makalah perbankan syariah

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syariah Perbankan syariah muncul di Indonesia tahun 1992 yang merupakan hal baru dalam kerangka mekanisme sistem perbankan pada umumnya. Krisis moneter yang mengguncang Indonesia tahun 1997 membuat perbankan konvensional lumpuh yang disebabkan oleh kredit. Kredit yang semulanya lancar akhirnya menjadi macet sedangkan perbankan syariah yang tertuang dalam “UU No 10/98” yang mengakuan adanya dua sistem perbankan yaitu konvensional dan sisten syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia dirasakan semakin perlunya sosialisasi atas apa dan bagaimana operasional Bank Syariah, karena operasional perbankan syariah sangat berbeda dengan perbankan konvensional. Hal ini sangat mendasar pada Bank Syariah adalah penerapan konsep bagi hasil, tata cara perhitungan bagi hasil serta pengaruhnya prinsip bagi hasil terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisa, Bank Syariah yang merupakan prinsip revenue sharing dalam distribusi pendapatannya, yang dinilai leboh cocok diterapkan pada saat ini dibandingkan prinsip profit sharing yang dinilai kurang kompetitif. Prinsi revenue sharing, distribusi pendapatan kepada nasabah jumlahnya lebih besar dibandingkan prinsip profit sharing. Tetapi dilihat dari kemaslahatannya prinsip profit sharing merupakan yang paling sesuai dengan prinsip syariah Islam.

Upload: hana-rosmawati

Post on 16-Dec-2014

10.520 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Perbankan syariah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perbankan Syariah

Perbankan syariah muncul di Indonesia tahun 1992 yang merupakan hal baru dalam

kerangka mekanisme sistem perbankan pada umumnya. Krisis moneter yang mengguncang

Indonesia tahun 1997 membuat perbankan konvensional lumpuh yang disebabkan oleh

kredit. Kredit yang semulanya lancar akhirnya menjadi macet sedangkan perbankan syariah

yang tertuang dalam “UU No 10/98” yang mengakuan adanya dua sistem perbankan yaitu

konvensional dan sisten syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia

dirasakan semakin perlunya sosialisasi atas apa dan bagaimana operasional Bank Syariah,

karena operasional perbankan syariah sangat berbeda dengan perbankan konvensional.

Hal ini sangat mendasar pada Bank Syariah adalah penerapan konsep bagi hasil, tata cara

perhitungan bagi hasil serta pengaruhnya prinsip bagi hasil terhadap laporan keuangan.

Dari hasil analisa, Bank Syariah yang merupakan prinsip revenue sharing dalam distribusi

pendapatannya, yang dinilai leboh cocok diterapkan pada saat ini dibandingkan prinsip profit

sharing yang dinilai kurang kompetitif. Prinsi revenue sharing, distribusi pendapatan kepada

nasabah jumlahnya lebih besar dibandingkan prinsip profit sharing. Tetapi dilihat dari

kemaslahatannya prinsip profit sharing merupakan yang paling sesuai dengan prinsip syariah

Islam.

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah tentang “Perbankan Syariah” ini adalah untuk memenuhi

tugas mata kuliah Seminar Akuntansi

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi pokok permasalahan makalah ini

adalah:

1. Apa Pengertian Perbankan Syariah?

2. Apa saja prinsip-prinsip dalam Perbankan Syariah?

3. Apa saja Produk –Produk Perbankan Syariah?

4.Apa saja Perbedaan Produk Bank Syariah dengan Bank Konvensional?

Page 2: Makalah Perbankan syariah

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perbankan Syariah

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang

dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh

larangan dalam agama Islam untuk memungut atau meminjam dengan bunga atau yang

disebut dengan riba serta larangan untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang

dikategorikan haram ( misal usaha perjudian) dimana hal ini tidak dapat dijamin dalam sistem

perbankan konvensional.

Adapun Bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan operasinya dengan sistem

hukum islam (syariah). Fungsinya sama dengan bank konvensional yaitu menerima simpanan

uang, meminjamkan uang dan jasa keuangan lainnya, tetapi yang membedakan adalah cara

operasi, produk, kesepakatan, dan sistemnya.

Berkembangnya bank-bank syariah di Indonesia dimulai sejak awal tahun 1990-an. Di

Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalah Indonesia. Berdiri tahun 1992,

bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukunagan

dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Saat ini

keberadaan bank syariah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Adanya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat

Indonesia dengan tujuan mengakomodir berbagai aspirasi dan pendapat di masyarakat

terutama masyarakat Islam yang banyak berpendapat bahwa bunga bank itu haram karena

termasuk riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-hatian. Apabila dilihat dari segi

ekonomi dan nilai bisnis, ini merupakan terobosan besar karena penduduk Indonesia 80%

beragama islam, tentunya ini bisnis yang sangat potensial. Meskipun sebagian orang islam

berpendapat bahwa bunga bank itu bukan riba tetapi faedah, karena bunga yang diberikan

atau diambil oleh bank berjumlah kecil jadi tidak akan saling dirugikan atau didzolimi, tetapi

tetap saja bagi umat islam berdirinya bank-bank syariah adalah sebuah kemajuan besar.

Meskipun bank syariah telah berdiri sejak awal tahun 1990-an, namun keberadaanya

masih kurang diminati masyarakat pada umumnya. Hal ini mungkin berkaitan dengan

Page 3: Makalah Perbankan syariah

3

kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk atau jasa yang ditawarkan dari bank-

bank syariah tersebut dan atau kurangnya sosialisasi dari produk dan jasa tersebut. Padahal

dalam kaitannya dengan produk dan jasa, ada perbedaan yang menyolok antara prinsip-

prinsip pada produk dan jasa bank syariah dengan prinsip dalam produk dan jasa bank

konvensional.

2.2 Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Ada prinsip-prinsip dalam bank syariah yang membedakannya dengan bank

konvensional, antara lain :

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-wadi’ah)

Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain,

baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si

penitip menghendakinya. Aplikasinya dalam produk perbankan, di mana bank sebagai

penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini yang dalam bank konvensional dikenal

dengan produk giro. Sebagai konsekuensi, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana

titipan tersebut menjadi milik bank (demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si

penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro

lain. Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus dapat diberikan

dan hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan dalam upaya

merangsang semangat masyarakat dalam menabung dan sekaligus sebagai indikator

kesehatan bank.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Pada dasarnya prinsip ini terbagi atas :

a. Al-Mudharabah

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak,di mana

pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam

kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut

bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan

atau kelalaian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada: tabungan dan

Page 4: Makalah Perbankan syariah

4

deposito. Sedangkan pada sisi pembiayaan, al-mudharabah, diterapkan untuk: pembiayaan

modal kerja.

b. Al-Musyarakah

Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha

tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal. Keuntungan ataupun

risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dalam sistem ini,

terkandung apa yang biasa disebut di bank konvensional sebagai sarana pembiayaan. Secara

konkret, bila Anda memiliki usaha dan ingin mendapatkan tambahan modal, Anda bisa

menggunakan produk al-musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah dan Anda

secara bersama-sama memberikan kontribusi modal yang kemudian digunakan untuk

menjalankan usaha. Porsi bank syariah akan diberlakukan sebagai penyertaan dengan

pembagian keuntungan yang disepakati bersama. Dalam bank konvensional, pembiayaan

seperti ini mirip dengan kredit modal kerja.

3. Prinsip Al-Murabahah

Dalam sistim ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini harus memberi

tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.

Misalkan Anda membutuhkan kredit untuk pembelian mobil. Dalam bank konvensional Anda

akan dikenakan bunga dan Anda diharuskan membayar cicilan bulanan selama waktu

tertentu. Di sektor perbankan, suku bunga yang berlaku mungkin saja berubah. Dalam sistem

bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia. Namun bentuknya bukan kredit,

melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang diistilahkan dengan Murabahah. Dalam hal

ini, bank syariah akan membeli mobil yang Anda inginkan terlebih dahulu, kemudian

menjualnya lagi kepada Anda. Tapi, karena bank syariah menalanginya dulu, maka pada saat

menjual kepada Anda, harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk keuntungan buat bank

syariah. Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di depan, maka nilai

cicilan yang harus Anda bayarkan relative lebih tetap.

2.3 Produk-Produk Perbankan Syariah

Secara garis besar produk perbankan syariah terbagi atas produk penyaluran dana,

penghimpunan dana dan produk jasa. Adapun penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut :

Page 5: Makalah Perbankan syariah

5

1. Penghimpun Dana

Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito.

Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah

wadi’ah dan mudharabah.

a. Wadi’ah

Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad

Dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah Yad

Dhamanah, Bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung

jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan.

b. Mudharabah

Mudarabah Mutlaqah

Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan

penggunaan dana dari Sahibul Mal.

Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet

Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai

dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investasi-investasi tertentu.

Mudarabah of Balance Sheet

Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang

mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi mudharib.

c. Wakalah

Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan

kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso

dan transfer uang.

2. Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan

syariah terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan yaitu :

Page 6: Makalah Perbankan syariah

6

- Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan

dengan prinsip jual beli.

- Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan

dengan prinsip sewa.

- Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna mendapatkan

sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil

Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan

menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam

kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam

dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan kategori

ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi

hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati

dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan

mudhrabah.

a. Prinsip jual beli (Ba’i)

Prinsip jual beli diadakan sehubungan dengan diadakannya perpindahan kepemilikan

barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan

menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan

bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang seperti :

Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah keuntungan.

Dalam hal ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi pembeli. Kedua pihak harus

menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad

jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.

Salam

Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga barang yang

menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh. Dalam transaksi ini, bank

menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual.

Page 7: Makalah Perbankan syariah

7

Istishna

Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna, Bank dapat

membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran. Skim istishna dalam

bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

b. Prinsip Sewa (Ijarah)

Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi objek

dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja

diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan

antra Bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa yang diikuti

dengan berpindahnya kepemilikan).

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :

Musyarakah

Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini para

pihak secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak

berwujud untuk menjadi modal proyek kerjasama, dan secara bersama-sama pula mengelola

proyek kerjasama tersebut.

Mudarabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak

sebagai pemilik modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan

Bank untuk melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang dijelaskan terdahulu.

Dapat pula dana tersebut digunakan oleh bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah.

Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.

d. Akad Pelengkap

Untuk memudahkan pelaksanan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad

pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan

untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan mencari

keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya

Page 8: Makalah Perbankan syariah

8

yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya biaya pengganti ini sekedar untuk

menutupi biaya yang benar-benar timbul.

Hiwalah (Alih Utang Piutang)

Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan

syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar

dapat melanjutkan produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya atas jasa.

Rahn

Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn adalah

untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan

pembiayaan.

Qardh

Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji membutuhkan

dana pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Bank

memberikan pinjaman kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah melunasinya

sebelum keberangkatan Hajinya.

Wakalah

Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa

kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan

L/C, inkaso dan transfer uang.

Kafalah

Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang

ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat

mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai Rahn.

Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan

pengganti biaya atas jasa yang diberikan

Page 9: Makalah Perbankan syariah

9

3. Jasa Perbankan

Bank syariah dapat melakukan pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya

dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara

lain berupa :

a. Sharf (Jual beli valuta asing)

Islam membolehkan jual beli valuta asing baik pada mata uang yang sejenis maupun

yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual beli tersebut dilakukan dalam waktu yang

sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

b. Ijarah (sewa)

sebagaimana telah dijelaskan seperti diatas bahwa secara prinsip ijarah ini sama

dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa

sewanya dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa

akan dijual belikan antara bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah

bittamlik/sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).

c. Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring

Jasa transfer dan kliring sudah biasa diindustri perbankan. Jasa ini mempermudah

transaksi yang dilakukan oleh pengguna (nasabah maupun bukan dengan bank lain. Atas jasa

ini, bank mengenakan biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri

d. Penggunaan ATM bersama dengan bank lain

Penggunaan ATM bersama dengan bank lain akan memudahkan baik nasabah bank

tersebut maupun nasabah bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan. Imbalan

yang diterima bank biasanya berupa biaya pertransaksi.

e. Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank.

Ketersedian layanan yang memudahkan nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan

salah satu daya tarik bank. Saat ini, banyak bank yang telah bekerja sama dengan pihak lain

dalam memberikan kemudahan pembayaran dan pembelian produk-produk tertentu, seperti

pembayaran telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelian voucher telepon pra bayar,

premi asuransi dan angsuran pinjaman / hutang. Dari transaksi ini, bank memperoleh

Page 10: Makalah Perbankan syariah

10

keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai kesepakatan bank

dengan pihak lain tersebut

2.4 Perbedaan Produk Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

Perbedaan Bank Syariah sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah

dengan yang berlaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik

di bank syariah maupun bank konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis perbankan

secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih dalam terdapat beberapa perbedaan mendasar di

antara keduanya.

Perbedaan pertama terletak pada akadnya

Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh

syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan yang

berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Pada bank konvensional, transaksi pembukaan

rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan, namun prinsip

titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya wadi’ah, karena dalam produk giro,

tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang

yang disetor.

Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang diberikan

Bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung

keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan

ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus “menjual”

kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi. Perbedaan antara

keduanya disebut spread yang menandakan apakah perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila

spread-nya positif, di mana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari

bunga yang diberikan kepada penabung, maka dapat dikatakan bahwa bank mendapatkan

keuntungan. Sebaliknya juga benar. Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit

sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang

didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah, berdasarkan

perjanjian pembagian keuntungan di muka.

Page 11: Makalah Perbankan syariah

11

Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/ pembiayaan

Para penabung di bank konvensional tidak sadar uang yang ditabung dipinjamkan

untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut. Sedangkan di bank

syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip dasar, yaitu prinsip

syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh ke bisnis yang haram seperti,

perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan

syariah.

Page 12: Makalah Perbankan syariah

12

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang

dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh

larangan dalam agama Islam untuk memungut atau meminjam dengan bunga atau yang

disebut dengan riba serta larangan untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang

dikategorikan haram ( misal usaha perjudian) dimana hal ini tidak dapat dijamin dalam sistem

perbankan konvensional.

Produk Perbankan Syariah secara garis besar terdiri atas produk penghimpun dana,

produk penyaluran dana dan jasa perbankan.

Setidaknya ada tiga karakteristik produk perbankan syariah yang membedakannya

dengan produk bank konvensional. Petama, adalah akadnya. Semua transaksi dalam

perbankan syariah harus dilandasi dengan akad. Kedua, adalah pada imbalan yang diberikan.

Pada perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil bukan bunga. Karakeristik ketiga

adalah pada sasaran kredit atau pembiayaan. Pada perbankan syariah pembiayaan harus pada

kegiatan yang sesuai dengan syariat islam.

3.2 SARAN

Perbankan Syariah harus lebih banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat

mengenai produk-produk maupun jasa Perbankan Syariah nkarena masih banyak masyarakat

yang kurang mengetahui tentang produk mapun jasa perbankan syariah sehinga masyarakat

enggan untuk memanfaatkannya.

Page 13: Makalah Perbankan syariah

13

DAFTAR PUSTAKA

Ascarya. (2008), Akad dan Produk Bank Syariah. PT RajaGrafindo Persada; Jakarta.

http://afand.cybermq.com/post/detail/2357/sejarah-perbankan--pengertian-asas-fungsi-dan-tujuan

http://blog.keuanganpribadi.com/prinsip-dasar-produk-perbankan-syariah/

http://edratna.wordpress.com/2007/06/26/mengenal-produk-perbankan-syariah-1/

http://edratna.wordpress.com/2007/06/26/mengenal-produk-perbankan-syariah-2/

http://ferrysirait.multiply.com/journal/item/9

http://grhoback.blogspot.com/2010/05/fungsi-fungsi-bank-syariah.html

http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/11/01/5-keunggulan-bank-syariah-yang-belum-diketahui-banyak-orang/

http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/06/fungsi-bank/

http://26-dyash.blogspot.com/2010/10/sistem-perekonomian-dan-pengelolaan_25.html

Perwataatmadja, Karnaen A. (1992), Apa dan Bagaimana Bank Islam. DANA BHAKTI WAKAF;Yogyakarta

Rindawati Ema, Skripsi Analisis perbandingan kinerja keuangan Perbankan syariah dengan perbankan konvensional, Universitas Islam Yogyakarta, 2007

Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2001.

Tamanni, Lugyan. 2004. Prospek perbankan syariah dalam pemulihan ekonomi. ISEFID Review, vol.3 No 3 1424

Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998