makalah pendidikan agama islam.doc

Upload: mazikim

Post on 05-Mar-2016

1.367 views

Category:

Documents


210 download

DESCRIPTION

Agama

TRANSCRIPT

  • MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    PRIBADI MUSLIM IDEAL

    Di susun oleh:

    M. Azizun Hakim (20150110011)

    Tharieq Gilang Adhie P (20150110010)

    Imam Santoso (20150110007)

    Rifki Wahyu Ramadan (201500110008)

    Muhammad Zeen A Arsyad (20150110010)

    FAKULTAS TEKNIK

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2015

  • i

    KATA PENGATAR

    Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

    karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam 1 ini. Kami

    berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua tentang

    macam-macam akhlak yang sangat penting untuk karakter putera puteri bangsa Indonesia.

    Kami juga berterimakasih kepada Bapak Miftakhul haq, M.Si. selaku dosen pembimbing

    dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam 1 yang telah memberi tugas makalah ini kepada

    kami.

    Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami minta maaf jika ada

    kesalahan dalam penulisan makalah ini dan kami sangat mengharapakan masukan, kritik dan

    saran demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami

    sendiri dan pihak lain yang membacanya.

    Yogyakarta, 10 November 2015

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGATAR ................................................................................................................... i

    DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

    BAB 1 ........................................................................................................................................ 1

    PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

    C. Tujuan ............................................................................................................................ 1

    BAB 2 ........................................................................................................................................ 2

    PEMBAHASAN .................................................................................................................... 2

    A. Pengertian ...................................................................................................................... 2

    B. Sifat-sifat, Karakter, Ciri-ciri Muslim yang Ideal .......................................................... 3

    C. Cara Menumbuhkan Pribadi Muslim yang Ideal ......................................................... 14

    BAB 3 ...................................................................................................................................... 17

    PENUTUP ............................................................................................................................ 17

    A. Kesimpulan .................................................................................................................. 17

    B. Kritik dan Saran ........................................................................................................... 17

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Konsep atau teori kepribadian Islam harus segera tampil untuk menjadi acuan

    normatif bagi umat Islam. Perilaku umat Islam tidak sepatutnya dinilai dengan kacamata teori

    kepribadian Barat yang sekuler, karena keduanya memiliki frame yang berbeda dalam

    melihat realita. Perilaku yang sesuai dengan perintah agama seharusnya dinilai baik, dan apa

    yang dilarang oleh agama seharusnya dinilai buruk. Agama memang menghormati tradisi

    (perilaku yang maruf), tetapi lebih mengutamakan tuntunan agama yang baik (khayr).

    Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Quran dan sunnah adalah pribadi yang saleh.

    Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya diwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah

    SWT. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda.

    Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu

    tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu

    hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi

    seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Quran dan

    Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi

    pembentukan pribadi muslim.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana pengertian pribadi muslim ideal?

    2. Sejauh manakah konsepsi tentang pribadi muslim dan bagaimanakah sifat-sifat dan ciri

    seseorang yang berkepribadian muslim ?

    3. Bagaimanakah cara penerapan pembentukan kepribadian muslim dalam proses

    kehidupan ?

    C. Tujuan

    1. Memahami pengertian kepribadian Muslim

    2. Mengetahui tujuan membentuk kepribadian Muslim

    3. Mengetahui aspek-aspek pembentuk kepribadian Muslim

    4. Mengetahui langkah-langkah pembentuk kepribadian Muslim

  • 2

    BAB 2

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Pribadi Muslim Ideal

    Orang islam belum tentu berkepribadian muslim. Kepribadian muslim adalah seperti

    digambarkan oleh Al-quran tentang tujuan dikirimkan Rasulullah Muhammad SAW kepada

    umatnya, yaitu menjadi rahmat bagi sekalian alam. Kepribadian berasal dari kata pribadi

    yang berarti diri sendiri, atau perseorangan. Sedangkan dalam bahasa inggris digunakan

    istilah personality, yang berarti kumpulan kualitas jasmani, rohani, dan susila yang

    membedakan seseorang dengan orang lain. Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi

    sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya

    yang unik terhadap lingkungannya. Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian

    merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya.

    Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk

    melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil

    bagian dalam membentuk kepribadian manusia tersebut. dengan demikian apakah

    kepribadian seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradab atau biada sepenuhnya

    ditentukan oleh faktor yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut.

    Dalam hal ini pendidikan sangat besar penanamannya untuk membentuk kepribadian manusia

    itu.

    Maka, seseorang yang telah mengaku muslim seharusnya memiliki kepribadian

    sebagai sosok yang selalu dapat member rahmat dan kebahagiaan kepada siapa dan apapun di

    lingkunagnnya. Taat dalam mejalankan ajaran agama, tawadhu, suka membantu, memiliki

    sifat kasih sayang tidak suka menipu, tidak suka mengambi hak orang lain, tidak suka

    mengganggu dan tidak suka menyakiti orang lain. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang

    pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga

    seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari

    aspek ubudiyah (peribadatan). Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek

    lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim

    yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan,

    sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.

  • 3

    B. Sifat-sifat, Karakter, Ciri-ciri Muslim yang Ideal

    Al-Quran dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu

    dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan

    yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim

    yang dikehendaki oleh Al-Quran dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap,

    ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt.

    Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak

    yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang

    yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu

    aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim

    yang berdasarkan Al-Quran dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan,

    sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.

    Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat

    pada pribadi muslim.

    1. Salimul Aqidah (Good Faith)

    Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap

    muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada

    Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan

    ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan

    menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:

    Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam

    (QS 6:162).

    Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam

    dawahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan

    aqidah, iman atau tauhid.

    Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:

    a. Tidak mengkafirkan seorang muslim;

    b. Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;

    c. Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak

    bergabung dalam majlis mereka;

    d. Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah;

    e. Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Afal-Nya;

    f. Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan;

    g. Mempelajari berbagai aliran yang membahas Asma dan Sifat dan mengikuti

    madzhab salaf;

    h. Mengetahui batasan-batasan wala dan bara;

    i. Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya;

    j. Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuh;

    k. Memprediksikan datangnya kematian kapan saja;

  • 4

    l. Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam;

    m. Berusaha meraih rasa manisnya iman;

    n. Berusaha meraih rasa manisnya ibadah;

    o. Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya;

    p. Merasakan adanya istighfar para malaikat dan doa mereka.

    2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)

    Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang

    penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: shalatlah kamu sebagaimana kamu

    melihat aku shalat. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan

    setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada

    unsur penambahan atau pengurangan.

    Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu:

    a. Khusyu dalam shalat;

    b. Qiyamul-Lail minimal satu kali dalam sepekan;

    c. Bersedekah;

    d. Berpuasa sunnat minimal dua hari dalam satu bulan;

    e. Menjaga organ tubuh (dari dosa);

    f. Haji jika mampu;

    g. Khusyu saat membaca Al Quran;

    h. Sekali Khatam Al Quran setiap dua bulan;

    i. Banyak dzikir kepada Allah swt sembari menghafalkan bacaan ringan;

    j. Banyak berdoa dengan memperhatikan syarat dan adabnya;

    k. Banyak bertaubat;

    l. Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya;

    m. Memerintahkan yang Maruf;

    n. Mencegah yang Munkar;

    o. Ziarah kubur untuk mengambil Ibrah;

    p. Merutinkan shalat sunnah Rawatib;

    q. Senantiasa bertafakkur;

    r. Beritikaf satu malam pada setiap bulannya;

  • 5

    3. Matinul Khuluq (Strong Character)

    Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku

    yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun

    dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam

    hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia

    bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau

    sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh

    Allah di dalam Al- Quran, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-

    benar memiliki akhlak yang agung (QS 68:4).

    Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara

    lain:

    a. Tidak inad (membangkang);

    b. Tidak banyak mengobrol;

    c. Sedikit bercanda;

    d. Tidak berbisik tentang sesuatu yang bathil;

    e. Tidak hiqd (menyimpan kemarahan);

    f. Tidak hasad;

    g. Memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan;

    h. Menjalin hubungan baik dengan tetangga;

    i. Tawadhu tanpa merendahkan diri;

    j. Berani;

    k. Halus;

    l. Menjenguk orang sakit;

    m. Komitmen dengan adab meminta idzin;

    n. Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik;

    o. Merendahkan suara;

    p. Menyambung persaudaraan (Shilatur-Rahim);

    q. Komitmen dengan adab mendengar;

    r. Komitmen dengan adab berbicara;

    s. Memuliakan tamu;

    t. Mengumbar senyum di depan orang lain;

    u. Menjawab salam

  • 6

    4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)

    Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus

    ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat

    melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat

    dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat

    atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.

    Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari

    penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap

    sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang

    muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah

    Saw bersabda yang artinya: Mumin yang kuat lebih aku cintai daripada mumin yang lemah

    (HR. Muslim).

    Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara

    lain:

    1. Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti:

    a. Membersihkan peralatan makan dan minum;

    b. Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami;

    c. Mengatur waktu-waktu makan;

    d. Mampu menyediakan makanan;

    e. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang berlemak;

    f. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi garam;

    g. Tidak berlebihan dalam mengkomsumsi gula;

    h. Selektif dalam memilih produk makanan

    2. Mengikuti petunjuk kesehatan tentang tidur dan bangun tidur, seperti:

    a. Tidur 6 8 jam dan bangun sebelum fajar;

    b. Berlatih 10 15 menit setiap hari;

    c. Berjalan 2 3 jam setiap pekan;

    d. Mengobati diri sendiri;

    e. Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk

  • 7

    5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)

    Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang

    penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Quran banyak

    mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang

    artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: pada keduanya

    itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih

    besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.

    Katakanlah: Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

    kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).

    Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus

    dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan

    keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan

    tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.

    Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana

    firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang

    tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima

    pelajaran (QS 39:9).

    Aplikasi dari mutsaqqoful fikri yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara

    lain:

    a. Hafal juz 28 dan 29 dengan baik;

    b. Membaca tafsir Al Quran juz 28 dan 29;

    c. Mengaitkan antara Al Quran dengan realita;

    d. Mengahafalkan seluruh hadits dari Arbain An Nawaiah;

    e. Menghafal 50 Riyadhush-Shalihin;

    f. Mengkaji marhalah Madaniah dan menguasai karakteristiknya;

    g. Mengenal sirah 20 syuhada dari kalangan sahabat ;

    h. Mengetahui hukum Zakat;

    i. Mengetahui fiqih Haji;

    j. Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya;

    k. Mengetahui sisi-sisi Syumuliyatul Islam;

    l. Mengetahui problematika kaum muslimin nasional dan internasional;

    m. Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin;

    n. Mengetahui urgensi Khilafah dan kesatuan kaum muslimin;

    o. Mengetahui arus pemikiran Islam kontemporer;

    p. Menghadiri orientasi dan seminar-seminar kita;

    q. Mengetahui dan mengulas tiga risalah ;

    r. Mengetahui dan mengulas risalah Aqaid;

    s. Memahami amal jamaI dan taat;

    t. Membantah suara-suara miring yang dilontarkan kepada kita;

    u. Mengetahui bagaimana proses berdirinya negara Israil:

    v. Mengetahui informasi baru dari problematika kontemporer;

  • 8

    w. Memiliki kemampuan mengulas apa yang ia baca;

    x. Menyebar luaskan apa saja yang diterbitkan oleh koran dan terbitan-terbitan kita;

    y. Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah

  • 9

    6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)

    Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian

    yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan

    pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan

    menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada

    manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang

    ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw

    bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa

    nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

    Aplikasi dari mujahadatun linafsihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari,

    antara lain:

    a. Memerangi dorongan-dorongan nafsu;

    b. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah;

    c. Selalu menyertakan niat jihad;

    d. Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik;

    e. Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan;

    f. Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal Islami;

    g. Sabar atas bencana;

    h. Menyesuaikan perbuatan dengan ucapannya;

    i. Menerima dan memikul beban-beban dawah.

  • 10

    7. Harishun ala Waqtihi (Good time management)

    Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal

    ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya.

    Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Quran dengan menyebut nama waktu seperti wal

    fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada

    manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24

    jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat

    sebuah semboyan yang menyatakan: Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.

    Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh

    karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga

    waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara

    yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum

    datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua,

    senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

    Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari,

    antara lain:

    a. Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan

    hajatnya;

    b. Memelihara janji umum dan khusus;

    c. Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat.

  • 11

    8. Munazhzhamun fi Syuunihi (Well Organized)

    Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang

    muslim yang ditekankan oleh Al-Quran maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum

    Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan

    dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka

    diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata

    lain, suatu udusn dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya,

    profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan

    berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang

    mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

    Aplikasi dari munzhzhamun fi syuunihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-

    hari, antara lain:

    a. Shalat sebagai penata waktunya;

    b. Teratur di dalam rumah dan kerjanya;

    c. Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya;

    d. Disiplin dalam bekerja;

    e. Memberitahukan gurunya problematika yang muncul

  • 12

    9. Qodirun alal Kasbi (Independent)

    Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal

    kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang

    amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa

    dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak

    sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki

    kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang

    muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan

    umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu

    perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Quran maupun hadits dan hal itu memilik

    keutamaan yang sangat tinggi.

    Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki

    keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat

    rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya

    memerlukan skill atau ketrampilan.

    Aplikasi dari qodirun alal kasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara

    lain:

    a. Bekerja dan berpenghasilan;

    b. Tidak berambisi menjadi pegawai negeri;

    c. Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis;

    d. Berusaha memiliki spesialisasi;

    e. Ekonomis dalam nafkah ;

    f. Mengutamakan produk umat Islam;

    g. Tidak membelanjakan harta kepada non muslim;

    h. Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai

  • 13

    10. Naafiun Lighoirihi (Giving Contribution)

    Bermanfaat bagi orang lain (nafiun lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap

    muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia

    berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan

    sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirk mengganjilkan.

    Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya

    semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang

    muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.

    Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat

    bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

    Aplikasi dari nafiun lighoirihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara

    lain:

    a. Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah;

    b. Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri);

    c. Membantu istrinya;

    d. Melaksanakan hak-ahak anak;

    e. Memberi hadiah kepada tetangga;

    f. Memberikan pelayanan umum karena Allah swt;

    g. Memberikan sesuatu dari yang dimiliki;

    h. Mendekati orang lain;

    i. Mendorong orang lain berbuat baik;

    j. Membantu yang membutuhkan;

    k. Membantu yang kesulitan;

    l. Membantu yang terkena musibah;

    m. Menolong yang terzhalimi;

    n. Berusaha memenuhi hajat orang lain

    o. Bersemangat mendawahi istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya;

    p. Memberi makan orang lain;

    q. Mendoakan yang bersin.

  • 14

    C. Cara Menumbuhkan Pribadi Muslim yang Ideal

    Dalam membentuk kepribadian dalam pendidikan islam diperlukan beberapa langkah yang

    berperan dalam perubahannya, antara lain:

    1. Peran Keluarga

    Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian dalam

    pendidikan islam. Orang tua menjadi penanggung jawab bagi masa depan anak-anaknya,

    maka setiap orang tua harus menjalankan fungsi edukasi. Mengenalkan islam sebagai

    ideologi agar mereka mampu membentuk pola pikir dan pola sikap islami yang sesuai dengan

    akidah dan syariat islam.

    2. Peran Negara

    Negara harus mampu membangun pendidikan yang mampu untuk membentuk pribadi

    yang memiliki karakter islami dengan cara menyusun kurikulum yang sama bagi seluruh

    sekolah dengan berlandaskan akidah islam, melakukan seleksi yang ketat terhadap calon-

    calon pendidik, pemikiran diajarkan untuk diamalkan, dan tidak meninggalkan pengajaran

    sains, teknologi maupun seni. Semua diajarkan tetap memperhatikan kaidah syara.

    3. Peran Masyarakat

    Masyarakat juga ikut serta dalam pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam karena

    dalam masyarakat kita bisa mengikuti organisasi yang berhubungan dengan kemaslahatan

    lingkungan. Dari sini tanpa kita sadari pembentukan kepribadian dapat terealisasi. Dalam

    masyarakat yang mayoritas masyarakatnya berpendidikan, maka baiklah untuk menciptakan

    kepribadian berakhlakul karimah.

  • 15

    Dalam kehidupan masyarakat, kita dalam mengaplikasikan pemahaman kita tentang

    kepribadian muslim sehingga dapat terwujud dan menjadi pribadi muslim yang ideal

    seutuhnya. Berikut sembilan kiat sukses pembentuk kepribadian muslim yang ideal/unggul:

    1. Berusaha untuk menjadi yang terbaik

    a. Pengokohan iman dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi

    larangannya

    b. Penguatan profesionalisme (meningkatkan produktifitas, kompetensi, dan

    efektifitas dalam pekerjaan

    c. Meningkatkan hubungan dan memperbanyak relasi dengan memperlebar

    hubungan positif dengan orang lain

    2. Selalu menetapkan sasaran dalam setiap langkah

    a. Sasaran Ilahiyah: sholat fardhu berjamaah di masjid, membaca al-quran, zakat,

    puasa wajib dan sunnah, berangkat haji, dll

    b. Sasaran sosial: memberi santunan pada anak yatim dan fakir miskin, dll

    c. Sasaran individual: menjadi mahasiswa berprestasi (cum laude), menguasai 5

    bahasa asing, membentuk tubuh yang proporsional, dll

    3. Membuat skala prioritas

    Penting Mendesak Tidak Penting Mendesak

    Belajar untuk UAS besok Menepati janji dengan teman untuk nonton

    Penting Tidak Mendesak Tidak Penting Tidak Mendesak

    Mengerjakan laporan dengan deadline

    seminggu lagi

    Hangout, kopdar, main game seharian, dll

    4. Membuat perencanaan

    a. Seumur hidup: membuat misi dan tujuan akhir hidup

    b. Tahunan: membuat program dalam setahun untuk mencapai tujuan akhir

    c. Bulanan: menyusun jadwal yang jelas dan menentukan tanggal tertentu

    d. Pekanan: menentukan hari pertama untuk melaksanakan sasaran bulanan

    e. Harian

    5. Fokus

    a. Cara-cara membuat focus pada kegiatan:

    b. Memohon pertolongan pada Allah SWT

    c. Menetapkan awal dan akhir suatu kegiatan

    d. Memikirkan manfaat yang akan didapat

    e. Membuat inovasi baru dan keluar dari rutinitas yang membosankan

  • 16

    f. Menghindari hal yang mengganggu saat melaksanan sesuatu yang membutuhkan

    konsentrasi

    g. Sabar dan tenang

    h. Tidak menanti intensif dan pujian dari orang lain

    6. Manajemen waktu dengan baik

    a. Teliti kembali sasaran dan rencana awal

    b. Jaga perencanaan waktu kegiatan

    c. Buat daftar pelaksanaan kegiatan harian

    d. Eksploitasi waktu-waktu marginal, seperti bepergian, waktu menunggu, dll

    e. Jangan menyerah pada hal yang muncul mendadak

    7. Jihadun Nafs

    Menjauhi dan menghindari godaan-godaan nafsu, contoh:

    a. Rasa malas

    b. Penundaan waktu (delay) sehingga mengakibatkan kekacauan kegiatan

    c. Perasaan gagal (pesimistis)

    8. Komunikasi yang cerdas dan berpikir positif

    a. Berpegang teguh kepada agama Allah dan bertawakal kepada-Nya

    b. Optimis terhadap kebaikan

    c. Selalu mengingat nikmat-nikmat Allah SWT

    d. Fokus kepada kebaikan-kebaikan orang lain, bukan keburukannya

    e. Berakhlaq mulia dan menggunakan bahasa yang baik

    f. Jangan mau dikuasai masalah, namun dihadapi untuk mendapatkan solusi terbaik

    g. Mencari unsur-unsur positif dalam diri sendiri, focus padanya dan jadikan

    motivasi diri

  • 17

    BAB 3

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam meliputi sikap, sifat, reaksi,

    perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang

    disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan

    kesadaran beragama, dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di

    indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi

    muslim yang mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang

    berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk

    kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai Al-Quran dan al-Sunnah

    nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang

    pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian

    dalam pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat

    dipisahkan karena saling berkaitan.

    Membentuk kepribadian dalam pendidikan islam dibutuhkan beberapa langkah-

    langkah. Membicarakan kepribadian dalam pendidikan islam, artinya membicarakan cara

    untuk menjadi seseorang yang memiliki identitas dari keseluruhan tingkah laku yang berbasis

    agama.

    B. Kritik dan Saran

    Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila

    ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.

    Apabila ada terdapat kesalahan kami memohon maaf dan memakluminya, karena

    kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.