makalah pigmen pada fungi

23
MAKALAH MIKOLOGI “PIGMEN WARNA YANG DIHASILKAN FUNGI” DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8 ARI NIDHI ASTUTI (09308141020) DESIANA NUR KHOLIDA (09308141022) APRILIA MEGA SARI (09308141031) AYU NARKAYATUN (09308141032) ADRIYANTO TRILAKSANA (09308141040) PROGRAM STUDI BIOLOGI

Upload: disa-dillo-luph-eracho

Post on 02-Aug-2015

746 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pigmen Pada Fungi

MAKALAH MIKOLOGI

“PIGMEN WARNA YANG DIHASILKAN FUNGI”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

ARI NIDHI ASTUTI (09308141020)

DESIANA NUR KHOLIDA (09308141022)

APRILIA MEGA SARI (09308141031)

AYU NARKAYATUN (09308141032)

ADRIYANTO TRILAKSANA (09308141040)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

Page 2: Makalah Pigmen Pada Fungi

Pigmen Warna yang Dihasilkan Fungi

A. Latar Belakang

Di alam fungi dapat dilihat dan dikenal dengan meudah apabila kita memperhatikan

tempat-tempat yang lembab misalnya pada substrat seresah, buah-buahan yang mulai

membusuk, atau pada batang tumbuhan. Umumnya bentuk yang terlihat tersebut adalah

bagian dari koloni suatu fungi, yaitu berupa benang- benang putih halus sekali yang

membentuk suatu jala, atau berupa bercak-bercak dengan warna indah yang cerah (hijau,

jingga, biru dan sebagainya). Pigmen warna fungi berasal dari metabolit sekunder.

Warna merupakan faktor yang pertama kali menjadi pertimbangan utama manusia

dalam menilai suatu produk makanan dan minuman. Warna yang beredar di pasaran atau

yang dipakai pada industri tradisional dan modern umumnya lebih banyak menggunakan

warna sintesis daripada warna alami sehingga tidak heran bila warna sintesis tersebut

jumlahnya lebih banyak daripada warna alami. Sebagai imbasnya, pemakaian warna

sintesis ini akan merugikan bagi manusia sendiri (kanker,tumor,dll).

Salah satu jenis mikroorganisme yang mampu menghasilkan pigmen alami adalah

Monascuc purpureus. di Asia, mikroorganisme ini telah digunakan sebagai pewarna

makanan dan minuman. Di Jepang dan Cina, salah satu pewarna makanan yang sering

digunakan adalah angkak (beras merah) yang diperoleh dari hasil pertumbuhan jamur

Monascus pada butiran beras (Juzlova et al.,1996). Namun, di Indonesia belum

dikomersialkan dalam skala produksi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini yang

bertujuan untuk mempelajari tentang zat warna yang dihasilkan fungi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja zat warna yang terdapat pada fungi?

2. Apa sajakah contoh jenis fungi yang menghasilkan zat warna?

3. Bagaimana mekanisme pembentukan pigmen pada M.purpureus?

C. Tujuan

1. Untuk mengatahui macam- macam zat warna pada fungi

2. Untuk mengetahui contoh jenis fungi yang menghasilkan zat warna.

3. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan pigmen pada M.purpureus.

Page 3: Makalah Pigmen Pada Fungi

D. Pembahasan

1. Zat Warna pada Fungi

Salah satu hasil metabolit sekunder kapang adalah pigmen (zat warna). Warna koloni

kapang dapat berasal dari pigmentasi hifa, contohnya: melanin. Melanin adalah senyawa

hasil oksidasi dan polimerisasi senyawa-senyawa fenol. Senyawa tersebut termasuk

dalam lapisan-lapisan dinding sel yang sudah ada, seperti halnya lignin pada tumbuhan

tingi. Melanin dapat juga ditemukan pada lapisan permukaan dinding sel. Dalam hal ini

fungsinya untuk melindungi sitoplasma dari radiasi ultraviolet atau dapat juga terhadap

enzim-enzim lisis dari organisme lain. Selain itu, secara umum warna fungi dihasilkan

dari produksi spora. Warna eksudat yang indah dan cerah banyak dapat ditemukan pada

koloni- koloni kapang. Warna tersebut juga terdapat pada konidia, spora, tubuh buah, dan

miselium. Lagi pula warna tersebut bisa bersifat racun bisa tidak. Secara tradisional

manusia sudah memanfaatkan zat warna asal fungi pada bahan pangan atau bahan lain

agar lebih menarik agar dan dinilai tambahannya naik.

Karotenoid adalah pigmen yang terdapat dalam bunga dan buah seperti warna merah

pada tomat dan orange pada wortel. Karotenoid termasuk kelompok senyawa terpenoid

dimana warna yang ditimbulkan oleh senyawa ini sangat bervariasi tergantung dari

panjangnya kromofor dan jenis ikatan oksigennya yang terkandung di dalamnya

(Frengova et al.,1997).

Selain dari tanaman, pigmen karotenoid dapat juga dihasilkan oleh beberapa

mikroorganisme antara lain bakteri dan khamir. Kedua jenis mikroorganisme ini dapat

memproduksi pigmen menyerupai pigmen yang terdapat di dalam tanaman. Karena

belum banyak penelitian mengenai pigmen organisme tersebut, maka produksi

karoteniod dari mikroorganisme belum dilakukan secara komersial dalam skala industri.

Karotenoid adalah golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang terdapat pada

pigmen alami tumbuhan dan hewan. Berdasarkan struktur kimianya, karotenoid masuk

ke dalam golongan terpenoid. Karotenoid merupakan zat yang menyebabkan warna

merah, kuning, oranye, dan hijau tua pada buah dan sayuran. Peran penting karotenoid

adalah sebagai agen antioksidan dan dalam sistem fotosintesis.  Selain itu, karotenoid

juga dapat diubah menjadi vitamin esensial. Karotenoid tidak hanya ditemukan pada

buah dan sayuran (tumbuhan), tetapi juga pada organisme lain seperti ganggang dan

beberapa jenis bakteri fotosintetik, serta pada beberapa jenis fungi dan bakteri non-

fotosintetik.

Page 4: Makalah Pigmen Pada Fungi

Pembentukan pigmen oleh jamur pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor:

misalnya cahaya, suhu, dan komposisi medium. Kandungan nutrien organik, logam dan

mineral di dalam medium sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembentukan

pigmen oleh Monascus. Menurut Lin dan Demain (1993) kandungan fosfat yang tinggi

(>70 mM) dapat menghambat pertumbuhan Monascus dan pembentukan pigmennya,

sedangkan konsentrasi yang tinggi dari MgSO4 (16 mM) akan memacu pertumbuhan

Monascus tetapi akan menghambat pertumbuhan pigmennya. Pembentukan pigmen ini

dapat meningkat dengan penambahan logam-logam berat, khususnya Zn.

Ion Zn2+ merupakan salah satu nutrien yang palaing penting bagi kehidupan

organisme karena berperan dalam aktivitas beberapa enzim, antara lain sebagai kofaktor

enzim karbonat anhidrase. Kofaktor adalah zat non protein tambahan pada enzim yang

berupa ion logam/metal. Ion logam ini berfungsi untuk mengikat substrat, dan sebagai

stabilisator supaya enzim tetap aktif (Timotius, 1982). Disamping berperan dalam

aktivetas enzim, Zn2+ dalam jumlah yang cukup akan mendukung perumbuahan

organisme. Karena dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah yang relatif rendah, maka

Zn2+ dikelompokkan dalam mikronutrien (Gottschalk, 1986).

2. Contoh Fungi yang Menghasilkan Zat Warna

Koloni- koloni kapang dengan permukaan seperti beludru atau tepung halus, atau

seperti butiran yang kasar menunjukkan keindahan warna, dan di bawah mikroskop

stereo dapat dilihat aneka bentuk kepala konidia. Warna-warni yang dapat dilihat antara

lain, warna hijau pupus kekuningan (Aspergillus oryzae), warna kuning cerah seperti

belerang (Aspergillus sulphureus), warna hitam kelam atau hitam kecoklatan

(Aspergillus niger), warna coklat tua (Aspergillus tamarii), warna hijau muda (Rhizopus

sp., Syncephalastrum racemosum), putih kekuningan (Mucor sp., Amylomyces rouxii),

warna biru kehijauan (Penicillium italicum, P. citrinum), hijau dengan eksudat merah

darah diantara miselium (Penicilium purpurogenum), cokelat oker muda (Paecilomyces

varioti), mungkin pula terlihat bentuk- bentuk bulat besar yang hitam atau ungu

tua(tubuh buah seksual dari Chaetomium globosum, misalnya) dan lain sebagainya.

a. Pigmen kehijauan

Di Eropa misalnya, Chorosplenium aeroginascens sengaja diinokulasi

kedalam kayu karena warna hijau yang khas akan timbul dalam kayu yang

terinfeksi dan menghasilkan guratan sangat indah sehingga diminati oleh para

kolektor barang seni. Penicillium roqueforti khusus diinokulasi kedalam keju

Page 5: Makalah Pigmen Pada Fungi

agar diperoleh garis- garis biru dan aroma khas pada keju tersebut (Alexopoulos et

al., 1996)

b. Pigmen merah

Di Cina, Monascus purpureus khusus digunakan untuk memperoleh warna

merah khas pada bahan makanan, misalnya, untuk menghias kue-kue khas Cina,

mewarnai sosis, daging babi, daging bebek, tofu dan anggur beras (Fabre et al.,

1993; Leistner, 1998). Cara tradisional adalah menumbuk kapang tersebut pada

beras sehingga beras tersebut berwarna merah dan mereka menamakannya

angkak. Pigmen alami berwarna merah tersebut adalah hasil metabolisme

sekunder Monascus purpureus yang sejauh ini diketahui tidak bersifat racun.

Warna merah yang dihasilkan Monascus purpureus merupakan gabungan pigmen

dari 6 senyawa yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu rubropunctatin dan

monascorubrin yang menghasilkan warna orange, monacin dan ankaflavin

menghasilkan warna kuning, serta rubropunctamine dan monascorubria-mine

menghasikan warna merah (Lin & Demain, 1993); Chen & Johns, 1994; Juzlova

et al., 1994: Martinkova et al., 1995). Angkak sebenarnya telah digunkan oleh

penduduk China. Indonesia hingga kini masih mengimpor angkak dari Cina,

Taiwan, Korea, mengingat banyak zat warna merah lain untuk pewarnaan bahan

pangan (berupa senyawa kimia) tidak memenuhi persyaratan dari segi kesehatan.

Zat warna merah tersebut juga terbukti bersifat antibiotik bakteri Escherecia coli

dan Bacillus subtilis, serta juga mengandung senyawa statin dengan beras sebagai

substrat (Rahayu, 2001). Statin adalah senyawa yang terbukti menurunkan kadar

kolesterol dalam darah (Hai, 1998; Sun, 2000).

c. Pigmen fungi yang lain

Fungi juga menghasilkan pigmen yang belum dikembangkan secara industrial.

Fungi juga sering menghasilkan pigmen penting bagi dirinya, antara lain terpene

yang tediri atas melanin dan karoten. Melanin terdapat di dinding hifa, spora,

sklerotium, dan stromata, sedangakan warna kuning hingga jingga terdapat di

vesikel dalam sitoplasma. Peran karoten dalam fungi belum diketahui dengan

pasti, tetapi ada dugaan kuat bahwa karoten merupakan precursor hormon seksual

yang dibentuk dalam hifa strain-strain Mocorales yang heterotalik.

3. Mekanisme Pembentukan Pigmen Angkak

Angkak merupakan produk fermentasi kapang Monascus purpureus yang

umumnya ditumbuhkan pada substrat beras. Monascus purpureus tidak banyak

Page 6: Makalah Pigmen Pada Fungi

ditemukan di alam, sebagian besar ditemukan pada produk makanan. Mikrobia ini

menghasilkan warna yang khas. Propagulnya tipis, tumbuh menyebar dengan

miselium yang berwarna merah atau ungu, namun menjadi keabu-abuan jika

konidia sedang tumbuh. Setelah fase pertumbuhan miselium berubah menjadi

berwarna merah keunguan dan tumbuh dengan baik pada suhu 27-320C (INPR,

2006).

Angkak mengandung pigmen alami yang telah lama digunakan sebagai

pewarna makanan di Cina, Taiwan, dan Filipina untuk mewarnai produk-produk

seperti ikan, daging , acar, anggur, pasta ikan, keju, dan sebagainya (Hesseltine,

1965). Angkak juga populer dengan berbagai nama seperti Beni-koju, Hong-Qu

(Cina), Monascus, bheni-koji Red Koji dan aga-koji (Jepang), red fermented rice

atau red yeast rice (beberapa negara yang berbahasa Inggris) Red Leaven, Red

Rice, Red Rice Yeast, Red Yeast Rice, Went, Xue Zhi Kang, Zhi Tai., ang-quac,

dan anka (Manjasari 2005). Profil produk fermentasi ini dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Produk fermentasi kapang Monascus purpureus pada media beras

(Angkak) (Anonim, 2001)

Pertumbuhan jamur Monascus menjadi indikator kunci dalam sintesis

metabolit pigmen dan lainnya. Yongsmith (1999) menjelaskan bahwa selama

tahap pertama periode fermentasi, jamur memanfaatkan sumber karbon dan

nitrogen dari substrat untuk metabolit primer, biokonversi, energi, karbon

dioksida, dan air. Pada tahap terakhir, jamur menggunakan produk yang

dihasilkan pada tahap pertama untuk memproduksi metabolit sekunder. Oleh

karena itu, metabolit sekunder, seperti pigmen, citrinin dan mevinolin dapat

dideteksi setelah tahap pertama dari pertumbuhan jamur berakhir.

Page 7: Makalah Pigmen Pada Fungi

Pigmen angkak merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh

kapang berfilamen Monascus sp. Proses pembentukan metabolit pigmen tersebut

melalui suatu jalur yang cukup panjang. Dimulai dengan tahap katabolisme

substrat oleh mikroba dengan cara memecah senyawa-senyawa makromolekul

yang terkandung dalam substrat. Karbohidrat sebagai salah satu makromolekul

merupakan sumber energi dominan bagi mikroba. Karbohidrat dalam bentuk

polisakarida dipecah menjadi heksosa atau pentosa. Sumber energi kedua setelah

karbohidrat adalah protein. Protein dipecah menjadi asam-asam amino. Tahap

berikutnya merupakan pemecahan menjadi senyawa dengan dua atau tiga atom

karbon.

Pemecahan glukosa menjadi asam piruvat terjadi melalui lintasan heksosa di

fosfat (HDP). Tahap pertama dari lintasan HDP adalah fosforilasi glukosa menjadi

glukosa-6-fosfat yang dikatalisis oleh enzim heksokinase dan memerlukan satu

molekul ATP dan ion magnesium. Tahap selanjutnya dikatalisis oleh enzim

fosfoglukoisomerase. Fosforilasi fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa 1,6-difosfat

dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase dan memerlukan satu molekul ATP dan

ion magnesium.

Pemecahan fruktosa 1,6-difosfat menjadi senyawa triosa fosfat yaitu

gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Jalur yang umum dipakai oleh

mikroorganisme untuk menghasilkan energi adalah jalur HDP (Fardiaz, 1989).

Pada tahap selanjutnya terjadi oksidasi dan fosforilasi gliseraldehida-3-fosfat

menjadi asam 1,3 difosfogliserat. Selanjutnya terjadi pemindahan ikatan fosfat ke

molekul ADP sehingga terbentuk 1 molekul ATP dan asam 3-fosfogliserat.

Isomerasi dan pelepasan satu molekul air menghasilkan asam fosfoenol piruvat

yang memiliki ikatan fosfat berenergi tinggi dalam molekulnya. Tahap terakhir

dari proses ini adalah pemindahan ikatan fosfat berenergi tinggi dari fosfoenol

piruvat ke molekul ADP sehingga terbentuk satu molekul ATP dan asam piruvat

(Rachman, 1989).

Bila nitrogen yang terdapat dalam substrat habis, maka hasil dari glikolisis

dialihkan untuk membentuk metabolit sekunder. Asam piruvat dari lintasan HDP

mengalami dekarboksilasi oksidatif dengan bantuan enzim piruvat dehidrogenase

dan koenzim A membentuk asetil koA dan malonil koA, kemudian membentuk

gugus poliketida yang dapat digunakan untuk pembentukan pigmen. Skema

pembentukan pigmen dapat dilihat pada gambar 2.2.

Page 8: Makalah Pigmen Pada Fungi

Glukosa Pentosa

Glukosa-6-fosfat tetrosa

Triosa

Piruvat

CO2

Asetaldehida

Asetil KoA

Koenzim A Poliketida

Malonil KoA Pembentukan pigmen

Gambar 2.2 Pembentukan metabolit sekunder pigmen (Turner, 2000)

Hajjaj et al., (2000) juga memberikan ilustrasi skema pembentukan pigmen

seperti tersaji pada Gambar 2.3. Pada skema ini pembentukan pigmen terkait

dengan lintasan sintesis asam lemak. Satu molekul asetat dan 3 molekul malonat

oleh adanya enzim asam lemak sintetase akan dibentuk asam oktanoat. Satu

molekul asetat dan 5 molekul malonat yang lain oleh adanya enzim poliketida

sintetase akan dibentuk heksaketida. Dengan adanya asetil koA, asam lemak yang

terbentuk akan membentuk β-ketoacid, sedangkan heksaketida selanjutnya akan

membentuk poliketida kromofor. Melalui proses esterifikasi poliketida kemudian

akan membentuk monaskorubrin dan oleh adanya asam glutamat akan terbentuk

N-glutarilmonaskorubramin. Seperti untuk pertumbuhan suatu makluk hidup,

proses fermentasi pada produksi pigmen angkak juga memerlukan karbon dan

nitrogen. Sumber C berasal dari pati dan sumber N berasal dari nitrat, ammonia,

atau N organik seperti protein dan urea, sedangkan sumber N dari udara tidak

dapat dipakai.

Pada jenis kapang Monascus terjadi proses ekstrusi cairan melalui ujung hifa

dan membentuk cairan seperti getah yang tidak beraturan. Cairan ini lalu pecah

dan menyebarkan partikel-partikel bulat kecil ke ujung hifa. Ketika kultur masih

Page 9: Makalah Pigmen Pada Fungi

muda, cairan ekstrusinya tidak berwarna, lama-kelamaan akan berubah menjadi

merah, kuning, atau jingga jika kultur ditambahkan pada media PDA. Skema

pembentukan pigmen pada kapang Monascus tersaji pada Gambar 2.3.

Komponen utama pigmen angkak terdiri dari pigmen orange yaitu

rubropunktatin (C21 H22 O5) dan monaskorubrin (C23 H26 O5), kuning yaitu

monaskin (C21 H26 O5) dan ankaflavin (C23 H30 O5), serta merah yaitu

rubropunktamin (C21H29NO4) dan monaskorubramin (C23 H29NO4). Struktur

dari komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4

Perubahan warna pada pigmen angkak dari warna jingga (monaskorubrin dan

rubropunktatin) ke warna merah (monaskobramin dan rubropunktamin), terjadi

kerena pergantian atom oksigen piranoid pada pigmen jingga oleh gugus -NH

pada keadaan basa sehinggga membentuk pigmen merah. Pigmen kuning

(monaskin dan ankaflavin) merupakan turunan dari pigmen jingga, bila bereaksi

dengan molekul grup amino maka warnanya akan berubah menjadi merah.

Pigmen yang dihasilkan M. purpureus mempunyai kestabilan yang lebih baik

bila disimpan pada pH netral atau alkali. Pigmen ini juga mempunyai kemampuan

membentuk komplek dengan arginin, MSG, glisin atau BSA yang mempunyai

struktur kristal dan warnanya sangat merah. Kestabilan mutu pigmen ini oleh

pengaruh fisik dan kimia selama penyimpanan dapat dipertahankan sampai dua

bulan, dengan mengemas menggunakan kemasan gelas atau plastik berlapis

alumunium foil, serta dengan mengolah pigmen cair menjadi pigmen bubuk

(Mitrajanty, 1994).

Page 10: Makalah Pigmen Pada Fungi

Gambar 2.3 Skema pembentukan pigmen pada Monascus ruber (Hajjaj et al,

2000)

Page 11: Makalah Pigmen Pada Fungi

Gambar 2.4 Komponen utama pigmen angkak (Yuan, 2001)

Di alam terdapat berbagai spesies kapang penghasil angkak seperti Monascus

bakeri, M. rubropunctatus Sato, M. purpureus Wentii, M. anka Sato, M.

Rugriguosus Sato, dan M. ankanakazawa. Spesies yang paling umum digunakan

sebagai penghasil angkak adalah M. purpureus West (Hesseltine, 1965). Monascus

purpureus adalah kapang sempurna karena dapat bereproduksi secara seksual

dengan askospora maupun aseksual. Menurut Pallo et al. (1960) reproduksi secara

aseksual ditandai dengan pembentukan konidiofora yang muncul dari miselium

yang terendam dalam medium. Pada media PDA panjang miselium bervariasi

antara 18-396 mikron dan lebarnya 3-5,4 mikron. Konidiofora yang pendek hanya

mempunyai satu septat, sedangkan yang lebih panjang mempunyai 2-6 septat.

Konidiofora dapat dibedakan dari filamen yang lain dengan bentuk apeks yang

berstruktur vesikuler. Vesikel yang membesar dipisahkan oleh septat yang berada

dibawahnya dan membentuk rantai. Pada kelembaban dan suhu yang mendukung

pertumbuhannya, konidia dapat bergerminasi setelah 4-5 jam pada medium agar.

Profil kapang Monascus sp dapat dilihat pada Gambar 2.5. Fenomena tidak umum

yang terjadi pada kapang jenis Monascus adalah keluarnya cairan granular melalui

ujung hifa. Menurut Yuan (1980), cairan yang keluar tersebut bersatu pada ujung

hifa dan membentuk cairan seperti getah yang tidak beraturan bentuknya. Cairan

ini kemudian pecah dan menyebarkan partikel-partikel bulat kecil ke ujung hifa.

Ketika kultur masih muda, cairan tidak berwarna, tetapi lama kelamaan berubah

menjadi kemerahan, kuning, merah atau jingga jika kultur ditumbuhkan pada PDA

Page 12: Makalah Pigmen Pada Fungi

(Potato Dextrose Agar) atau agar Sabouraud. Pigmen ini paling cepat tampak

setelah pertumbuhan 40-48 jam. Pigmen merah yang dihasilkan tidak hanya dapat

diamati pada kandungan bagian dalam hifa tetapi dapat berdifusi menembus

bagian dalam substrat (Hesseltine, 1965).

Gambar 2.5 Penampang kapang Monascus sp (Anonim, 2001)

Media fermentasi yang umum digunakan untuk pertumbuhan Monascus

adalah beras. Dalam proses fermentasi beras yang diinokulasi dengan Monascus

sp mengalami proses sakarifikasi dan pemecahan proteolitik sejalan dengan

pengeluaran enzim amilolitik dan protease. Enzim-enzim lain yang ditemukan

dalam angkak adalah maltase, invertase, lipase, alfa-glukosidase, oksidase, dan

ribonuklease (Steinkraus, 1983).

E. Kesimpulan

1. Pigmen (zat warna) merupakan salah satu hasil dari metabolit sekunder.

Pigmentasi pada fungi dihasilkan oleh pigmentasi hifa dan karatenoid. Macam-

macam zat warna pada fungi antara lain hijau pupus kekuningan, kuning cerah,

hitam kelam, coklat tua, hijau muda, putih kekuningan, biru kehijauan, hijau

eksudat merah muda, ungu tua dan lain sebagainya.

2. Contoh jenis fungi yang menghasilkan zat warna antara lain, warna hijau pupus

kekuningan (Aspergillus oryzae), warna kuning cerah seperti belerang

(Aspergillus sulphureus), warna hitam kelam atau hitam kecoklatan (Aspergillus

Page 13: Makalah Pigmen Pada Fungi

niger), warna coklat tua (Aspergillus tamarii), warna hijau muda (Rhizopus sp.,

Syncephalastrum racemosum), putih kekuningan (Mucor sp., Amylomyces

rouxii), warna biru kehijauan (Penicillium italicum, P. citrinum), hijau dengan

eksudat merah darah diantara miselium (Penicilium purpurogenum), cokelat oker

muda (Paecilomyces varioti), mungkin pula terlihat bentuk- bentuk bulat besar

yang hitam atau ungu tua(tubuh buah seksual dari Chaetomium globosum,

misalnya) dan lain sebagainya.

3. Mekanisme pembentukan pigmen pada M. Purpureus yaitu melalui pemecahan

glukosa menjadi asam piruvat terjadi melalui lintasan heksosa di fosfat (HDP).

Selanjutnya dibentuk poliketida yang digunakan pembentukan pigmen.

Page 14: Makalah Pigmen Pada Fungi

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, C. J., C.W. Mima & M. Blackwell. 1996. Introductory mycology. 4th ed

JohnWiley& Sons, Inc. New York, pp 868.

Gandjar, Indrawati dkk.2006. Mikologi Dasar dan Terapan.Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Gottschalk, G. 1986. Bacterial Metabolism. New York: Springer-Verlag.

Hai, Z. 1998. Production Of Monacolin by Monascus purpureus on Rice Solid State

Fermentation. The Symposium on Monacus Culture and Aplication. July 8-10,

1998. Toulouse, France.

Juslova,P.,L. Martinkova dan V.Kren.1996. Secondary Metabolites of the Fungus Monascus:

a review. J. Industri.. Microbiol.16:163-167

Lin,T.F. dan A.L.Demain.1991. Effect of Nutrition of Monascus sp on The Formation of Red

Pigments. Appl. Microbiol. Biotechnol.36:70-75

Rahayu, L.K. 2001. Produksi Pigmen dari Senyawa Statin Melalui Fermentasi Substrat cair

dan Substrat Padat oleh Monascus purpureus Went, M 3090. Tesis Magister Sains

Biologi, FMIPA Universitas Indonesia, Depok, pp 74.

Timotius, K. H. 1982. Mikrobio Dasar. Semarang: Satya Wacana.

Page 15: Makalah Pigmen Pada Fungi

Lampiran

Aspergillus oryzae

Aspergillus nigerAspergillus

tamarii

Aspergillus sulphureus

Aspergillus sydowii

Aspergillus ochraceus

Aspergillus wentii

Aspergillus candidus Rhizopus sp.

Syncephalastrum racemosum

Mucor sp. Amylomyces rouxii

Page 16: Makalah Pigmen Pada Fungi

Penicillium italicum Penicillium citrinum

Penicillium purporogenum Paecilomyces variotii