makalah seminar transfer massa

34
MAKALAH PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA TRANSFER MASSA D-8 Disusun oleh : Rizal Aghni pakarti / 121130002 Ikhsan Solikhuddin / 121130005 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

Upload: rizal-aghni

Post on 10-Dec-2015

378 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

ter

TRANSCRIPT

MAKALAH

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA

TRANSFER MASSA

D-8

Disusun oleh :

Rizal Aghni pakarti / 121130002

Ikhsan Solikhuddin / 121130005

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2015

HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH SEMINAR

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA

TRASFER MASSA

D-8

Maklah ini disusun untuk memenuhi syarat Praktikum Dasar Teknik Kimia, Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Inustri UPN “Veteran” Yogyakarta.

Yogyakarta, Juni 2015

Disetujui oleh :

Asisten pembimbing

Ivan Adisetya

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur pada Allah SWT karena atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah seminar Praktikum Dasar Teknik Kimia ini kami susun untuk

memenuhi salah satu tugas yang ada didalam kurikulum pendidikan pada Fakultas

Teknologi Industri jurusan Teknik Kimia UPN “VETERAN” Yogyakarta.

Pokok bahasan makalah ini mengenai transfer massa. Sedangkan tujuan

dari pembuatan makalah ini adalah menentukan besarnya koefisien transfer massa

dengan variable tinggi naftalen.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir Danang Jaya, MT,selaku kepala Laboratorium Praktikum Dasar Teknik

Kimia UPN”Veteran”Yogyakarta.

2. Ivan Adisetya,selaku asisten pembimbing dalam acara ini.

3. Segenap staf Laboratorium PDTK UPN Veteran Yogyakarta, atas segala

bantuan yang telah diberikan kepada praktikan.

4. Rekan-rekan sesama praktikan, atas kerjasamanya.

Kami menyadari ketidaksempurnaan laporan ini, oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun sangat kami harapkan demi hasil yang lebih baik dimasa

yang akan datang.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa

Jurusan Teknik Kima.

Yogyakarta, Juni 2015

Penyusun

DAFTAR LAMBANG

KCa : Koefisien transfer massa (detik¹)

At : Luas penampang tabung gelas (cm2)

Ap : Luas penampang pipa (cm2)

Dt : Diameter dalam tabung pipa (cm)

Dp : Diameter dalam pipa (cm)

G : Kecepatan linier udara (cm/dt)

G’ : Kecepatan volumetrik udara (cm3/dt)

L : Tinggi tumpukan (cm)

M : Mol Naftalen yang tersublimasi(gmol)

CAS : Konsentrasi jenuh zat pada interface (gmol/cm³)

CAg : Konsentrasi zat padat setiap saat(gmol/cm³)

t : Waktu (detik)

w : Berat awal naftalen (gram)

Δw : Berat naftalen yang hilang (gram)

µ : Viskositas (gram/cm.detik)

ρ : Densitas (gram/cm3)

INTISARI

Transfer massa adalah gerakan dari satu komponen / lebih dalam suatu fase ke fase yang lain karena adanya gaya pendorong /driving force (perbedaaan konsentrasi). Dalam industri transfer massa digunakan sebagai dasar pemisahan komponen dari suatu campuran, contoh penerapannya seperti drying, absorbsi, kristalisasi dll.

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan besarnya koefisien transfer massa dengan variable tinggi naftalen.

Percobaan ini dilakukan dengan menghembuskan udara dari blower ke tumpukan naftalen yang berada dalam tabung gelas dengan selang waktu tertentu, sehingga berat naftalen semakin berkurang.

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Percobaan I dengan tinggi tumpukan naftalen=3 cm diperoleh harga koefisien transfer massa=

2. Percobaan II dengan tinggi tumpukan naftalen = 5cm diperolreh harga koefisien transfer massa=

3. Percobaan III dengan tinggi tumpukan naftalen= 7 cm diperoleh harga koefisien transfer massa =

4. Hubungan Kca dengan L dapat dinyatakan dalam persamaan Log Kca =

Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi tumpukan naftalen maka harga koefisien transfer massa (KCa) yang diperoleh semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan semakin tinggi tumpukan maka selubung gasnya semakin tebal, sehingga tahanannya semakin besar.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Dalam industri kimia, operasi transfer massa dari satu fase ke fasa yang lain

digunakan sebagai dasar pemisahan komponen dari campurannya. Sebagai contoh

penerapan proses transfer massa dalam pemurnian belerang dengan

menghembuskan udara untuk menghilangkan kotorannya.

Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan naftalen (C10H8) yang

dikontakkan dengan udara. Naftalen merupakan senyawa hidrokarbon aromatik

yang memiliki rumus bangun sebagai berikut:

Dalam hal ini terjadi transfer massa dari fasa padat (naftalen) ke fasa gas

(udara) yang dikenal dengan sublimasi.

1.2 Tujuan Percobaan.

1. Mencari besarnya koefidien transfer massa (Kca) dengan menggunakan

variabel tinggi tumpukan (L) naftalen.

2. Mencari hubungan koefisien transfer massa (Kca) dengan tinggi tumpukan

naftalen.

1.3 Tinjauan Pustaka.

Transfer massa adalah pergerakan satu komponen atau lebih dalam suatu

fase atau diantara fase. Absorpsi, kristalisasi, ekstraksi, distilasi, humidifikasi dan

pengeringan adalah contoh operasi transfer massa.(Brown,1978)

Transfer massa adalah gerakan dari satu komponen atau lebih dalam satu

fasa ke fasa yang lain. Peristiwa transfer massa diantaranya adalah peristiwa

difusi, ekstraksi, destilasi, dan lain-lain. (Mc Cabe,1983)

Adanya gerakan komponen tersebut disebabkan oleh gaya pendorong

(driving force) yang berupa perbedaan konsentrasi. Gaya pendorong ini akan

merubah kondisi sistem ke kesetimbangan, dimana pada semua bagian sistem

konsentrasinya sama.

Di laboratorium, proses sublimasi dapat dijalankan dengan cara fixed bed

dan fluidized bed. Penyubliman kapur barus pada fixed bed, fasa padat dilalui gas

secara kontinyu. Bila konsentrasi antar muka kedua fasa lebih besar daripada

konsentrasi gas yang mengalir maka terjadi transfer massa langsung dari fasa

padat ke fasa gas. (Brown, 1978)

Pada keadaan steady state, kecepatan perpindahan massa dari padat ke gas.

∂N A

∂ t=K Ca(C AS−C Ag )

............(1)

Dimana:

∂ N A

∂ t : kecepatan zat padat yang hilang tiap satuan waktu(gmol/cm³ detik)

KCa : koefisien transfer massa keseluruhan volumetric(detik¹)

CAS : konsentrasi jenuh zat pada interface (gmol/cm³)

CAg : konsentrasi zat padat setiap saat(gmol/cm³)

(Hardjono,1985)

KCa adalah nilai transfer massa persatuan bidang persatuan beda

konsentrasi dan biasanya didasarkan kecepatan molal yang seragam.(Mc

Cabe,1983)

Dengan menganggap diameter zat padat konstan pada elemen volume

tertentu dalam kondisi steady state dapat ditulis:

G. CAg2 Z +ΔZ

ΔZ

G. CAg1 Z

Neraca massa :

Kecepatan masuk – kecepatan keluar = kecepatan akumulasi

G.A.CAg|z - G.A.CAg

|z+ Δz - KCa . A .(C AS−C Ag) . ΔZ = 0 ……….(2)

Persamaan (2) dibagi ΔZ, sehingga:

G . A .CAg|Z−G . A .CAg|Z +ΔZ

A . Δz= KCa .(C AS−CAg )

LimAz→0

G . A .CAg|Z−G . A .CAg|Z +ΔZ

A . Δz= KCa .(C AS−CAg )

−G . d .C Ag

dz=KCa(C As−C Ag)

dC Ag

CAs−CAg

=−KCa

Gdz

∫C Ag1

C Ag 2 dC Ag

(C AS−CAg )=

−KCa

Gdz

Missal: x = CAS-CAg

dx = -CAg

− ∫C Ag1

C Ag 2dxx

=−KCa

G∫0

L

dz

−Ln . x|C Ag 1

C Ag 2 =−KCa

Gz|0

L

LnCAS−C Ag1

C AS−CAg 2

=K Ca

G. L

Pada aliran masuk belum ada zat padat yang terikat, sehingga CAg

dianggap nol, sehingga :

LnCAS−C Ag1

C AS−CAg 2

=K Ca

G. L

KCa=

GL

LnCAS

(C AS−C Ag ) ........... (3)

Kecepatan perpindahan massa zat padat dalam gas ekivalen dengan

pengurangan berat zat padat satuan waktu, maka dapat ditulis:

G . A (C AS 1−C Ag2 )=mΔt

Karena CAg1 = 0 ,maka

G . A (C AS 1−C Ag1 )=mΔt

CAg1=

1G

.m

A . Δt ............ (4)

Persamaan (4) disubstitusikan ke (3) menjadi:

KCa=GL

LnCAS

(C AS−m

G . A . Δt ) …….. (5)

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap besarnya koefisien transfer massa dapat

ditentukan dengan analisa dimensi:

KCa= f (G. Dt. Ds. L. ρ. μ.C )

t-1 = k (Lt-1)a (L)b (L)c (L)d (ML-3)e (ML-1t-1)f (ML-2)g

M = e +f + g = 0 ……….(6)

L = a + b + c + 3e – f - 3g = 0 ……….(7)

t = -a – f = -1 ……….(8)

Dari persamaan (6) diperoleh: e=-f-g

(8) diperoleh: a=1-f

Persamaan yang diperoleh disubstitusikan ke (7):

(1-f) + b + c + d – 3 ( -f – g) –f – 3 g = 0

1 + f + b + c + d = 0

B = -d – c – f – c

t-1 = K (G) 1-f(Dt)-d-c-f-1(DS)c(L)d(ρ)-f-g(μ)f(C)g

Kca=K G(G)1-f (Dt)-d(Dt)c(Dt_)-f(Dt)-1(Ds)c(L)d(ρ)-f(ρ)-g(μ)f(C)g

= K G Dt -1 (G-1 Dt-1 ρ-1 μ)f(Dt-1 L)d(Dt-1 DS)c(ρ-1t)g

=

KGDt ( μ

GDt ρ )f

( LDt )

d

( DsDt )

c

(Cρ )

g

..........(9)

KCA =

KGDt

Dengan ( μ

GDt ρ )( LDt )(Ds

Dt )(Cρ )

Dengan mengasumsi L sebagai suatu peubah, sedangkan besaran- besaran

lainnya tetap,maka dari persamaan (9) didapat:

Log K CA = Log K+(Log G-Log Dt)-[f Log μ-f Log (G Dt ρ)]+(d Log L –d Log

Dt)+(c Log Ds-cLog Dt)+(g Log c-g Log ρ)

=d Log L +[Log K + Log G+fLog μ+c Log Ds+g Log c-Log Dt-f Log (G Dt ρ)-d

Log Dt –g Log ρ]

Log KCA =d Log L + c

1.4 Hipotesis.

Pada saat udara mengalir melalui pipa dan masuk kedalam tabung kaca,

konsentrasi udara terhadap naftalen adalah nol atau tidak mengandung naftalen,

sehingga ketika udara berkontak dengan naftalen maka akan terjadi transfer massa

ke dari naftalen ke udara karena adanya drifing force yaitu perbedaan konsentrasi.

Transfer massa terbesar akan terjadi di bagian tumpukan naftalen bagian bawah

karena langsung berkontak dengan udara yang tidak mempunyai konsentrasi

naftalen dan transfer massa terkecil terjadi di bagian tumpukan paling atas karena

udara telah mengandung naftalen. Jadi, koefisien transfer massa akan mempunyai

harga yang berbanding terbalik dengan tinggi tumpukan naftalen. Selain itu bear

koefisien transfer massa akan semakin besar dengan bertambahnya waktu operasi.

Garfik yang didapat akan berupa garis linear, karena pada waktu tertentu

akan memnyentuh garis nol atau tidak terjadi transfer massa sama sekali, yaitu

saat naftalen habis menyublim ke udara.

BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan.

Bahan :

- Naftalen (C10H8)

Alat :

- Penggaris

- Stopwatch

- Timbangan

2.2 Gambar dan Rangkaian Alat.

Gambar 2.1 Rangkaian alat transfer massa

Keterangan :

1. Tabung gelas dengan tutup

2. Tumpukan naftalen.

3. Statif

4. Blower

2.3 Cara Kerja dan Bagan Alir.

Cara kerja :

Memasukkan kapur barus atau naftalen ke dalam tabung gelas dengan ketinggian

tertentu, kemudian menimbangnya. Hasil penimbangan dicatat sebagai berat mula-

mula.Memasukkan kembali naftalen ke dalam tabung gelas kemudian

menghidupkan blower. Mematikan blower setelah selang waktu tertentu dan

menimbang naftalen. Hasil penimbangan dicatat sebagai berat akhir. Melakukan

percobaan beberapa kali dengan selang waktu yang sama. Mengulangi kembali

langkah 1 sampai 3 dengan tinggi tumpukan naftalen yang berbeda.

Bagan alir :

Naftalen

Diambil dan ditimbang serta dicatat sebagai berat awal sblm sublimasi

Blower dihidupkan dengan selang waktu tertentu

Setelah selang waktu tersebut, blower dimatikan dan naftalen yang ada di tabung ditimbang dan dicatat sebagai berat akhir

Dimasukkan kedalam tabung gelas dengan ketin\

Dimasukkan kedalam tabung gelas dengan ketinggian tertentu

2.4 Analisa Perhitungan.

*) Menentukan Luas

- Luas penampang tabung gelas : At = 14

. 3,14 . Dt2

- Luas penampang pipa: Ap = 1/4 . 3,14 . Dp2

Dimana: At = Luas penampang tabung gelas (cm2)

Ap = Luas penampang pipa (cm2)

Dt = Diameter dalam tabung pipa (cm)

Dp = Diameter dalam pipa (cm)

*) Menentukan Kecepatan linier Gas

G =

G 'Ap

Dimana: G = Kecepatan linier udara (cm/dt)

G’ = Kecepatan volumetric udara (cm3/dt)

*) Menghitung Koofisien transfer massa (KCa)

KCa=

GL

LNC AS

C AS−( ΔmG . At . Δt )

Dimana: KCa = Koefisien transfer massa keseluruhan volumetric(detik¹)

L = Tinggi tumpukan (cm)

Δm = Mol Naftalen yang tersumblimasi (gmol)

CAS = Konsentrasi jenuh zat pada interface (gmol/cm³)

*) Menghitung % kesalahan

% Kesalahan =

Ydata−YterhitungYdata

X 100 %

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan.

Kecepatan udara masuk : 360 cm3/detik

Cs : 4,5982.10-6 gmol/liter

Diameter tabung : 5,95 cm

Luas penampang tabung : 27,7909 cm2

Diameter pipa : 1,7 cm

Luas penampang pipa : 2,2686 cm2

Untk L = 3 cm

No.

t(menit)m naftalen (g)

∆w (g) ∆m (gmol)awal akhir

1 175 67.099 66.9865 0.1125 0.000878906

2 175 66.9865 66.8605 0.126 0.000984375

3 175 66.8605 66.7326 0.1279 0.000999219

4 175 66.7326 66.594 0.1386 0.001082813

5 175 66.594 66.4514 0.1426 0.001114062

6 175 66.4514 66.3086 0.1428 0.001115625

Untuk L = 5 cm

No.

t(menit)m naftalen (g)

∆w (g) ∆m (gmol)awal akhir

1 175 92.3938 92.2363 0.1575 0.001230469

2 175 92.2363 92.0667 0.1696 0.001325 3 175 92.0667 91.8931 0.1736 0.00135625 4 175 91.8931 91.7211 0.172 0.00134375

5 175 91.7211 91.5318 0.1893 0.001478906

6 175 91.5318 91.3572 0.1746 0.001364062

Untuk L = 7 cm

No.

t(menit)m naftalen (g)

∆w (g) ∆m (gmol)awal akhir

1 175 147.5228 147.3293 0.1935 0.001511719

2 175 147.3293 147.1278 0.2015 0.001574219

3 175 147.1278 146.9079 0.2199 0.001717969

4 175 146.9079 146.6397 0.2682 0.002095313

5 175 146.6397 146.3853 0.2544 0.0019875

6 175 146.3853 146.1286 0.2567 0.002005469

3.2 Pembahasan.

Secara teori hubungan antara koefisien transfer massa dengan tinggi

tumpukan naftalen adalah semakin tinggi tumpukan naftalen maka harga koefisien

transfer massa semakin kecil, hal ini dapat dijelaskan dengan rumus:

KCA =

GL

LNC AS

C AS−( ΔmG . At . Δt )

Dari persamaan yang digunakan dalam perhitungan dapat diketahui bahwa harga

KCA berbanding terbalik dengan harga L, sehingga semakin besar harga L maka

semakin kecil harga KCA.

Pada percobaan ini kami menggunakan fsriasi tinggi tumpukan naftalen

yang berbeda-beda, yaitu 3, 5 dan 7 cm kemudian dari data yang didapat

dinyatakan dalam grafik hubunngan antara log KCA dan log L seperti berikut:

0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9

-1.95

-1.9

-1.85

-1.8

-1.75

f(x) = − 0.34146081763639 x − 1.65927093898824R² = 0.927560117810637

Hubungan log Kca dan log L

y data

Linear (y data)

log L

log

Kca

Gambar 4.1. grafik hubungan antara log KCA denagan log L.

Dari grafik diatas dapat diamati bahwa semakinm tinggi tumpukan nafalen maka

kecepatan transfer massa naftalen ke udara semakin kecil atau berbanding

terbalik. Hal ini disebabkan karena ketinggian Naftalena menghambat laju alir

udara menuju ke tumpukan naftalena paling atas. Sehingga transfer massa paling

besar terjadi pada bagian paling bawah, dimana tumpukan paling bawah dekat

dengan datangnya udara masuk selain itu dapat diketahui bahwa semakin tinggi

tumpukan kapur barus berarti selubung gasnya semakin tebal dan tahanan

udaranya semakin besar sehingga nilai koefisien transfer massanya (KCA)

semakin kecil

\

BAB IV

KESIMPULAN

1. Semakin besar tinggi tumpukan naptalen maka semakin kecil koefisien

transfer massanya.

2. Hasil percobaan diperoleh :

a. Percobaan I dengan L =3 cm diperoleh harga KCA = 0,09205 detik-1

b. Percobaan II dengan L=5 cm diperoleh harga KCA = 0,07244 detik-1

c. Percobaan III dengan L=7 cm diperoleh harga KCA = 0,06959detik-1

3. Dengan metode “Least Square” diperoleh harga KCA untuk berbagai L mengikuti persamaan linier : Y = -0,34146x + -1,72652 . dengan persen kesalahan rata-rata 3,57 %

DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.G, 1978, “Unit Operation”, Modern Asia Edition, Tokyo.

Hardjono, 1985, “Operasi Teknik Kimia II”, Edisi Pertama, Jurusan Teknik

Kimia, Fakultas Teknik UGM.

Mc Cabe, dkk. 1983, “Operasi Teknik Kimia” Edisi keempat, Jilid 2, Erlangga,

Jakarta.

LAMPIRAN

Luas penampang tabung : At = π4

. (Dt)2

= π4

. (5,9)2

= 27,7909625 cm2

Luas penampang pipa : Ap= π4

. (Dp)2

=π4

. (1,7)2

.....= 2,26865 cm2

Kecepatan udara masuk : G = 360

2,26865 = 158,6846803 cm/detik

Menentukan harga koefisien trnsfer massa (KCA) :

Pada L = 3 cm

Untuk data 1, m = 0,00087891 gmol

K

Ca=

GL

LNC AS

C AS−( ΔMG . At . Δt )

KCA=

158,6847 cm /dt3 cm

Ln( 0 ,0000045982 gmol /cm3

0 , 0000045982 gmol /cm3−(0,00087891 gmol

(158,6847 cm /dtk ) (27,791 cm2 ) (175 dtk ) ) )= 0,013102241 detik-1

Untuk selanjutnya memakai analog yang sama sehingga diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Data KCA untuk naftalen L= 3cm

No, m (gmol) KCA(dtk-1)1 0,00087891 0,0131022412 0,00098438 0,0146747283 0,00099922 0,014896045

4 0,00108281 0,0161424255 0,00111406 0,0166083696 0,00111563 0,016631666

rata-rata KCA 0,01534258

Pada L= 5 cm

Untuk data 1, m = 0,001230469 gmol

K

Ca=

GL

LNC AS

C AS−( ΔMG . At . Δt )

KCA=

158,6847 cm /dt5 cm

Ln( 0 ,0000045982 gmol /cm3

0 , 0000045982 gmol /cm3−(0,001230 gmol

(158,6847 cm /dtk ) (27,791 cm2 ) (175 dtk ) ) )=0,011006428 detik-1

Untuk selanjutnya memakai analog yang sama sehingga diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 1. Data KCA untuk naftalen L= 5 cm

No. m (gmol) KCA (dtk-1)

1 0,001230469 0,0110064282 0,001325 0,0118521593 0,00135625 0,0121317454 0,00134375 0,012019915 0,001478906 0,0132291416 0,001364062 0,012201641

rata- rata KCA 0,012073504

Pada L= 7 cm

Untuk data 1, m = 0,001511719 gmol

K

Ca=

GL

LNC AS

C AS−( ΔMG . At . Δt )

KCA==

158,6847 cm /dt7 cm

Ln( 0 ,0000045982 gmol /cm3

0 , 0000045982gmol /cm3−(0,00151172gmol

(158,6847 cm /dtk ) (27,791 cm2 ) (175 dtk ) ) )= 0,009659085 detik-1

Untuk data yang selanjutnya memakai analog yang sama sehingga diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3. Data KCA untuk naftalen L = 7 cm

No. m (gmol) KCA (dtk-1)1 0,00151172 0,0096590852 0,00157422 0,0100585163 0,00171797 0,0109772334 0,00209531 0,0133890425 0,0019875 0,0126999286 0,00200547 0,012814779

rata-rata KCA 0,011599764

Menentukan hubungan KCA dan L

Bentuk umum: Y= aX + b

Dimana: Y= log KCA

X= log L

a= slope

b= intercept

a = (n*ΣXY - ΣX*ΣY) / (n*ΣX2 –(ΣX)2)

b = (ΣY – a* ΣX) / n

No. L KCA x = log L y = log KCA x2 xy

1 3 0,015341277 0,477121 -1,814140,22764469

2-

0,865564033

2 5 0,012072165 0,69897 -1,918210,48855906

7-

1,340774629

3 7 0,011598012 0,845098 -1,935620,71419069

7-

1,635785665

∑ 15 0,039011454 2,021189 -5,667971,43039445

6-

3,842124327

a = (3*-3,842124327)-( 2,021189*-5,66797)/(3*1,430394456-(2,021189)2

= -0,341460818

b = (-5,66797 - 0,341460818 * 2,021189) / 3

= -1,726515369

Y = aX + b

Log KCA = -0,341460818 * X + -1,726515369

Menghitung % kesalahan:

% kesalahan =

Ydata−YterhitungYdata

X 100 %

Persamaan: Log KCA = -0,341460818 * X + -1,726515369

Y hitung = -0,341460818 * log L + -1,726515369

= -0,341460818 * (0,477121) + -1,726515369

= -1,889433583

% kesalahan =

-1,8141-(-1,88943358 )-1,8141

X 100 %

= 4,1505 %

Untuk data yang lainnya analog dengan cara yang sam asehingga didapat data seperti berikut:

Tabel 4. Data y hitung dan % kesalahan

No. x= log L y= log KCA y hitung % kesalahan1 0,47712125 -1,81413849 -1,88943358 4,150460022 0,69897 -1,91821483 -1,96518624 2,448704223 0,84509804 -1,93561645 -2,01508324 4,10550293

% kesalahan rata-rata 3,56822239

Membuat grafik hubungan log KCA dan log L

0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9

-1.95

-1.9

-1.85

-1.8

-1.75

f(x) = − 0.34146081763639 x − 1.65927093898824R² = 0.927560117810637

Hubungan log Kca dan log L

y data

Linear (y data)

log L

log

Kca

Gambar 1. Grafik hubungan antara log KCA dan log L