makalah penyuluhan-3
TRANSCRIPT
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 1/16
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
adalah yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan
perhatian dengan lebih sering dan persisten jika dibandingkan dengan anak-anak
lain seusianya. Gejala lain yang menyertainya yaitu: ambang toleransi frustasi
yang rendah, disorganisasi, dan perilaku agresif. Keadaan tersebut menimbulkan
penderitaan dan hambatan bagi anak dalam aktivitas keseharian, seperti
berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga, dan tentu akan mengganggu dalam
kesiapan belajar, selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar, secara keseluruhan
menurunkan kualitas hidup anak.
Gejala GPPH timbul umumnya sebelum umur 7 tahun, namun yang
tersering orang tua baru meminta tolong profesional saat anak mulai sekolah
formal. Karena dalam pendidikan formal anak sudah di tuntut untuk mampu
mengontrol perilaku dan mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah. Keluhan
yang tersering adalah: anak nakal, tidak kenal takut, mondar-mandir di dalam
kelas, sering mengajak bicara saat pelajaran, dan masih banyak lainnya. Tentu
sulit menilai anak yang masih berusia dibawah 4 tahun apakah anak menderita
gangguan ini atau wajar. Namun pada anak dengan GPPH, gejala yang muncul
tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat jika dibandingkan dengan anak
lain dengan taraf perkembangan yang sama.
Prevalensi GPPH 2 ± 9,5% seluruh dunia anak usia sekolah. Di USA
prevalensi GPPH 2 sd 20% dari jumlah anak-anak usia sekolah dasar. Di Inggris0.5 ± 1% dan Taiwan angka GPPH 5 ± 10%. Dari 600 siswa kelas 1 ± 3 di
beberapa SD di Jakarta pusat tahun 2000 ± 2001 didapatkan 4,2 % mengalami
GPPH (Tanjung dkk, 2001). Di beberapa sekolah Siswa SD Kabupaten Sleman
DIY di dapat prevalensi 9,5% (Saputro D, 2000).
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 2/16
2
Angka kejadian GPPH remaja dan dewasa lebih rendah jika dibandingkan
anak usia sekolah dasar. Laki-laki : perempuan = 3 - 4 : 1.
1.2. Rumusan Masalah
Faktor apakah yang menyebabkan dan bagaimana perlakuan serta
penanggulangan terhadap penderita ADHD?
1.3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah menjelaskan penyebab dan bagaimana perlakuan serta penanggulangan
terhadap penderita ADHD.
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 3/16
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
2.1.1. Definisi
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa
Indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif yaitu
gangguan pemusatan pikiran dalam bentuk yang jernih dan gambling ,
ketidakmampuan mengabaikan objek-objek lain agar seseorang sanggup
menangani objek tertentu secara efektif.1
Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang
berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkan hyper-
activity/hiper-aktif penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang ditulis
ADHD,AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya
adalah sama. 1
Definisi ADHD secara umum yaitu menjelaskan kodisi anak-anak yang
memperlihatkan sintom-sintom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif,
dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.
1
2.1.2. Klasifikasi
Pada kriteria DSM-IV terdapat 9 gejala untuk gangguan pemusatan
perhatian, 6 gejala untuk hiperaktivitas dan 3 gejala untuk impulsif. Menurut
DSM-IV ada 3 subtipe GPPH, yaitu tipe predominan in-atensi, tipe predominan
hiperaktif impulsif dan tipe kombinasi.
2.1.3. Epidemiologi
Di Amerika Serikat sedikitnya 4% remaja mengalami GPPH dan hal
tersebut berhubungan dengan tingginya tingkat morbiditas psikiatri dan kerusakan
fungsional. Oleh karena saat ini relatif baru kemunculan dari diagnosis GPPH
pada remaja mengakibatkan masih terjadi Underdiagnosed dan Undertreated .
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 4/16
4
Panduan diagnosis GPPH dari American Academy of Pediatrics hanya melibatkan
anak yang berusia 6 sampai 12 tahun. Beberapa studi prevalensi GPPH pada anak
sekitar 6%-9% telah diketahui bahwa 40% - 70% dari anak tersebut akan
menunjukkan gejala berkelanjutan sampai dengan dewasa. Beberapa studi pada
dewasa dengan perilaku penyalahgunaan zat menunjukkan bahwa 15% sampai
dengan 25% diantaranya mempunyai ciri GPPH. Pada follow up jangka panjang
beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang telah didiagnosis GPPH akan
memiliki risiko gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan obat dan
depresi yang ditemukan pada fase remaja akhir atau awal masa dewasa.
2.2. Etiologi ADHD
Etiologi ADHD belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli berpendapat faktor
lingkungan dan genetik merupakan penyebab terjadinya ADHD.
Faktor Lingkungan : Faktor psikososial yang berpengaruh adalah konflik
keluarga, sosial ekonomi keluarga tidak memadai, jumlah
keluarga terlalu besar, orang tua kriminal, orang tua
dengan gangguan jiwa (psikopat) dan anak yang diasuh
pada tempat penitipan anak. Sedangkan riwayat
kehamilan yang berpengaruh adalah kehamilan dengan
eklamsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok dan
pecandu alkohol sewaktu hamil. Trauma lahir atau
hipoksi dapat berdampak injury pada otak lobus frontalis
dan menjadi penyebab ADHD. Diduga ADHD ada
hubungannya dengan mengkonsumsi gula secara
berlebihan dan diet pengurangan gula dapat mengurangi
gejala ADHD 5%, sebaliknya mengkonsumsi gula secara
berlebihan dapat meningkatkan hiperaktif, tetapi hal ini
tidak signifikan.
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 5/16
5
Faktor Genetik: Mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor
Dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p memegang
peranan terjadinya ADHD.Terdapat lima reseptor
Dopamin yaitu D1, D2, D3, D4 dan D5, sedangkan yang
berperan terhadap ADHD adalah reseptor D2 dan D4.
Neurotransmiter dan reseptor Dopamin pada korteks
lobus frontalis dan subkorteks (ganglia basalis) berperan
terhadap sistem inhibisi dan memori, sehingga apabila
ada gangguan akan terjadi gangguan inhibisi dan memori.
Di samping Dopamin, gen pengkode sistem
noradrenergik dan serotoninergik terkait dengan
patofisiologi terjadinya ADHD. Dua Gen reseptor
dopamin dan gen DAT telah diidentifikasi kemungkinan
berperan dalam GPPH. Faktor neurologi terlihat berperan
dalam onset GPPH.
2.3. Ciri-Ciri Utama ADHD
Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
1. Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan
sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.
2. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak
mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3. Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur
pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan
raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa
dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 6/16
6
4. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan
marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti.
Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
5. Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego
misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun
rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan
mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah,
seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga
sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-
barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.
6. Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik
ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran
sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik
dan turun kursi saja.
7. Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia
tidak mau menunggu giliran. ³Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang
sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,´
komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya
tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menumpuk,
dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan
hal seperti itu.
8. Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di
bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah
terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 7/16
7
Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering
menggeliat.
2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya
tidak pernah habis.
6. Sering terlalu banyak bicara.
7. Sering sulit menunggu giliran.
8. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
9. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya).
2.4. Diagnosis ADHD
Kriteria Diagnostik (GPPH) menurut DSM-IV :
A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention) : enam (atau lebih) gejala inatensi
berikut telah menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat
yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan
tidak teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas
lainnya.
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap
tugas atau aktivitas bermain.
c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas
sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku
menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi)
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 8/16
8
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas
yang memiliki usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah dan
pekerjaan rumah)
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas
atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar.
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas-
implusivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam
bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di
tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang
diharapkan anak tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang
tidak tepat (pada remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif
kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu
luang secara tenang
e. Sering ³siap-siap pergi´ atau seakan-akan ³didorong oleh sebuah
gerakan´
f. Sering berbicara berlebihan
Impusivitas
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum
pertanyaan selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 9/16
9
i. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong
masuk ke percakapan atau permainan)
B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan
telah ada sebelum usia 7 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi
(misalnya disekolah atau pekerjaan di rumah)
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia
atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mental lain
(gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan
kepribadian)
Penulisan berdasarkan pada Tipe :
* GPPH tipe kombinasi : Bila memenuhi kriteria baik A1 maupun A2 selama 6
bulan terakhir
* GPPH predominan tipe inatensi : jika memenuhi kriteria tipe A1 tapi tidak
memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terakhir
* GPPH predominan tipe hiperaktif impusif : jika memenuhi kriteria A2 tetapi
tidak memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terakhir.
2.5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang adekuat untuk ADHD diantara remaja membutuhkan
skrining guna mendokumentasi ada tidaknya gangguan psikiatrik lain. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, individu dengan ADHD memiliki risiko 2
hingga 5 kali lipat terkena � 1 gangguan psikiatrik lain di suatu titik dalam
kehidupan mereka, dengan onset yang bervariasi. Rating berskala luas seperti
misalnya Child Behaviour Check List atau Behavior Assessment System for
Children merupakan skala yang terstandarisasi guna men-skrining kemungkinan
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 10/16
10
adanya gangguan lain. Brown ADD Diagnostic Form for Adolescents-Revised
dan garis besar wawancara dalam buku karangan Robin memberikan daftar
pertanyaan penting yang dapat dijadikan indikator untuk kemungkinan terjadinya
gangguan lain.
2.6. Diagnosis Banding
- Gangguan cemas
- Gangguan konduk
- Gangguan kontrol impuls
- Mental retardasi
- Gangguan mood
- Gangguan perkembangan pervasive
- Gangguan psikotik
- Gangguan personaliti
- Substance abuse
- opositional defiant disorder
2.7. Pengelolaan
Pengelolaan penderita ADHD bersifat multidisiplin dan multimodul.
Program pengelolaan terdiri dari : farmakoterapi, terapi perilaku, kombinasi
keduanya, perhatian sosial dari komunitas secara berkala dan terapi nutrisi.
Psikososial meliputi intervensi individu anak, orang tua, sekolah baik guru
maupun fasilitas tempat sekolah dan sosial. Melakukan pelatihan orang tua
maupun guru dalam hal gejala maupun pengelolaan ADHD. Untuk melakukan
pengelolaan ADHD perlu dilakukan identifikasi apakah di samping gejala pokok
ADHD didapatkan komorbiditas. Pengobatan tahap pertama dilakukan selama 14
bulan kemudian dilakukan evaluasi tingkah laku oleh orang tua, guru dan
lingkungan. Tujuan dari pengobatan pada anak dengan ADHD yaitu
meningkatkan hubungan anak dengan lingkungan, menurunkan tingkah laku yang
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 11/16
11
terlalu aktif dan tidak menyenangkan, memperbaiki kemampuan akademis dan
dapat menyelesaikan tugas dengan baik, meningkatkan perawatan diri dan percaya
diri dalam pergaulan di lingkungannya.
Farmakoterapi
Pemakaian medikamentosa dapat mengontrol ADHD sekitar 70%. Obat
yang digunakan jenis stimulan (methylphenidate) dan amphetamine. Obat ini
mempunyai pengaruh pada sistem dopaminergik atau noradrenergik sirkuit
korteks lobus frontalis-subkortikal, meningkatkan kontrol inhibisi dan
memperlambat potensiasi antara stimulasi dan respon, sehingga mengurangi
gejala impulsif dan tidak dapat mengerjakan tugas. Banyak penelitian dilakukan
terhadap obat jenis ini, stimulan akan memperbaiki kemampuan anak dalam
menuruti perintah yang diberikan, menyelesaikan tugas dengan baik dan
menurunkan emosi serta aktivitas yang berlebihan. Efek samping obat stimulan
adalah anak menjadi sulit tidur, hilangnya nafsu makan dan sindroma Tourette,
sedangkan efek terhadap intelegensia dan kemampuan mengerjakan uji akademis
tidaklah merugikan. Apabila pemakaian obat stimulan tidak dapat mengontrol
gejala ADHD terutama yang disertai komorbiditas anxiety atau depresi dapat
diganti pilihan obat kedua yaitu golongan tricyclic antidepresan yang bekerja
selektif pada monoamin reuptake inhibitor, atau obat anti hipertensi yaitu klonidin
dan guapacepine. Sekarang digunakan obat atomoxetine yang bekerja sebagai
reuptake inhibitor norepinefrin. Kedua obat tersebut dapat mengontrol tingkah
laku impulsif dan hiperaktif . Apabila pilihan obat kedua ini tidak mengurangi
gejala ADHD dapat digunakan obat Pemoline atau Nortiptyline.
Terapi Perilaku
Terapi perilaku bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan tingkah laku
anak kemudian berusaha melakukan perubahan tingkah laku sesuai dengan target
yang dikehendaki. Perubahan ini dilakukan pada anak oleh orang tua dan gurunya,
dilakukan di lingkungan keluarga di rumah, di sekolah dan di lingkungan anak
bergaul. Di dalam melakukan terapi perilaku perlu dilakukan perencanaan,
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 12/16
12
mengorganisir setiap perencanaan dan menggunakan pekerjaan rumah dan catatan
organisasi setiap perencanaan. Untuk keperluan ini perlu dilakukan pelatihan
kepada orang tua, guru dan ketrampilan sosial. Orang tua penderita ADHD juga
dibekali pengetahuan tentang pengelolaan stres seperti meditasi, tehnik relaksasi,
olahraga untuk meningkatkan toleransi terhadap frustasi, sehingga dapat
merespon gangguan tingkah laku anaknya dengan sabar dan tenang. Terapi
perilaku termasuk terapi perilaku kognitif yaitu membantu anak-anak melakukan
adaptasi terhadap skill dan memperbaiki kemampuan pemecahan masalah.
Terdapat lima modul materi latihan terapi perilaku, yaitu :
1. Feedback positive. Digunakan apabila target perilaku positif tercapai
2. Ignore-attend-praise. Digunakan ketika terungkap satu atau lebih adanya
perilaku yang tidak cocok
3. Teaching interaction. Digunakan untuk koreksi terhadap perilaku yang tidak
sesuai dan anak belum mempelajari suatu ketrampilan. Ini berguna untuk
memberikan alternatif yang cocok dan praktis bagi anak untuk suatu
ketrampilan.
4. Penanganan langsung. Cara ini digunakan untuk menghentikan tingkah laku
yang tidak sesuai apabila dengan cara Ignore attend praise tidak berhasil.
5. Cara duduk dan memperhatikan. Cara ini digunakan untuk menghentikan
tingkah laku agresif dan merusak.
Pengobatan Nutrisi Pada ADHD
Peran nutrisi pada etiologi ADHD masih kontroversial. Diet hanya
berhasil pada sebagian kecil populasi anak dengan tingkah laku hiperkinetik.
Berbagai teori telah diusulkan, khususnya sukrosa dan aspartam. Pada penderita
ADHD, gula darah sesudah makan sukrosa meningkat lebih singkat, sehingga
terjadi hipoglikemia reaktif beberapa jam sesudah makan dan respon alergi.
Hipoglikemia menghasilkan hiperreaktivitas karena adrenalin dan epinefrin serta
stimulan lainnya dikeluarkan oleh kelenjar adrenal pada respon kadar gula darah
rendah. Reaksi terhadap aspartam diduga karena hasil metabolismenya
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 13/16
13
meningkatkan konsentrasi fenilalanin plasma yang dapat merubah transport asam
amino esensial pada otak. Katekolamin tumpul dalam merespon sesudah makan
glukosa pada ADHD. Perubahan diet dipertimbangkan pada anak yang alergi
makanan tertentu. Diet eliminasi berbagai zat tambahan untuk pewarna, perasa,
pengawet makanan, monosodium glutamat dan kafein telah memperlihatkan
respon yang menguntungkan pada intervensi diet, khususnya anak dengan alergi.
Diduga defisiensi seng pada ibu hamil turut andil dalam perkembangan sindrom
hiperaktif dan risiko ini lebih tinggi lagi bila ibu preeklamsia. Kadar selenium,
mangan dan alumunium rambut berpengaruh pada gangguan belajar dan
hiperaktif, juga toksisitas air raksa dari makanan yang terkontaminasi.
Suplementasi yodium dan diet kaya yodium seperti ikan laut dapat menolong
sejumlah penderita ADHD.
2.5. Prognosis
Gejala hiperaktif akan berkurang pada masa adolescence, sedangkan gejala
impulsive dan emosi yang labil akan menetap. Anak dengan ADHD pada waktu
dewasa sering masih mempunyai gejala agresif dan menjadi pencandu minuman
keras/alkoholism).
Prognosis lebih baik bila didapatkan fungsi intelektual yang tinggi,
dukungan yang kuat dari keluarga, teman-teman yang baik, diterima di
kelompoknya dan diasuh oleh gurunya serta tidak mempunyai satu atau lebih
komorbid gangguan psikiatri.
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 14/16
14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Gangguan ADHD dapat disebabkan oleh faktor genetika, neurobiologist,
dan diet, alergi, serta zat timah. Anak yang terkena gangguan ADHD
memerlukan dukungan dan perlakuan secara intensif dari keluarga dan
lingkungannya.
3.2. Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab dan cara penanggulangan
untuk menekan angka penderita ADHD dan agar anak yang terkena gangguan
ADHD dapat diperlakukan dengan benar.
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 15/16
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Faraone SV, Sergent J, Gillberg C, Biederman J. The worldwide prevalence of ADHD : is it an American condition?. World Psychiatry. 2003 ; 2: 104-
13.
2. DSM-IV-TR workgroup. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th ed. Tex revision. Washington DC : American Psychiatric
Association.
3. Rohde LA, Ricardo H. Recent advances on attention deficit / hyperactivitydisorder. J Pediatric 2004 ; 80 (suppl): S 61- S 70.
4. Biederman J, Milberger S, Faraone SV, Kiely K, Guite J, Mick E, et al. Family-
environment risk factors for ADHD: a test Rutter¶s indicators of
adversity. Arch Gen Psychiatry. 1995;52 : 464-70.
5. Kent L. Recent advances in the genetics off attention deficit hyperactivity
disorder. Curr Psychiatry Res 2004; 6: 143.
6. Faraone SV, Doyle AE, Mick E. Meta-analysis of the association between the
7-repeat allele of the Dopamine D(4) receptor gene and attention deficit
hyperactivity disorder. Am J Psychiatry 2001; 58: 1052.
7. Maria BL, La Rosa A, Reilly KM. Current Pharmacotherapy For Attention-
Difficit Hyperactivity Disorder. In : Maria BL. Ed . Current
Management in Child Neurology. 3rd . London : BC Decker 2005: 210 -
14
8. American Academy of Pediatrics. ADHD ² Unproven treatments. Available
from URL: http://www.aap.org/news/sitemap/htm
5/9/2018 makalah penyuluhan-3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-penyuluhan-3 16/16
16
9. Pandia V. The management of common mental disorder in adolescents. Dalam :
Simposium Nasional Adolescent Health 1. Bandung,2007 : 24-31
10. Mark L. Wolraich et al. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Among
Adolescents : a Review of the Diagnosis, Treatment, and Clinical Implications.
Pediatrics 2005;115;1734-174