makalah si kelompok 7

18
MAKALAH STUDI ISLAM BAIK BURUK, BENAR SALAH, TINJAUAN AKHLAK ISLAMI” Disusun Oleh: Ana Yuliana 1111102000000 Ida Ayu Purnama 1111102000036 Inten Novita Sari 1111102000000 Khairul Bahtiar Azhar 1111102000000 Niekha Zoelinna 1111102000000 Nova Sari Aulia 1111102000000 Kelompok: 7 Kelas: II B-D PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Upload: ida-ayu-purnama

Post on 26-Jul-2015

112 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah SI Kelompok 7

MAKALAH STUDI ISLAM

“BAIK BURUK, BENAR SALAH, TINJAUAN AKHLAK ISLAMI”

Disusun Oleh:

Ana Yuliana 1111102000000

Ida Ayu Purnama 1111102000036

Inten Novita Sari 1111102000000

Khairul Bahtiar Azhar 1111102000000

Niekha Zoelinna 1111102000000

Nova Sari Aulia 1111102000000

Kelompok: 7

Kelas: II B-D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

Page 2: Makalah SI Kelompok 7

BAIK BURUK, BENAR SALAH, TINJAUAN AKHLAK

ISLAMI

A. Antara Akhlak dan Etika

Kata “akhlak” merupakan bentuk jamak (plural) dari kata khuluk,

berasal dari bahasa Arab, berarti perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara

terminology, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu

keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Tiga

pakar di bidang akhlak yaitu Ibn Miskawaih, Al-Ghazali, dan Ahmad Amin

menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang

yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran

terlebih dahulu.

Kata akhlak, sering disinonimkan dengan moral dan etika. Ketiganya

berhubungan dengan tingkah laku manusia, juga dengan kebaikan dari

tingkah laku manusia. Namun, landasan ideologi ketiganya berbeda. Akhlak

dilandaskan dari agama, etika dilandaskan oleh pemikiran filsafat, dan moral

dilandaskan pada tradisi dan budaya.

Etika senantiasa disebut dengan ilmu tentang moralitas, yang

menyelidiki tingkah laku manusia. Sedangkan moral adalah ajaran tentang

baik, buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi

pekerti. Moral juga dituju untuk menggambarkan istilah yang digunakan untuk

menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau

perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, dan buruk. Etika menjadi

alat untuk mengkaji apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah.

Itu sebabnya kata tidak bermoral dan tidak etis berhubungan dengan apa

yang berkembang dalam tradisi serta budaya masyarakat.

Etika merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku

manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik dan buruk. Ukuran yang

digunakan untuk menilai suatu perbuatan adalah akal pikiran.

Dalam term bahasa Indonesia, etika dapat dinyatakan sebagai ilmu

tentang perilaku manusia, moral sebagai ajaran mengenai tingkah laku

Page 3: Makalah SI Kelompok 7

manusia. Itu sebabnya, akhlak dalam terminologi bahasa, ada yang disebut

akhlak mulia dan akhlak tercela.

Apabila kata “akhlak” dikaitkan dengan Islam, maka akhlak merupakan

perilaku yang dibangun berdasarkan nilai-nilai Islam. Karenanya, tidak dikenal

akhlak tercela, yang ada hanya al-Akhlak al-Karimah yang artinya akhlak

mulia. Akhlak mulia ini dilandaskan pada tuntunan yang terdapat dalam al-

Qur’an dan Sunnah. Akhlak ini, secara garis besar terbagi menjadi dua

bagian, yaitu akhlak terhadap Khalik atau pencipta yaitu Allah Swt. dan akhlak

terhadap makhluk . Makhluk adalah segala yang diciptakan oleh allah, yang

dibagi menjadi dua bagian yaitu manusia dan bukan manusia. Akhlak

terhadap manusia terdiri dari akhlak terhadap Nabi dan Rasul, akhlak

terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, terhadap masyarakat, terhadp

bangsa, dan hubungan antar bangsa.

Akhlak terhadap selain manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

tehadap benda mati, terhadap alam nabati atau flora, dan terhadap alam

hewani atau fauna. Ajaran tentang dasar-dasar agama Islam ini, terangkum

dalam iman, islam, dan ihsan.

Sumber pijakan akhlak pada al-Qur’an dan Sunnah merupakan

perbedaan prinsip dari akhlak dengan etika, budi pekerti, moral, dan

sebagainya. Ukuran penilaian terhadap akhlak adalah al-Qur’an, itu sebabnya

ketika Siti ‘Aisyah diminta untuk mendeskripsikan akhlak Nabi Muhammad

Saw. beliau menjawab, “akhlak Nabi adalah akhlak al-Qur’an”.

Pada perkembangannya, akhlak karena identik dengan Islam, mulai

direduksi oleh penganutnya. Alasannya utamanya, karena akhlak tidak

nasional dan tidak internasional. Akhlak bahkan tampak menjadi tidak ilmiah,

kaena tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam kaidah ilmiah.

Maka di era modern ini, ajarn-ajaran tentang akhlak digantikan dengan

ajaran-ajaran etika, dengan melandaskan pada moral dan adat yang

berkembang di masyarakat. Etika dipandang sebagai deskripsi dari nilai-nilai

universal yang dianut oleh manusia. Etika dianggap mengadaptasi nilai dan

norma, dan dapat mengadaptasi dengan kebiasaan yang ada di masyarakat.

Padahal, kita telah melihat bagaimana adat yang berkembang di masyarakat,

tidak selalu mampu memenuhi nilai dan norma kebaikan yang universal.

Page 4: Makalah SI Kelompok 7

Bagi Islam, orang tua perilaku dihormati tida hanya dengan perbuatan

tapi juga dengan ucapan. Mengucap “ah” saja sudah menjadi bagian dari

ketidakharmonisan. Akan tetapi, bagi masyarakat barat, memanggil orang tua

dengan nama panggilannya saja tidak masalah. Sama tidak bermasalahnya

dengan mengabaikan nasihat mereka, sebab informasi terbaik berdasar pada

akal tidak pada lainnya.

Untuk memahami etika, perlu dipahami terlebih dahulu ruang

lingkupnya. Etika dibedakan menjadi etika deskriptif, etika normatif, dan

metaetika. Etika deskriptif memberikan gambaran tentang tingkah laku moral

dalm arti yang luas, seperti berbagai norma dan aturan yang berbeda dalam

suatu masyarakat atau individu yang berbeda dalam suatu masyarakat atau

individu yang berada dalam kebudayaan tertentu atau yang berada dalam

kurun atau periode tertentu. Norma atau aturan tersebut ditaati oleh individu

atau masyarakat yang berasal dari kebudayaan atau kelompok tertentu.

Misalnya, masyarakat jawa yang berbicara dalam ragam bahasa sesuai

dengan kedudukan dan kasta-nya, hingga jika ada yang berbicara tidak

sesuai dengan keragaman bahasanya, akan dipandang tidak etis.

Bagian yang dianggap penting dalam studi etika adalah etika normatif.

Ketika mempelajari etika normatif muncul berbagai studi atau kasus yang

berkaitan dengan masalah moral. Etika normatif merupakan etika yang

mengkaji tentang apa yang harus dirumuskan secara rasional dan bagaimana

prinsip-prinsip etis dan bertanggung jawab itu dapat digunakan oleh manusia.

pada rumusan itu ditentukan mana yang disebut dengan bagain dari yang

baik dan mana yang bagian buruk.

Metaetika adalah kajian etika yang membahas tentang ucapan atau

kaidah-kaidah bahasa aspek moralitas, khususnya yang berkaitan dengan

bahasa etis. Ukurannya adalah logika, apakah bahasa ini layak digunakan

pada situasi tertentu? Atau apakah bahasa ini tidak layak disampaikan?

Semuanya dikaji dalam metaetika.

Meski dalam beberapa hal apa yang disebut etis juga berakhlak,

namun tak semua yang etis dapat dikatakan berakhlak. Ukuran utamanya

adalah perbedaan sumber ajaran. Akhlak karena dilandaskan pada al-Qur’an

dan Sunnah, sifatnya fix dan tak berubah-ubah. Seorang laki-laki tidak

Page 5: Makalah SI Kelompok 7

diizinkan menikahi laki-laki adalah ketentuan yang fix dan tidak bisa dirubah,

meski tabiat itu kini tampak diizinkan dengan alasan hak asasi manusia.

Ini menjadi perbedaan yang signifikan antara akhlak dan etika. Akhlak

dengan kekuatan al-Qur’an dan Hadis, bersifat tetap dan untuk kepentingan

manusia. Memang, ada banyak orang yang menentang ketentuan al-Qur’an

dan Hadis ini. Namun, fakta menyatakan bahwa mereka yang menentng

karena perilaku mereka telah menyimpang dari akhlak. Apapun alasan

mereka, dengan dalih Hak Asasi Manusia, penyimpangan akhlak akan

merusak dan mengganggu stabilitas sosial. Sehingga, tak ada alasan yang

bisa dibenarkan ketika terjadi penyimpangan akhlak.

Kekuatan utama lain dalam akhlak yang menjadi dasar perilaku dan

sikap seorang muslim. Ketika seorang muslim melakukan sesuatu, mereka

akan senantiasa meyakini bahwa Allah melihat apa yang kita kerjakan, dan

para malaikat mencatat seluruh pekerjaan kita. Keyakinan ini dapat

membantu muslim bersikap dan bertingkah laku dalam koridor yang telah

ditetapkan oleh agama.

Persoalan yang mengemukakan dari koridor ini adalah banyaknya

penafsiran al-Qur’an yang menciptakan perbedaan-perbedaan. Akan tetapi,

sepanjang perbedaan itu tidak esensial dan tidak melewati ayat-ayat

muhkamat, sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Misalnya saja,

persoalan bersentuhan tangan, yang ditafsirkan berbeda-beda dalam mahzab

Islam. Jumhur berpendapat bersentuhan tangan dapat membatalkan wudhu,

dan menjadi dalil untuk larangan bersentuhan tangan antara dua orang yang

bukan muhrim. Akan tetapi, sebaian imam lainnya tidak menganggap

bersentuhan fisik tersebut terbangkitkan syahwat. Perbedaan ini tidak perlu

dipermasalahkan, karena mungkin ada kebutuhan tertentu, dimana manusia

harus bersentuhan fisik. Pada kendaraan umum misalnya, ketika berdesak-

desakkan, akan sulit dihindari terjadinya sentuhan fisik, juga dengan non

muslim, kontak fisik dalam perjanjian bisnis terkadang mengharuskan muslim

berjabat tangan langsung.

Akan tetapi, berbeda dengan hidup serumah tanpa pernikahan, atau

juga dengan hubungan sesame jenis. Ketentuan pernikahan telah ditetapkan

secara jelas dan mutlak. Bahwa hanya laki-laki dan perempuan yang dapat

Page 6: Makalah SI Kelompok 7

berpasangan, dan syarat untuk menjadi pasangan yang utuh adalah melalui

pernikahan yang ketentuannya telah ditentukan oleh agama.

Akhlak menjadi landasan spiritual bagi perkembangan sufi dan tarikat,

akhlak juga menjadi landasan spiritual bagi proses keimanan dan keislaman.

Sehingga dalam Islam, setiap tingkah laku manusia harus selalu ada dalam

ranah ibadah. Ranah pengabdian terhadap Allah Swt.

B. Hakikat Baik dan Buruk

Para filosofi dan teolog sering membahas tentang arti baik dan buruk,

serta tentang pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan itu

merupakan hasil pilihan atau perbuatan manusia sendiri, ataukah berada di

luar kemampuannya? Hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa manusi memiliki dua

potensi kelakuan yaitu kelakuan baik dan buruk, seperti yang diuraikan dalam

al-Qur’an antara lain: QS. Al-Balad 90:10. Disebutkan pula dalam QS. As-

Syams 91:7-8;

“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhami

(jiwa manusia) kedurhakaan dan ketakwaan”.

Walaupun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan

isyarat-isyarat dalam al-Qur’an bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri

manusia dari kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung

kepada kebajikan.

Secara alamiah manusia itu positif (fithrah), baik secara jasadi, nafsani

(kognitif dan afektif) maupun ruhani (spiritual). Komponen terpenting manusia

adalah qalbu. Perilaku manusia bergantung pada qalbunya. Dengannya

manusia dapat mengetahui sesuatu (di luar nalar), cenderung kepada yang

benar (termasuk memiliki kebijaksanaan, kesabaran), dan memiliki kekuatan

mempengaruhi benda dan peristiwa.

Secara implicit al-Qur’an menginformasikan bahwa manusia memiliki tiga

aspek pembentuk totalitas yang secara tegas dapat dibedakan, namun secara

pasti tidak dapat dipisahkan. Ketiga aspek itu adalah jismiyah (fisik, biologis),

ruhaniyah (spiritual, transendental), dan nafsiyah (psikis, psikologis).

Page 7: Makalah SI Kelompok 7

Jismiyah merupakan aspek material yang substansi sebenarnya mati.

Kehidupannya adalah karena dimotori oleh substansi lain, yaitu nafs dan ruh.

Dengan kata lain aspek jismiyah ini bersifat deterministik-mekanistik. Struktur

ruh memberikan ciri khas dan keunikan tersendiri bagi psikologi Islam. Ruh

merupakan substansi psikologis manusia yang menjadi esensi

keberadaannya. Ruh membutuhkan jasad untuk aktualisasi diri. Sampai saat

ini belum ada yang memahami hakikat ruh secara pasti, karena ruh

merupakan sebuah misteri ilahi. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa ruh

merupakan urusan dan atau hanya dipahami oleh Allah. Manusia sama sekali

tidak memahaminya kecuali sedikit (QS. Al-Isra:85). Bersifat spiritual karena

ia merupakan potensi luhur batin manusia. Fungsi ini muncul dari dimensi al-

ruh atau spiritual (sisi jiwa yang memiliki sifat-sifat ilahiyah dan memiliki daya

untuk menarik dan mendorong dimensi-dimensi lainnya untuk mewujudkan

sifat-sifat Tuhan dalam dirinya).

Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas khas kemanusiaan berupa pikiran,

perasaan, kemauan, dan kebebasan. Nafs memiliki esensi gaungan antara

jasad dan ruh. Apabila ia berorientasi pada jasad maka tingkah lakunya

menjadi buruk dan celaka, tetapi apabila mengacu pada ruh maka

kehidupannya menjadi baik dan selamat. Dengan kata lain nafs dipersiapkan

untuk dapat meampung dan mendorong manusia untuk melakukan perbuatan

baik dan buruk.

Indikator-indikator terhadap berlaku baik dan buruk, dituturkan misalnya,

seperti dinyatakan oleh Al-Hasan: “Akhlaq yang baik adalah menghadapi

manusia dengan wajah cerah, memberi bantuan setiap kali diperlukan, serta

menjaga diri dari pada mengganggu orang lain”. Menurut Al-Washithiy:

“Akhlaq yang baik, adalah keadaan seseorang yang tidak mau berkata

ataupun diajak bertengkar oleh siapapun, disebabkan ma’rifatnya yang

mendalam berkaitan dengan Allah SWT”. Syah Al-Karmaniy berkata: “Akhlaq

yang baik adalah mencegah diri sendiri daripada mengganggu orang lain,

serta bersabar dalam melakukan kewajiban, betapapun beratnya”. Al-

washithy juga pernah berkata: “Berakhlaq baik adalah dengan membuat

orang lain merasa puas, baik di kala sedang kesusahan maupun

kesenangan”. Sahl A-tusturiy pernah ditanya tentang akhlaq yang baik lalu ia

Page 8: Makalah SI Kelompok 7

menjawab: “Sedikitnya seorang yang berakhlaq baik akan selalu tabah

menghadapi kesulitan tidak mengharapkan balasan atas apa yang

dilakukannya, mengasihani orang yang melakukan kedzaliman terhadapnya,

dan memohonkan ampunan baginya serta mengasihinya”.

C. Ukuran Baik dan Buruk

Ukuran ialah standar perhitungan, ini biasanya digunakan dalam

menjelaskan definisi berat, jumlah atau juga angka. Baik dan buruk

merupakan karakter, sehingga sifatnya abstrak dan sulit diukur dalam konten

definisi. Yang paling mudah adalah melihat indicator dari baik dan buruk.

Indikator ini diukur melalui sisi kepantasan yang basisnya adalah fitrah

manusia. Meski banyak pihak yang menyebutkan bahwa fitrah ini akan

berkembang dengan perkembangan lingkungan dan zaman, namun tetap ada

nilai-nilai universal yang diakui semua pihak sebagai sebuah dasar karakter

manusia.

Menurut para pakar pendidikan, ada hal-hal yang dapat dijadikan alat

untuk melihat ukuran baik dan buruk, yakni:

Pengaruh adat kebiasaan; manusia sangat dipengaruhi oleh

lingkungannya. Adat istiadat melekat pada lingkungan dimana manusia

tinggal. Kekuatan adat istiadat memberi hukum kepada manusia sebelum

manusia tmbuh dan memahami ligkungannya. Adat istiadat menganggap

baik bila mengikutinya dan menanam perasaan kepada mereka bahwwa

adat istiadat itu membawa kebenaran. Apabila seseorang melanggar adat

istiadat yang berlaku, di akan dicela dan dianggap keluar dari lingkungan

yang seharusnya. Adat istiadat terbentuk dari (a) pendapat umum yang

diyakini oleh kebanyakan masyarakat di satu wilayah; (b) apa yag

diriwayatkan secara turun-temurun dari hikayat dan khurafat, dan

dipercayai secara penuh oleh masyarakat setempat. Pemahaman

erhadap adat-istiadat ini biasanya terpatahkan dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan dan terjadinya akulturasi budaya. Ilmu pengetahuan

yang berhasil menemukan rasionalisasi budaya dengan serta merta

melepaskan kekuatan adat istiadat, karena dianggap tidak rasional dan

Page 9: Makalah SI Kelompok 7

logis. Akulturasi budaya, membawa pembaruan terhadap adat istiadat

yang berkembang.

Paradigma dan mindset; pengalaman eksternal kita, yaitu apa yang kita

lihat secara sensori, akan menstimulasi pengalaman lain dalam dunia

internal kita, pada pola pikir atau mindset. Mindset atau paradigma adalah

sebuah pola, model kerangka berpikir atau sudut pandang, yang

digunakan untuk ‘melihat’ dan memberi makna terhadap ‘dunia’ di

hadapan kita.

Ilmu Pengetahuan; dengn potensi akal pikiran manusia, Allah

memerintahkan manusia untuk berpikir dan mengelola alam semesta

serta memanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan dan

kesejateraan hidup manusia. Berpikir bukanlah kegiatan yang berdiri

sendiri, melainkan berkaitan dengan faktor-faktor lain yang saling

mempengaruhi.

Intuisi; merupakan kekuatan batin yag dapat mengenal sesuatu yang baik

dan buruk dengn sekilas pandang tanpa melihat buah dan akibatnya. Ituis

dipandang sebagai sebuah kemampuan yang secara kodrati dapat

member instrumen yang membedakan baik dan buruk.

Evolusi; benar dan salah dalam teori evolusi dipandang berhubungan

dengan perubahan zaman. Mereka mempercayai evolusi menilai bahwa

akhlak harus ikut berkembang sesuai dengan perkembangan social dan

budaya.

Dalam Islam, ukuran baik dan buruk, bersifat tetap, karena apa yang

termaktub dalam al-Qur’an dan Hadist, menjadi wajib untuk dilakukan.

Apa yang wajib dan apa yang haram dengan tegas dijelaskan oleh al-

Qur’an dan hadist, adapun hal-hal yang kemudian berkembang setelah

masa Nabi, atau karena tidak ada di masa Nabi.

Berakhlak dan Beretika Profesi

Profesi , berhubungan dengan professional, yakni keahlian seseorang bterhadap

bidan yang digelutinya. Mereka yang professional adalah orang-orang yang

mengandalkan ketrampilan khusus yang menuntut pengemban profesi tersebut

untuk terus memperbaharui ketrampilannya sesuai dengan perkembangan zaman.

Page 10: Makalah SI Kelompok 7

Untuk menjadi professional, Bartono dan Novianto menyebutkan syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Seorang professional mempunyai sikap mental positif terhadap pekerjaannya

2. Staying power

3. Mampu bekerja sama dengan orang banyak

4. Inginterus menambah kemampuan dengan belajar

5. Pengalaman yang cukup dan setara dengan profesinya

6. Mengutamakan kualitas

7. Menguasai dasar-dasar pekerjaan atau profesinya

Ketujuh syarat tersebut dikaitkan dengan etika profesi, yakni artinya mereka yang

professional adalah yang mematuhi setiap kode etik profesi. Adanya kode etik

profesi akan mencegah anggota profesi melakukan hal-hal yang tidak etis yang

memungkinkan profesi tersebut menjadi tidak dihargai oleh masyarakat.

Pemahaman tentang profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan

sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang

tinggidengan melibatkan komitmen pribadiyang mendalam. Profesi mempunyai

tuntutan yang sangat tinggi, bukan hanya dari dalam tapi juga dari dalam diri sendiri.

Tuntutan ini bukan hanya menyangkut keahlian, tapi juga komitmen moral ;

tanggung jawab, keseriusan, disiplin dan integritas pribadi.

Profesi masih dibedakan lagi profesi khusus yang disebut profesi luhur. Profesi

luhur menekankan pengabdianatau pelayanan kepada masyarakat pada umumnya

melebihi hal-hal umum lainnya. Jadi, profesi ini tidak semata-mata atas kebutuhan

memenuhi nafkah hidup, tapi juga berkenaan dengan pelayanan terhadap

masyarakat. Misalnya pada profesi dokter, penasehat hukum, hakim, jaksa,

rohaniawan, tentara dan sebagainya. Orang-orang berprofesi ini dituntut untuk lebih

mementingkan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi. Sayangnya,

perkembangan masyarakat agak mengubah citra profesi luhur ini. Profesi luhur itu

kini malah diperdagangkan dengan harga tinggi dan ketentuan-ketentuan kapitalistik.

Terlepas dari kenyataan bahwa dokter, penasehat hukum, hakim, dan jaksa yang

mengabdi pada masyarakat.

Page 11: Makalah SI Kelompok 7

Sedangkan etika yang secara definisi menjadi pedoman dalam bersikap dan

berperilaku dalam garis niali moral dan norma, hakikatnya bersumber dan bermuara

pada akhlak.

Kehadiran etika pada profesi, menjadi pagar atas perilaku para professional

dalam menjalankan profesinya. Etika profesi menekankan kejujuran, tanggung

jawab, dan itikad moral, dan ini berkenaan langsung dengan akhlak manusia.

Bahkan jika etika hendak dirujuk pada bagaimana sanksi berlaku pada orang-orang

yang melanggar kode etik, maka akhlak akan jauh melampaui lingkup seluruh kode

etik.

Dalam pelanggaran kode etik, sanksi ditetapkan bertahap dalam pembuktian

yang juga rawan penyimpangan. Akibatnya pelanggaran kode etik, hingga kini sulit

diberikan sanksi sebab pembuktian sendiri menjadi ajang yang dapat

diperjualbelikan. Berbeda dengan akhlak, pelanggaran dalam akhlak sepenuhnya

ada dalam kuasa Illahi. Meskipun tak dapat dibuktikan secara ilmiah dan empiris,

namun penyimpangan terhadap akhlak member efek yang cukup luar biasa bagi

perkembangan jiwa manusia.

Realitasnya, akhlak dan etika adalah benteng, aturan bagi perilaku manusia.

Akhlak berpedoman pada aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, akan memiliki

cakupan yang lebih luas dari etika. Dengan sanksi yang jauh mengarah kepada jiwa

manusia, akhlak memberi efek lebih personal. Etika yang berlekatan dengan nilai

dan moral, selalu memiliki kecenderungan yang lebih fleksibel.

Dengan kapitalistik, kebebasan individu yang diagung-agungkan menjadi sah

ketika hak asasi lebih diprioritaskan disbanding kepentungan masyarakat. Dengan

komunisme, Negara menjadi sah berlaku tidak adil pada kebutuhan masyarakat.

Akhlak menjadi pilar yang paling seimbang bagi perilaku manusia.

Nilai Ibadah dalam Akhlak

Esensi spiritual Islam adalah realisasi dan keEsaan, sebagaimana terungkap

dalam Al-Quran, berdasarkan teladan kenabian. Tujuan dari spiritualitas ini adalah

memperoleh sifat-sifat Ilahidengan jalan meraih kebaikan-kebaikanyang dimiliki

Page 12: Makalah SI Kelompok 7

kadar sempurna oleh Nabi. Kehidupan spiritual didasarkan pada rasa takut yang

disertai oleh penghormatan kepada Allah serta kepatuhan pada kehendak-Nya,

kecintaan kepada-Nya, dan pengetahuan tentang Allah yang merupakan wujud

tertinggi penciptaan-Nya.

Islam melalui Al-Quran menegaskan bahwa, manusia dihadirkan ke dunia untuk

menyembah Allah SWT (QS. Al-Dzariyat 51-56). Menurut Islam, menyembah atau

ibadah merupakan upaya mengenal Allah. Menyembah Allah adalah mengetahui

siapa Tuhan dan siapa hamba, siapa yang absolute dan siapa yang relative. Siapa

pencipta dan siapa ciptaan. Ibadah merupakan upaya mengenal Dia yang memiliki

hak penuh atas eksistensi dan sifat-sifat yang berlimpah, dan siapa sesungguhnya

yang hanya memiliki sifat reseptivitas. Akhlak adalah amal ibadah yang

mengantarkan kita pada ‘ubudiyyah, kesadaran spiritual. Amal akan mengantarkan

kita pada ujung jalan, yaitu ‘ubudah, kesadaran spiritual akan ketergantungan radikal

hamba pada Allah,

Islam meyakini bahwa beragama adalah fitrah manusia yang akan mengarahkan

manusia pada upaya mencari Tuhan. Karena fitrahnya, manusia akan selalu merasa

“gelisah” saat melakukan perbuatan buruk. Maunusia pada hakikatnya adalah ingin

berbuat baik, jika ia berbuat buruk, maka dipastikan seterusnya akan merasa tidak

tenag dan gelisah.

‘Abd (hamba) mengacu pada kualitas semangat Nabi dalam mengungkapkan

kepasrahan ontologism dan moral dari makhluk terhadap penciptanya, yakni “rasa

takut”. Setingkat lebih tinggi dari ‘Abd adalah Habib, yang dilandaskan kepada Nabi

Muhammad Saw atas sikap menghamba-nya yang bukan hanya sekedar hubungan

antara Tuhan dengan Budak-Nya. Habib lahir dari pemikiran bahwa manusia adalah

makhluk yang benar-benar dipercaya oleh Sang Khalik.

Akhlak berasal dari kata khalaqa yang artinya diciptakan. Akhlak adalah

berperilaku seperti apa yang diharapkan oleh Sang Maha Pencipta. Itu sebabnya,

dalam akhlak ada nuansa ibadah, pengabdian terhadap apa yang diberikan oleh

Allah.

Bagi para sufi, akhlak adalah ekspresi persahabatan yang dekat dengan Tuhan.

Persahabatan ini begitu dekat, hingga berakhlak dimaknai para sufi dengan

Page 13: Makalah SI Kelompok 7

berperilaku seperti apa yang dikehendaki oleh Allah. Sebagaimana Tuhan

mengekspresikan cinta-Nya di alam semesta.