makalah rahman

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para pendiri NKRI, sebelum bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya, telah memikirkan konsep yang kira-kira pas sebagai pedoman hidup bangsa. Mereka, baik itu yang ber-genre nasionalis maupun agamis, pada waktu itu menyepakati bahwa bangunan pedoman hidup yang pas itu adalah Pancasila. Dalam perjalanannya, banyak dari elite yang menginginkan untuk mengubah simbol persatuan bangsa Indonesia tersebut dengan ideologi yang dianutnya. Sejarah mencatat, beberapa diantara mereka adalah kaum agamis fundamentalis dan komunis. Tapi, sekeras apapun mereka berupaya menjungkirkan Pancasila, toh kenyataannya hingga sekarang Pancasila tetap kokoh sebagai fondasi yang fundamental bagi keberlangsungan hidup bangsa ini. Pancasila tetap kukuh menjadi staatfundamentalnorm (norma fundamental) bangsa Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Apakah nilai-nilai Pancasila sudah sepenuhnya dipraktikkan dalam roda kehidupan anak bangsa? 2. Pancasila yang terdiri dari lima sila memang begitu mudah untuk dihafalkan, tapi bagaimana untuk menerapkannya agar senantiasa sejalan dengan nafas dan gerak setiap manusia Indonesia? C. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah adalah:

Upload: ebes-aja-lagi

Post on 14-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah pendidikan kewarganegaraan kelas xii

TRANSCRIPT

Page 1: makalah Rahman

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Para pendiri NKRI, sebelum bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan

kemerdekaannya, telah memikirkan konsep yang kira-kira pas sebagai pedoman hidup

bangsa. Mereka, baik itu yang ber-genre nasionalis maupun agamis, pada waktu itu

menyepakati bahwa bangunan pedoman hidup yang pas itu adalah Pancasila.

Dalam perjalanannya, banyak dari elite yang menginginkan untuk mengubah

simbol persatuan bangsa Indonesia tersebut dengan ideologi yang dianutnya. Sejarah

mencatat, beberapa diantara mereka adalah kaum agamis fundamentalis dan komunis.

Tapi, sekeras apapun mereka berupaya menjungkirkan Pancasila, toh kenyataannya

hingga sekarang Pancasila tetap kokoh sebagai fondasi yang fundamental bagi

keberlangsungan hidup bangsa ini.

Pancasila tetap kukuh menjadi staatfundamentalnorm (norma fundamental) bangsa

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah nilai-nilai Pancasila sudah sepenuhnya dipraktikkan dalam roda

kehidupan anak bangsa?

2. Pancasila yang terdiri dari lima sila memang begitu mudah untuk dihafalkan, tapi

bagaimana untuk menerapkannya agar senantiasa sejalan dengan nafas dan gerak

setiap manusia Indonesia?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai pancasila diterapkan di Indonesia

2. Menambah wawasan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila untuk

selanjutnya dipraktikkan dalam kehidupan.

D. Manfaat

1. Agar siswa mengetahui sejauh mana penerapan nilai-nilai pancasila di Indonesia.

2. Melestarikan nilai-nilai pancasila dalam segala bidang kehidupan demi

tercapainya tujuan nasional Bangsa Indonesia.

Page 2: makalah Rahman

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila

Banyak yang tidak mengetahui bagaimana pastinya praktik kehidupan yang ber-

Pancasila itu dengan sebenar-benarnya. Pendidikan Pancasila yang diajarkan di

sekolah-sekolah serasa tidak mengena, masih berkisar seputar teori lahirnya Pancasila,

moral, dan perilaku baik-buruk yang orang tidak belajar Pancasila pun sudah

mengetahuinya. Di sisi lain, masih banyak orang yang terang-terangan menolak

Pancasila sebagai dasar hidup bangsa, masih banyak orang yang menghendaki untuk

mengubah atau mengganti Pancasila agar sesuai dengan ideologi yang diyakininya.

Sebagai ideologi tertulis, Pancasila tetap lah sakti. Tapi bagaimana dengan

praktiknya?

Inkonsistensi

Pancasila dalam perjalanannya seiring dengan gerak hidup bangsa

pascakemerdekaan NKRI, cenderung diterapkan secara tidak konsisten. Sebagaimana

diketahui, Pancasila merupakan sintesis dari dua ideologi besar yang mendominasi

dunia pada awal berdirinya NKRI. Pancasila berusaha mencari jalan tengah dari

ideologi sosialis-komunis dan ideologi liberal-kapitalis. Ringkasnya, Pancasila, secara

teori merupakan perpaduan nilai-nilai positif dari ideologi sosialis-komunis dengan

ideologi liberial-kapitalis itu. Masalahnya, karena berada di tengah-tengah dua ideologi

besar yang amat berseberangan itu, penerapan Pancasila menjadi cenderung diterapkan

dengan tidak konsisten, bergantung pada arah pembangunan politik dan ekonomi rezim

penguasa serta kedekatan rezim penguasa itu dengan negara-negara besar dengan

ideologinya masing-masing. Sesekali waktu, Pancasila didekatkan dengan ideologi

sosialis-komunis (etatis), di lain waktu Pancasila begitu dekat dengan ideologi liberal-

kapitalis. Saat Orde Lama misalnya, Pancasila sangat dekat dengan komunisme.

Nasakom menjadi cirinya. Saat Orde Baru, Pancasila seperti terbelah, secara politik

kekuasaan dipraktikkan secara etatisme, sementara secara ekonomi mulai dijalankan

secara liberal-kapitalis. Di era reformasi kini, banyak pihak yang berpendapat bahwa

Pancasila telah semakin dekat dengan ideologi liberal-kapitalis, baik secara politik

maupun ekonomi.

Inkonsistensi itu barangkali yang membuat pembangunan bangsa menjadi

cenderung tidak fokus. Karena berjalan dalam platform ideologi jalan tengah itu,

Pancasila menjadi rebutan dua ideologi yang besar dan telah lama eksis. Baik itu

Page 3: makalah Rahman

ideologi komunis maupun kapitalis berusaha untuk merangkul bangsa Indonesia agar

mau sejalan dengan ideologi mereka. Disadari atau tidak, fokus pembangunan dan

pembentukan karakter bangsa menjadi sering berubah arah tergantung pada para

pemimpin bangsa serta ideologi yang dekat dengannya itu.

B. Realita Penerapan Sila-Sila Pancasila Di Indonesia

Untuk mengetahui beberapa permasalahan hidup bangsa Indonesia dan

kaitannya dengan Pancasila akan lebih baik jika kita menyelami sila-sila Pancasila

kemudian membandingkannya dengan realita kehidupan yang terjadi dalam bangsa

Indonesia. Kira-kira seberapa berhasilkan nilai-nilai Pancasila itu diterapkan dalam

kehidupan bangsa Indonesia?

1. Sila I: Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia mengakui dan meyakini adanya Tuhan. Tuhan yang

dimaksud adalah Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti hanya ada satu Tuhan menurut

bangsa Indonesia. Dia-lah pencipta dan pengatur kehidupan seluruh umat manusia.

Bangsa Indonesia juga meyakini bahwa atas kuasa Tuhan pula lah, bangsa ini merdeka.

Hal ini terbukti dari Pembukaan UUD 1945 yang salah satu alineanya diawali dengan

kalimat atas berkat rahmat Allah…..maka telah sampai lah bangsa Indonesia ke depan

pintu kemerdekaan… Dengan sendirinya, berdasarkan rumusan dalam Pembukaan

UUD 1945 tersebut, bangsa Indonesia selain menganut teori kedaulatan rakyat juga

menganut teori kedaulatan Tuhan. Artinya, bangsa Indonesia menyadari bahwa bumi

pertiwi serta negara Indonesia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus

dikelola dengan sebaik-baiknya dan akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya

kelak. Bangsa yang meyakini adanya kuasa Tuhan, seharusnya memiliki nilai moral

dan spiritual yang tinggi. Nilai moral dan spiritual yang tinggi diwujudkan dengan

kehidupan masyarakat yang memiliki tingkat religius tinggi. Tingkat religius yang

tinggi sejatinya mampu mewujudkan masyarakat yang aman, damai, dan tertib.

Faktanya, keyakinan terhadap Tuhan yang direpresentasikan dengan agama belum

cukup mampu me-religius-kan masyarakat. Agama sering dipraktikkan sebagai

rangkaian ritualitas belaka, sementara nilai-nilai luhur agama belum cukup mampu

merasuk ke dalam hati dan pemikiran umatnya. Tak heran, Indonesia bahkan termasuk

negara dengan tingkat kejahatan yang tinggi. Yang lebih menyedihkan adalah banyak

sekali tindak kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan. Karena perintah Tuhan yang

ditafsirkan seenaknya sendiri, pembunuhan dan terorisme masih sering terjadi di

Indonesia. Kasus Bom Bali I (12 Oktober 2002) dan Bom Bali II (1 Oktober 2005)

merupakan fakta penyimpangan terhadap sila I pancasila. Kasus yang masih hangat

adalah insiden Tolikora, kekacauan terjadi pada pelaksanaan salat Idul Fitri 1436

Page 4: makalah Rahman

Hijriah di Kabupaten Tolikara, Papua. Warga setempat jadi ketakutan. Peristiwa itu

terjadi sekira pukul 07.00 WIT, Jumat 17 Juli. Umat Islam tengah melaksanakan salat

Id di halaman Koramil 1702 / JWY. Beberapa orang tiba-tiba datang berteriak. Jemaah

bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Sejam kemudian, orang-orang itu

melempar batu dan membakar bangunan di sekitar lokasi kejadian. Enam rumah dan

sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu.

Sumber:(http://news.metrotvnews.com/read/2015/07/17/148328/saat-imam-takbir-

pertama-sekelompok-orang-datang-dan-lempari-musala-di-tolikara)

2. Sila II: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari masing-masing kata

yang berkaitan dan menjadi unsur penyusun sila ke- 2 ini antara lain:

Perikemanusiaan: (1) sifat-sifat yang layak bagi manusia, seperti tidak bengis, suka

menolong, bertimbang rasa; (2) keadaan manusia pada umumnya.

Adil : (1) sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak; (2) berpihak kepada yang

benar; berpegang pada kebenaran; (3) sepatutnya; tidak sewenang-wenang.

Adab : kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak.

Sila ke-2 ini merupakan cerminan watak bangsa Indonesia secara intrapersonal

(individu masing-masing) yang diterapkan secara lebih luas dalam praktik kehidupan

bangsa, termasuk oleh para penyelenggara negara. Secara umum nilai-nilai

kemanusiaan, keadilan, dan keadaban itu saya yakin masih melekat dalam benak

bangsa Indonesia. Meskipun fakta di lapangan, ketiga unsur di atas sulit untuk

diterapkan sepenuhnya. Manusia Indonesia banyak yang sudah kehilangan

kemanusiaannya, diwakili dengan banyaknya angka kejahatan kejam yang terjadi.

Seperti Kasus Sisca F Yofie yang sempat menarik perhatian publik, karena kekejaman dan kekejian yang dilakukan pembunuhnya. Wawan bersama Ade menyeret tubuh Sisca dengan sepeda motor selama 500 meter. Peristiwa yang terjadi pada Agustus 2013 di Jalan Cipedes Tengah, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung ini membuat wajah Sisca hancur. Sebelum menyeret gadis cantik itu, Wawan terlebih dulu membacok korban beberapa kali di kepala. (Source: http://www.tribunnews.com/regional/2014/11/12/pembunuh-sisca-belum-tahu-vonis-hukuman-mati-dari-ma...)

Hakim dan jaksa, pengacara banyak yang berpihak pada mereka yang bersedia

membayar, nilai-nilai kesopanan dan akhlak pun banyak yang mulai memudar. Kasus

penangkapan pengacara OC Kaligis oleh KPK, Sebelumnya, Gerry, Tripeni Irianto

Putro selaku Ketua PTUN Medan, hakim Amir Fauzi, hakim Dermawan Ginting,

panitera sekretaris Syamsir Yusfan, terjaring operasi tangkap tangan (OTT) oleh tim

KPK di kantor PTUN Medan, Sumut pada Kamis (9/7). Kelimanya telah ditetapkan

sebagai tersangka atas sangkaan pemberi dan penerima suap dengan temuan barang

uang 15 ribu Dollar AS dan 5 ribu Dollar Singapura. (Sumber

Page 5: makalah Rahman

http://tribunnews.com/nasional/2015/07/15/oc-kaligis-diduga-inisiator-suap-hakim-

ptun-medan)

3. Sila III: Persatuan Indonesia

Indonesia terdiri dari belasan ribu pulau, ratusan suku, bahasa, budaya, dan

beberapa agama. Atas dasar sila ke-3 inilah semua elemen bangsa pada saat itu

bersepakat bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari kesemua sila, sila ke-3 inilah yang saya pikir dipraktikkan dengan paling baik,

meskipun itu masih dibumbui dengan banyak kendala. Masih banyak kepentingan

golongan yang didahulukan daripada kepentingan umum yang lebih besar. Masih

banyak politisi dan pejabat yang lebih menghamba pada partai politiknya daripada

mengabdi kepada konstituen/rakyatnya.

Yang paling berbahaya, praktik separatisme masih acapkali muncul di penjuru

tanah air, baru-baru ini, OPM (Organisasi Papua Merdeka) menyatakan perang terbuka

terhadap Indonesia. (http://www.lensaindonesia.com/2015/05/25/organisasi-papua-merdeka-

tantang-indonesia-perang-terbuka.html). Ketimpangan yang terjadi antar daerah sering

menjadi akar dalam masalah ini. Konflik antarsuku dan agama pun masih sering tak

terelakkan. Nasionalisme baru terlihat ketika ada ”pencurian” khasanah budaya bangsa

oleh asing, pencaplokan wilayah oleh asing, atau ketika wakil Indonesia tengah

berjuang dalam pertandingan olahraga. Selebihnya, masyarakat Indonesia masih

berpikiran egois, mengutamakan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri.

4. Sila IV: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Sila keempat ini menjadi dasar musyawarah dan pengakuan hakikat demokrasi

bangsa Indonesia. Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah harus dilakukan dengan

penuh kebijaksanaan dengan mengutamakan musyawarah mufakat terlebih dahulu.

Setiap kebijakan pemerintah harus prorakyat dan sejalan dengan kepentingan rakyat.

Faktanya banyak kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil oleh rakyat.

Dalam kasus lumpur Lapindo misalnya, sudah terang-terangan bahwa luapan lumpur

Lapindo terjadi karena kesalahan pihak Lapindo. Akan tetapi, oleh pemerintah

dianggap sebagai bencana alam. Uang negara pun terpaksa dikeluarkan untuk

menangani. Selain itu, banyak pula produk Undang-Undang yang dinilai tidak sejalan

dengan kepentingan rakyat. Yang juga menjadi catatan adalah kenyataan bahwa para

wakil rakyat umumnya adalah juga pengusaha. Seperti yang dituis di TEMPO.CO,

Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menyebut ada 63 persen

anggota Dewan Perwakilan Rakyat merangkap sebagai pengusaha. Sebagian dari

mereka punya perusahaan gadungan. "Sebagian besar anggota DPR jadi pengusaha.

Page 6: makalah Rahman

Dan ada sebagian politikus yang membuat perusahaan abal-abal," kata dia dalam

diskusi di Jakarta, Ahad 25 Maret 2012. Maka tak heran, banyak sekali produk Undang-

Undang maupun kebijakan yang dikeluarkan sangat sarat dengan kepentingan pribadi

mereka. Yang lebih parah, banyak pula Undang-Undang yang rancangannya ternyata

dibuat oleh pihak asing yang tentu saja lebih berpihak pada kepentingan asing di negeri

ini. Banyak yang menilai UU tersebut jauh dari semangat kerakyatan dan penuh dengan

intervensi asing dan pengusaha berkedok wakil rakyat.

5. Sila V: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila kelima menjadi dasar dari hak-hak sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila

ini, berusaha menjamin bahwa setiap individu Indonesia berhak memperoleh

kesejahteraan yang berkeadilan, pembangunan, dan pendidikan yang merata.

Wujud pengamalan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,secara rinci

adalah:

a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap

dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan

b. Bersikap adil

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

d. Menghormati hak-hak orang lain

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain

f. Menjauhi sikap pemerasan pada orang lain

g. Tidak bersifat boros

h. Tidak bergaya hidup mewah

i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan orang lain

j. Suka bekerja keras

k. Menghargai hasil karya orang lain

l. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial

Contoh sederhana pengamalan sila ke-5 pancasila adalah mentaati peraturan lalu

lintas ketika berkendara di jalan raya. Kita mempunyai hak untuk menggunakan jalan

raya, tetapi kita dilarang ugal-ugalan karena orang lain pun punya hak, maka kita juga

mempunyai kewajiban untuk menghormati hak orang lain tersebut dengan cara

mentaati peraturan lalu lintas. Termasuk dalam penerapan nilai-nilai pancasila sila

kelima juga dapat dilakukan dengan hidup sederhana. Gaya hidup sederhana bisa

mengurangi bahkan menghapus kecemburuan sosial di dalam hidup bermasyarakat.

Adapun penyimpangan dari penerapan nilai-nilai pancasila sila kelima dapat kita

cermati dalam tindakan pemerintah yang kurang peduli dengan golongan menengah ke

bawah, contoh kasus ini terjadi di pemprov DKI Jakarta yang mendapat kritik dari

Page 7: makalah Rahman

Komna HAM mengenai penggusuran di Kampung Pulo yang menimbulkan bentokran

beberapa hari yang lalu.

Menurut Komnas HAM, saat ini tata kota Pemprov DKI sering menimbulkan

kecemburuan sosial. Pasalnya, ada kesan hanya lingkungan masyarakat menengah ke

bawah saja yang digusur. Sedangkan warga menengah ke atas yang berada di daerah

resapan air, penampungan air tidak terkena penggusuran dan penertiban. Selain itu,

kurangnya sosialisasi tata kota dari Pemprov DKI terhadap warga dinilai dapat memicu

bentrokan fisik seperti yang terjadi saat penertiban di Kampung Pulo. Selain itu,

kurangnya sosialisasi tata kota dari Pemprov DKI terhadap warga dinilai dapat memicu

bentrokan fisik seperti yang terjadi saat penertiban di Kampung Pulo. (Viva.co.id -Bayu

Adi Wicaksono, Foe Peace Simbolon ;Senin, 24 Agustus 2015, 17:34 WIB).

Page 8: makalah Rahman

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penerapan nilai-nilai pancasila di Indonesia belum sepenuhnya dilaksanakan

terbukti masih banyaknya kasus-kasus penyimpangan seperti pembahasan diatas.

Bangsa Indonesia akan mampu mengatasi persolan-persoalan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara apabila berpegang pada nilai-nilai luhur pancasila. Beberapa

fakta tersebut di atas merupakan kendala tersendiri bagi bangsa Indonesia ke depan, hal

ini bukan berarti Pancasila yang gagal dalam mengawal tercapainya tujuan dan cita-cita

nasional. Akan tetapi, bangsa Indonesia lah yang belum bisa menerapkan Pancasila itu

dalam kehidupannya. Sesempurna apapun ideologi kalau manusia-manusianya tidak

baik, hasilnya tidak akan baik juga. Akibatnya, tujuan dan cita-cita nasional itu seolah-

olah semakin jauh dari kata tercapai.

B. Saran

1. Hendaknya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dipraktikkan sejak usia

anak sekolah agar tetap lestari dan menjadi bagian dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.

2. Hendaknya nilai-nilai pancasila dilaksanakan secara konsisten demi terwujudnya

Indonesia yang makmur lahiriah maupun bathiniyah.

3. Penerapan nilai-nilai pancasila bisa dimulai dari diri sendiri, dan keluarga serta

lingkungan terdekat.

Page 9: makalah Rahman

MAKALAHPkn

PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA

DI INDONESIA

Dosen Pembimbing:

Ida Riana, M.Pd.

Disusun Oleh:

Fatkhur Rohman (XII TKR III)

Rizky Ramadhani (XII TKR III)

SMK PGRI SUKODADITAHUN PELAJARAN 2015/2016

Page 10: makalah Rahman

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas berkat rohmat dan pertolongan Allah SWT, kami dapat

menyelesaikan makalah ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ida Riana, M.Pd. selaku guru mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sekaligus guru pembimbing dalam penulisan

makalah ini. Tak lupa juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses

penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Makalah dengan judul:”PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DI

INDONESIA” ini memuat Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dimulai dari Sila Ke-1

sampai ke-5, selanjutnya penerapan nilai-nilai pancasila di Indonesia baik yang positif

maupun negatif.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini dikarenakan

keterbatasan pengetahuan serta kemampuan kami untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan demi pebaikan di masa yang akan datang, semoga

makalah sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Sukodadi, Agustus 2015

Penulis