makalah penyuluhan jajan sembarangan

32
MAKALAH PENYULUHAN BAHAYA JAJAN SEMBARANGAN Disusun oleh : Fildzah Yamami Rizal (090100004) Regina Marhadisony (090100371) PUSKESMAS PEKAN LABUHAN SEKOLAH XXXXX FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Upload: yoga-regar

Post on 09-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

jjjj

TRANSCRIPT

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

MAKALAH PENYULUHANBAHAYA JAJAN SEMBARANGAN

Disusun oleh :Fildzah Yamami Rizal (090100004)Regina Marhadisony (090100371)

PUSKESMAS PEKAN LABUHANSEKOLAH XXXXXFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penyuluhan ini dengan judul Bahaya Jajan Sembarangan.Penulisan makalah penyuluhan ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Puskesmas Pekan Labuhan, Departemen Ilmu Kesehatan Masyrakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan, Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak lain yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah penyuluhan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah penyuluhan ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......2

DAFTAR ISI.3

BAB I PENDAHULUAN.....1.1. Latar Belakang............1.2. Tujuan..........1.3. Manfaat........4455

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,.........2.1. Definisi........................................................2.2.Jenis Makanan dan Jajanan..........................................................................2.3.Macam-Macam Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Bahan Tambahan Makanan ............................................................................................................2.4. Dampak Bahan Kimia Bagi Kesehatan.......................................................2.5. Cara Memilih Jajanan Sehat ...................................................................2.6. Pencegahan..............................................................666

6131720

BAB III KESIMPULAN......21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSebagian besar anak-anak di Indonesia menyukai jajanan. Jajanan adalah segala jenis makanan yang dijual di pedagang kaki lima, toko-toko dan swalayan. Anak-anak banyak menyukai jajanan yang berwarna mencolok atau bentuknya menarik, ditambah dengan rasa yang manis dan gurih, tapi ternyata makanan tersebut tidak aman untuk dikomsumsi. Pada zaman modern ini, banyak juga orang tua yang tidak memantau pola makan dan jajanan yang dikonsumsi anak-anaknya, jadi jangan sembarang menjajankan anaknya.Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan.Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar.Pencapaian gizi seimbang masih merupakan masalah yang cukupberat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada (Irianto,2004).Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupanmakanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna.Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benardan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyakorgan organ dan sistem tubuh anak. Foodborne diseases atau penyakitbawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dibanyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang seriusuntuk jangka pendek, sehingga seringkali kurang diperhatikan baik olehorang tua, masyarakat atau instansi yang terkait dengan masalah ini(Anonim, 2007).Makanan yang baik dan aman bagi kesehatan salah satu syaratnya adalah memenuhi standar kesehatan, yaitu menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan dan bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan. Bahan tambahan makanan adalah bahan kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan atau yang secara alami bukan merupakan bahan baku yang berfungsi menambah cita rasa, warna, tekstur serta memperpanjang umur kualitas makanan.

1.2. TujuanTujuan dari pembuatan makalah penyuluhan ini adalah untuk mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran siswa/i Sekolah XX Kelurahan Pekan Labuhan tentang pentingnya mengetahui Bahaya Jajan Sembarangan, mempererat hubungan dengan siswa/i Sekolah XX Kelurahan Pekan Labuhan dalam hal memberikan penyuluhan, dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Puskesmas Pekan Labuhan, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan, Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

1.3. ManfaatMakalah penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai Bahaya Jajan Sembarangan

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Menurut FAO, jajanan (street food) didefisinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang di olah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau di sajikan sebagai makanan siap santap untukdujual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (KEPMENKES 942 Th 2003). Jajanan sehat adalah jajanan yang bergizi dan tidak mengandung zat-zat berbahaya. Jajanan yang sehat dapat membuat tubuh terhindar dari penyakit.

2.2. Jenis Makanan dan Jajanan Jenis makanan menurut winarno dan mulyati(2003:22) di bagi menjadi 4 kelompok : 1. makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mi ayam dll 2. sneck atau penganan, seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dll 3. golongan minuman seperti cendol, es teh, dawet, es cream, dll 4. buah-buahan

2.3. Macam-Macam Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Bahan Tambahan MakananPada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat adiktif atau bahan tambahan makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat adiktif makanan didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Zat adiktif makanan yang dimaksud dalam hal ini adalah pengawet, penyedap, pewarna, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal.Dilihat dari sumbernya, zat adiktif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain. Selain itu dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah, akan tetapi walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Zat adiktif atau bahan tambahan makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif yang sering dijumpai dalam masyarakat adalah :

1) Bahan Pengawet Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan yang mempunyai sifat rusak, akan tetapi tidak jarang produsen menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur. Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan banyak digunakan adalah benzoat, yang umumnya dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Pengggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan pangan yang lain karena pangan mempunyai sifat berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat pathogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikroba yang nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan, misalnya pembusukkan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama pangan yang dikonsumsi.Apabila pemakaian bahan makanan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian besar bagi pemakainya, baik yang bersifat langsung misalnya keracunan, maupun yang bersifat tidak langsung atau kumulatif misalnya apabila pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik. Penggunaan bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan adalah penggunaan boraks dan formalin.

a. Boraks Boraks adalah bahan pengawet kayu dan antiseptik pengontrol kecoa. Fungsinya hampir sama dengan pestisida. Boraks berbentuk serbuk kristal putih tanpa bau dan mudah larut dalam air. Boraks digunakan secara illegal dalam industri makanan bakso dan kerupuk, karena mampu memberi efek bagus pada tekstur makanan. Bakso dengan boraks menjadi kenyal, renyah, dan tahan lama. Kerupuk dengan boraks pun lebih renyah dan empuk. Di Jawa Barat boraks dikenal dengan nama pijer, di Jawa Tengan dan Jawa Timur dikenal dengan nama bleng dan digunakan sebagai tambahan makanan untuk pengenyal ataupun pengawet.

b. Formalin Formalin merupakan bahan kimia dalam industri kayu lapis, dan digunakan sebagai bahan disinfektan pada rumah sakit. Formalin digunakan secara illegal untuk bahan pengawet. Deteksi formalin kualitatif maupun kuantitatif secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia. Namun, ada beberapa ciri pangan berformalin yang dapat membantu membedakan dari makanan tanpa formalin:

1. Mie basah berformalin Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius). Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie yang lain. 2. Tahu berformalin Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius). Tahu terlampau keras, kenyal namun tidak padat.

3. Ikan Segar atau Hasil Laut Berformalin Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celcius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang dan warna daging putih bersih.

Ada beberapa jenis bahan pengawet yang banyak digunakan dalam masyarakat, yaitu : a. Zat Pengawet Anorganik Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hydrogen peroksida, nitrat, dan nitrit. Molekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel mikroba membentuk senyawa yang tidak dapat difermentasi oleh enzim membentuk hidroksisulfonat yang dapat menghambat mekanisme pernafasan. Penggunaan garam nitrat dan nitrit yaitu umumnya pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba seperti Clostridium botulinum, yaitu suatu bakteri yang dapat memproduksi racun yang mematikan. Akan tetapi sekarang ini nitrit dan nitrat tidak hanya digunakan pada daging tetapi pada ikan dan keju. Penggunaannya pun semakin luas dikarenakan selain sebagai pembentuk warna dan bahan pengawet antimikroba, juga berfungsi sebagai pembentuk factor sensori lain, yaitu aroma dan cita rasa (flavour).

b. Zat Pengawet Organik Zat pengawet lebih banyak dipakai daripada yang anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida.

2) Perwarna Penampilan makanan termasuk bentuk dan warnanya dapat menambah daya tarik dan menggugah selera, oleh karenanya, sejak lama penggunaan pewarna makanan telah dikenal luas di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Masyarakat tradisional Indonesia biasa menggunakan bahan-bahan alami sebagai pewarna makanan, misalanya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau. Namun seiring perkembangan teknologi dan tuntutan zaman, penggunaan pewarna makanan alami mulai diganti dengan pewarna makanan sintesis karena penggunaannya lebih praktis dan harganya lebih murah.Berdasarkan sumbernya, secara garis besar dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk kedalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu : a. Pewarna Alami Banyak warna bagus yang dimiliki oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai perwarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang banyak mengandung nilai nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan kobalamin), merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya. Kelompok tanaman atau hewan yang memiliki warna alami dan dapat digunakan dalam tambahan makanan, diantaranya :1. Karamel, berasal dari gula yang dipanaskan dengan air dan dapat menghasilkan warna coklat; 2. Anthosianin, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan dapat menghasilkan warna jingga, merah, dan biru; 3. Tannin, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan warna bening atau tidak berwarna; 4. Batalain, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan warna kuning dan merah; 5. Xanthon, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan warna kuning; 6. Klorofil, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam lipida dan air dan menghasilkan warna hijau dan coklat; 7. Heme, berasal dari hewan dan menghasilkan warna merah dan coklat. b. Pewarna Sintesis Zat pewarna buatan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai permitted color atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaanya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Di Indonesia peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan walaupun sudah ada peraturan yang mengaturnya masih seringkali terjadi, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Pewarna tekstil tersebut yang banyak digunakan adalah :1. Rhodamin B Rhodamin B merupakan bahan pewarna sintetis dalam industri tekstil dan kertas, yang secara illegal digunakan untuk pewarna makanan. Makanan yang menggunakan bahan ini bisa dikenali dari warna merah mencolok yang tidak wajar, banyak terdapat titik-titik warna karena tidak homogen dan tidak pudar apabila terkena panas (digoreng atau direbus). Rhodamin B berupa serbuk kristal berwarna merah keunguan, dan ketika dilarutkan dalam air akan berubah merah berpendar yang membangkitkan selera. Biasanya digunakan pada industri kerupuk, terasi, dan makanan kecil untuk anak-anak.2. Methanyl Yellow (pewarna kuning) Metanil Yellow adalah pemberi warna kuning, yang digunakan untuk industri tekstil dan cat. Bentuknya bisa berupa serbuk, bisa pula berupa padatan. Biasanya digunakan secara illegal pada industri mie, kerupuk dan jajanan berwarna kuning mencolok. Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna kuning metanil antara lain makanan berwarna kuning mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan, selain itu warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.Ada beberapa bahan pewarna sintesis yang boleh digunakan dalam makanan di Indonesia dengan penggunaan yang tidak berlebihan, yaitu : 1. Amaran (Amaranth : Cl Food Red 9) 2. Biru berlian (Brilliant blue FCF : Cl) 3. Eritrosin (Food red 2 Erithrosin : Cl) 4. Hijau FCF (Food red 14 Fast green FCF : Cl) 5. Hijau S (Food green 3 Green S : Cl.Food) 6. Indigotin (Green 4 Indigotin : Cl.Food) 7. Ponceau 4R (Blue I Ponceau 4R : Cl) 8. Kuning (Food red 7) 9. Kuinelin (Quineline yellow Cl. Food yellow 13) 10. Kuning FCF (Sunset yellow FCF Cl. Food yellow 3 11. Riboflavina (Riboflavina) 12. Tartrazine (Tartrazine)

2.4. Dampak Bahan Kimia Bagi Kesehatan Banyaknya kasus keracunan makanan, food safety perlu ditingkatkan secara terus menerus, sehingga kejadian keracunan makanan dapat ditekan seminimal mungkin. Dikarenakan hal tersebutlah maka perlu diadakan pengujian terlebih dahulu sebelum makanan tersebut diedarkan ke masyarakat luas atau dikonsumsi.Pengujian bahan kimia berbahaya atau toksisitas pada suatu bahan makanan biasanya dilakukan melalui tiga macam percobaan yang dilakukan pada hewan. Pertama, penentuan dosis suatu bahan. Kedua, penentuan dosis maksimum yang dapat ditolerir yaitu dosis harian maksimum saat hewan dapat bertahan hidup untuk periode 21 hari, dengan tujuan pengujian ini adalah untuk menunjukkan bahan organ yang diperiksa memperlihatkan adanya efek keracunan. Ketiga, pengujian pemberian makanan selama 90 hari, dimana setelah 90 hari percobaan dapat diketahui gejala tidak normal pada hewan percobaan sehubungan dengan makanan yang diberikan. Hasil dari ketiga percobaan tersebut dapat menunjukkan atau menetapkan dosis atau ambang batas wajar penggunaan bahan tambahan makanan untuk dikonsumsi manusia. Penggunaan bahan kimia berbahaya atau bahan tambahan makanan tersebut apabila melebihi ambang batas maka akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan, diantaranya :1. Penggunaan Bahan Pengawet Penggunaan zat pengawet yang berlebihan dapat mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit, penggunaan bahan pengawet di satu sisi menguntungkan karena bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat pantogen yaitu yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikroba yang bersifat nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan. 6 Bahan pengawet yang sangat luas pemakaiannya yaitu belerang yang dioksidasi yang dapat menyebabkan luka pada usus, selain itu penggunaan nitrit dan nitrat pada daging kalengan dan keju dapat menyebabkan kanker, hal ini dikarenakan nitrit merupakan senyawa yang tergolong sebagai racun, apabila terserap oleh darah akan mengubah hemoglobin menjadi nitrose haemoglobin atau methaemoglobin yang tidak mampu lagi untuk mengangkut oksigen. Penderita penyakit ini terlihat dari tanda-tanda perubahan pada kulit yang berubah menjadi biru, sesak nafas, muntah dan shock bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kandungan methaemoglobin lebih tinggi dari 70%.

2. Penggunaan Bahan Pewarna pada Makanan Pemakaian bahan pewarna sintesis dalam makanan walaupun memiliki dampak positif bagi produsen dan konsumen, yaitu dapat membuat suatu makanan lebih menarik, meratakan warna makanan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menumbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberi efek negatif bagi kesehatan manusia. Beberapa hal yang dapat menimbulkan dampak negatif tersebut apabila terjadi :

a. Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi dalam jumlah kecil, namun berulang. b. Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi dalam jangka waktu lama. c. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari-hari, dan keadaan fisik. d. Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintesis secara berlebih. e. Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan. Efek kronis yang dapat ditimbulkan dari pewarna sintesis ini adalah apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kanker hati.

3. Penggunaan MSG A. Chinese Restaurant Syndrome Tahun 1968 dr. Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya yang gejalanya cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing. Pasien itu mengalami kondisi ini sehabis menyantap masakan cina di restoran. Masakan cina memang dituding paling banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala serupa yang dialami seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese Restaurant Syndrome.Bagaimana sampai MSG bisa menimbulkan gejala di atas, masih dugaan sampai saat ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah terjadinya defisiensi vitamin B6 karena pembentukan alanin dari glutamat mengalami hambatan ketika diserap. Konon menyantap 2 12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini. Akibatnya memang tidak fatal betul karena dalam 2 jam Cinese Restaurant Syndrome sudah hilang.

B. Kerusakan Sel Jaringan Otak Hasil penelitan Olney di St. Louis. Tahun 1969 ia mengadakan penelitian pada tikus putih muda. Tikus-tikus ini diberikan MSG sebanyak 0,5 4 mg per gram berat tubuhnya. Hasilnya tikus-tikus malang ini menderita kerusakan jaringan otak. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan pemberian MSG yang dicampur dalam makanan tidak menunjukkan gejala kerusakan otak. Asam glutamat meningkatkan transmisi signal dalam otak, gamma-asam aminobutrat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi MSG berlebihan pada beberapa individu dapat merusak kesetimbangan antara peningkatan dan penurunan transmisi signal dalam otak (Anonimous 2006).

C. Kanker MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat mengalami pirolisis dari penelitian tadi jelas cara memasak amat berpengaruh.

D. Alergi MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen. Beberapa peneliti bahkan cenderung berpendapat nampaknya glutamat bukan merupakan senyawa penyebab yang efektif, tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan oleh senyawa hasil metabolisme seperti misalnya GABA (Gama Amino Butyric Acid), serotinin atau bahkan oleh histamin (Winarno 2004).

2.5. Cara Memilih Jajanan Sehat - Bersih - Jauh dari tempat sampah, got, debu dan asap kendaraan bermotor - Tertutup - Tidak bekas dipegang-pegang orang - Tidak terlalu manis dan berwarna mencolok - Masih segar - Tidak digoreng dengan minyak goreng yang sudah keruh - Tidak mengandung zat pemanis, zat pengawet, zat penyedap, dan zat pewarna buatan - Bau tidak apek atau tengik - Tidak dibungkus dengan kertas bekas atau Koran - Dikemas dengan plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman - Lihat tanggal kadaluwarsa

Contoh jajanan tidak sehat: - Es mambo berwarna mencolok dan terlalu manis pemanis buatan dan pewarna pakaian - Permen pemanis buatan dan pewarna pakaian - Bakso bahan pengenyal - Chiki/ makanan ringan menggunakan MSG sebagai penambah rasa, zat pewarna dan pemanis buatan - Gorengan pakai minyak goreng bekas dipakai berkali-kali sehingga minyak sudah berwarna sangat keruh - Cakwe, cilok dan bakso goreng pakai saus/ sambal berwarna merah cerah dan terbuat dari bahan-bahan yang telah busuk - Kue berwarna mencolok pewarna pakaian - Es sirup/ minuman berwarna mencolok tidak higienis, memakai air mentah, dan terdapat zat pewarna pakaian

2.6. Pencegahan Sarapan pagi adalah makanan yang paling penting dalam aktivitas harian. Begitu pula pada anak-anak sekolah, sebab waktu sekolah penuh dengan aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur atau satu porsi bubur ayam. Atau bisa juga satu gelas susu dan buah, anak-anak akan mendapatkan kalori yang cukup untuk aktivitas awal hari mereka. Sebagai upaya agar anak-anak tidak sembarangan membeli jajanan, mungkin perlu dipikirkan usaha dimana sekolah berusaha memberikan atau memfasilitasi pemberian makanan ringan atau makan siang di lingkungan sekolah. Orang tua juga bisa membekali makanan dari rumah, agar terjamin kebersihannya. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan menjamin supaya anak tidak sembarangan membeli jajanan.

BAB 3KESIMPULAN

1. Tips aman dalam memilih makanan dapat dilakukan dengan mengamati warnanya, mencolok atau tidak, cicipi rasanya, baui aromanya, amati komposisinya, perhatikan kualitasnyadan terdaftar di BPOM.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak jajan diantaranya yaitu karakteristik anak, pola makan keluarga, sekolah, tetangga dan dari iklan.3. Bahan berbahaya yang terkandung dalam jajanan antara lain borax, formalin dan rhodamin B.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Bahan Pengawet dalam Jajanan Anak. http://ziah91.student. umm.ac.id/2010/07/29/bahan-pengawet-dalam-jajanan-anak/.Dr. Judarwanto, W. Perilaku Makan Anak Sekolah. Picky Eaters Clinic (Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak).Riyadi, P.H, Azis N.B, Tri W.A. Analisis Kebijakan Keamanan Pangan Produk Hasil Perikanan Di Pantura Jawa Tengah dan DIY. Staf Pengajar FPIK UNDIP.Suci, E.S. 2009. Gambaran Perilaku jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Atma jaya Jakarta. ISSN 2085-4242, Vol 1, 29-38.

3