makalah praktik audit persentasi i

Upload: junaidi-pranata

Post on 02-Mar-2016

257 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Pemahaman Mengenai Entitas dan Lingkunganya & Penetapan Risiko Salah Saji Material dan Desain Prosedur Audit. Sebuah makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Audit. Walaupun cukup banyak rintangan yang harus dihadapi selama masa penulisan makalah ini, tetapi Alhamdulillah dapat teratasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami maksudkan agar dapat memberikan gambaran tentang Pemahaman Mengenai Entitas dan Lingkunganya & Penetapan Risiko Salah Saji Material dan Desain Prosedur Audit.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi isi maupun segi penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari segenap pembaca, demi kelancaran makalah berikutnya. Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Pekanbaru,18 Juli 2013

PenulisPEMAHAMAN MENGENAI ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA

Memahami bisnis dan industry klien dijelaskan dalam SA Seksi 318 dimana didalam SA ini dipaparkan mengenai pemahaman atas Bisnis klien, didalamnya juga memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk memahami bisnis dan industry klien, yaitu:

pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.

Dalam audit ulangan, auditor dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang kekhususan bisnis klien dengan cara mereview kertas kerja yang disimpan dalam arsip permanen.

Diskusi dengan orang dalam entitas

Ada beberapa orang dalam entitas, seperti komite audit, diirektur, dan personel operasi, yang dapat dijadikan sumber informasi bagi auditor dalam memahami bisnis entitas dan industrinya. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor intern. Auditor intern merupakan sumber informasi untuk memahami kekuatan dan kelemahan pengendalian intern yang diterapkan dalam organisasi entitas dalam menjaga keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Review terhadap laporan auditor intern adalah cara yang efektif. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum / penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas/dalam industry.

Auditor dapat berkomunikasi dengan auditor lain yang di tahun sebelumnya telah melakukan audit atas laporan keuangan entitas untuk memperoleh pemahaman tentang bisnis entitas. Disamping itu, auditor dapat berkomunikasi dengan penasihat hukum / penasihat lain untuk memperoleh informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam bisnisnya.

Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas

Publikasi yang berkaitan dengan industry

Pengetahuan mengenai industry yang menjadi tempat usaha klien dapat diperoleh dengan:

Meminta keterangan dari klien

Berlangganan majalah yang dikeluarkan oleh organisasi industri yang bersangkutan.

Aktif berpartisipasi dalam perkumpulan berbagai industri / program-program latihan yang diselenggarakan oleh berbagai industry.

Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas

Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas.Dalam perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan dampak berbagai peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berdampak terhadap bisnis klien, sehingga hal ini mempengaruhi prosedur audit yang akan dilaksanakan atas laporan keuangan klien.

Kunjungan ke tempat/fasiliras pabrik entitas

Sebelum memulai audit terhadap laporan keuangan kliennya, auditor perlu melakukan inspeksi ke pabrik dan kantor lain. Dari inspeksi auditor dapat memperoleh pengetahuan mengenai tata letak pabrik, proses produksi, produk-produk utama perusahaan, dan penjagaan fisik terhadap aktiva perusahaan.

Dokumen yang dihasilkan oleh entitas.

Berbagai dokumen yang dihasilkan oleh entitas dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry entitas. Notulen rapat direksi merupakan dokumen yang sangat penting untuk memperoleh informasi tentang berbagai keputusan strategi yang dilakukan dalam bisnis entitas.1. KOMUNIKASI DENGAN AUDITOR PENDAHULU

Pemahaman untuk hal ini tidak lepas dari PSA No 16 SA 315, dimana komunikasi antar auditor ini memberikan gambaran kepada auditor pengganti mengenai salah saji yang mungkin ditemukan dalam laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor pendahulu. Komunikasi antar auditor ini berlaku dalam hal auditor independen mempertimbangkan untuk menerima suatu perikatan (engagement) untuk mengaudit atau mengaudit kembali laporan keuangan setelah auditor pengganti itu ditunjuk dalam perikatan.

Pemahaman mendasar mengenai SA 315 ini adalah:

a) Siapa Auditor Pendahulu

Auditor pendahulu adalah auditor yang telah melaporkan laporan keuangan auditan terkini atau telah mengadakan perikatan untuk melaksanakan namun belum menyelesaikan audit laporan keuangan atau telah mengundurkan diri , bertahan untuk menunggu penunjukkan kembali, atau telah diberitahukan bahwa jasanya telah, atau mungkin akan, dihentikan.

b) Siapa Auditor Pengganti

Auditor pengganti adalah auditor yang sedang mempertimbangkan untuk menerima perikatan untuk mengaudit laporan keuangan, namun belum melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu.

A. KOMUNIKASI AUDITOR PENGGANTI SEBELUM MENERIMA PERIKATAN

Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu dilaksanakan, karena mungkin auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan perikatan. Auditor pengganti harus selalu memperhatikan antara lain, bahwa auditor pendahulu dan klien mungkin berbeda pendapat tentang penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau hal-hal signifikan yang serupa. (SA 315 Par.07)

Auditor pengganti harus meminta izin dari calon klien untuk meminta keterangan dari auditor pendahulu sebelum penerimaan final perikatan tersebut. Kecuali sebagaimana yang diperkenankan oleh Kode Etik Akuntan Indonesia, seorang auditor dilarang untuk mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam menjalankan audit tanpa secara khusus memperoleh persetujuan dari klien. Oleh karena itu, auditor pengganti harus meminta persetujuan calon klien agar mengizinkan auditor pendahulu untuk memberikan jawaban penuh atas permintaan keterangan dari auditor pengganti. Apabila calon klien menolak memberikan izin kepada auditor pendahulu untuk memberikan jawaban atau membatasi jawaban yang boleh diberikan, maka auditor pengganti harus menyelidiki alasan-alasan dan mempertimbangkan pengaruh penolakan atau pembatasan tersebut dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan dari calon klien tersebut. (SA 315 Par.08)

Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut keyakinan auditor pengganti akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan. Hal-hal yang dimintakan keterangan harus mencakup:

a. Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen.

b. Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau soal-soal signifikan yang serupa.c. Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan tanggung jawab setara tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien, dan masalah masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern. d. Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor. (SA 315 Par.09)

Auditor pengganti dapat mempertimbangkan permintaan keterangan layak yang lain diketahuinya. Namun, jika ia harus memutuskan untuk tidak memberikan jawaban yang lengkap, karena keadaan yang luar biasa, misalnya perkara pengadilan di masa yang akan datang, ia harus menunjukkan bahwa jawabannya adalah terbatas. Apabila auditor pengganti menerima suatu jawaban yang terbatas, maka ia harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan apakah ia menerima perikatan atau menolaknya.

B. KOMUNIKASI LAIN

Auditor pengganti harus meminta klien agar memberikan izin kepada auditor pendahulu untuk memperbolehkan auditor pengganti melakukan review atas kertas kerja auditor pendahulu. Auditor pendahulu dapat meminta izin dan surat pengakuan dari klien untuk mendokumentasikan izin yang diberikan oleh klien tersebut dalam usaha untuk mengurangi salah pengertian tentang lingkup komunikasi yang diizinkan. Biasanya dalam keadaan seperti itu auditor pendahulu menyediakan diri bagi auditor pengganti dan menyediakan kertas kerjanya untuk di-review oleh auditor pengganti. Auditor pendahulu harus menentukan kertas kerja yang mana yang disediakan untuk di-review dan mana yang dapat di-copy oleh auditor pengganti. Biasanya auditor pendahulu harus mengizinkan auditor pengganti untuk melakukan review atas kertas kerja, termasuk dokumentasi perencanaan, pengendalian intern, hasil audit, dan hal-hal signifikan di bidang akuntansi dan auditing, seperti kertas kerja analisis akun neraca, dan yang berkaitan dengan kontijensi. Auditor pendahulu juga harus mencapai kesepakatan dengan auditor pengganti tentang penggunaan kertas kerja. Luasnya izin akses ke kertas kerja yang diberikan oleh auditor pendahulu, jika ada, merupakan masalah pertimbangan auditor pendahulu. (SA 315 Par.11)

C. KOMUNIKASI UNTUK AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG SEBELUMNYA TELAH DIAUDIT

Aturan 403 (Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik Seksi 403) menyatakan berikut ini:

..Akuntan publik tidak diperkenankan menerima perikatan atestasi yang jenis atestesi dan periodenya sama dengan perikatan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundangan-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.

Hal-hal penting yang harus dilakukan oleh auditor pengganti saat menerima audit atas laporan keuangan yang sebelumnya telah diaudit:

1. Jika auditor diminta untuk mengaudit dan melaporkan laporan keuangan yang sebelumnya telah diaudit dan dilaporkan (selanjutnya disebut dengan pengauditan kembali), auditor yang sedang mempertimbangkan untuk menerima perikatan pengauditan kembali juga disebut auditor pengganti, dan auditor yang sebelumnya melaporkan laporan keuangan tersebut juga disebut auditor pendahulu. Sebagai tambahan komunikasi yang dijelaskan dalam paragraf 07 s.d 10, auditor pengganti harus menyatakan tujuan permintaan keterangan adalah untuk memperoleh informasi tentang apakah auditor pengganti dapat menerima perikatan untuk melaksanakan pengauditan kembali.

2. Jika auditor pengganti menerima perikatan pengauditan kembali, ia dapat mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari permintaan keterangan kepada auditor pendahulu dan review yang dilakukan terhadap laporan serta kertas kerja auditor pendahulu di dalam merencanakan pengauditan kembali. Namun, informasi yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut dan review yang dilakukan atas laporan dan kertas kerja auditor pendahulu tidak cukup dipakai sebagai basis untuk menyatakan pendapat. Sifat, saat, dan luasnya pekerjaan audit yang dilaksanakan dan kesimpulan yang dicapai dalam pengauditan kembali semata-mata merupakan tanggung jawab auditor pengganti yang melaksanakan pengauditan kembali tersebut.3. Auditor pengganti harus merencanakan dan melaksanakan pengauditan kembali berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Auditor pengganti harus tidak memikul tanggung jawab untuk pekerjaan auditor pendahulu atau menerbitkan suatu laporan yang mencerminkan pembagian tanggung jawab sebagaimana yang dijelaskan dalam SA Seksi 543 (PSA No. 38) Bagian Audit Dilaksanakan oleh Auditor Independen Lain. Disamping itu, auditor pendahulu bukan spesialisis sebagaimana yang didefinisikan dalam SA Seksi 336 (PSA No. 39) Penggunaan Pekerjaan Spesialis, atau auditor intern sebagaimana didefinisikan dalam SA Seksi 322 (PSA No. 33) Pertimbangan Auditor atas Fungsi Auditor Intern dalam Audit Laporan Keuangan.

4. Jika auditor pengganti telah mengaudit periode berjalan, hasil auditnya dapat dipertimbangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pengauditan kembali periode atau beberapa periode sebelumnya dan dapat memberikan bukti audit yang bermanfaat dalam pelaksanaan pengauditan kembali.5. Jika dalam perikatan pengauditan kembali, auditor pengganti tidak dapat memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan, auditor pengganti harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberikan pendapat karena ketidakmampuannya untuk melaksanakan prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan oleh auditor pengganti.6. Auditor pengganti harus meminta kertas kerja untuk periode atau beberapa periode yang dicakup dalam pengauditan kembali dan periode sebelum pengauditan kembali. Namun, luasnya izin yang diberikan oleh auditor pendahulu untuk akses ke kertas kerjanya, jika ada, merupakan masalah pertimbangan auditor pendahulu.7. Dalam pengauditan kembali, auditor pengganti umumnya tidak akan dapat mengamati sediaan atau melakukan perhitungan fisik pada tanggal pengauditan kembali atau pada tanggal atau beberapa tanggal sebagaimana dibahas dalam SA Seksi 331 (PSA No. 07) Sediaan, paragraf 09 s.d 11. Dalam keadaan ini, auditor pengganti dapat mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari review-nya atas kertas kerja auditor pendahulu dan permintaan keterangan dari auditor pendahulu untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur yang harus diterapkan dalam keadaan tersebut. Auditor pengganti yang melaksanakan pengauditan kembali harus, jika material, mengamati atau melakukan beberapa perhitungan fisik sediaan pada tanggal setelah periode yang diaudit kembali, berkaitan dengan audit berjalan atau dengan cara lain, dan menerapkan pengujian semestinya terhadap transaksi yang terjadi di antaranya. Prosedur yang semestinya dapat mencakup pengujian transaksi sebelumnya, review atas catatan perhitungan sebelumnya, dan penerapan prosedur analitik, seperti gross profit test

D. KOMUNIKASI AUDITOR PENGGANTI JIKA TERDAPAT TEMUAN TENTANG SALAH SAJI YANG MUNGKIN TERJADI DALAM LAPORAN KEUANGAN YANG DILAPORKAN OLEH AUDITOR PENDAHULU (SA 315 Parg. 21-22)

Jika selama audit atau pengauditan kembali, auditor pengganti mengetahui informasi yang menyebabkan ia yakin bahwa laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor pendahulu mungkin memerlukan revisi, auditor pengganti harus meminta kepada klien untuk menginformasikan situasi ini kepada auditor pendahulu, dan mengatur pertemuan tiga pihak untuk membahas informasi ini dan mencoba menyelesaikan masalah ini. Auditor pengganti harus mengkomunikasikan kepada auditor pendahulu, dan mengatur pertemuan tiga pihak untuk membahas informasi ini dan mencoba menyelesaikan masalah ini. Auditor pengganti harus mengkomunikasikan kepada auditor pendahulu setiap informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor pendahulu sesuai dengan SA Seksi 561 (PSA No. 47) Penemuan Kemudian Fakta yang Ada pada Tanggal Laporan Auditor, yang menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh auditor jika ia kemudian menemukan fakta yang dapat berpengaruh terhadap laporan keuangan auditan yang dilaporkan sebelumnya.

Jika klien menolak untuk memberitahukan kepada auditor pendahulu atau jika auditor pengganti tidak puas dengan penyelesaian masalah tersebut, auditor pengganti harus mengevaluasi (a) kemungkinan implikasinya ke perikatan yang sedang berjalan, (b)apakah menarik diri dari perikatan. Disamping itu, auditor pengganti dapat melakukan konsultasi dengan penasihat hukumnya dalam menentukan langkah semestinya yang selanjutnya akan dilaksanakan.

2. PELAKSANAAN PROSEDUR ANALITIKProsedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan.Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya.b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.Salah satu tahap dalam Perencanaan Pemeriksaan yang bisa dikritisi adalah Prosedur Analitis. Prosedur Analitis (analytical procedures) atau Prosedur Analitik Awal menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya telah masuk akal.Secara sederhana, tahap Prosedur Analitis merupakan tahap memotret entitas yang diperiksa sehingga diketahui dimana letak akun-akun yang bermasalah dan mengandung salah saji. Dalam istilah kedokteran, kita mengenal istilah diagnosa yakni tahap dimana seorang dokter melakukan pemeriksaan atas penyakit dengan terlebih dahulu memahami gejala yang diderita oleh sang pasien.

Diagnosa ini sangat berguna, sehingga seorang pasien yang datang ke dokter tidak perlu diperiksa dari ujung kepala sampai ujung kaki jika gejala yang dideritanya hanya mual. Dokter akan mempersempit ruang lingkup pemeriksaan. Saluran pencernaan, utamanya lambung, akan diperiksa oleh dokter sembari mengumpulkan informasi dari pasien tentang makanan yang dikonsumsinya pada dua hari terakhir. Diagnosa seperti ini nantinya akan menghemat waktu, biaya, dan tentu saja tenaga dokter dan pasien.

Begitu pula dengan auditing atau pemeriksaan keuangan. Diagnosa pemeriksaan ada di tahap prosedur analitis. Di tahap ini, pemeriksa akan melakukan evaluasi informasi keuangan dengan mempelajari hubungan rasional antara data keuangan yang satu dengan data keuangan yang lain, atau antara data keuangan dengan data non keuangan.Contoh :

Dalam audit bisnis, total biaya komisi penjualan tidak perlu diaudit dengan meneliti detil setiap transaksi pembayaran komisi penjualan. Sebelum memilih sampel, auditor bisa melakukan prosedur analitis dengan membandingkan biaya komisi pada total pendapatan atas penjualan.

Atau dalam audit gaji, auditor cukup melakukan perbandingan antara total biaya gaji dengan tenaga personil guna mendapatkan data tentang pembayaran yang tidak semestinya dilakukan (tidak diotorisasi). Prosedur analitis seperti ini akan lebih mudah, murah, dan cepat dalam memberi petunjuk jika terjadi penyimpangan dalam laporan keuangan. Pengujian detil atas transaksi-transaksi tersebut (pengambilan sampel) hanya dilakukan jika berdasarkan hasil prosedur analitis akun gaji menunjukkan tren yang tidak wajar.

Hasil diagnosa dalam Prosedur Analitis ini akan membuat audit berjalan efektif karena akan mengurangi pekerjaan auditor dalam melaksanakan pengujian substantif atas detil transaksi (Test of Detail Balances). Analisis informasi pada data keuangan atau nonkeuangan juga dapat dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu berdasarkan data laporan keuangan tahun berjalan. Gambaran tentang solvabilitas, efisiensi, dan profitabilitas perusahaan pada tahun ini dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya, bahkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan:

a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan perubahan yang diketahui.

b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari data interim atau tahunan.

c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.

d. Informasi industri bidang usaha klien, misalnya informasi laba bruto.

e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan. (SA 329 Parg.05)

A. PROSEDUR ANALITIK DALAM PERENCANAAN AUDIT

Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,

b. Mengindentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengindentifikasi hal-hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.

Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit yang umumnya menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut, kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur analitik mungkin meliputi analisis laporan keuangan triwulan yang ekstensif. Pada kedua keadaan tersebut, prosedur analitik yang dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar dalam menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan yang efektif.

Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala informasi nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan, luas ruang penjulan, jumlah barang yang diproduksi dan informasi serupa lainnya mungkin membantu dalam mencapai tujuan prosedur.

B. PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENGUJIAN SUBSTANTIF

Kepercayaan auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan suatu asersi dapat berasal dari pengujian rinci, dari prosedur analitik, atau dari kombinasi keduanya. Keputusan mengenai prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan audit tertentu didasarkan pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang ada. Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:a. Sifat asersi.

b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.

c. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

d. Ketetapan harapan.

C. SIFAT ASERSI

Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas asersi yang kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti rinci atau bila bukti yang rinci tidak langsung tersedia. Sebagai contoh, perbandingan dari kumpulan gaji yang dibayar dengan jumlah karyawan mungkin menunjukkan pembayaran yang tidak sah yang mungkin tidak tampak dari pengujian transaksi individual. Perbedaan dari hubungan yang diharapkan dapat juga menunjukkan kemungkinan penghilangan dari catatan akuntansi, bilamana bukti transaksi individual dari pihak yang independen yang seharusnya dibukukan tidak langsung tersedia.

D. KELAYAKAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMPREDIKSIKAN SUATU HUBUNGAN

Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat hubungan menjadi masuk akal sebab data kadang-kadang seperti berkaitan padahal kenyataannya tidak demikian, sehingga dapat mengarahkan auditor ke pengambilan kesimpulan yang salah. Di samping itu, adanya satu hubungan yang tidak diharapkan dapat memberikan bukti yang penting jika diteliti secara memadai. Karena tingkat keyakinan yang lebih tinggi diharapkan dari prosedur analitik, dibutuhkan lebih banyak hubungan untuk mengembangkan harapan. Hubungan dalam satu lingkungan yang stabil biasanya lebih dapat diduga daripada hubungan dalam satu lingkungan yang dinamis atau tidak stabil. Hubungan yang melibatkan akun laba-rugi cenderung lebih dapat diduga dari pada hubungan yang melibatkan hanya akun neraca, karena akun laba-rugi mencerminkan transaksi selama satu periode waktu, sementara akun neraca mencerminkan saldo pada satu titik waktu. Hubungan yang menyangkut transaksi yang tergantung pada keputusan manajemen kadang-kadang kurang dapat diduga. Sebagai contoh, manajemen mungkin memilih untuk mengeluarkan biaya pemeliharaan dari pada mengganti aktiva tetap, atau mereka mungkin menunda suatu pengeluaran iklan.

E. KETERSEDIAAN DAN KEANDALAN DATA

Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk mengembangkan taksiran bagi beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk menguji asersi kelengkapan, penjualan yang ditaksir bagi jenis usaha tertentu mungkin dapat dikembangkan dari statistik produksi atau ukuran tempat penjualan. Bagi jenis usaha lain, data yang relevan untuk asersi kelengkapan penjualan mungkin tidak langsung tersedia dan mungkin akan lebih efektif dan efisien untuk menggunakan catatan pengiriman yang rinci dalam menguji asersi tersebut.

Auditor memperoleh keyakinan dari prosedur analitik berdasarkan atas konsistensi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan dari data yang diperoleh dari sumber lainnya. Keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan harus sesuai dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik. Auditor harus menilai keandalan data dengan mempertimbangkan sumber data dan kondisi yang melingkupi pengumpulan data serta pengetahuan lain yang mungkin dimiliki auditor mengenai data itu. Faktor berikut ini mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap keandalan data untuk mencapai tujuan audit:

a. Apakah diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas atau dari sumber di dalam entitas.

b. Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang bertanggung jawab atas jumlah yang diaudit.

c. Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan dengan pengendalian memadai.

d. Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya.

e. Apakah harapan dikembangkan dengan memakai data dari berbagai sumber.

F. KETEPATAN HARAPAN

Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji yang material, baik secara individu atau secara kelompok, dengan salah saji lainnya, akan teridentifikasi untuk diaudit oleh auditor (paragraf 20). Ketika harapan menjadi lebih tepat, toleransi perbedaan yang diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil prosedur analitik dengan angka sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan besar karena salah saji. Ketepatan harapan tergantung pada, antara lain, identifikasi dan pertimbangan auditor terhadap faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi jumlah yang diaudit dan tingkat kerincian data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubunan keuangan. Sebagai contoh, penjualan dipengaruhi oleh harga, volume dan campuran produk. Sebaliknya, masing-masing hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan fakto yang bertentangan dapat menutupi salah saji. Identifikasi yang lebih efektif terhadap faktor yang secara signifikan mempengaruhi hubungan umumnya dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik.

Harapan yang dikembangkan pada tingkat yang rinci biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam mendeteksi salah saji jumlah tertentu dari pada perbandingan secara luas. Jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dari pada jumlah tahunan dan perbandingan berdasarkan lokasi atau jalur usaha biasanya akan lebih efektif dari pada membandingkan perusahaan secara keseluruhan. Tingkat kerincian yang cocok akan dipengaruhi oleh sifat klien, besarnya dan kerumitannya. Umumnya risiko salah saji yang material menjadi kabur akibat meningkatnya faktor yang bertentangan karena operasi klien menjadi lebih rumit dan lebih beragam. Penguraian masalah akan membantu mengurangi risiko ini.

G. PENYELIDIKAN DAN EVALUASI PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN

Dalam merencanakan prosedur analitik sebagai pengujian substantif, auditor harus mempertimbangkan jumlah perbedaan yang diharapkan yang dapat diterima tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pertimbangan ini dipengaruhi terutama yang dapat diterima oleh materialitas dan harus konsisten dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur ini. Penentuan jumlah ini melibatkan pertimbangan kemungkinan bahwa kombinasi dari salah saji dalam saldo akun tertentu, atau golongan transaksi tertentu, atau saldo atau golongan transaksi lainnya, dapat terhimpun menjadi suatu jumlah yang tidak dapat diterima.

Auditor harus mengevaluasi perbedaan material yang tidak diharapkan. Dengan mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam mengembangkan harapan dan permintaan keterangan dari manajemen dapat membantu auditor dalam hal ini. Namun, tanggapan manajemen biasanya harus didukung dengan bukti lain. Dalam keadaan tersebut, bila penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup mengenai asersi yang bersangkutan dengan melakukan prosedur audit lainnya untuk meyakinkan dirinya apakah perbedaan tersebut kemungkinan merupakan salah saji. Dalam mendesain prosedur audit lainnya itu, auditor harus mempertimbangkan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan, yang mungkin menunjukkan risiko yang meningkat dari salah saji yang material. (Lihat SA Seksi 316 [PSA No. 70] Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.)

H. PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN DALAM REVIEW YANG MENYELURUH Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Berbagai macam prosedur analitik mungkin bermanfaat untuk tujuan ini. Review menyeluruh umumnya meliputi pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan:a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit, dan

b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang sebelumnya tidak diidentifikasi.

Hasil review menyeluruh dapat menunjukkan bahwa bukti tambahan mungkin diperlukan.

3. PERTIMBANGAN AKAN PENGENDALIAN INTERNAL

SA Seksi 319 (PSA No. 69) Pertimbangan Pengendalian Intern dalam Audit atas Laporan Keuangan mensyaratkan agar dalam merencanakan audit, auditor memperoleh pemahaman memadai tentang pengendalian intern entitas atas pelaporan keuangan. Juga disebutkan bahwa pengetahuan tersebut harus digunakan untuk mengidentifikasi tipe salah saji potensial, mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material, dan mendesain pengujian substantif.Dalam semua audit, seorang auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan.

Setelah memperoleh pemahaman tersebut, maka seorang auditor menaksir resiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Auditor dapat menaksir resiko pengendalian pada tingkat maksimum (probabilitas tertinggi bahwa salah saji material dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan dicegah atau dideteksi pada saatnya oleh pengendalian intern entitas) karena auditor yakin bahwa pengendalian tidak mungkin berkenaan dalam suatu asersi, tidak mungkin efektif, atau karena evaluasi terhadap efektivitasnya tidak akan efisien. Sebagai alternatifnya, auditor dapat memperoleh bukti audit tentang efektivitas baik desain maupun operasi suatu pendukung yang mendukung resiko pengendalian taksiran rendah. Bukti audit semacam itu dapat diperoleh dari pengujian pengendalian yang direncanakan atau dilaksanakan bersamaan dengan pemerolehan atau dari prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang tidak secara khusus direncanakan sebagai pengujian pengendalian.

Setelah auditor memperoleh pemahaman dan menaksir resiko pengendalian, auditor dapat mencari pengurangan lebih lanjut tingkat resiko pengendalian taksiran untuk asersi tertentu. Dalam hal seperti ini, auditor mempertimbangkan apakah bukti audit yang cukup untuk mendukung pengurangan lebih lanjut mungkin tersedia dan apakah pelaksanaan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh bukti audit tersebut akan efisien.

Auditor menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari pemahaman atas pengendalian intern dan tingkat resiko pengendalian taksiran dalam menentukan sifat, saat, dan luas pengujian substantif untuk asersi laporan keuangan.

4. KEBUTUHAN AKAN SUPERVISI

Kecurangan sering kali terjadi menyangkut hal berikut ini:

(a) suatu tekanan atau suatu dorongan untuk melakukan kecurangan,

(b) suatu peluang yang dirasakan ada untuk melaksanakan kecurangan.

Meskipun tekanan dan peluang khusus untuk terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dapat berbeda dari kecurangan melalui perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva, dua kondisi tersebut biasanya terjadi di kedua tipe kecurangan tersebut. Sebagai contoh, kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat dilakukan karena manajemen berada di bawah tekanan untuk mencapai target laba yang tidak realistik. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat dilakukan karena individu yang terlibat hidup di luar batas kemampuannya. Peluang dirasakan ada jika seorang individu yakin bahwa ia dapat menghindari pengendalian intern (SA 316)

Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan. Sebagai contoh, manajemen yang melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah saji dengan menciptakan faktur fiktif, karyawan atau manajemen yang memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat mencoba menyembunyikan tindakan pencurian mereka dengan memalsu tanda tangan atau menciptakan pengesahan elektronik yang tidak sah di atas dokumen otorisasi pengeluaran kas. Audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia jarang berkaitan dengan keaslian dokumentasi, atau auditor tidak terlatih sebagai atau diharapkan sebagai seorang yang ahli dalam menguji keaslian seperti itu.

Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa pengendalian aktivitas telah dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada auditor. Contoh lain, auditor dapat menerima konfirmasi palsu dari pihak ketiga yang melakukan kolusi dengan manajemen. Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa suatu bukti dapat meyakinkan, meskipun kenyataannya palsu.

Karena kemungkingan terjadinya kecurangan sangat tinggi, perusahaan menerapkan pengawasan yang lebih ketat lagi. Semakin tinggi tingkat kecurangan yang terjadi dalam perusahaan, kebutuhan akan supervisi juga akan semakin tinggi.

PENETAPAN RISIKO SALAH SAJI MATERIAL DAN DESAIN PROSEDUR AUDIT

Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini:a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (sering kali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji material dalam laporan keuangan akan terdeteksi. Karena aspek penyembunyian kegiatan kecurangan, termasuk fakta bahwa kecurangan sering kali mencakup kolusi atau pemalsuan dokumentasi, dan kebutuhan untuk menerapkan pertimbangan profesional dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risiko kecurangan dan kondisi lain, walaupun audit yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan.Resiko salah saji material dalam asersi laporan keuangan terdiri dari:

a. Resiko bawaan, adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan anggapan tidak terdapat pengendalian yang berkaitan.

b. Resiko pengendalian, adalah resiko salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan dapat dicegah pada saat yang tepat oleh pengendalian intern entitas.

c. Resiko deteksi, adalah resiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi.DESAIN PROSEDUR AUDIT

Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit. Beberapa prosedur untuk audit kas yaitu, prosedur analitis, menginspeksi, mengkonfirmasi, mengajukan pertanyaan, menghitung, menelusuri, mencocokkan ke dokumen, mengamati, melakukan ulang, serta teknik audit berbantuan komputer.

PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT PENGUJIAN PENGENDALIAN

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk menghadapi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi.

Aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal berikut ini:

a. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja periode sebelumnya; menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu sama lain.

b. Pengolahan informasi. Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum (general control) dan pengendalian aplikasi (application control).

c. Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup pemakai akhir (end-user). Pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan aplikasi secara individual. Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi, adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.

d. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi transaksi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan tugasnya dalam keadaan normal.

KASUSCAPITALBANC CORPORATION

Pada tahun 1975, Cordova dan beberapa investor lainnya mendirikan Capital National Bank (CNB) di Bronx, New York. Cordova ditunjuk sebagai banks executive officer (CEO) dan Ketua Dewan. Selama beberapa tahun terakhir, bank membuka 5 kantor cabang di New York City. CNB adalah bank yang khusus melayani Hisponic American dan komunitas imigran di New York City. Pada tahun 1986, Cordova dan beberapa pemilik CNB lainnya membentuk CapitalBanc Corpotation, yang terdaftar di Securities and Exchange Commision (SEC). Sepanjang keberadaannya, entitas operasi utama yang dikendalikan oleh CapitalBanc adalah CNB. Cordova juga berperan sebagai presiden, CEO dan ketua dewan pada perusahaan baru tersebut.

Pada musim gugur tahun 1987, CapitalBanc menyewa Arthur Andersen & Co sebagai KAPnya. Tugas pertamanya adalah mengaudit laporan keuangan konsolidasi untuk tahun fiskal berakhir 31 Desember 1987. Thomas Curtin sebagai partner Arthur Andersen sejak tahun 1979, kembali menjadi partner untuk audit Capitalbanc tahun 1987. Curtin bertanggung jawab untuk menyusun perencanaan-perencanan audit bersama James Lukenda, yaitu manager audit KAP Arthur Andersen sejak tahun 1983. Lukenda juga mengawasi staf-staf auditor yang ditugaskan pada Capitalbanc.

Pada 29 Desember 1987, beberapa orang staf auditor KAP Arthur Andersen didampingi oleh anggota staf audit internal CNB bermaksud mengamati dan berpartisipasi dalam pemeriksaan mendadak dana kas kantor cabang bank jalan 177 mengenai tujuan audit terkait termasuk pengujian kepatuhan CNB dengan prosedur pengawasan tertentu dan mengevaluasi kompetensi staf audit internal bank.

Personil akuntansi di setiap cabang CNB menyimpan lembar bukti buku besar dalam sebuah ruangan atau brangkas yang disesuaikan dengan kas di tangan untuk saldo akun buku besar kas cabang. Selama pemeriksaan akun kas di kantor cabang jalan 177 ini, auditor Arthur Andersen menemukan 2,7 juta dolar sesuai dengan lembar bukti yang ada. Jumlah ini setara dengan 61 persen saldo buku besar kas dan 45 persen dari total dana kas yang seharusnya tersedia pada saat pemeriksaan mendadak ini. Ketika staf auditor menanyakan uang sebesar 2,7 juta dolar ini, karyawan bank mengatakan bahwa Cordova telah memisahkan kas ini di dalam sebuah kabinet (lemari) terkunci di dalam ruangan atau brangkas utama bank. Dibutuhkan 3 kunci untuk membuka kabinet (lemari) tersebut. Cordova saat ini sedang ke luar negeri dan dia membawa salah satu kunci kabinet (lemari).

Pemeriksaan semetara terhambat, dan staf auditor menelepon Lukenda menyampaikan kepada Lukenda tentang informasi pemisahan kas sebesar 2,7 juta dolar tersebut. Setelah mempertimbangkan hal tersebut dan mendiskusikannya dengan Curtin, Lukenda memerintahkan untuk menunda perhitungan kas ini sampai Cordova kembali. Lukenda juga mengatakan kepada staf auditornya bahwa tidak perlu segel audit untuk pintu kabinet (lemari) atau cara lain dengan membuat 3 kunci untuk sistem keamanan seperti yang digunakan pada cabang ini. Mengikuti percakapan dengan Lukenda via telepon tadi, staf auditor memberitahukan kepada personil bank bahwa pemeriksaan akun kas akan dilanjutkan pada hari dimana Cordova telah kembali dari perjalanannya.

Praktik CNB yang melakukan pemisahan sejumlah besar kasnya pada kabinet (lemari) terkunci tersebut jelas bukan merupakan prosedur bank yang tidak normal. Setelah penyelidikan, SEC memberikan komentarnya terhadap praktek ini:

Ini merupakan keadaan yang tidak biasa, karena sebagian besar dari kas bank harus bisa diakses pada suatu periode, dan hal ini juga tidak biasa dimana sebagian besar dari asset bank tidak diinvestasikan dan menghasilkan pendapatan bunga pada suatu periode.Pada awal Januari 1988, karyawan dari cabang jalan 177 memberitahukan kepada Arthur Andersen bahwa Cordova akan kembali pada tanggal 14 Januari. Pada hari itu, staf auditor Arthur Andersen sampai di cabang dan menyelesaikan pemeriksaan dana kas mereka. Cordova membuka kunci kabinet (lemari) bersama staf auditor. Auditor kemudian mulai menghitung kas sebesar 2,7 juta dolar yang belum dihitung pada pemeriksaan tanggal 29 Desember 1987. Semua kas ternyata ada. Dana kas lainnnya pada bank cabang jalan 177 atau labang CNB lainnya diperiksa oleh auditor Arthur Andersen pada tanggal 14 Januari 1988.

Setelah pemeriksaan dana kas yang terpisah, staf auditor menanyakan kepada Cordova mengapa menyimpan dana ini pada kabinet (lemari) terkunci. Cordova menjawab bahwa nasabah yang medepositokan uangnya dalam jumlah besar mendesak untuk menguangkan sertifikat deposito sesuai dengan permintaannya setiap saat. Menurut Cordova, nasabah bermaksud untuk menggunakan uangnya untuk membeli mata uang asing pada saat kondisi pasar menguntungkan. Ketidakstabilan pasar valuta asing membuat nasabah dapat mengakses dana langsung setiap hari.

Mendekati penyelesaian audit Capitalbanc tahun 1987, Lukenda meninjau kembali kertas kerja yang mendokumentasikan penjelasan Cordova tentang pemisahan kas sebesar 2,7 juta dolar. Lukenda mendiskusikan penjelasan ini dengan Curtin. Setelah mempertimbangkan masalah ini, Curtin meminta staf auditor Lukenda untuk mengkonfirmasikan untuk menghapus kewajiban memberikan kompensasi kepada pelanggan di dalam catatan akuntansi yang jumlahnya sama dengan dana yang dipisahkan. Staf auditor memperoleh dokumentasi kewajiban langsung dari personil CNB. Informasi ini tidak dikonfirmasi lagi dengan nasabah. Staf auditor juga tidak memperoleh informasi yang menyatakan bahwa nasabah telah menguangkan sertifikat deposito dalam jumlah besar. Akhirnya, staf auditor mengabaikan untuk memperoleh bukti-bukti yang menguatkan pernyataan Cordova mengenai dana yang direncanakan akan digunakan oleh nasabah.

Setelah penyelesaian audit Capitalbanc pada bulan Maret 1988, Arthur Andersen mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan perusahaan tahun1987. Laporan keuangan ini melaporkan laba bersih 701 ribu dolar, total dana kas 14,1 juta dolar, dan total aktiva 143,2 juta dolar. Laporan Keuangan Auditan Capitalbanc ada dalam pernyataan pendaftaran 10-K SEC tahun 1987.

Teori tambahan Untuk menganalisis kasus

Asersi manajemen dalam SAS No. 31 yaitu: eksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, serta penyajian dan pengungkapan. Yang menjadi perhatian auditor dalam mengaudit kas adalah eksistensi atau keterjadian.Pertannyaan :

1. Dalam pengauditan kas, manakah dari lima asersi manajemen yang dibahas dalam SAS No. 31 tentang Evidential Matter yang merupakan perhatian utama auditor? Mengapa?

Langkah pertama dalam proses logika audit adalah mengidentifikasi asersi klien. Asersi klien adalah representasi eksplisit atau implisit oleh manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan. Sebenarnya asersi merupakan proposisi yang menyangkut setiap akun dalam laporan keuangan. Auditor harus menguji proposisi tersebut dengan mengumpulkan bukti untuk mendukung atau menyangkalnya. SAS No. 31, Evidential Matter (AU 326), mengklasifikasikan pernyataan laporan keuangan menjadi lima kategori (Boynton, 195)

1) Eksistensi atau kejadian

Asersi eksistensi atau kejadian merupakan pernyataan manajemen bahwa aktiva dan kewajiban yang dicatat dalam laporan keuangan secara aktual ada pada tanggal neraca dan transaksi yang dicatat dalam laporan keuangan. Program audit harus mencantumkan prosedur yang dirancang untuk menguji asersi eksistensi atau kejadian tentang unsur-unsur material dari laporan keuangan.

2) Kelengkapan

Asersi mengenai kelengkapan dapat dipandang sebagai kebalikan dari asersi eksistensi. Kelengkapan berarti semua transaksi dan akun yang seharusnya tercatat dalam laporan keuangan telah dicatat. Sebaliknya, eksistensi berarti bahwa akun dan transaksi yang tercatat dalam laporan keuangan adalah akun dan transaksi yang benar-benar harus dicatat. Jika asersi eksistensi tidak benar, maka akun akan dinyatakan terlalu tinggi, sementara jika asersi kelengkapan tidak benar, maka akun akan dinyatakan terlalu rendah.

3) Hak dan Kewajiban

Asersi mengenai hak dan kewajiban lebih ditekankan dalam audit perusahaan kecil, dimana terdapat potensi kesamaan antara transaksi pribadi pemilik dengan transaksi perusahaannya. Dalam situasi ini, laporan keuangan klien mungkin meliputi aktiva atau kewajiban pribadi pemilik atau pegawai.

Bukti mengenai hak dan kewajiban bervariasi sesuai dengan sifat akun aktiva serta aktiva yang sedang diaudit. Untuk pabrik dan peralatan, auditor mencari bukti kepemilikan dari sertifikat, akta notaris, atau perjanjian lease. Untuk persediaan auditor menanyakan tentang perjanjian konsinyasi dan tetap berjaga-jaga atas transaksi persediaan yang mungkin mengindikasikan akivitas konsinyasi. Asersi hak dan kewajiban unuk kewajiban yang dapat diuji dengan memeriksa instrument hutang yang meningkatkan kewajiban.

4) Penilaian dan Alokasi

Asersi mengenai penilaian dan alokasi apakah aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban yang tercatat dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat. Penilaian yang tepat atas pos-pos laporan keuangan telah dijabarkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Alokasi merupakan bagian dari penilaian yang tepat untuk beberapa item atau pos laporan keuangan. Persediaan yang diperoleh selama setahun harus dialokasikan antara harga pokok pejualan dan persediaan akhir, harga pokok pabrik dan peralatan harus dialokasikan antara beban penyusutan dan saldo yang tidak disusutkan, serta pendapatan harus dialokasikan ke periode akuntansi di mana pendapatan itu diperoleh.

5) Penyajian dan Pengungkapan

Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan merupakan pernyataan manajemen bahwa komponen-komponen laporan keuangan telah diklasifikasikan, diuraikan dan diungkapkan secara tepat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa dalam pemeriksaan kas, yang menjadi perhatian utama auditor adalah asersi eksistensi atau keterjadian. Kas merupakan harta perusahaan yang sangat menarik dan sifatnya sangat mudah diselewengkan sehingga sangat besar kemungkingan terjadinya risiko salah saji material. Dan umumnya banyak transaksi dalam perusahaan yang berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Karena alasan tersebut asersi eksistensi atau keterjadian sangat diperlukan dalam proses audit kas karena asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva atau hutang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.

2. Identifikasi prosedur audit yang harus diterapkan oleh klien di tempat usahanya dalam menjaga dana kasnya .

Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.

Prosedur-prosedur audit yang dilakukan untuk kas:

a. Prosedur Analitis

Terdiri dari kegiatan yang mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan. Prosedur analitis mengahasilkan bukti analitis.

b. Menginspeksi

Meliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau pemeriksaan secara mendalam atas dokumen catatan atau pemeriksaan fisik atas sumber-sumber berwujud. Dengan cara ini auditor dapat membuktikan keaslian suatu dokumen.

c. Mengkonfirmasi

Adalah suatu bentuk pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independent dari luar perusahaan.

d. Mengajukan pertanyaan

Hal ini bisa dilakukan secara lisan ataupun tertulis. Pertanyaan bisa dilakukan kepada sumber intern pada perusahaan klien atau pada pihak luar.

e. Menghitung

Penerapan prosedur menghitung yang paling umum dilakukan adalah:

melakukan perhitungan fisik atas barang-barang berwujud

menghitung dokumen bernomor tercetak

Tindakan yang pertama dimaksudkan untuk mengevaluasi bukti fisik dari jumlah yang ada di tangan sedangkan yang kedua merupakan cara untuk mengevaluasi bukti dokumen khususnya yang berkaitan dengan kelengkapan catatan akuntansi.

f. Menelusur

Yang biasa dilakukan adalah :

memilih dokumen yang di buat pada saat transaksi terjadi

menentukan bahwa dokumen pada transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat dalam catatan akuntansi.

g. Mencocokkan ke dokumen

Kegiatannya meliputi :

memilih ayat jurnal tertentu dalam catatan akuntansi

mendapatkan dan menginspeksi dokumen yang menjadi dasar pembuatan ayat jurnal tersebut untuk menentukan validasi dan ketelitian transaksi yang dicatat.

h. Mengamati

Aktivitas ini merupakan kegiatan rutin dari suatu tipe transaksi.

i. Melakukan ulang (review)

Auditor juga bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan bahwa proses yang telah dilakukan klien sesuai dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang telah di tetapkan.

j. Teknik audit berbantu komputer

3. Identifikasi kesalahan yang dibuat oleh personil Arthur Andersen ketika mengaudit dana kas pada cabang jalan 177.

a. Staf auditor KAP Arthur Andersen tidak mengumpulkan bukti yang mendukung pernyataan Cordova mengenai sejumlah kas yang dipisahkan sebesar 2,7 juta dolar. Staf auditor hanya mengkonfirmasikan kepada Cordova tentang pemisahan kas yang dilakukannya, tanpa mencari tahu kebenaran dari pernyataan tersebut.

b. Staf auditor tidak melakukan penelusuran ke dokumen-dokumen yang terkait dengan pemisahan kas yang dilakukan oleh Cordova.

KESIMPULAN

1. Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut keyakinan auditor pengganti akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan.

2. Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan.3. Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.

4. Asersi manajemen dalam SAS No. 31 yaitu: eksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, serta penyajian dan pengungkapan. Yang menjadi perhatian auditor dalam mengaudit kas adalah eksistensi atau keterjadian.5. Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.6. Beberapa prosedur untuk audit kas yaitu, prosedur analitis, menginspeksi, mengkonfirmasi, mengajukan pertanyaan, menghitung, menelusuri, mencocokkan ke dokumen, mengamati, melakukan ulang, serta teknik audit berbantuan komputer.

DAFTAR PUSTAKA

Standar Audit 315, Komunikasi antara Auditor Pendahuludan Auditor Pengganti.Standar Audit 316, Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.

Standar Audit 317, Unsur Tindakan Melawan Hukum.

Standar Audit 318, Pemahaman atas Bianis Klien.

Standar Audit 320, Surat Perikatan Audit.Standar Audit 329, ProsedurAnalitik.http: //www.akuntansi-ku.co.cc/p/audit.html, download 2 Januari 2011.

PRAKTIK AUDIT | PPAk 2013i PRAKTIK AUDIT | PPAk 2013Page 1