makalah pemicu

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek keperawatan di Indonesia sering kali diasumsikan sama dengan praktek kedokteran, baik oleh masyarakat atau perawat itu sendiri. Penyebab utama hal ini adalah kurangnya pengetahuan tentang praktek keperawatan profesional dan seringkali dilatarbelakangi oleh motif ekonomi yang menjadikan praktek tersebut sebagai lahan bisnis. Karena faktor ekonomi itu, maka timbul berbagai penyimpangan, di antaranya pemberian resep yang padahal itu menjadi tugas seorang dokter bukan perawat dan memperkerjakan tamatan SMU sebagai asistennya padahal menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, praktik keperawatan hanya diperbolehkan melalui kerja sama beberapa orang perawat dengan jenjang pendidikan minimal DIII. 1.2 Definisi Masalah Dorongan faktor ekonomi mempengaruhi profesionalisme keperawatan. 1.3 Analisis Masalah 1. Keperawatan sebagai profesi 2. Peran perawat 3. Etika dan praktik keperawatan

Upload: titik-sumekar

Post on 14-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pemicu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek keperawatan di Indonesia sering kali diasumsikan sama dengan praktek

kedokteran, baik oleh masyarakat atau perawat itu sendiri. Penyebab utama hal ini adalah

kurangnya pengetahuan tentang praktek keperawatan profesional dan seringkali

dilatarbelakangi oleh motif ekonomi yang menjadikan praktek tersebut sebagai lahan

bisnis. Karena faktor ekonomi itu, maka timbul berbagai penyimpangan, di antaranya

pemberian resep yang padahal itu menjadi tugas seorang dokter bukan perawat dan

memperkerjakan tamatan SMU sebagai asistennya padahal menurut Peraturan Mentri

Kesehatan RI, praktik keperawatan hanya diperbolehkan melalui kerja sama beberapa

orang perawat dengan jenjang pendidikan minimal DIII.

1.2 Definisi Masalah

Dorongan faktor ekonomi mempengaruhi profesionalisme keperawatan.

1.3 Analisis Masalah

1. Keperawatan sebagai profesi

2. Peran perawat

3. Etika dan praktik keperawatan

4. Implikasi legal dalam praktik keperawatan

1.4 Hipotesis

Dorongan faktor ekonomi mempengaruhi profesionalisme keperawatan, sehingga

timbul ketidakpedulian perawat terhadap aspek legal dalam praktik keperawatan.

1.5 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Tujuan umum yaitu:

Memberi penjelasan mengenai Standar Profesionalisme Praktik Keperawatan

Page 2: makalah pemicu

2

2. Tujuan khusus yaitu:

a. Menjelaskan keperawatan sebagai profesi:

a) Pengertian keperawatan dan profesionalisme

b) Praktik keperawatan dan setting praktik keperawatan

c) Peran organisasi profesi

b. Menjelaskan peran perawat

a) Peran dan fungsi perawat

b) Peran perawat dalam tim kesehatan

c) Pengaruh sosial terhadap praktik keperawatan

c. Menjelaskan etika dan praktik keperawatan

a) Etika keperawatan dan kode etik keperawatan

b) Prinsip moral dalam keperawatan

c) Teori moral

d) Masalah moral dalam keperawatan

e) Penyelesaian masalah moral dalam keperawatan

d. Menjelaskan implikasi legal dalam dalam praktik keperawatan

a) Batasan legal dan professional keperawatan

b) Tanggung gugat perawat

c) Aspek legal dalam keperawatan

d) Isu legal dalam keperawatan

e) Regulasi keperawatan di Indonesia

1.6 Metode Penulisan

Penulisan makalah ini dilakukan dengan cara mengumpulkan LTM dari masing-msing

anggota kelompok lalu menganalasisnya dengan tepat. LTM disusun melalui studi

pustaka dari buku-buku ilmu pengetahuan mengenai Standar Profesionalisme Praktik

Keperawartan.

1.7 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 4 bab dengan sistematika sebagai berikut (1) BAB I merupakan

pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan; (2) BAB II merupakan tinjuan pustaka; (3)

BAB III merupakan pembahasan kasus; (4) BAB IV merupakan penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran.

Page 3: makalah pemicu

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan sebagi Profesi

Keperawatan telah mengalami beberapa pergeseran di beberapa aspek (Kusnanto,

2003). Misalnya persepsi keperawatan sebagai pekerjaan bersifat vokasional secara bertahap

sudah diterima sebagai suatu profesi (professional). Keperawatan pun yang dahulunya belum

jelas ruang lingkup dan batasannya sekarang mulai berkembang. Para pencetus teori

keperawatan seperti Florance Nightingale, Imogene King, Virginia Henderson dan

sebagainya juga memberikan pengertian keperawatan di dalam teorinya. Pada lokakarya

Nasional tentang keperawatan yang dilaksanakan di Jakarta pada Januari 1983 disepakati

pengertian keperawatan sebagai berikut:

“Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada

individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh

proses kehidupan manusia.” (Kusnanto, 2003)

Berdasarakan Surat Keputusan Menteri Negara Perdagangan Aparatur Negara Nomor

94/MENPAN/1986, tanggal 4 November 1986, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

tenaga perawatan adalah pegawai negeri sipil yang berijazah perawatan yang diberi tugas

secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat pada unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan unit pelayanan

kesehatn lainnya), (dikutip dari Priharjo, 1995).

Keperawatan merupakan profesi yang dilandasi oleh profesionalitas. Ellis dan Hartley

menjelaskan ciri-ciri pekerja profesional yang diambil dari Public Law 93-360 sebagai

berikut.

1. Setiap pekerja yang bekerja (a) mengutamakan intelektual dan memiliki ciri khas

yang bervariasi sehingga tidak bekerja berdasarkan rutinitas fisik, mekanik, pedoman,

dan mental; (b) melakukan latihan pembuatan keputusan dan kebijakan tindakan

secara teratur; (c) mempunyai ciri dimana produksi atau hasil kerja yang tidak dapat

distandarisasi dalam hubungannya dengan waktu yang diberikan; (d) memerlukan

pengetahuan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang maju atau pendidikan yang

Page 4: makalah pemicu

4

diperoleh yang diperoleh dari suatu pendidikan jangka panjang dengan instruksional

intelektual khusus dan pendidikan di institusi pendidikan tinggi atau runah sakit.

2. Setiap pekerja yang telah menyelesaikan pendidikan dengan instruksi intelektual

khusus dan pendidikan seperti yang disebutkan dalam pernyataan “(d)” dan “(b)”

yang menjalankan pekerjaan di bawah supervisi pekerja profesional seperti yang telah

dijelaskan pada poin pertama. (Ellis dan Hartley, 1980 dalam Priharjo 1995)

Keperawatan juga merupakan profesi unik dalam membantu memenuhi kebutuhan

dan kemandirian klien (Henderson dalam Potter&Perry, 2009). Profesi unik berarti memiliki

perbedaan dengan profesi-profesi lainnya sehingga menjadi karakter atau ciri khas tersendiri.

Profesi keperawatan memilki ciri khas yang menjadi fokus utama dari seluruh proses

keperawatan. Ciri tersebut adalah caring dan profesionalisme sebagai inti dari pemberian

asuhan keperawatan.

Praktik keperawatan profesional mengandung arti praktik yang dilakukan perawat

profesional, yaitu perawat lulusan program baccalaureate keperawatan (rata-rata empat tahun

pendidikan di universitas) atau lulusan pendidikan keperawatan lebih tinggi. walaupun

perawat profesional mungkin mengerjakan berbagai tugas keterampian teknik, namun

kemampuan dan potensinya mencerminkan ruang kingkup pengetahuan yang berdasarkan

kurikulum S1 keperawatan (Kohne, dkk., 1974 dalam Priharjo, 1995).

Keparawatan sebagai suatu profesi juga memiliki organisasi profesi. Organisasi

profesi ini memiliki kontribusi dalam konsep tentang profil profesi, rincian kompetensi,

standar kompetensi, serta mekanisme untuk memperoleh kompetensi tersebut, baik melalui

pendidikan formal maupun pengalaman praktik, evaluasi, dan sertifikasinya (Nursalam,

2008). Konsep ini kemudian dituangkan dalam undang-undang yang nantinya akan mengatur

profesi tersebut. Rumusan kompetensi tidak hanya menyangkut profil keperawatan dan

kompetensinya, tetapi juga norma dan kode etik profesi tersebut.

Organisasi profesi memilki empat peran, yaitu: (Ali, 2002)

1. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap mutu pendidikan keperawatan

2. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan kperawatan

3. Pembina serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

4. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap kehidupan profesi

Page 5: makalah pemicu

5

Organisasi keperawatan juga berperan dalam menghadapi isu-isu yang mengacu pada

praktik keperawatan professional. Dalam pelaksanaan peran organisasi profesi, organisasi

profesi memilki fungsi yaitu sebagai berikut: ( Ali, 2002)

1. Bidang pendidikan keperawatan

a. Menetapkan standar pendidikan keperawatan.

b. Mengembangkan pendidikan keperawatan berjenjang berlanjut.

2. Bidang pelayanan keperawatan

a. Menetapkan standar profesi keperawatan.

b. Memberikan izin praktik.

c. Memberikan registrasai tenaga keperawatan.

d. Menyusun dan memberlakukan kode etik keperawatan.

3. Bidang IPTEK

a. Merencanakan, melaksanankan, dan mengawasi riset keperawatan.

b. Merencanakan, melaksanankan, dan mengawasi perkembangan IPTEK dalam

keperawatan.

4. Bidang kehidupan profesi

a. Membina serta mengawasi organisasi profesi.

b. Membina kerja sama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain, dan antar

anggota.

c. Membina kerja sama dengan organisasi profesi sejenis dengan negara lain.

d. Membina, mengupayakan, dan mengawasi kesejahteraan anggota.

B. Peran Perawat

Perawat profesional menjalankan fungsi dalam kaitannya dalam berbagai peran

pemberi perawatan, pembuat keputusan klinis, pelindung dan advokat bagi klien, manajer

kasus, rehabilitator, pembuat kenyamanan, komunikator, dan pendidik. Berikut akan

Page 6: makalah pemicu

6

dijelaskan dan dijabarkan lebih lanjut mengenai peran perawat profesional : (Potter & Perry,

2005)

1. Pemberi perawatan, sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu

klien mendapatkan kembali status kesehatan yang diinginkannya melalui proses

penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien

secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan

sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam

menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan

waktu yang minimal

2. Pembuat keputusan klinis, sebelum melakukan tindakan keperawatan, baik dalam

pengkajian kondisi klien, pemberi perawatan dan mengevaluasi hasil, perawat

menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan yang terbaik bagi

setiap kliennya. Perawat dapat membuat keputusan ini sendiri ataupun

berkolaborasi dengan klien dan keluarganya. Dalam setiap situasi ini pula,

perawat bekerjasama dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan

profesional lainnya ( Keeling dan Ramos 1995, dalam Potter Perry 2005)

3. Pelindung dan advokat klien, sebagai pelindung, perawat membantu

mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan

untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi dari kemungkinan efek

yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik/pengobatan. Sedangkan

sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara

hukum, serta membantu klien dalam menyatakan haknya bila dibutuhkan. Perawat

juga melindungi hak klien melalui cara dengan menolak tindakan yang dapat

membahayakan klien.

4. Manajer Kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lain,

misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang

memberikan perawatan pada klien. Selain itu perawat juga mengatur waktu kerja

dan sumber yang tersedia di tempat kerjanya.

5. Rehabilitator, rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali pada tingkat

fungsi yang maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan

ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitatif seperti mengajar klien

berjalan dengan menggunakan kruk sampai membantu klien mangatasi perubahan

gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis.

Page 7: makalah pemicu

7

6. Pemberi kenyamanan, perawat dapat memberikan kenyamaanan dengan

mendemonstrasikan perawatan pada klien sebagai individu yang memiliki

perasaan dan kebutuhan yang unik. Sebagai pemberi kenyamanan, perawat

sebaiknya membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan

memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya

7. Komunikator, keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga,

antar sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan

komunitas. Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam

memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas.

8. Penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang

kesehtan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai

apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan, dan mengevaluasi kemajuan

dalam pembelajaran.

9. Peran karier, berkarier merupakan kebalikan dari semuanya, dimana perawat

ditempatkan di posisi jabatan tertentu. Kesempatan bekerja bagi perawat

meningkat, perkembangan perawat sebagai profesi dan meningkatnya perhatian

pada kehlian dalam pekerjaan, maka profesi perawat menawarkan peran tambahan

dan kesempatan berkarier yang lebih luas

10. Perawat pendidik, bekerja terutama di sekolah keperawatan, departemen

pengembangan staf dari suatu lembaga perawatan kesehatan, dan departemen

pendidikan klien. Fokus utama dari perawat pendidik dalam departemen

pendidikan klien adalah mengajarkan klien yang sakit atau tidak mampu dan

keluarganya untuk melakukan perawatan mandiri di rumah.

Menurut Kusnanto (2004), terdapat tiga fungsi perawat, yaitu fungsi independen,

dependen, dan fungsi interdependen. Fungsi keperawatan mandiri (independen) yaitu

aktivitas keperawatan yang dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri dengan dasar

pengetahuan dan keterampilannya (contoh: perawat mempersiapkan perawatan khusus pada

mulut klien setelah mengkaji keadaan mulutnya). Sedangkan fungsi keperawatan

ketergantungan (dependen) yaitu aktivitas keperawatan yang dilaksanakan atas intruksi

dokter atau di bawah pengawasan dokter dalam melaksanakan tindakan rutin yang spesifik

(contoh: member injeksi antibiotic). Ketiga yaitu fungsi keperawatan koliboratif

(interdependen), yaitu aktivitas yang dilaksanakan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim

Page 8: makalah pemicu

8

kesehatan lain (contoh: perawat dan ahli terapi pernapasan bersama-sama membuat jadwal

latihan pada klien).

C. Etika dan Praktik Keperawatan

Profesi keperawatan memiliki etika dan kode etik yang mengatur berjalannya profesi

tersebut. Etika dapat didefinisikan sebagai penentu tindakan yang baik, sedangkan kode etik

merupakan prinsip petunjuk yang disetujui oleh semua anggota suatu profesi (Potter&Perry,

2009). Adanya etika dan kode etik tersebut membatasi ruang lingkup profesi keperawatan

serta memisahkannya dari profesi medis lainnya.

Etika keperawatan memiliki istilah-istilah tertentu yang perlu diketahui oleh perawat.

Istilah-istilah tersebut yang pertama yaitu komitmen terhadap klien dalam pengambilan

keputusan terkait seluruh aspek pelayanan yang akan diberikan. Istilah kedua yaitu kebaikan

yang merupakan tindakan positif untuk membantu orang lain berupa dorongan atau

dukungan. Ketiga yaitu tidak memcederai atau melakukan tindakan yang dapat

membahayakan klien. Selanjutnya yautu keadilan, maksudnya adalah kejujuran dan sikap adil

dalam pemberian asuhan keperawatan dengan memandang semua klien secara sama. Yang

terakhir yaitu kesetiaan, yaitu persetujuan untuk menepati janji.

Kode etik keperawatan juga memiliki istilah-istilah tertentu yang harus dipahami oleh

perawat, yaitu:

1. Advokasi: dukungan yang diberikan perawat terhadap kesehatan, keamanan dan hak

klien.

2. Tanggung jawab: keinginan untuk melaksanakan kewajiban dan memenuhi janji.

Perawat bertanggung jawab terhadap seluruh tindakan yang dia lakukan pada

kliennya.

3. Akuntabilitas: tanggung gugat terhadap hasil dari tindakan yang diberikan. Perawat

harus mampu menjelaskan alasan atas tindakan yang dia lakukan.

4. Kerahasiaan: perawat tidak diperkenankan menyalin data atau membagi informasi

tanpa seizin klien.

Fungsi Kode Etik Perawat Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai

landasan bagi status professional. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa

perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang

Page 9: makalah pemicu

9

diberikan kepada perawat oleh masyarakat. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk

berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek

etikal. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi

yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga

profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai

seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan. Kode

etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

Kode etik keperawatan Indonesia memiliki tanggung jawab yang kuat. Pertama, kode etik

tersebut berisi tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Kedua,

perawat memiliki tanggung jawab terhadapa tugas yang diembannya. Ketiga, tanggung jawab

terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya. Perawat senantiasa memelihara

hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam

memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh. Keempat, perawat memiliki tanggung jawab terhadap profesi

keperawatan. Yang terakhir, perawat memiliki tanggungjawab terhadap pemerintah, bangsa

dan negara.

Prinsip etis memberikan dasar untuk pemahaman umum mengenai bagaimana

individu dapat menetapkan sesuatu sebagai “baik” dalam situasi rumit. Teori moral yang

mencakup pengetahuan memberikan rangka kerja bagi seseorang dalam menetapkan dan

membedakan tindakan yangh baik dan tepat. Konsep moral dalam praktik keperawatan (Fry,

1991 dalam Suhaemi, 2004) yaitu:

1. Advokasi yang merupakan dukungan aktif terhadap setiap yang memiliki penyebab

atau dampak penting

2. Responsibilitas (tanggung jawab) dan akuntabilitas (tanggung gugat)

3. Loyalitas merupakan suatu konsep yang meliputi simpati peduli dan hubungan

timbale balik dengan pihak yang berhubungan dengan perawat secara professional.

Teori moral mencangkup bentuk pengetahuan yang kompleks dan luas yang melebihi

cakupan pendahuluan ini pada etik perawatan kesehatan. Ada dua teori moral yang

memainkan peran penting proses pertimbangan (Potter & Perry, 2005). Teori pertama atau

deontologi berfokus pada tindakan atau kewajiban yang harus dilakukan daripada hasil atau

konsekuensi dari tindakan itu sendiri. Teori kedua ialah teori teleologis yang

mempertimbangkan konsekuensi suatu tindakan.

Page 10: makalah pemicu

10

Seorang perawata juga menghadapi masalah-masalah moral. Masalah moral yang

biasa dihadapi perawat yaitu: (1) ketidakpuasan moral; saat berhadapan dengan masalah

moral tertentu, perawat berpura-pura bahwa situasai yang dihadapinya bisa ditangani dengan

“seorang aparat yang dinamakan perawat”, (2) kebutaan moral; seorang perawat tidak

memperhatikan aspek moralitas dalam menangani kliennya (Johnstone, 1989).

Masalah moral seperti masalah klinis dapat ditangani dengan cara pengambilan

keputusan yang sitematis. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menunjukkan

maksud baik, mengidentifikasi semua orang penting, mengidentifikasi prinsip etis yang

[enting, mengusulkan tindakan alternative dan melakukan tindakan yang tepat dan benar

(Potter Perry, 2005).

D. Implikasi Legal dalam Praktik Keperawatan

Batasan legal seharusnya dipahami oleh perawat profesional Karena hal itu akan

mempengaruhi praktik sehari-hari mereka. Batasan-batasan legal tersebut terdapat dalam

hukum. Sumber sumber hukum yang utama antara lain: UUD, Undang-undang, badan

administrative dan putusan pengadilan (Priharjo, 1995).

UUD adalah hukum tertinggi dari suatu Negara. UUD tersebut meningkatkan

organisasi yang umum dari pemerintahan federal, memberi kekuatan pasti kepada

pemerintah, dan menempati kekurangan pada apa yang pemerintah federal Negara mungkin

lakukan. UUD menciptakan peraturan legal dan bertanggung jawab dan merupakan dasar

untuk keadilan.

Undang-undang adalah hukum yang ditetapkan oleh banyak badan legislative.

Peraturan keperawatan adalah fungsi dari hukum Negara. Contoh dari undang-undang adalah

undang-undang praktik keperawatan di Negara masing-masing. Misalnya praktik

keperawatan mendefinisikan tanggung jawab perawat untuk administrasi dan pemberian

resep medikasi.

Hukum administrative sangat mempengaruhi praktik keperawatan. State Board of

Nursing merupakan pengatur legal tentang profesi keperawatan. Badan hukum administrasi

seperti State Board of Nursing, memiliki kekuatan melalui delegasi otoritas dari badan

pembuat undang-undang. Hukum ini mengakui bahwa praktik keperawatan adalah rumit dan

lebih dimengerti oleh profesional di lapangan. Dengan demikian badan pembuat undang-

undang mengesahkan State Board of Nursing untuk membangun norma dan peraturan yang

mendefinisikan dan menjelaskan undang-undang praktik keperawatan.

Page 11: makalah pemicu

11

Hukum adat adalah hukum yang terjadi dari putusan pengadilan. Hukum adat

beradaptasi dan bertambah secara terus menerus. Pada keputusan perdebatan yang spesifik,

umumnya pengadilan taat pada doktrin dari putusan “bertahan dari suatu keputusan” yang

biasa disebut presenden. Dengan kata lain, untuk mendatangkan peraturan pada kasus yang

sama dan dasar penggunakan pada sebelumnya, di kasus yang sama pula.

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan memiliki tanggung jawab dan

tanggung gugat. Tanggung jawab lebih mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan

dengan peran tertentu perawat (ANA, 1985 dalam Potter & Perry, 2005) Sedangkan

Tanggung gugat ialah kemampuan untuk memberikan alasan atas tindakannya. Seorang

perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat. Untuk

dapat melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurut kode etik keperawatan

profesional. Tanggung gugat dapat berfungsi untuk menigkatkan evaluasi efektivitas perawat

dalam praktiknya (Pottr & Perry, 2005).

Seorang perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi kesehatan,

atasan dan masyarakat. Tanggung gugat profersional memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada.

2. Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan.

3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada

pihak profesional perawatan kesehatan.

4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.

Aspek legal dalam keperawatan ada dua, yaitu larangan dan sanksi. Larangan dalam

keperawatan antara lain perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam

standar profesi. Bagi perawat yang memberikan pertolongan izin dan melakukan perbuatan

yang bertentangan dengan profesi dan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas di

daerah terpencil, larangan ini dapat dikecualikan. Sedangkan sanksi dalam keperawatan

antara lain; (1) pelanggaran ringan, sanksi pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan

penetapan, (2) pelanggaran sedang, sanksi pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan

penetapan, (3) pelanggaran berat, sanksi pencabutan izn selama-lamanya 1 tahun pelanggaran

didasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.

Page 12: makalah pemicu

12

Isu legal dalam keperawatan merupakan praktik keperawatan yang menunjukan

perubahan gaya hidup manusia. Hal yang diangkat dalam isu legal keperawatan antara lain

(Nurhayati, 2011):

1. Kelalaian, perawat dinyatakan bersalah karena kelalaian apabila mencederai klien

dengan cara tidak melakukan pekerjaannya dengan benar.

2. Pencurian, apabila mengambil sesuatu yang bukan miliknya, maka perawat akan

dinyatakan melakukan pencurian.

3. Fitnah, berupa pernyataan palsu perawat tentang klien baik secara verbal maupun

nonverbal.

4. False Imprisonment, menahan tindakanseseorang tanpa otoritasi yang tepat

merupakan pelanggaran hukum. Menggunakan restrain fisik atau bahkan

melakukannya agar klien bekerja sama termasuk false imprisonment.

5. Penyerangan dan pemukulan. Penyerangan yaitu sengaja untuk menyentuh tubuh

seseorang dengan tindakan kekerasan atau bahkan mengancan akan melakukannya.

6. Pelanggaran privasi, seperti membongkar rahasia klien.

7. Penganiayaan, menganiaya klien merupakan bentuk pelanggaran prinsip etik.

Regulasi keperawatan (regristrasi & praktik keperawatan) merupakan kebijakan atau

ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan

terkait dengan kewajiban dan hak. Diperlukan suatu ketetapan hokum yang mengatur praktik

keperawatan dalam rangka menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerima pelayanan

asuhan keperawatan dan perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan (Priharjo,

1995). Untuk itu diperlukan UU Praktik Keperawatan yang mengatur keberfungsian Konsil

Keperawatan sebagai badan regulator untuk melindungi masyarakat. Fungsi Konsil

Keperawatan sebagai badan independen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden,

yakni mengatur sisten registrasi, lisensi, dan sertifikasi bagi praktik keperawatan.

Pengaturan praktik perawat dilakukan melalui Kepmenkes no. 1239/no. 647 tahun

2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat yang berisi bahwa setiap perawat yang

melakukan praktik di unit pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta diharuskan

memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP merupakan bukti tertulis pemberian kewenangan untuk

menjalankan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia (Priharjo, 1995). Dengan adanya UU

Praktik Keperawatan maka akan terdapat jaminan terhadap mutu dan standar praktik di

samping sebagai pelindung hukum bagi pemberi dan penerima asuhan keperawatan.

Page 13: makalah pemicu

13

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Kasus yang terdapat dalam pemicu yaitu perawat M yang merupakan lulusan SPK,

telah bekerja si RS X selama 5 tahun. Semenjak lulus, dia membuka praktik klinik di

rumahnya, melakukan kunjungan rumah (home care), memberikan pengobatan kepada

masyarakat seperti menolong partus, menjahit luka, memberikan infus dan terkadang

memberikan resep obat. Penghasilannya satu bulan hampir mencapai lima juta rupiah.

Perawat M juga mempekerjakan seorang lulusan SMA yang telah dilatihnya.

Kasus perawat M tersebut merupakan kasus yang sering terjadi dalam masyarakat,

terutama masyarakat yang berada di daerah pedesaan atau kabupaten. Ditinjau dari sudut

pandang keperawatan sebagai profesi, dapat disimpulkan bahwa perawat M telah melakukan

beberapa praktik yang berada di luar wewenangnya sebagai seorang perawat. Profesi

keperawatan tidak memberikan kewenangan pada seorang perawat untuk memberikan resep

obat dan mempekerjakan seseorang yang tidak memiliki pengetahuan memadai di bidang

tersebut. Perawat M mungkin melakukan hal tersebut karena dilatarbelakngi oleh faktor

ekonomi dimana dia mampu memiliki penghasilan hampir lima juta rupiah per bulannya.

Ada banyak hal yang harus ditinjau sebelum menetapkan keputusan benar atau salah

perilaku perawat M. Pertama, kasus menyebutkan bahwa perawat merupakan lulusan SPK

sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Sedangkan standar pendidikan minimum perawat

sudah diperbolehkan membuka praktik mandiri yaitu DIII sesuai dengan KEPMENKES

Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010. Ditambah lagi dengan asistenya merupakan lulusan

SMA yang sama sekali tidak memiliki kompetensi dalam bidang keperawatan. Sesuai

KEPMENKES diatas, perlu ditinjau pula ada tidaknya dokter. Selanjutnya, perlu ditinjau

jenis resep obat yang diberikan perawat tersebut merupakan obat bebas dan/atau bebas

terbatas. Yang paling utama adalah perlu ditinjau kepemilikan dan masa berlaku SIPP

perawat M tersebut.

Ada beberapa keputusan yang dapat diberikan kepada perawat M setelah meninjau

beberapa hal di atas. Pertama, kesalahan dalam menentukan asisten, yaitu dari lulusan SMA.

Ini merupakan pelanggaran yang nyata. Kedua, jika di daerah tempat tinggalnya (minimal

lingkup kelurahan) memang benar tidak ada dokter, perawat M diperbolehkan melakukan

tindakan medis. Hal ini pun harus dilihat jauh dekatnya daerah tersebut dengan rumah sakit.

Page 14: makalah pemicu

14

Jika dalam keadaan darurat, pasien sudah tidak mungkin lagi dirujuk, maka boleh dilakukan

tindakan medis oleh perawat M. Tetapi, jika masih mungkin dirujuk ke rumah sakit, perawat

tidak boleh melakukannya. Ketiga, jika obat tersebut merupakan memang benar jenis obat

bebas dan/atau bebas terbatas, perawat diperbolehkan mealkukannya. Hal ini sesuai dengan

pasal 1 dan 8 dalam KEPMENKES Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 (Dinkes RI,

2010). Terakhir, jika perawat M memiliki SIPP dari Dinkes dan masih berlaku, berarti dia

memang sudah diberi wewenang untuk menolong masyarakat di daerah tersebut yang

notabennya memiliki keterbatasan tenaga kesehatan. Tetapi, jika tidak, perawat M telah

melanggar kode etik,

Tindakan-tindakan yang salah yang telah dilakukan perawat M dan perawat-perawat

lainnya sebenarnya dapat dihindari. Ada banyak hal yang dapat menjamin seorang perawat

bekerja sesuai dengan porsi dan kewenangannya. Pertama, perawat harus memahami standar

profesionalisme dalam melaksanakan kewajibannya. Kedua, pemerintah perlu memberikan

perlindungan terhadap profesi keperawatan dengan mengesahkan UU keperawatan sehingga

batasan-batasan profesi keperawatan menjadi jelas. Ketiga, pemerintah harus meningkatkan

kesejahteraan perawat sehingga perawat dapat bekerja sesuai porsinya dan lebih bertanggung

jawab terhadap profesinya. Keempat, Memenuhi hak perawat untuk bisa bekerja di tempat

yang baik. Terakhir adalah meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan Indonesia secara

merata.

Seorang perawat seharusnya mampu menerapkan dan mematuhi hukum, etika serta

kode etik keperawatan. Perawat dituntut untuk mampu bersikap disiplin dan bertanggung

jawab. Kedisiplinan serta tanggung jawab perawat sangat menentukan kualitas asuhan

keperawatan yang diberikan kepada kliennya. Oleh karena itu, perawat-perawat yang akan

ditugaskan ke lapangan atau ke rumah sakit harus benar-benar terlatih dan berjiwa altruisme

( Santrock dalam Potter&Perry, 2009) sehingga mampu melkasanakan tugasnya dengan baik

dan meminimalisir terjadinya kesalahan atau kecelakaan kerja.

Page 15: makalah pemicu

15

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keperawatan merupakan bagian pelayanan profesional dari pelayanan kesehatan.

Keperawatan sebagai suatu profesi tentunya memiliki organisasi profesi yang memiliki

berbagai macam peran dan fungsi. Salah satunya adalah sebagai penetap standar profesi

keperawatan, memberikan ijin praktik, memberikan registrasi tenaga keperawatan,

menyusun dan memberlakukan kode etik keperawatan.

Sebagai tenaga kesehatan profesional, perawat memiliki peranan yang berfokus

pada peningkatan dan menjaga kestabilan status kesehatan klien. Peran utama seorang

perawat ialah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peniliti. Selain fungsi

independen, perawat juga memiliki fungsi dependen sebagai anggota tim kesehatan.

Keperawatan sangat memerlukan kode etik keperawatan guna mengatur agar

tidak terjadi kesalahan dan kerugian yang menyebabkan status kesehatan klien menurun.

Kode etik keperawatan merupakan asas atau moral tertulis yang harus dijadikan pedoman

atau prinsip bagi setiap perawat dalam berinteraksi dengan klien agar perilaku perawat

tetap berada pada koridor kebenaran. Kode etik keperawatan dibuat berdasarkan teori

moral yang ada yaitu teori deontologi dan teleologis.

Aspek legal dalam keperawatan sering tidak dihiraukan oleh banyak perawat. Hal

tersebut didasarkan pada faktor ekonomi. Kebutuhan ekonomi perawat membuat sebagian

besar perawat tidak memperhatiakan atau bahkan tidak peduli terhadap aspek legal.

Bahkan ada beberapa perawat yang berpikiran akan mendapatkan pendapatan yang lebih

besar dan menunjang kesejahteraan mereka ketika mereka melakukan tindakan diluar dari

batasan kewenangan mereka. Dengan hal ini, kami menyimpulkan bahwa hipotesis

terbukti benar.

4.1 Saran

Page 16: makalah pemicu

16

Kode etik keperawatan merupakan pedoman penting bagi setiap perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan. Akan tetapi, berbagai faktor seperti faktor ekonomi

telah membuat sebagian besar perawat bertindak tanpa memperhatikan kode etik dan

batasan legal yang ada. Seharusnya sebagai seorang perawat lebih mengutamakan

kepentingan klien agar tercipta pelayanan yang profesional. Maka dari itu, perawat

haruslah bertindak sesuai kode etik dan batasan legal yang ada guna peningkatan

kesehatan klien dan mewujudkan pelayanan keperawatan profesional.

Page 17: makalah pemicu

17

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2002). Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarata: Widya Medika

Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Dinkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes 148 2010.

Jakarta: MENKES RI

Johnstone. (1989). Bioethic/; A nUrsing Prespective. Sidney: W. B. Saunders

Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practice. Edisi 7. New Jersey: Pearson Education Inc..

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Nurhayati. http://www.stikescharitas.com/Modul/Download/issuelegal.doc.(20 April 2011)

Nursalam. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik Ed. 2.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and

Practice Edition 7. (Terj. Devi Yulianti & Monica Ester). Jakarta: EGC.

Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009). Fundamental of Nursing. Seven Edition. (Terj. Andrina

Ferderika). Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo, R. (1995). Praktik Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum. Jakarta:

EGC.

Suahemi, Mimin E. (2004). Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC.