makalah penyuluhan

22
MAKALAH PENYULUHAN Penanganan Penangkapan Ikan Agar Tidak Terjadi Overfishing Oleh: Kelompok 4 Anggota: 1. Farizal Setya (115080) 2. Mufarika (115080113111007) 3. Siti Nur Asiyah (115080113111001) 4. Istien Rachmanti (115080) 5. Ilham Fauzi (115080) 6. Sella Eunike B (115080) 7. Debora Angelyta (115080) 8. Affroh Try Febri K. (115080300111011)

Upload: farika-bawek

Post on 26-Dec-2015

90 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Penyuluhan

MAKALAH PENYULUHAN

Penanganan Penangkapan Ikan

Agar Tidak Terjadi Overfishing

Oleh: Kelompok 4

Anggota:

1. Farizal Setya (115080)

2. Mufarika (115080113111007)

3. Siti Nur Asiyah (115080113111001)

4. Istien Rachmanti (115080)

5. Ilham Fauzi (115080)

6. Sella Eunike B (115080)

7. Debora Angelyta (115080)

8. Affroh Try Febri K. (115080300111011)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Makalah Penyuluhan

KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

petunjuk dan kekuatan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat

makalah Penyuluhan yang berjudul "Penanganan Penangkapan Ikan Agar

Tidak Terjadi Overfishing" ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan

warisan ilmu yang paling berharga di dunia maupun akhirat.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta

bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Bapak Ismadi selaku dosen mata kuliah Penyuluhan atas

bimbingan dan arahannya dan juga kepada keluarga kami yang selalu memberikan

dukungan dan doanya serta teman-teman yang sudah memberikan bantuanya

dalam menyelesaikan makalah ini.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang kami

miliki, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi

masih dirasakan banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan

hati kami mengharapkan saran yang membangun agar makalah ini bermanfaat

bagi yang membacanya.

Yang terakhir, sebuah bangunan tak akan dapat berdiri tegak manakala tak

ada manusia yang membangunya. Selalu bersyukurlah pada setiap kenikmatan

yang telah diberikan Tuhan padamu.

Malang, 16 Oktober 2012

Penulis

Page 3: Makalah Penyuluhan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

1. PENDAHULUAN........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

2. PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Overfishing.................................................................................. 3

2.2 Penyebab Terjadinya Overfishing ................................................................ 2

2.3 Dampak Overfishing...................................................................................... 2

2.4 Konsep Pengatura Jumlah Tangkapan ......................................................... 4

2.5 Alternatif Pengelolaan Penangkapan ............................................................ 5

2.6 Implementasi Upaya Pengelolaan ................................................................. 6

3. PENUTUP ...................................................................................................... 7

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 7

3.2 Saran ............................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 8

Halaman

Page 4: Makalah Penyuluhan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kelebihan tangkap (overfishing) memang merupakan dilema bagi

pengelolaan sumberdaya perikanan di Indonesia. Di satu sisi produksi perikanan

terus menerus diupayakan meningkat, namun di sisi lain kelestarian sumberdaya

perikanan juga harus dijaga. Upaya pengelolaan yang dilakukan untuk menjamin

keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya perikanan antara lain melalui pembatasan

hasil tangkapan sehingga tidak melebihi potensi lestari.

Minimnya data-data dan informasi yang bersifat ilmiah dapat

menyebabkan ketidakakuratan dalam menentukan kebijakan pengelolaan

sumberdaya perikanan. Terkait dengan pengelolaan sumberdaya ikan yang sudah

menunjukkan kondisi overfishing, maka perlu disusun rencana pengelolaannya.

Oleh karena itu diperlukan kajian untuk mengetahui status perikanan saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan over fishing?

b. Hal apa yang menjadi penyebab terjadinya overfishing?

c. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan oleh overfishing terhadap

populas ikan?

d. Bagaimanakan upaya pengelolaan sumberdaya perikanan agar tidak terjadi

overfishing?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masalah

over fishing yang terjadi di seluruh dunia terutama di Indonesia dan mengetahui

status perikanan yang terjadi di Indonesia agar segera diatasi.

Page 5: Makalah Penyuluhan

2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Overfishing

Ikan adalah sumber daya yang bersifat dapat diperbaharui atau

memulihkan diri (renewable), tapi sumber daya alam ini bukannya bersifat tak

terbatas. Sumberdaya yang bersifat terbatas tetap harus dikelola dengan

berdasarkan pada kemampuan pulih secara alami agar tidak menyebabkan

eksploitasi berlebihan, (overexploitation), investasi berlebihan (overinvestment)

dan tenaga kerja berlebihan (overemployment).

Overexploitation dari sumberdaya ikan salah satunya disebabkan oleh

Overfishing. Overfishing seperti yang disebutkan dalam Wikipedia, merupakan

kegiatan penangkapan ikan yang mengurangi stock ikan di atas level yang

diperbolehkan. Overfishing dapat terjadi pada pada skala kolam hingga perairan

laut. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, terakhir dilaporkan bahwa produksi ikan

tangkap dunia mengalami penurunan.

Overfishing adalah kegiatan perikanan komersial dan non-komersial yang

mengurangi jumlah ikan melalui pengakapan ikan dewasa secara berlebihan

sehingga tidak ada lagi ikan dewasa yang tersisa untuk berkembang biak dan

memulihkan populasi. Overfishing melebihi carrying capacity dari suatu populasi

ikan (Ardianti, 2012).

2.2 Penyebab Terjadinya Overfishing

Menurut Noronhae, 2010 berdasarkan penyebab terjadinya, overfishing

dibagi menjadi 6 (enam) jenis, yaitu

a. Growth overfishing. Penangkapan Ikan sebelum mereka sempat tumbuh

mencapai ukuran

b. Recruitment overfishing. Penangkapan terhadap suatu stok ikan sedemikian

rupa sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur.

c. Biological overfishing. Tingkat penangkapan ikan dalam suatu perikanan

tertentu melampaui tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan MSY

Page 6: Makalah Penyuluhan

(Maximum Sustainable Yield). Kombinasi dari growth overfishing dan

recruitment overfishing.

d. Economic overfishing. Tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan

melampaui tingkat yang diperlukan untuk menghadilkan MEY, yang

dirumuskan sebagai perbedaan maksimum antara nilai kotor dari hasil

tangkapan dan seluruh biaya dari penangkapan.

e. Ecosystem overfishing. Suatu perubahan komposisi jenis dari suatu stok ikan

sebagai akibat dari upaya penangkapan yang berlebihan, dimana spesies target

menghilang dan tidak digantikan secara penuh oleh jenis “pengganti”.

f. Malthusian overfishing. Penangkapan ikan berlebihan yang disebabkan oleh

masuknya tenaga kerja yang tergusur dari berbagai aktifitas berbasis darat

(land-based activities) kedalam perikanan, pantai dalam jumlah yang

berlebihan yang berkompetisi dengan nelayan tradisional yang telah ada dan

yang cenderung menggunakan cara-cara penangkapan yang bersifat merusak.

2.3 Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Overfishing

Menurut Agus (2010), perubahan ekosistem laut karena beberapa hal.

Pertama, eksploitasi sumber daya laut, khususnya ikan yang secara berlebihan

(overfishing). Kemajuan IPTEK memungkinkan manusia untuk meningkatkan

hasil tangkapan secara luar biasa termasuk ikan kecil. Kedua, masuknya bahan-

bahan pencemar kelaut. Laut dijadikan pembuangan akhir bagi seluruh sampah

atau limbah oleh manusia. Limbah tersebut mengubah komponen fisik laut

(salinitas, kekeruhan, suhu) dan akhirnya menganggu keseimbangan ekosistem

laut dan mematikan sejumlah sepies. Ketiga, tekhnologi penangkapan yang

cenderung merusak masih diterapkan disejumlah wilayah misalnya penggunaan

baha peledak. Dampak yang ditimbulkan dari overfishing itu sendiri, diantaranya

adalah:

1. Berkurangnya populasi sejumlah spesies tertentu akibat ekploitasi berlebihan,

maupun pencemaran limbah, akibatnya hasil para nelayan berkurang.

2. Berubahnya komponen fisik laut seperti salinitas, kekeruhan, transparasi,

suhu air laut berdampaknya pada hilangnya sejumlah spesies, perubahan

Page 7: Makalah Penyuluhan

perilaku sejumlah spesies, baik daam bermigrasi, berkembangbiak, mencari

makan dan lain-lain.

3. Hancurnya habitat akibat eksploitasi yang berlebihan.

2.4 Konsep Pengaturan Jumlah Tangkapan

Menurut Yudha, (2011) Pengaturan hasil tangkapan ini merupakan suatu

konsep praktis yang dapat digunakan untuk membatasi jumlah tangkapan agar

tidak melebihi nilai potensi lestari, sehingga tidak terjadi overfishing. Pendekatan

ini semata-mata hanya mempertimbangkan mortalitas akibat laju penangkapan

dan tidak memperhitungkan mortalitas alami ataupun faktor dinamika populasi

ikan tersebut karena tidak adanya hasil kajian yang mendukung. Pengaturan hasil

tangkapan ini disesuaikan dengan kelimpahan sumberdaya ikan setiap kuartal

sesuai dengan indeks hasil tangkapan. Untuk kehati-hatian dalam pengelolaan

sumberdaya perikanan beberapa ahli menyarankan agar jumlah hasil tangkapan

dibatasi hanya 80% dari potensi lestari. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa

jika hasil tangkapan mendekati atau tepat berada pada titik potensi lestari maka

ada kecenderungan untuk melampaui nilai potensi lestari tersebut dan berakibat

pada kegagalan pengelolaannya.

Menurut Dahuri (2003) dalam Yudha (2011) dalam pemanfaatan

sumberdaya dapat pulih, seperti ikan, udang, laju pemanfaatannya tidak boleh

melebihi kemampuan pulih (potensi lestari) sumberdaya tersebut dalam periode

tertentu. Berdasarkan pedoman dari Direktorat Jenderal Perikanan yang mengacu

pada Code of Conduct for Responsible Fisheries tingkat penangkapan suatu stok

sumber daya tidak boleh melebihi 80% nilai potensi lestari. Selain itu, dalam

kegiatan pemanfaatan sumberdaya laut, prinsip pendekatan berhati-hati perlu

dipertimbangkan, mengingat sifat-sifat sumberdaya laut yang sangat dinamis dan

rentan terhadap kerusakan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa alat

tangkap memiliki efektivitas yang tinggi dalam menangkap ikan, sehingga perlu

dilakukan pembatasan jumlah hasil tangkapan. Beberapa alat tangkap yang

memiliki efektivitas tinggi dalam menangkap cumi-cumi adalah bagan perahu dan

bagan tancap. Kedua jenis alat tangkap tersebut memiliki CPUE (catch per unit

effort) yang relatif tinggi dibandingkan alat tangkap lainnya.

Page 8: Makalah Penyuluhan

Saat operasi penangkapan ikan, bagan menggunakan traktor cahaya yang

mampu menarik perhatian biota yang bersifat fototaksis positif. Jaring yang

digunakan untuk menangkap ikan adalah waring bagan yang memiliki mesh size

yang kecil, yaitu 2x2 mm. Beberapa alat tangkap yang menangkap ikan mampu

menghasilkan jumlah tangkapan yang relatif banyak, walaupun tidak sebanyak

bagan, seperti payang, dogol, purse seine, jaring insang hanyut, jaring insang

tetap, dan serok. Ada pula alat tangkap yang menangkap ikan dalam jumlah yang

sedikit, seperti pukat pantai, trammel net, jenis-jenis pancing, sero, dan

perangkap. Oleh karena itu pengaturan hasil tangkapan juga dikenakan pada alat

tangkap kelompok pertama; dan tidak perlu membatasi jumlah tangkapan pada

alat tangkap pada kelompok kedua.

2.5 Alternatif Pengelolaan Penangkapan

Alternatif Pengelolaan sumber daya ikan di perairan laut dapat dilakukan

dengan berbagai carayang digunakan untuk membatasi penangkapan agar tidak

terjadi overfishing .Menurut Effendi (2002) dalam Yudha (2011) setidaknya

terdapat lima alternatif pengelolaan, yaitu:

1) Penutupan musim penangkapan

Penutupan musim penangkapan dapat dilakukan setiap tahun atau pada

waktu-waktu tertentu. Penutupan musim penangkapan tahunan biasanya

ditujukan pada waktu musim pemijahan atau pembesaran anak-anak ikan.

Tujuannya agar jumlah induk ikan tidak berkurang dan tingkah lakunya pada

waktu pemijahan tidak terganggu, sehingga pemijahan dapat berhasil dengan

baik. Berhasil atau tidaknya pemijahan suatu stok atau populasi ikan akan

menentukan keadaan perikanan pada tahun-tahun berikutnya.

Penutupan musim penagkapan dapat pula ditujukan ke daerah daerah

penangkapan ikan yang keadaannya sudah over fished atau daerah perikanan

yang penangkapannya sudah berlebihan. Mengupayakan penangkapan ikan di

daerah yang kondisinya sudah sedikit jumlah ikannya justru akan menambah

kerugian secara ekonomi.

Page 9: Makalah Penyuluhan

2) Penutupan daerah penangkapan

Penutupan daerah penangkapan ikan merupakan alternatif dari

penutupan musim penangkapan. Sebagai salah satu contoh adalah larangan

melakukan penangkapan ikan di daerah pemijahan atau pembesaran. Kebijakan

ini dapat juga dikenakan terhadap suatu daerah yang keadaan suatu stok

sumberdaya ikan sudah menipis akibat penangkapan oleh alat tangkap tertentu.

3) Pelarangan alat tangkap yang merusak

Cara-cara penangkapan ikan yang merusak, seperti penggunaan racun

dan bahan peledak (bom ikan) tidak diperkenankan. Pelarangan tersebut

sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah, tetapi masih banyak nelayan

yang melakukan penangkapan ikan dengan cara seperti itu. Penangkapan ikan

dengan menggunakan bagan dapat dikelompokkan dalam alternatif

pengelolaan ini. Bagan dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil (2x2

mm) dan menggunakan pemikat cahaya akan menangkap anak-anak ikan

pelagis. Semakin banyak anak-anak ikan yang tertangkap akan berakibat pada

penurunan produksi perikanan di masa mendatang.

4) Perlindungan anak ikan

Hal ini dilakukan untuk melindungi anak-anak ikan ataupun ikan yang

belum dewasa. Caranya adalah dengan menerapkan aturan penggunaan alat

tangkap dengan ukuran mata jaring yang selektif untuk menangkap ikan yang

besar (dewasa). Dengan demikian ikan yang masih berukuran kecil tidak akan

tertangkap dan memiliki kesempatan untuk bertambah besar dan melakukan

regenerasi.

5) Sistem kuota

Untuk mempertahankan suatu daerah perikanan yang hampir over fihsed

dapat digunakan sistem kuota, yaitu bagian hasil perairan yang harus diambil

dalam jumlah tertentu untuk satu musim penangkapan. Apabila kuota hampir

tercapai pada akhir musim penangkapan, maka jumlah hasil tangkapan dapat

ditingkatkan hingga mencapai jumlah yang ditetapkan. Oleh karena itu

penggunaan sistem kuota ini harus disertai dengan kontrol yang seksama agar

tujuannya dapat tercapai.

Page 10: Makalah Penyuluhan

2.6 Implementasi Upaya Pengelolaan

Terkait dengan upaya pengelolaan sumberdaya ikan di perairan laut secara

bijaksana maka, perlu dilakukan beberapa langkah sesuai dengan Undang-Undang

No.32 tahun 2004, antara lain:

1. Menyusun rencana pengelolaan perikanan yang memuat juridiksi, tujuan

pengelolaan, status sumberdaya, riset dan kajian stok, dan lain-lain, yang

berbasis masyarakat (community based management). Dalam investigasi

penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya ikan sebaiknya dilakukan dengan

pendekatan partisipatif (Participatory Reseach Approach). Hasil yang

didapatkan sebelum difinalkan akan disosialisasikan kepada masyarakat dan

dibahas oleh seluruh pihak terkait (stakeholders). Pembahasan-pembahasan di

tingkat pengambil keputusan di daerah (kabupaten dan kecamatan pesisir) juga

perlu dilakukan terhadap konsepsi, strategi, dan skenario bagi penyusunan RPP

(Rencana Pengelolaan Perikanan) tersebut.

Menurut Mallawa (2006) kegiatan perencanaan partisipatif pengelolaan

sumberdaya ikan dapat menghasilkan model rencana pengelolaan berbasis

masyarakat (community based management). Nikijuluw (1994) dalam

Mallawa (2006) menjelaskan bahwa pengelolaan berbasis masyarakat

merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam (termasuk

perikanan) yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan

masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya.

2. Menetapkan suatu peraturan daerah tentang pengelolaan perikanan yang

memuat :

Penentuan potensi dan alokasi sumberdaya ikan, serta jumlah yang

diperbolehkan ditangkap.

Ukuran panjang atau berat minimum ikan yang ditangkap.

Penentuan jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkap ikan yang

diperbolehkan.

Penentuan daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan.

Persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan.

Page 11: Makalah Penyuluhan

Pencegahan pencemaran dan kerusakan sumberdaya cumi-cumi dan

habitatnya.

Dan lain-lain.

3. Rehabilitasi dan konservasi ekosistem pesisir yang menjadi daerah pemijahan,

asuhan, dan mencari makan bagi ikan dan sumberdaya ikan lainnya.

Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun merupakan habitat

berbagai jenis sumberdaya ikan yang perlu dilindungi untuk menyelamatkan

keanekaragaman hayati laut.

Dahuri (2003)dalam Yudha (2011) berpendapat ada empat kebijakan

utama yang perlu ditempuh untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati laut,

yaitu melalui penetapan daerah konservasi laut, pengelolaan dampak, prioritas

daerah konservasi, dan pendidikan serta partisipasi masyarakat. Kebijakan

yang diambil dalam rangka mempertahankan nilai daerah konservasi yang

telah ada adalah sebagai berikut:

a. Melengkapi penelitian.

b. Mengembangkan dan mengimplementasikan perencanaan pengelolaan.

c. Membuat dan menyimpan data base, termasuk informasi tentang berbagai

bentuk ancaman terhadap habitat.

d. Melakukan survey pendugaan dengan cepat terhadap daerah luar yang

memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi.

e. Mengendalikan eksploitasi di daerah sumberdaya alam.

f. Memperkuat peraturan lingkungan melalui peningkatan koordinasi dan

kerjasama antar instansi penegak hukum dan segenap stakeholders lainnya.

Selanjutnya Dahuri (2003) juga menjelaskan bahwa dalam pengelolaan

dampak pembangunan yang berpotensi mengancam keanekaragaman hayati

laut dapat dilakukan dengan cara:

a. Melakukan kajian AMDAL pada setiap kegiatan pembangunan yang

berpotensi merusak sumberdaya laut.

b. Mempertimbangkan keanekaragaman hayati pesisir dan laut dalam

penetapan standar lingkungan di masa mendatang.

c. Mengembangkan metode untuk memitigasi atau merehabilitasi kerusakan

habitat pesisir.

Page 12: Makalah Penyuluhan

d. Memperluas hak pengguna lokal terhadap sumberdaya alam.

e. Memberikan alternatif mata pencaharian kepada masyarakat yang tinggal di

sekitar pantai dalam pemanfaatan dan pemanenan sumberdaya laut secara

lestari.

f. Mendukung keberlanjutan praktek penggunaan sumberdaya secara

tradisional.

Penetapan daerah prioritas konservasi laut harus berdasarkan valuasi

keanekaragaman hayati, perluasan ancaman, baik oleh manusia maupun alam,

dan pendugaan nilai ekologi dan ekonomi di masa yang akan datang. Berbagai

upaya harus dilakukan dalam menentukan status stok di alam, yaitu melalui

studi yang sesuai dan berhubungan dengan kondisi habitat, bentuk ancaman,

serta nilai ekologi maupun ekonomi suatu organisme di masa yang akan

datang. Prioritas dan strategi pengelolaan harus mempertimbangkan tingkat

kelangkaan, ketergantungan, kejarangan, atau permintaan perlindungan dari

takson (Dahuri, 2003dalam Yudha, 2011).

4. Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat Masyarakat nelayan,

terutama yang menangkap cumi-cumi dan sumberdaya ikan lainnya, sebagai

salah satu stakeholders penting harus dilibatkan dalam pengelolaan

sumberdaya tersebut. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan partisipasi mereka, sehingga rencana

pengelolaan yang telah disusun dapat diaplikasikan dengan optimal.

Menurut Dahuri (2003) dalam Yudha, 2011 beberapa upaya untuk

meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Mengoptimalkan dan meningkatkan keefektifan kerjasama dan koordinasi

antara program pembangunan di pusat dan daerah.

b) Desiminasi manajemen informasi keanekaragaman hayati pesisir dan laut

dan isu yang berkaitan dengan publik.

c) Memperbaiki kualitas dan kuantitas pekerja yang terlibat dalam

pengelolaan keanekaragaman hayati pesisir dan laut melalui program

partisipasi.

d) Mempertimbangkan keterlibatan publik dalam perencanaan, impementasi,

dan pemantauan program keanekaragaman hayati pesisir dan laut.

Page 13: Makalah Penyuluhan

e) Mendukung komunitas lokal/hak pengguna dan tanggung jawab yang

berkaitan dengan sumberdaya laut; menerapkan hukum yang ada dan

peraturan yang mendukung kesadaran serta partisipasi dalam program

keanekaragaman hayati laut.

f) Mengembangkan metode alternatif penangkapan ikan yang dapat

mengurangi dampak negatif yang mengancam keanekaragaman hayati dan

lingkungan laut.

Page 14: Makalah Penyuluhan

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas yaitu.

Overexploitation dari sumberdaya ikan salah satunya disebabkan oleh

Overfishing.

Overfishing melebihi carrying capacity dari suatu populasi ikan.

Penyebab terjadinya overfishing adalah Growth overfishing, Recruitment

overfishing, Biological overfishing, Economic overfishing, Ecosystem

overfishing, Malthusian overfishing.

Dampaknya yang terjadi akibat overfishing yaitu sejumlah spesies

berkurang dan habitat fisik laut juga rusak.

Pengaturan hasil tangkapan ini merupakan suatu konsep praktis yang dapat

digunakan untuk membatasi jumlah tangkapan agar tidak melebihi nilai

potensi lestari, sehingga tidak terjadi overfishing.

Alternatif Pengelolaan sumber daya ikan di perairan laut dapat dilakukan

dengan berbagai carayang digunakan untuk membatasi penangkapan agar

tidak terjadi overfishing.

Implementasi Pengolahan harus sesuai dengan Undang-Undang yang telah

ditetapkan.

3.2 Saran

Sudah banyaknya overfishing yang terjadi diseluruh dunia terutama juga

di Indonesia sebaiknya harus segera ditangani dan juga dilakukan penegasan

hukum yang tegas. Dalam Undang-Undang telah dicantumkan perintah untuk

mengatasi overfishing dan itu segera dilakukan.

Page 15: Makalah Penyuluhan

DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2010. Ekosistem. PLH: Jawa Barat.

Ardianti, Yuniar. 2012. Overfishing Di Kepulauan Seribu. Tugas

Norohae, Muhammad Desna. 2010. Penagkapan Ikan Berlebihan (Overfishing).

Tugas Prgram Pengembangan Kepemompinan Pride RARE.

Yudha, Indra Gumang. 2011. Kajian Potensi Dan Pemanfaatan Sumberdaya

Cumi-Cumi (Loligo spp) Dan Upaya Pengelolaannya Di Perairan Pesisir

Lampung. Jurnal Mitra Bahari. Universitas Lampung. Vol. 5 No.1,

Januari--April 2011