerti hal yang harus diperbaiki.

    e) Tanggung jawab yang mengikat ke tim (direktur dapat

    memanggil seorang pemimpin tim yang dapat mengambil

    tindakan yang diperlukan)

    Beberapa staf dikelompokkan ke dalam beberapa tim dan

    setiap tim memiliki satu pimpinan. Setiap tim memiliki tugas tertentu

  • 36

    dalam mencapai target sesuai standar KPI yang telah dibuat sehingga

    diperlukan tanggung jawab yang mengikat. Hal ini perlu dilakukan

    karena apabila terjadi ketidaksesuaian dalam mencapai target maka

    tim bisa segera mengambil tindakan yang diperlukan.

    f) Memiliki dampak yang signifikan (mempengaruhi satu atau lebih

    dari faktor kesuksesan)

    Sebuah KPI harus memiliki setidaknya satu dampak atau lebih

    dari setiap faktor kesuksesan. Maksudnya, ketika direktur, manajer,

    dan staf berfokus pada penyusunan KPI maka tujuan organisasi harus

    mengena kepada semua hal. Contohnya dapat diamati pada SPM 2010

    untuk poin cakupan kunjungan ibu hamil K4 (95%).

    g) Mendorong tindakan yang tepat (memastikan KPI memiliki

    dampak positif pada kinerja)

    Sebelum menjadi sebuah KPI, indikator pengukuran memerlukan uji

    coba untuk memastikan ketepatannya. KPI harus memiliki dampak

    yang positif dalam pencapaian target yang ditentukan untuk

    mendorong tindakan yang tepat. Selain itu, KPI mempengaruhi

    perilaku anggota organisasi dalam mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan.

  • 37

    Berikut ini adalah unsur unsur yang terdapat pada rumah sakit yang dapat

    dijadikan Key Performance Indicator sebagai evaluasi berjalannya suatu rumah

    sakit :

    a. Rerata jam pelatihan/karyawan/tahun

    b. % tenaga terlatih di unit khusus (IGD)

    c. Kecepatan penanganan penderita GD

    d. % kesalahan pemeriksaan atau tindakan

    e. % kematian ibu karena pre-eklamsi dan eklamsi

    f. % infeksi nosokomial

    g. Waktu tunggu sebelum operasi elektif

    h. Baku mutu limbah cair

    i. % pasien yang menyatakan puas

    j. % kepuasan karyawan

    k. Cost Recovery Rate

    Indikator indikator inilah yang dijadikan sebagai Key Performance dalam

    evaluasi yang umumnya dilakukan oleh rumah sakit.

  • 38

    Kesimpulan

    Terdapat keterkaitan antara SPM di rumah sakit dan indikator kinerja

    pelayanan tersebut. SPM sebagai tolak ukur tentunya harus mampu menyediakan

    instrumen yang mampu menjadi pedoman kinerja. Dengan adanya KPI maka

    kualitas pelayanan kesehatan mudah dinilai. Penilaian ini sangat diperlukan

    sebagai upaya evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai

    dengan kriteria kriteria yang sudah ditetapkan di dalam teori Key Performance

    Indicator baik dalam pengukuran berupa pengkuran kuantitatif ataupun kualitatif

    sesuai yang dibutuhkan oleh rumah sakit tersebut dalam evalusai yang bertujuan

    untuk meningkatkan tingkat pelayanan kesehatan yang telah ada menjadi lebih

    baik.