makalah pemicu 4
DESCRIPTION
subbab makalah pemicu 4TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak azasi yang dimiliki setiap manusia dan mempertahankan tubuh tetap
dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus dicapai oleh setiap ahli dalam bidang
pengobatan, dan dokter gigi bukan merupakan pengecualian. Dokter gigi yang teliti dan
bijaksana akan melindungi kesehatan mulut pasiennya dan bukan hanya bertindak sebagai
tukang yang memperbaiki gigi yang rusak. Kita harus melayani pasien dengan standard profesi,
standard prosedur operasional serta kebutuhan medik pasien.
Diagnosis adalah pengenalan suatu penyakit. Kadang-kadang diagnosisi cukup dinyatakan dalam
pernyataan singkat saja. Akan tetapi , dalam kebanyakan kasus, diagnosis harus meliputi juga
perluasan penyakit, lokasi dan karakteristik lain dari penyakit tersebut. Agar dapat menegakkan
diagnosis dengan benar dokter gigi memerlukan informasi yang lengkap meliputi riwayat
penyakit dan kebiasaan pasien, melakukan pemeriksaan yang lengkap dan apabila diperlukan
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi penyakit yang tidak dapat diperiksa secara
klinis.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, dokter gigi harus mencegah atau menahan proses
penyakit dan merestorasi bagian yang hilang. Dalam menganalisis masalah gigi harus dibedakan
antara kedua sasaran tersebut, Barangkali ini berkaitan dengan kontrol faktor-faktor yang
menyababkan penyakit sehingga aspek-aspek preventif dari pelayanan gigi memiliki makna yang
terbesar. Tidak baik membuat suatu restorasi yang bagus dan mahal pada suatu situasi yang akan
menghancurkannya dalam waktu yang singkat. Hanya dengan tindakan pencegahan dan restorasi
yang simultan, pelayanan kesehatan yang maksimal dapat diberikan. Dalam pencapaian restorasi
yang maksimal perlu diperhatikan pertimbangan kesesuaian kavitas dan bahan tumpatan pilihan
sesuai dengan indikasi bahan dan keadaan lesi.
DESKRIPSI TOPIK
Seorang pasien perempuan usia 45tahun, mantan peragawati datang ke praktek dokter gigi
dengan keluhan gigi-gigi depan atas sering ngilu terutama minum dingin. Tidak ada riwayat
kelainan medis. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bayangan hitam pada mesial bagian
palatal gigi 22 dan 23, hasil tes sondasi dan termal (+), perkusi dan palpasi (-). Hasil foto
radiografis terlihat karies dentin pada mesial gigi 22 dan 23,kelainan periapikal (-). Ketika
dijelaskan kepada pasien bahwa ada giginya yang rusak pasien tidak percaya karena satu bulan
yang dia baru dilakukan pemeriksaan rutin oleh dokter gigi perusahaan suaminya dan dikatakan
semua giginya dalam keadaan baik. Pada saat itu, pasien dokter gigi tersebut banyak yang sudah
menunggu dan dokter gigi tersebut tidak melakukan pemeriksaan penunjang lainnya. Saat ini,
dokter gigi perusahaan tersebut sedang keluar kota sehingga pasien datang ke dokter gigi lain.
Pertanyaan:
1. Apakah hasil pemeriksaan dari drg sebelumnya menyalahi kode etik kedokteran gigi ?
Jelaskan jawaban saudara!
2. Mengapa drg sebelumnya tidak dapat mengidentifikasi kelainan pada gigi 22 dan 23 ?
Jelaskan jawaban saudara!
3. Jelaskan tata cara pemeriksaan sehingga dapat ditegakkan diagnosis kasus gigi 22 dan 23!
4. Jelaskan teknik radiografis yang dapat membantu menegakkan diagnosis kasus gigi 22 dan 23!
5. Jelaskan klasifikasi karies pada gigi 22 dan 23 menurut kalsifikasi Black dan klasifikasi
Mount and Hume!
6. Sebutkan bahan restorasi apa yang paling sesuai untuk kasus gigi 22 dan 23, serta jelaskan
alasan memilih bahan restorasi tersebut!
7. Jelaskan sifat-sifat keuntungan dan kerugian dari bahan restorasi yang dipilih untuk kasus gigi
22 dan 23!
8. Jelaskan prosedur kerja,alat dan bahan yang dipakai untuk restorasi gigi 22!
9. Jelaskan prosedur kerja, alat dan bahan yang dipakai untuk restorasi gigi 23!
10. Gambarkan dan jelaskan desain preparasi yang dilakukan untuk kasus gigi 22 dan 23!
BAB II
ISI
RADIOGRAFI DALAM PENEGAKAN DIAGNOSA
Radiografi periapikal berguna untuk menunjukkan gigi geligi secara individual dan jaringan di
sekitar apeks gigi. Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal,
status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya. Radiografi periapikal dibagi menjadi dua
teknik, yaitu:
a. Paralleling technique
Pada teknik ini film ditempatkan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar
dengan sumbu gigi. Tubehead diarahkan pada sebelah kanan gigi dan film secara sejajar. Prinsip
kejajaran antara tubehead, gigi dan film pada teknik paralleling.
b. Bisecting angle technique
Pada teknik ini tidak mempergunakan pegangan film (film holder) sehingga untuk memposisikan
film pada rongga mulut menggunakan jari pasien. Sudut antara sumbu gigi dan sumbu film kira-
kira membagi mentally. Peletakan salah satu sisi film pada insisal gigi sehinggat terbentuk
vertical angulation.
Kedua radiografi periapikal ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Pada tehnik paralleling sedikit terjadi kesalahan seperti distorsi dibandingkan teknik
bisecting angle, namun dengan penggunaan pegangan film ( film holder) sering membuat pasien
merasa tidak nyaman. Berikut perbandingan antara teknik paralleling dan bisecting angle.
Prinsip pada teknik paralleling:
- Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi
- Sentral x-ray tegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi
- Film holder harus dipakai menjaga agar film tetap paralel dengan aksis panjang gigi
Keuntungan:
- Tanpa distorsi
- Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi yang sesungguhnya
- Mudah dipelajari dan digunakan
- Mempunyai validitas yang tinggi
Kerugian:
- Sulit meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut
yang kecil.
- Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi kenyamanan.
KLASIFIKASI KARIES MENURUT BLACK DAN MENURUT MOUNT AND HUME
Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang
sering terjadi pada gigi, yaitu:
1. Kelas I
Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior
2. Kelas II
Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa terdapat
pada permukaan halus di bawah titik kontak yang sudah dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini
biasanya berbentuk elips.
3. Kelas III
Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Kavitas bisa terjadi pada
permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya
berbentuk bulat dan kecil.
4. Kelas IV
Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke insisal sehingga
melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.
5. Kelas V
Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan fasial
atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa
mengenai sementum.
Menurut G.J. Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terdapat pada permukaan gigi
beserta ukuran kavitasnya, yang terdiri atas 3 site, yaitu:
1. Site 1
Karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi anterior maupun posterior.
2. Site 2
Karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun posterior.
3. Site 3
Karies pada 1/3 mahkota dari akar (servikal) sejajar dengan gingiva.
Pembagian 5 ukuran dari kemajuan proses terbentuknya lesi, yaitu:
1. Size 0
Lesi paling awal yang diidentifikasikan sebagai tahap awal dari demineralisasi berupa white
spot.
2. Size 1
Kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan dengan peningkatan remineralisasi
struktur gigi.
3. Size 2
Kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang terbentuk berukuran sedang dan masih
menyisakan struktur email yang didukung dengan baik oleh dentin dan cukup kuat untuk
menyokong restorasi.
4. Size 3
Kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa lemah dan cusp atau incisal
edgenya telah rusak sehingga tidak dapat beroklusi dengan baik dan kurang mampu menyokong
restorasi.
5. Size 4
Karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti kehilangan cusp lengkap atau
incisal edge. Karies hampir atau sudah mengenai pulpa.
Pada kasus, karies pada gigi 22 yaitu karies dentin pada mesial gigi adalah kelas I pada
klasifikasi Black dan site 1 size 2 pada klasifikasi menurut Mount and Hume. Sedangkan gigi 23
yaitu karies dentin telah mencapai bagian proksimal gigi sehingga merupakan kelas III pada
klasifikasi Black dan site 2 size 2 menurut klasifikasi Mount an Hume.
RESIN-MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT
Sejak adanya kemunculan resin komposit aktivasi sinar, banyak praktisi mulai mengeluhkan sifat
dari material semen ionomer kaca yang tidak ideal. Namun karena sifatnya yang mampu
menghasilkan fluor dan sistem adhesifnya yang baik, semen ionomer kaca masih tetap
digunakan. Oleh sebab itu beberapa pabrik meneliti untuk memperbaharui karakteristik yang
dimiliki GIC dengan menggabungkannya dengan resin komposit, dimana proses polimerisasi
yang digunakan mengunakan aktivasi sinar biru yang kemudian disebut sebagai resin modified
GIC (RMGIC). RMGIC juga dikenal dengan hybrid GIC atau Light-curing
Bahan ini memiliki komposisi khas terdiri dari 1) asam poliakrilik atau modifikasinya yang
mengandung champorquinone, 2) monomer yang dapat mengeras bila disinar, seperti
hydroxyethyl methacrylate (HEMA) , 3) ion-ion leachhable glass dan 4) air
RMGIC memiliki reaksi pengerasan dengan mekanisme ganda yaitu reaksi asam-basa semen
ionomeer kaca konvensional yang lambat diawali pada saat pencampuran dan proses
polimerisasi yang serupa dengan yang terjadi pada resin komposit dengan aplikasi sinar.
Secara umum bahan RMGIC memiliki kekuatan compressive dan tensile strength yang lebih
tinggi daripada semen ionomer kaca konvensional dan mampu menahan beban yang moderate.
Selain itu, layaknya yang memiliki kandungan GIC, bahan ini juga mamou menghasilkan fluor
yang mampu menghambat karies. Pada pengujian histopatologi, pulpa dapat menerima dengan
baik penempatan semen ionomer kaca modifikasi resin. Perbedaan utama GIC dengan RMGIC
adalah adanya penambahan resin dan fotoinisiator kedalam bahan konvensional sehingga bahan
modifikasi tersebut dapat disinar segera setelah penumpatan kavitas. Penyinaran ini akan
memberikan ketahanan bahan terhadap penyerapan air dan mempermudah penanganan secara
klinis karena restorasi akan cukup stabil keseimbangan airnya sehingga restorasi dapat dibentuk
dan dipoles segera setelah mengeras.
Indikasi perawatan dengan bahan RMGIC adalah 1) daerah yang tidak menerima beban oklusi
yang berlebihan seperti daerah servikal, akar gigi, gigi desidui, kavitas klas III , permukaan
oklusal tanpa antagonis, permukaan proksimal molar. 2) Pada kasus dengan prioritas
perlindungan yang tinggi terhadap pulpa seperti permukaan oklusal gigi molar muda, restorasi
pencegahan 3) pada kasus yang membutuhkan pelepasan fluor 4) pada perawatan yang
membutuhkan perlekatan yang kuat tapi dengan prosedur sederhana 5) restorasi sementara yang
memeberikan estetis yang baik misalnya mahkota sementara selama perawatan saluran akar gigi
anterior.
RMGIC memiliki perbaikan keunggulan yang baik dalam hal working time, beberapa
karakteristik lainnya termasuk estetik . Selain itu, bahan ini juga tahan terhadap dehidrasi dan
retak selama proses pengerasan dibandingkan denga GIC. Namun demikian, GIC konvensional
tidak sebaik resin komposit dalam hal estetik dan RMGIC tidak disarankan dalam hal restorasi
yang mengutamakan nilai estetik yang tinggi dikarenakan kandungan resin yang dimiliki dalam
jumlah yang banyak. Selain itu keterbatasan kekuatan yang dimiliki bahan ini dan keausan yang
dimiliki mengindiksikan bahan ini untuk digunakan pada restorasi yang memiliki beban tekanan
yang rendah (tidak untuk restorasi klas I,klas II posterior ataupun klas IV).
Pada kasus, untuk lesi yang terjadi pada gigi 22 dan 23 menggunakan bahan restorasi semen
ionomer kaca modifikasi resin (RMGIC). Hal ini dikarenakan pada posisi atau lokasi lesi yang
tidak membutuhkan atau menerima tekanan yang kuat dan nilai estetik tidak menjadi hal
prioritas karena tidak terdapat pada bagian fasial.
1. Preparasi kavitas
Preparasi kavitas untuk bahan RMGIC tidak memerlukan persyaratan preparasi konvensional
tetapi cukup mengambil struktur gigi yang terkena karies. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pengambilan dentin yang lunak dengan melakukan eskavasi dengan baik, dengan menggunakan
bur diamond bulat atau tappered. Pada kavitas dengan ketebalan dentin yang tersisa kurang dari
0,5mm perlindungan pulpa dilakukan dengan pelapisan Ca(OH)2.
2. Pencocokan Warna
Warna yang spesifik dipilih untuk bagian gigi yang akan direstorasi
3. Pemakaian dentin conditioner
Dentin conditioner yang digunakan adalah asam poliakrilik 10%. Waktu pengaplikasian tidak
boleh lebih dari 20 detik karena dapat menyebabkan demineralisasi pada dentin dan enamel serta
membuka tubulus dentin. Kemudian dicuci selama 30 detik untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
4. Pencampuran
Perbandingan powder dan liquid 1:2. Pencampuran dilakukan secara perlahan sampai konsistensi
yang homogen tercapai.
5. Pemempatan bahan dan pembentukan anatomis gigi
Penumpatan kavitas dilakukan dengan menggunakan siringe. Kemudian ditempatkan langsung
ke kavitas dengan cepat karena ionomer bereaksi secara kimia dengan ion kalsium di dalam
struktur gigi.
6. Pengerasan dengan sinar
Penyinaran dilakukan selama 20-40 detik dengan memperhitungkan bayangan yang diperoleh,
jarak dari restorasi serta untuk menjamin pengerasan restorasi.
7. Pemolesan
Pemolesan dilakukan segera setelah pengerasan dengan sinar. Semprotan dengan udara harus
dilakukan terus menerus. Penghalusan permukaan dapat dilakuakn dengan bur diamond yang
sangat halus dan silikon point yang halus untuk mendapatkan kecemerlangan yang lebih baik.
8. Varnishing
Sebagai ketahanan klinis terhadap sensitivitas air sehingga dapat mempertahankan reaksi kimia.