makalah pencemaran - copy (autosaved)
DESCRIPTION
sadsaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah
satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada
di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat
gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang
kaya akan unsur hara. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki
oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa
memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah
tersebut. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak
bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat
luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan
kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti
oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan. Pembangunan
kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan
berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya
kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan
pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta
kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya
bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara
terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi.
Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan
menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal
bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan
pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa
mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh
terhadap kesehatan makhluk hidup. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengkajian
1
khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya terhadap
lingkungan di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pencemaran tanah itu?
2. Bagaimana cara menanggulangi pencemaran tanah?
1.3 Tujuan
Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan kajian para mahasiswa mengenai Pencemaran Tanah.
2. Sebagai cara untuk mencari berbagai cara untuk menanggulangi dampak
pencemaran.
2
BABII
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pencemaran Tanah
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat
yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup
berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan
untuk hidup dan bergerak. Pencemaran tanah adalah masuk atau dimasukannya
bahan kimia buatan manusia dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar
ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri
yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
2.2 Jenis Tanah dan Persebarannya Di Indonesia
2.2.1 Tanah Kapur (Terarrosa)
Tanah ini terbentuk karena pelapukan batuan kapur. Tanah kapur banyak
terdapat di Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.
2.2.2 Tanah Gambut (Tanah Rawa)
Tanah ini berasal dari bahan organik yang hidup di rawa-rawa. Tanah ini
terdapat di pantai timur Sumatera, Kalimantan dan bagian selatan Papua.
3
2.2.3 Tanah Vulkanik (Tanah Gunung Api)
Tanah vulkanik adalah jenis tanah dari pelapukan batuan letusan gunung api.
Tanah ini terdapat di Jawa, Sumatra, Halmahera, dan Sulawesi.
2.2.4 Tanah Aluvial
Tanah ini terbentuk akibat proses pengendapan bahan-bahan yang dibawa
oleh aliran sungai. Tanah ini banyak terdapat di lembah, sungai dan daerah
pertemuan antara laut dan sungai.
2.3 Pemanfaatan Tanah
Tanah berperan penting bagi kehidupan di muka bumi. Seluruh aktivitas
manusia dilakukan diatas tanah. Tanah dimanfaatkan manusia untuk memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraannya. Berikut ini beberapa pemanfaatan
tanah oleh manusia :
2.3.1 Pemanfaatan tanah secara langsung
Contoh pemanfaatan tanah secara langsung adalah digunakan untuk
pembuatan genteng, batu bata dan campuran pembuatan semen.
2.3.2 Pemanfaatan tanah secara tidak langsung
Contoh pemanfaatan tanah secara tidak langsung adalah :
A. Mengolah tanah untuk ditanami berbagai jenis tanaman
B. Untuk pondasi bangunan
C. Untuk dibuat jalan sebagai prasarana-transportasi
Secara umum, pemanfaatan tanah atau lahan dapat juga dibedakan menjadi
pertanian dan non pertanian. Pemanfaatan lahan untuk pertanian antara lain
perkebunan, sawah dan ladang. Pemanfaatan lahan di bidang non pertanian, antara
lain permukiman jalan dan industri.
2.4 Zat Kimia Utama Penyebab Pencemaran Tanah
Diantara zat-zat kimia yang banyak mencemari tanah, pestisida adalah yang
paling banyak menyumbangkan pencemaran pada tanah.
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk atau pestisida. Pertanian
yang intensif banyak menggunakan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk
pemberantasan hama. Penggunaan pupuk yang terus menerus akan mengubah
4
struktur tanah sehingga kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami
tanaman tertentu.
Pestisida haruslah digunakan secara hati-hati sebab pestisida bukan saja
mematikan hama tanaman tapi juga mikroorganisme dalam tanah yang berguna,
padahal kesuburan tanah bergantung pada jumlah mikroorganisme di dalamnya.
2.5 Sumber dan Komponen Bahan Pencemar Tanah
Pencemaran tanah mempunyai hubungan yang erat baik dengan pencemaran
udara maupun dengan pencemaran air. Bahan pencemar yang terdapat di udara larut
dan terbawa oleh air hujan, jatuh ke tanah sehingga menimbulkan pencemaran
tanah. Demikian pula bahan pencemar dalam air permukaan tanah (air sungai, air
selokan, air danau dan air payau) dapat masuk ke dalam tanah dan dapat
menyebabkan pencemaran tanah.
2.5.1 Sumber Bahan Pencemar Tanah
Karena pencemar tanah mempunyai hubungan erat dengan
pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan
sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar
tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida
belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan
turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga
menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya
tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah
tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah
pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah
yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut.
A. Limbah Rumah Tangga
Salah satu limbah rumah tangga adalah sampah. Sampah dalam jumlah
banyak seperti di kota-kota besar, berperan besar dalam pencemaran
tanah. Tanah yang mengandung sampah di atasnya akan menjadi tempat
hidup berbagai bakteri penyebab penyakit.
5
Pencemaran oleh bakteri dan polutan lainnya dari sampah akan
mengurangi kualitas air tanah. Air tanah yang menurun kualitasnya dapat
terlihat dari perubahan fisiknya. Perubahan fisik misalnya berbau,
berwarna dan berasa, bahkan terdapat lapisan seperti minyak. Beberapa
jenis sampah seperti plastik dan logam, sulit terurai sehingga berpengaruh
pada kemampuan tanah menyerap air.
B. Limbah Pertanian
Dalam kegiatan pertanian, penggunaan pupuk buatan, zat kimia
pemberantas hama (pestisida), dan pemberantas tumbuhan pengganggu
(herbisida) dapat mencemari tanah. Penggunaan pupuk buatan secara
berlebihan menyebabkan tanah menjadi asam yang selanjutnya
berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Tanaman menjadi layu,
berkurang produksinya dan akhirnya mati. Pencemaran tanah oleh
pestisida dan herbisida terjadi saat dilakukan penyemprotan tersebut akan
terbawa oleh air hujan dan akhirnya mengendap di tanah. Pestisida dan
herbisida memiliki sifat sulit terurai dan dapat bertahan lama di dalam
tanah. Residu pestisida dan herbisida ini membahayakan kehidupan
organisme tanah. Misalnya, residu pestisida DDT (dikloro difenil
trikloroetana) dapat membunuh mikroorganisme yang sangat penting
bagi proses pembusukan, sehingga kesuburan tanah terganggu. Tanah
yang tercemar pupuk buatan, pestisida dan herbisida dapat mencemari
sungai karena zat-zat tersebut terbawa air hujan atau erosi.
C. Limbah Pertambangan
Aktivitas penambangan bahan galian juga dapat menimbulkan
pencemaran tanah. Salah satu kegiatan penambangan yang memiliki
pengaruh besar mencemarkan tanah adalah penambangan emas. Pada
penambangan emas, polusi tanah terjadi akibat penggunaan merkuri (Hg)
dalam proses pemisahan emas dan beracun yang dapat mematikan
tumbuhan, organisme tanah, dan menggangu kesehatan manusia.
6
2.5.2 Komponen Bahan Pencemar Tanah
Komponen-komponen bahan pencemar yang diperoleh dari sumber-sumber
bahan pencemar tersebut di atas antara lain:
A. Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh
mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang mati.
B. Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-
kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang
subur.
C. Pencemar udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida
nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon
(CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah
bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/ tanaman.
D. Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industri
seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
E. Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari
percobaan lain yang menggunakan atau menghasikan zat
radioaktif.Komponen bahan pencemar tanah.
2.6 Pendugaan Tingkat Pencemaran/Kerusakan Tanah
Gejala pencemaran tanah dapat diketahui dari tanah yang tidak dapat
digunakan untuk keperluan fisik manusia. Tingkat pencemaran tanah diukur dari
banyak tidaknya bahan pencemar yang terkandung di dalamnya. Bahan
pencemarnya antara lain, sampah organik, sampah senyawa organik atau sampah
anorganik, sampah dari pengelolaan limbah industri, sampah zat radioaktif,
penggunaan pupuk yang menggunakan senyawa kimia atau pestisida, dan sampah-
sampah dari limbah rumah tangga.
7
Tingkat pencemaran/kerusakan tanah dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
2.6.1 Pencemaran Ringan
Pencemaran ringan yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan
gangguan pada ekosistem lain. Contohnya tanah yang tidak dapat lagi
ditumbuhi tanaman tertentu. Biasanya tanah ini banyak terdapat sampah-
sampah anorganik yang tidak dapat terurai oleh tanah dengan sempurna,
sehingga menyebabkan sebagian tanaman lain tidak dapat hidup karena
kesulitan mendapatkan makanan didalam tanah.
2.6.2 Pencemaran Kronis
Pencemaran kronis yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit
kronis. Biasanya tanah ini tercemar oleh limbah pabrik yang dapat
mengkibatkan penyakit.
2.6.3 Pencemaran Akut
Pencemaran akut yaitu pencemaran yang mengakibatkan tanah tidak
dapat lagi dimamfaatkan seperti sediakala. Biasanya tanah ini terlalu banyak
mengunakan pupuk yang mengandung bahan kimia dan tidak mematuhi
aturan. Ciri-ciri tanah ini biasanya tanahnya kering dan tandus.
2.7 Kriteria Kerusakan Tanah
Untuk mengukur tingkat pencemaran disuatu tempat digunakan kriteria pencemaran.
Kriteria pencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran
dan tingkat pencemaran yang telah terjadi. Kriteria pencemaran tanah meliputi
kriteria fisik, kriteria kimia, dan kriteria biologi.
2.7.1 Kriteria Fisik
Kriteria fisik meliputi pengukuran tentang warna, bau, suhu, dan
radioaktivitas.
2.7.2 Kriteria Kimia
Kriteria kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar
logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajikan pengukuran pH air
yang terkandung dalam tanah, kadar CO2, dan oksigen terlarut.
8
A. Pengukuran pH air dalam tanah
Air dalam tanah kondisi alami yang belum tercemar memiliki
rentangan pH 6,5 – 8,5. Karena pencemaran, pH air dalam tanah dapat
menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan-bahan
organik biasanya menyebabkan kondisi air tersebut menjadi lebih asam.
Kapur menyebabkan kondisi air dalam tanah menjadi alkali (basa). Jadi,
perubahan pH air tersebut tergantung kepada macam bahan pencemarnya.
Perubahan nilai pH mempunyai arti penting bagi kehidupan air. Nilai pH
yang rendah (sangat asam) atau tinggi (sangat basa) tidak cocok untuk
kehidupan kebanyakan organisme. Untuk setiap perubahan satu unit skala
pH (dari 7 ke 6 atau dari 5 ke 4) dikatakan keasaman naik 10 kali. Jika
terjadi sebaliknya, keasaman turun 10 kali. Keasaman air dapat diukur
dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam air
untuk melihat perubahan warnanya.
B. Pengukuran Kadar CO2
Gas CO2 juga dapat larut ke dalam tanah. Sesuai dengan
penjelasan sebelumnya, bahan pencemar tanah juga terkandung dari
udara. Kadar gas CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, dan
banyaknya organisme yang hidup di dalam tanah. Semakin banyak
organisme di dalam tanah, semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut.
Kadar gas CO dapat diukur dengan cara titrimetri.
C. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut
Kadar oksigen terlarut dalam tanah yang alami berkisar 5 – 7 ppm
(part per million atau satu per sejita; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter
air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen
terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal :
1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob.
3. Proses pernapasan orgaisme.
Pencemaran tanah dapat mengurangi persediaan oksigen terlarut. Hal ini
akan mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalam tanah.
Semakin tercemar, kadar oksigen terlarut semakin mengecil. Untuk dapat
mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan dengan metode Winkler.
9
Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik
dikenal sebagai parameter biokimia. contohnya adalah pengukuran BOD
dan COD.
2.7.3 Parameter Biologi
Di tanah terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme
yang peka dan ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu.
Organisme yang peka akan mati karena pencemaran dan organisme yang
tahan akan tetap hidup. Planaria merupakan contoh hewan yang peka
pencemaran. Tanah yang mengandung planaria menunjukkan tanah tersebut
belum mengalami pencemaran. Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah)
merupakan cacing yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik di
lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun spesies hewan yang lain
telah mati. Ini berarti keberadaan cacing tersebut dapat dijadikan indikator
adanya pemcemaran zat organik. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk
pencemaran dikenal sebagai indikator biologis.
Indikator biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada indikator
kimia. Pabrik yang membuang limbah ke sungai dan mengenai tanah dapat
mengatur pembuangan limbahnya ketika akan dikontrol oleh pihak yang
berwenang. Pengukuran secara kimia pada limbah pabrik tersebut selalu
menunjukkan tidak adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian dengan
makluk hidup yang menghuni ekosistem air dalam tanah secara terus
menerus. Disitu terdapat hewan-hewan, mikroorganisme, bentos,
mikroinvertebrata, ganggang, yang dapat dijadikan indicator biologis.
2.8 Dampak Kerusakan Tanah
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran atau kerusakan tanah,
diantaranya :
2.8.1 Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe
polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena.
Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan
karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-
10
anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada
seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air
raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa
bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati.
Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot.
Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati
dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam
dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi
mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang
jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan
kematian.
2.8.2 Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap
ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya
bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.
Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari
mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer
dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap
predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek
kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah
piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan
akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak
dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman
yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana
tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan
pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-
bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
11
2.9 Pengendalian Kerusakan Tanah
Cara pencegahan dan penanggulangan Bahan Pencemar Tanah Pencegahan
dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila
tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah
tindakan.
Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan
pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi,
apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan
penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan
pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai
berikut :
2.9.1 Langkah Pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha
untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya
mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain :
Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme
antara lain dapat dilakukan dengan mengubur sampah-sampah dalam tanah
secara tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk.
Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada
proses pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapis-
lapis dengan tanah.
Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar
sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara
individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari
pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah
yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-
partikel kecil, kemudian dikubur.
12
Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat
yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat
pembuangan agar dilakukan proses pemurnian. Sampah zat radioaktif
sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur-sumur atau tangki dalam
jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke
tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak
berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.Penggunaan pupuk,
pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan aturan
dan tidak sampai berlebihan.Usahakan membuang dan memakai detergen
berupa senyawa organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh
mikroorganisme.
2.9.2 Langkah Penangulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan
penanggulangan terhadap pencemaran tersebut. Tindakan penanggulangan
pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan
pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat.
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh pencemaran tanah. Diantaranya:
A. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar.
Hal yang perlu diketahui sebelum dilakukan remidiasi adalah sebagai
berikut:
1. Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak,
berbahaya/tidak,
2. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,
3. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),
4. Jenis tanah,
5. Kondisi tanah (basah, kering),
6. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
7. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa
ditunda).
13
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ
(atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang
kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit.
B. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
a. Jenis jenis biomerasi
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
1. Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke
dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat
pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di
dalam air atau tanah tersebut.
2. Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan
kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang
tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam
menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada
beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan.
Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para
ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang
terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan
ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
14
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah
yang tercemar.
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar)
dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks,
optimasi ph, dsb
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar,
yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan
biotransformasi khusus
3. Penerapan immobilized enzymes
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk
menghilangkan atau mengubah pencemar.
b. Proses Biomerasi
Transformasi kimia dari bahan pencemar pestisida melalui proses
bioremediasi ini meliputi beberapa proses, yaitu :
1. Detoksikasi, yaitu konversi dari molekul yang bersifat toksik
menjadi produk yang tidak bersifat toksik.
2. Degradasi, yaitu transformasi dari substrat kompleks menjadi
produk yang lebih sederhana.
3. Konjugasi, yaitu pembentukan senyawa kompleks, atau reaksi
penambahan, dimana suatu organisme dapat menghasilkan
substrat yang lebih kompleks dan mengkombinasikannya dengan
pestisida dengan sel metabolis. Konjugasi atau pembentukan
senyawa pengkompleks dapat dihasilkan dari organisme yang
menghasilkan suatu asam amino, asam organik, methyl atau
senyawa lain yang bereaksi dengan polutan membentuk substrat
lainnya. Konjugasi adalah salah satu bentuk bioremediasi dari
metabolisme mikroorganisme terhadap fungisida sodium
dimethyldithiocarbamate, dimana mikroorganisme
mengkompleks pestisida dengan asam amino pada sel.
4. Aktivasi, yaitu konversi substrat yang nontoksik menjadi molekul
toksik seperti bahan aktif awal dari pestisida. Sebagai contoh,
15
herbisida 4- (2,4-dichlorophenoxy) butyric acid ditransformasi
dan diaktivasi oleh mikroorganisme dalam tanah menghasilkan
senyawa yang bersifat toksik terhadap gulma dan serangga.
Proses aktivasi ini lebih menekankan pada efisiensi penggunaan
pestisida, atau aktivasi residu.
5. Proses defusi, yaitu konversi molekul nontoksik berasal dari
pestisida yang sedang dalam proses aktivasi secara enzimatik,
menjadi produk nontoksik yang tidak lagi dalam proses
enzimatik.
6. Perubahan spektrum toksisitas. Contoh bioremediasi bagi
lingkungan yang tercemar minyak bumi. Yang pertama dilakukan
adalah mengaktifkan bakteri alami pengurai minyak bumi yang
ada di dalam tanah yang mengalami pencemaran tersebut. Bakteri
ini kemudian akan menguraikan limbah minyak bumi yang telah
dikondisikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan
hidup bakteri tersebut. Dalam waktu yang cukup singkat
kandungan minyak akan berkurang dan akhirnya hilang, inilah
yang disebut sistem bioremediasi.
c. Manfaat Biomerasi
1. Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan
mengubah limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh
bioremediasi dalam lingkungan yakni telah membantu
mengurangi pencemaran dari pabrik, misalnya saat 1979,
supertanker Exxon Valdez di Alaska, lebih dari 11juta gallon oli
mentah mengalir, tetapi bakteri pemakan oli membantu
mengurangi pencemaran laut yang lebih jauh lagi.
2. Bidang Industri
Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang
membangkitkan semangat industri sehingga terbentuklah suatu
perusahaan yang khusus bergerak dibidang bioremediasi,
contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc., di
San Clemente, Calif.
16
3. Bidang Ekonomi
Bioremediasi menggunakan bahan bahan alami yang hasilnya
ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan
dalam pengolahan limbah memerlukan modal dan biaya yang
jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi ekonomi
yang lebih baik.
4. Bidang Pendidikan
Penggunaan microorganisme dalam bioremediasi, dapat
membantu penelitian terhadap mikroorganisme yang masih belum
diketahui secara jelas.Pengetahuan ini akan memberikan
sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan sains.
5. Bidang Teknologi
Bioremediasi memberikan tantangan baru bagi teknologi untuk
terus memberikan inovasi yang lebih baik bagi lingkungan.
6. Bidang Sosial
Bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang mudah dijangkau
dan mudah dilakukan baik bagi rumah tangga dan industri.
Dengan begini, limbah rumah tangga dapat dikelola jauh lebih
baik.
7. Bidang Kesehatan
Dengan pengelolaan limbah yang baik, pencemaran dapat
diminimalisir sehingga kualitas hidup manusia jauh meningkat.
8. Bidang Politik
Isu lingkungan dapat lebih ditekan sehingga para petinggi dapat
memfokuskan masalah ke lingkup lain, Bahkan bioremediasi
dapat membantu memperbaiki masalah yang berkesinambungan
didalamnya.
d. Keunggulan Biomerasi
1. Meminimalisasi terinfeksinya pekerja lapangan
2. Perlindungan kesehatan masyarakat yang berjangka panjang
3. Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut
dengan lahan yang sempit sekalipun.
4. Menghilangkan zat-zat berbahaya
5. Menggunakan proses yang bersifat alami
17
6. Mengubah polutan bukan hanya memindahkannya
7. Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang
cepat
2.10 Teknologi Pengolahan Sampah
2.10.1 Penanganan Limbah Organik
Limbah organik dapat dimanfaatkan, baik secara langsung (contohnya untuk
makanan ternak) maupun secara tidak langsung karena memerlukan proses
terlebih dahulu yaitu proses daur ulang (contohnya pengomposan dan
biogas).
A. Makanan Ternak
Sampah organik yang mudah rusak dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak. Di Indonesia, sampah organik berupa sayur-sayuran (contohnya
kubis, selada air dan sawi) biasanya dimanfaatkan untuk makanan
kelinci, kambing, ayam atau itik. Hal ini sangat menguntungkan karena
selain untuk hewan ternak. Namun, sampah organik ini harus dibersihkan
dan dipilih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi ternak. Jika sampah
organik bercampur dengan sampah yang mengandung logam-logam
berat, maka dapat terakumulasi di dalam ternak.
B. Pengomposan (Composting)
Pengomposan merupakan upaya pengolahan limbah dengan
menggunakan prinsip penguraian bahan-bahan organik menjadi bahan-
bahan anorganik oleh aktivitas organisme. Proses pengomposan
menghasilkan kompos yang dapat menyuburkan tanah. Organisme yang
berperan dalam proses ini adalah bakteri, jamur, khamir dan hewan
seperti insekta serta cacing. Agar pertumbuhan organisme optimum
diperlukan beberapa kondisi, diantaranya campuran yang seimbang
antara komponen karbon dan nitrogen, suhu, kelembapan udara serta
cukupnya kandungan oksigen.
1. Sistem pengomposan memiliki beberapa keuntungan, antara lain
Kompos merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak
merusak lingkungan
2. Bahan yang dipakai tersedia (tidak perlu dibeli)
18
3. Masyarakat dapat membuatnya sendiri (tidak memerlukan
peralatan yang mahal)
4. Unsur hara dalam pupuk kompos lebih tahan lama jika
dibandingkan dengan pupuk buatan.
C. Biogas
Biogas adalah gas-gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar yang
dihasilkan dari proses pembusukkan sampah organik secara anaerob.
Bahan bakunya dapat di ambil dari kotoran hewan, sisa-sisa tanaman,
atau campuran dari keduanya. Secara garis besar, biogas dapat dibuat
dengan cara mencampur sampah organik dengan air kemudian
dimasukkan ke dalam tempat yang kedap udara. Selanjutnya, campuran
tersebut dibiarkan selama kurang lebih dua minggu.
Biogas memiliki beberapa kelebihan antara lain :
1. Mengurangi jumlah limbah
2. Sumber energi yang tidak merusak lingkungan
3. Nyala api bahan bakar biogas lebih terang atau bersih
4. Residu dari biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk
2.10.2 Penanganan Limbah Anorganik
Limbah anorganik dapat dimanfaatkan kembali memalui proses daur ulang.
Limbah anorganik yang dapat di daur ulang anatara lain plastik, logam dan
kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang harus diolah terlebih dahulu
yaitu dengan sanitary landfill, pembakaran (incineration) atau penghancuran
(pulverisation).
19
A. Sanitary Landfill
Gambar 2.1 Teknologi Landfill
Sanitary Landfill merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol
denagn sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang tempat, kemudian
dipadatkan dengan traktor. Selanjutnya sampah ditutup tanah. Pada bagian dasar
tempat tersebut dilengkapi sistem saluran yang berfungsi sebagai saluran limbah
cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai atau
lingkungan. Pada sanitary landfill juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas
hasil aktivitas penguraian sampah. Cara ini sangat menguntungkan karena
menghilangkan polusi udara.
B. Pembakaran sampah
Sampah padat di bakar di dalam insinerator. Hasil pembakaran adalah gas dan
residu pembakaran. Penurunan volume sampah padat hasil pembakaran dapat
mencapai 70%. Namun, cara relatif lebih mahal dibanding dengan sanitary
landfill yaitu sekitar tiga kali lipatnya.
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan
tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur
tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi
molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar,
larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.
Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas.
Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna
pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C).
20
Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar
dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
Gambar 2.2 Insinerator
C. Penghancuran (Pulverisation)
Pengancuran sampah dilakukan di dalam mobil pengumpul sampah yang telah
dilengkapi alat pelumat sampah. Sampah langsung dihancurkan menjadi
potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah yang
letaknya rendah.
D. Daur ulang Limbah Organik
Masyarakat indonesia secara tradisional memiliki kebiasaan melakukan daur
ulang, misalnya pemulungan sampah, usaha daur ulang di masing-masing
rumah tangga dan pengomposan. Daur ulang merupakan salah satu cara untuk
untuk mengolah sampah organik maupun anorganik menjadi benda-benda yang
bermanfaat.
Daur ulang memiliki potensi yang besar untuk mengurangi timbunan, biaya
pengolahan dan tempat pembuangan akhir sampah. Manfaat dari daur ulang
adalah adanya produk hasil yang berguna.
E. Daur Ulang Kertas
Salah satu contoh sampah yang dapat di daur ulang adalah sampah kertas.
Sampah kertas dapat berasal dari rumah tangga maupun industri, misalnya dari
kegiatan administrasi perkantoran, pembungkus dan media cetak. Sampah
kertas dapat dimanfaatkan dengan cara didaur ulang. Kertas daur ulang
memiliki sentuhan tekhnologi dan seni.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya
dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan
permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur,
bakteri).
3.2 Saran
Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para pembaca
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,
diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari – hari menjaga kelestarian bumi ini.
22