makalah penyuluhan-3

16
 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan  perhatian dengan lebih sering dan persisten jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Gejala lain yang menyertainya yaitu: ambang toleransi frustasi yang rendah, disorganisasi, dan perilaku agresif. Keadaan tersebut menimbulkan  penderitaan dan hambatan bagi anak dalam aktivitas keseharian, seperti  berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga, dan tentu akan mengganggu dalam kesiapan belajar, selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar, secara keseluruhan menurunk an kualitas hidup anak. Gejala GPPH timbul umumnya sebelum umur 7 tahun, namun yang tersering orang tua baru meminta tolong profesional saat anak mulai sekolah formal. Karena dalam pendidikan formal anak sudah di tuntut untuk mampu mengontrol perilaku dan mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah. Keluhan yang tersering adalah: a nak naka l, tidak kenal ta kut, mondar -mandir di dalam kelas, sering mengajak bicara saat pelajaran, dan masih banyak lainnya. Tentu sulit menilai anak yang masih berusia dibawah 4 tahun apakah anak menderita gangguan ini atau wajar. Namun pada anak dengan GPPH, gejala yang muncul tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat jika dibandingkan dengan anak lain dengan taraf perkembangan yang sama. Prevalensi GPPH 2 ± 9,5% seluruh dunia anak usia sekolah. Di USA  prevalensi GPPH 2 sd 20% dari jumlah anak-anak usia sekolah dasar. Di Inggris 0.5 ± 1% dan Taiwan angka GPPH 5 ± 10%. Dari 600 siswa kelas 1 ± 3 di  beberapa SD di Jakarta pu sat tahun 2000 ± 2001 d idapatkan 4,2 % mengalami GPPH (Tanjung dkk, 2001). Di beberapa sekolah Siswa SD Kabupaten Sleman DIY di dapat pr evalensi 9,5% (Saputro D, 2000).

Upload: arlies-chua

Post on 07-Jul-2015

179 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 1/16

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

adalah yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan

  perhatian dengan lebih sering dan persisten jika dibandingkan dengan anak-anak 

lain seusianya. Gejala lain yang menyertainya yaitu: ambang toleransi frustasi

yang rendah, disorganisasi, dan perilaku agresif. Keadaan tersebut menimbulkan

  penderitaan dan hambatan bagi anak dalam aktivitas keseharian, seperti

  berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga, dan tentu akan mengganggu dalam

kesiapan belajar, selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar, secara keseluruhan

menurunkan kualitas hidup anak.

Gejala GPPH timbul umumnya sebelum umur 7 tahun, namun yang

tersering orang tua baru meminta tolong profesional saat anak mulai sekolah

formal. Karena dalam pendidikan formal anak sudah di tuntut untuk mampu

mengontrol perilaku dan mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah. Keluhan

yang tersering adalah: anak nakal, tidak kenal takut, mondar-mandir di dalam

kelas, sering mengajak bicara saat pelajaran, dan masih banyak lainnya. Tentu

sulit menilai anak yang masih berusia dibawah 4 tahun apakah anak menderita

gangguan ini atau wajar. Namun pada anak dengan GPPH, gejala yang muncul

tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat jika dibandingkan dengan anak 

lain dengan taraf perkembangan yang sama.

Prevalensi GPPH 2 ± 9,5% seluruh dunia anak usia sekolah. Di USA

 prevalensi GPPH 2 sd 20% dari jumlah anak-anak usia sekolah dasar. Di Inggris0.5 ± 1% dan Taiwan angka GPPH 5 ± 10%. Dari 600 siswa kelas 1 ± 3 di

  beberapa SD di Jakarta pusat tahun 2000 ± 2001 didapatkan 4,2 % mengalami

GPPH (Tanjung dkk, 2001). Di beberapa sekolah Siswa SD Kabupaten Sleman

DIY di dapat prevalensi 9,5% (Saputro D, 2000).

Page 2: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 2/16

Angka kejadian GPPH remaja dan dewasa lebih rendah jika dibandingkan

anak usia sekolah dasar. Laki-laki : perempuan = 3 - 4 : 1.

1.2. Rumusan Masalah 

Faktor apakah yang menyebabkan dan bagaimana perlakuan serta

 penanggulangan terhadap penderita ADHD?

1.3. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah

ini adalah menjelaskan penyebab dan bagaimana perlakuan serta penanggulangan

terhadap penderita ADHD.

Page 3: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 3/16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.  Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) 

2.1.1. Definisi

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa

Indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif yaitu

gangguan pemusatan pikiran dalam bentuk yang jernih dan  gambling ,

ketidakmampuan mengabaikan objek-objek lain agar seseorang sanggup

menangani objek tertentu secara efektif.1 

Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang

  berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkan hyper-

activity/hiper-aktif penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang ditulis

ADHD,AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya

adalah sama. 1 

Definisi ADHD secara umum yaitu menjelaskan kodisi anak-anak yang

memperlihatkan sintom-sintom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif,

dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.

1

2.1.2. Klasifikasi

Pada kriteria DSM-IV terdapat 9 gejala untuk gangguan pemusatan

  perhatian, 6 gejala untuk hiperaktivitas dan 3 gejala untuk impulsif. Menurut

DSM-IV ada 3 subtipe GPPH, yaitu tipe predominan in-atensi, tipe predominan

hiperaktif impulsif dan tipe kombinasi.

2.1.3. Epidemiologi

Di Amerika Serikat sedikitnya 4% remaja mengalami GPPH dan hal

tersebut berhubungan dengan tingginya tingkat morbiditas psikiatri dan kerusakan

fungsional. Oleh karena saat ini relatif baru kemunculan dari diagnosis GPPH

  pada remaja mengakibatkan masih terjadi Underdiagnosed dan Undertreated .

Page 4: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 4/16

Panduan diagnosis GPPH dari American Academy of Pediatrics hanya melibatkan

anak yang berusia 6 sampai 12 tahun. Beberapa studi prevalensi GPPH pada anak 

sekitar 6%-9% telah diketahui bahwa 40% - 70% dari anak tersebut akan

menunjukkan gejala berkelanjutan sampai dengan dewasa. Beberapa studi pada

dewasa dengan perilaku penyalahgunaan zat menunjukkan bahwa 15% sampai

dengan 25% diantaranya mempunyai ciri GPPH. Pada follow up jangka panjang

  beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang telah didiagnosis GPPH akan

memiliki risiko gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan obat dan

depresi yang ditemukan pada fase remaja akhir atau awal masa dewasa.

2.2. Etiologi ADHD

Etiologi ADHD belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli berpendapat faktor 

lingkungan dan genetik merupakan penyebab terjadinya ADHD. 

Faktor Lingkungan : Faktor psikososial yang berpengaruh adalah konflik 

keluarga, sosial ekonomi keluarga tidak memadai, jumlah

keluarga terlalu besar, orang tua kriminal, orang tua

dengan gangguan jiwa (psikopat) dan anak yang diasuh

  pada tempat penitipan anak. Sedangkan riwayat

kehamilan yang berpengaruh adalah kehamilan dengan

eklamsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir 

dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok dan

  pecandu alkohol sewaktu hamil. Trauma lahir atau

hipoksi dapat berdampak injury pada otak lobus frontalis

dan menjadi penyebab ADHD. Diduga ADHD ada

hubungannya dengan mengkonsumsi gula secara

  berlebihan dan diet pengurangan gula dapat mengurangi

gejala ADHD 5%, sebaliknya mengkonsumsi gula secara

  berlebihan dapat meningkatkan hiperaktif, tetapi hal ini

tidak signifikan. 

Page 5: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 5/16

Faktor Genetik: Mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor 

Dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p memegang

  peranan terjadinya ADHD.Terdapat lima reseptor 

Dopamin yaitu D1, D2, D3, D4 dan D5, sedangkan yang

  berperan terhadap ADHD adalah reseptor D2 dan D4.

  Neurotransmiter dan reseptor Dopamin pada korteks

lobus frontalis dan subkorteks (ganglia basalis) berperan

terhadap sistem inhibisi dan memori, sehingga apabila

ada gangguan akan terjadi gangguan inhibisi dan memori.

Di samping Dopamin, gen pengkode sistem

noradrenergik dan serotoninergik terkait dengan

  patofisiologi terjadinya ADHD. Dua Gen reseptor 

dopamin dan gen DAT telah diidentifikasi kemungkinan

 berperan dalam GPPH. Faktor neurologi terlihat berperan

dalam onset GPPH.

2.3. Ciri-Ciri Utama ADHD

Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:

1. Tidak ada perhatian

Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidakmampuan untuk 

  berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan

sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.

2. Hiperaktif 

Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak 

mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.

3. Impulsif 

Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur 

  pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan

raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa

dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.

Page 6: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 6/16

4. Menentang

Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap

  penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan

marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti.

Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.

5. Destruktif 

Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego

misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun

rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan

mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah,

seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga

sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-

 barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.

6. Tanpa tujuan

Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik 

ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran

sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik 

dan turun kursi saja.

7. Tidak sabar dan usil

Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia

tidak mau menunggu giliran. ³Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang

sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,´

komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya

tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menumpuk,

dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan

hal seperti itu.

8. Intelektualitas rendah

Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di

 bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah

terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Page 7: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 7/16

Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :

1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering

menggeliat.

2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.

3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak 

selayaknya.

4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.

5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya

tidak pernah habis.

6. Sering terlalu banyak bicara.

7. Sering sulit menunggu giliran.

8. Sering memotong atau menyela pembicaraan.

9. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis

terhadap lawan bicaranya).

2.4. Diagnosis ADHD

Kriteria Diagnostik (GPPH) menurut DSM-IV :

A. Salah satu (1) atau (2)

1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention) : enam (atau lebih) gejala inatensi

 berikut telah menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat

yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. 

a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan

tidak teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas

lainnya.

 b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap

tugas atau aktivitas bermain.

c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung

d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas

sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku

menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi)

Page 8: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 8/16

e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas

f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas

yang memiliki usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah dan

 pekerjaan rumah)

g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas

atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)

h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar.

i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari

2. Hiperaktivitas impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas-

implusivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam

 bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat

 perkembangan.

Hiperaktivitas  

a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di

tempat duduk 

  b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang

diharapkan anak tetap duduk 

c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang

tidak tepat (pada remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif 

kegelisahan)

d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu

luang secara tenang

e. Sering ³siap-siap pergi´ atau seakan-akan ³didorong oleh sebuah

gerakan´

f. Sering berbicara berlebihan

Impusivitas 

g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum

 pertanyaan selesai

h. Sering sulit menunggu gilirannya

Page 9: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 9/16

i. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong

masuk ke percakapan atau permainan)

B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan

telah ada sebelum usia 7 tahun

C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi

(misalnya disekolah atau pekerjaan di rumah)

D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis

dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan

E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia

atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mental lain

(gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan

kepribadian)

Penulisan berdasarkan pada Tipe :

* GPPH tipe kombinasi : Bila memenuhi kriteria baik A1 maupun A2 selama 6

 bulan terakhir 

* GPPH predominan tipe inatensi : jika memenuhi kriteria tipe A1 tapi tidak 

memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terakhir 

* GPPH predominan tipe hiperaktif impusif : jika memenuhi kriteria A2 tetapi

tidak memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terakhir.

2.5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang adekuat untuk ADHD diantara remaja membutuhkan

skrining guna mendokumentasi ada tidaknya gangguan psikiatrik lain. Seperti

yang telah disebutkan sebelumnya, individu dengan ADHD memiliki risiko 2

hingga 5 kali lipat terkena � 1 gangguan psikiatrik lain di suatu titik dalam

kehidupan mereka, dengan onset yang bervariasi. Rating berskala luas seperti

misalnya Child Behaviour Check List atau Behavior Assessment System for 

Children merupakan skala yang terstandarisasi guna men-skrining kemungkinan

Page 10: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 10/16

10

adanya gangguan lain. Brown ADD Diagnostic Form for Adolescents-Revised

dan garis besar wawancara dalam buku karangan Robin memberikan daftar 

 pertanyaan penting yang dapat dijadikan indikator untuk kemungkinan terjadinya

gangguan lain.

2.6. Diagnosis Banding

- Gangguan cemas

- Gangguan konduk 

- Gangguan kontrol impuls

- Mental retardasi

- Gangguan mood

- Gangguan perkembangan pervasive

- Gangguan psikotik 

- Gangguan personaliti

- Substance abuse

- opositional defiant disorder 

2.7.  Pengelolaan  

Pengelolaan penderita ADHD bersifat multidisiplin dan multimodul.

Program pengelolaan terdiri dari : farmakoterapi, terapi perilaku, kombinasi

keduanya, perhatian sosial dari komunitas secara berkala dan terapi nutrisi.

Psikososial meliputi intervensi individu anak, orang tua, sekolah baik guru

maupun fasilitas tempat sekolah dan sosial. Melakukan pelatihan orang tua

maupun guru dalam hal gejala maupun pengelolaan ADHD. Untuk melakukan

 pengelolaan ADHD perlu dilakukan identifikasi apakah di samping gejala pokok 

ADHD didapatkan komorbiditas. Pengobatan tahap pertama dilakukan selama 14

  bulan kemudian dilakukan evaluasi tingkah laku oleh orang tua, guru dan

lingkungan. Tujuan dari pengobatan pada anak dengan ADHD yaitu

meningkatkan hubungan anak dengan lingkungan, menurunkan tingkah laku yang

Page 11: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 11/16

11

terlalu aktif dan tidak menyenangkan, memperbaiki kemampuan akademis dan

dapat menyelesaikan tugas dengan baik, meningkatkan perawatan diri dan percaya

diri dalam pergaulan di lingkungannya.

Farmakoterapi

Pemakaian medikamentosa dapat mengontrol ADHD sekitar 70%. Obat

yang digunakan jenis stimulan (methylphenidate) dan amphetamine. Obat ini

mempunyai pengaruh pada sistem dopaminergik atau noradrenergik sirkuit

korteks lobus frontalis-subkortikal, meningkatkan kontrol inhibisi dan

memperlambat potensiasi antara stimulasi dan respon, sehingga mengurangi

gejala impulsif dan tidak dapat mengerjakan tugas. Banyak penelitian dilakukan

terhadap obat jenis ini, stimulan akan memperbaiki kemampuan anak dalam

menuruti perintah yang diberikan, menyelesaikan tugas dengan baik dan

menurunkan emosi serta aktivitas yang berlebihan. Efek samping obat stimulan

adalah anak menjadi sulit tidur, hilangnya nafsu makan dan sindroma Tourette,

sedangkan efek terhadap intelegensia dan kemampuan mengerjakan uji akademis

tidaklah merugikan. Apabila pemakaian obat stimulan tidak dapat mengontrol

gejala ADHD terutama yang disertai komorbiditas anxiety atau depresi dapat

diganti pilihan obat kedua yaitu golongan tricyclic antidepresan yang bekerja

selektif pada monoamin reuptake inhibitor, atau obat anti hipertensi yaitu klonidin

dan guapacepine. Sekarang digunakan obat atomoxetine yang bekerja sebagai

reuptake inhibitor norepinefrin. Kedua obat tersebut dapat mengontrol tingkah

laku impulsif dan hiperaktif . Apabila pilihan obat kedua ini tidak mengurangi

gejala ADHD dapat digunakan obat Pemoline atau Nortiptyline.

Terapi Perilaku

Terapi perilaku bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan tingkah laku

anak kemudian berusaha melakukan perubahan tingkah laku sesuai dengan target

yang dikehendaki. Perubahan ini dilakukan pada anak oleh orang tua dan gurunya,

dilakukan di lingkungan keluarga di rumah, di sekolah dan di lingkungan anak 

  bergaul. Di dalam melakukan terapi perilaku perlu dilakukan perencanaan,

Page 12: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 12/16

12 

mengorganisir setiap perencanaan dan menggunakan pekerjaan rumah dan catatan

organisasi setiap perencanaan. Untuk keperluan ini perlu dilakukan pelatihan

kepada orang tua, guru dan ketrampilan sosial. Orang tua penderita ADHD juga

dibekali pengetahuan tentang pengelolaan stres seperti meditasi, tehnik relaksasi,

olahraga untuk meningkatkan toleransi terhadap frustasi, sehingga dapat

merespon gangguan tingkah laku anaknya dengan sabar dan tenang. Terapi

 perilaku termasuk terapi perilaku kognitif yaitu membantu anak-anak melakukan

adaptasi terhadap skill dan memperbaiki kemampuan pemecahan masalah.

Terdapat lima modul materi latihan terapi perilaku, yaitu :

1. Feedback positive. Digunakan apabila target perilaku positif tercapai

2. Ignore-attend-praise. Digunakan ketika terungkap satu atau lebih adanya

 perilaku yang tidak cocok 

3. Teaching interaction. Digunakan untuk koreksi terhadap perilaku yang tidak 

sesuai dan anak belum mempelajari suatu ketrampilan. Ini berguna untuk 

memberikan alternatif yang cocok dan praktis bagi anak untuk suatu

ketrampilan.

4. Penanganan langsung. Cara ini digunakan untuk menghentikan tingkah laku

yang tidak sesuai apabila dengan cara Ignore attend praise tidak berhasil.

5. Cara duduk dan memperhatikan. Cara ini digunakan untuk menghentikan

tingkah laku agresif dan merusak.

Pengobatan Nutrisi Pada ADHD

Peran nutrisi pada etiologi ADHD masih kontroversial. Diet hanya

  berhasil pada sebagian kecil populasi anak dengan tingkah laku hiperkinetik.

Berbagai teori telah diusulkan, khususnya sukrosa dan aspartam. Pada penderita

ADHD, gula darah sesudah makan sukrosa meningkat lebih singkat, sehingga

terjadi hipoglikemia reaktif beberapa jam sesudah makan dan respon alergi.

Hipoglikemia menghasilkan hiperreaktivitas karena adrenalin dan epinefrin serta

stimulan lainnya dikeluarkan oleh kelenjar adrenal pada respon kadar gula darah

rendah. Reaksi terhadap aspartam diduga karena hasil metabolismenya

Page 13: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 13/16

13 

meningkatkan konsentrasi fenilalanin plasma yang dapat merubah transport asam

amino esensial pada otak. Katekolamin tumpul dalam merespon sesudah makan

glukosa pada ADHD. Perubahan diet dipertimbangkan pada anak yang alergi

makanan tertentu. Diet eliminasi berbagai zat tambahan untuk pewarna, perasa,

  pengawet makanan, monosodium glutamat dan kafein telah memperlihatkan

respon yang menguntungkan pada intervensi diet, khususnya anak dengan alergi.

Diduga defisiensi seng pada ibu hamil turut andil dalam perkembangan sindrom

hiperaktif dan risiko ini lebih tinggi lagi bila ibu preeklamsia. Kadar selenium,

mangan dan alumunium rambut berpengaruh pada gangguan belajar dan

hiperaktif, juga toksisitas air raksa dari makanan yang terkontaminasi.

Suplementasi yodium dan diet kaya yodium seperti ikan laut dapat menolong

sejumlah penderita ADHD.

2.5. Prognosis

Gejala hiperaktif akan berkurang pada masa adolescence, sedangkan gejala

impulsive dan emosi yang labil akan menetap. Anak dengan ADHD pada waktu

dewasa sering masih mempunyai gejala agresif dan menjadi pencandu minuman

keras/alkoholism).

Prognosis lebih baik bila didapatkan fungsi intelektual yang tinggi,

dukungan yang kuat dari keluarga, teman-teman yang baik, diterima di

kelompoknya dan diasuh oleh gurunya serta tidak mempunyai satu atau lebih

komorbid gangguan psikiatri.

Page 14: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 14/16

14 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Gangguan ADHD dapat disebabkan oleh faktor genetika, neurobiologist,

dan diet, alergi, serta zat timah. Anak yang terkena gangguan ADHD

memerlukan dukungan dan perlakuan secara intensif dari keluarga dan

lingkungannya.

3.2. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab dan cara penanggulangan

untuk menekan angka penderita ADHD dan agar anak yang terkena gangguan

ADHD dapat diperlakukan dengan benar.

Page 15: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 15/16

15 

DAFTAR PUSTAKA

1. Faraone SV, Sergent J, Gillberg C, Biederman J. The worldwide prevalence of ADHD : is it an American condition?. World Psychiatry. 2003 ; 2: 104-

13.

2. DSM-IV-TR workgroup. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, 4th ed. Tex revision. Washington DC : American Psychiatric

Association.

3. Rohde LA, Ricardo H. Recent advances on attention deficit / hyperactivitydisorder. J Pediatric 2004 ; 80 (suppl): S 61- S 70.

4. Biederman J, Milberger S, Faraone SV, Kiely K, Guite J, Mick E, et al. Family-

environment risk factors for ADHD: a test Rutter¶s indicators of 

adversity. Arch Gen Psychiatry. 1995;52 : 464-70.

5. Kent L. Recent advances in the genetics off attention deficit hyperactivity

disorder. Curr Psychiatry Res 2004; 6: 143.

6. Faraone SV, Doyle AE, Mick E. Meta-analysis of the association between the

7-repeat allele of the Dopamine D(4) receptor gene and attention deficit

hyperactivity disorder. Am J Psychiatry 2001; 58: 1052.

7. Maria BL, La Rosa A, Reilly KM. Current Pharmacotherapy For Attention-

Difficit Hyperactivity Disorder. In : Maria BL. Ed . Current

Management in Child Neurology. 3rd . London : BC Decker 2005: 210 -

14

8. American Academy of Pediatrics. ADHD ² Unproven treatments. Available

from URL: http://www.aap.org/news/sitemap/htm

Page 16: makalah penyuluhan-3

5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 16/16

16 

9. Pandia V. The management of common mental disorder in adolescents. Dalam :

Simposium Nasional Adolescent Health 1. Bandung,2007 : 24-31

10. Mark L. Wolraich et al. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Among

Adolescents : a Review of the Diagnosis, Treatment, and Clinical Implications.

Pediatrics 2005;115;1734-174