makalah pk pemicu 2

Upload: rubi-muzakki

Post on 06-Jul-2018

273 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    1/40

    MAKALAH PEMICU II

    MATA KULIAH PERPINDAHAN KALOR

    PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI

    Disusun oleh:

    Kelompok 10

    Akbar Pandu Wijaksono 1406607786

    Annisa Nurqomariah 1406608082

    Faracitra Akuwalifah Kusumadewi 1406607861

    Kevin Antonio 1406568091

    M. Ruby Mujakki 1406608012

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2016

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    2/40

     

    ii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... i 

    PETA KONSEP ..................................................................................................... ii 

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 

    BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5 

    2.1.Soal Contoh Kasus ..................................................................................... 5 

    2.2.Soal Perhitungan ........................................................................................ 7 

    Nomor 1 ....................................................................................................... 7

    Nomor 2 ..................................................................................................... 17 

    Nomor 3 ..................................................................................................... 22

     Nomor 4 .................................................................................................... 31 

    BAB III Kesimpulan ............................................................................................ 39 

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    3/40

     

    iii

    PETA KONSEP

    Konveksi

    KonveksiAlamiah

    Gaya yangmempengaruhi

    Buoyancy force

    Body forceBilangan tak berdimensi Gr, Pr, Re,

    Ra, NuHubungan empiris

    untuk berbagai bentuk  Plat silinderdan vertikal

    Plat silinder danhorizontal

    Permukaan miringdan bola

    Ruang tertutup

    KonveksiPaksa

    Prinsipdasar 

    Suhu

    limbak Koefisien

    gesek fluida

    Analisis dinamikafluida

    Mekanisme danhubungan empiris

    Pipa/silinder 

    Bola

    RangkunantabungHeat

    exchanger 

    Definisi dan carakerja

    Tipe-tipe HE dan peran industri

    Faktor yangmempengaruhi

    Foulingfactor 

    Pressuredrop

    Faktorlainnya

    Metode analisis

    LMTD

     NTU-efektivitas

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    4/40

     

    4

    PENDAHULUAN

    Semua unsur merupakan susunan dari molekul dan atom. Atom ini bergerak dalam

     bentuk/cara yang berbeda-beda (translasi, rotasi, dan vibrasi). Gerakan dari atom dan

    molekul akan menghasilkan energi kalor/panas. Semakin banyak/cepat gerak dari

    molekul atau atom ini, energi kalor yang dihasilkan akan semakin besar. Perpindahan

    kalor dibagi menjadi 3 bagian, yaitu perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,

    dan radiasi. Perpindahan kalor yang akan dibahas pada makalah ini adalah

     perpindahan kalor secara konveksi. Konveksi itu sendiri di definisikan sebagai

     perpindahan kalor pada suatu zat yang diseratai perpindahan partikel  –  partikel padazat tersebut. Konveksi sendiri terbagi menjadi dua yaitu konveksi secara alamiah dan

    konveksi secara paksa, konveksi secara alamiah merupakan pergerakan aliran kalor

    karena perbedaan masa jenis, contohnya yang terjadi pada ventilasi rumah, asap pada

    cerobong pabrik. Sedangkan konveksi paksa, merupakan suatu kejadian dimana aliran

     panas dipaksa dialirkan ke tempat yang dituju dengan bantuan alat tertentu contohnya

    blower atau heat exchanger. Contoh konveksi paksa ini dapat ditemukan pada alat

     pengering rambut dan sistem pendingin mesin pada mobil. Pada konveksi, banyak

    sekali variable yang terlibat dalam perhitungan, untuk mengurangi jumlah variabel

    yang terlibat dalam perhitungan dapat digunakan bilangan tak berdimensi, yaiitu

     bilangan nuselt, reynolds, dan prandtl.

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    5/40

     

    5

    Contoh Kasus

    Suatu produk yang berharga terjual dengan larisnya secepat produk tersebut dapat

    dibuat di pabrik kimi. Pihak manajemen ingin meningkatkan produksi tapi tidak

    mampu melakukannya. Analisis setiap tahap produksi menunjukkan bahwa yang

    menjadi bottleneck adalah unit refrigasi. Unit ini adalah unit heat exhanger   yang

    sederhana, tempat aliran cairan panas didinginkan dengan melewatkannya melalui

    sebuah pipa yang kontak dengan aliran cair dingin. Panas berpindah dari aliran panas

    ke aliran dingin.Sayangnya unit refrigasi ini tidak mendinginkan aliran cairan panas

    sampia ke suhu yang diinginkan agar dapat diproses pada tahap selanjutnya. Intruksi

    yang diberikan untuk menyelesaikan masalah ini: “Rancang dan pasang unit

    refrigasi yang lebih besar”. Karena instruksi ini maka rancangan unit refrigasi yang

    lebih besar segera dilakukan. Setelah anda lihat lagi sistem tersebut anda menemukan

    informasi bahwa ukuran maksimum unit refrigerasi adalah ukuran unuit yang ada

    sekarang. Apakah membangun unit refrigerasi yang lebih besar akan menyelesaikan

    masalah?

    Jawab :

    Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya,

    heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan

     bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium

     pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa

    sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar

     perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.Pertukaran panas

    terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang

    memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas

    sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun

     petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh

    sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin

    memindahkan panas mesin ke udara. Penukar panas merupakan alat yang dapat

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    6/40

     

    6

    memindahkan panas dari satu sistemke sistem yang lain tanpa terjadi perpindahan

    massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya. Adapun tujuan perpindahan panas

    antara lain:

    a. 

    Memanaskan :

      Menaikkan suhu

      Merubah fase ( Menguapkan, melarutkan, melelehkan)

     

    Mempertahan suhu proses (memberi panas proses yang membutuhkan-

    endhoterm)

     b.  Mendinginkan :

      Menurunkan suhu

     

    Merubah fase ( Mengembunkan, membekukan,dsb)

      Mempertahan suhu proses (mengambil panas proses yang menghasilkan panas

     –  eksotherm)

    Alat penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan panas dari

    suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih

    rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak

    langsung, dimana:

    a. 

    Alat penukar panas kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan

     bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah)

    dalam suatu bejana atau ruangan. Misalnya ejector, daerator dan lain-lain.

     b.  Alat penukar panas kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak

     berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses

     perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau

     peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor, ekonomiser air preheater dan

    lain-lain.

    Apakah membangun unit refrigerasi yang lebih besar akan menyelesaikan

    masalah?

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    7/40

     

    7

    Tidak, unit refrigerasi yang dibuat sekarang sudah sangat optimal. Pembuatan unit

    refrigerasi bergantung pada performansi heat exchanger (HE) yang dapat ditinjau dari

     beberapa parameter yaitu koefisien perpindahan panas keseluruhan (U), luasan area

    (A), dan pressure drop. Semakin tinggi luasan area dan pressure drop, akan membuat

     performansi HE dikatain baik. Dengan membuat fluida masuk melalui HE pada

    kecepatan yang tinggi akan membuat koefisian perpindahan kalor keseluruhan makin

    meningkat. Peningkatan koefisien karena kecepatan ini akan meningkatkan  pressure

    drop  dimana akan meningkatkan biaya pemompaan. Jika luas permukaan

    ditingkatkan, maka  pressure drop  dan koefisien perpindahan kalor akan berkurang

    sehingga pemompaan tidak memperbesar biaya. Dapat disimpulkan bahwa

     peningkatan besar HE akan mempengaruhi performansi dari HE tersebut. Pada kasus

    ini industri yang dimaksud diharapkan dapat meningkatkan performa HE tanpa harus

    memikirkan biaya yang ditambahkan walaupun HE tidak dapat diperbesar lagi, hal

    yang harus diperhatikan agar dapat meningkatkan performansi HE adalah sebagai

     berikut:

    a.  Peningkatan pressure drop, dimana akan meningkatkan kecepatan fluida yang

     berkaitan dengan peningkatan koefisien perpindahan kalor keseluruhan

     b.  Mengevaluasi faktor pengotor yang terdapat pada HE. Faktor pengotor dapat

    dikurangi dengan melakukan pemberishan secara rutin pada HE. Dengan

    faktor pengotor yang rendah, akan memiliki performasin HE yang tinggi

    c.  Mempertimbangkan menggunakan HE  finned tubes, inserts, twisted tubes,

    atau baffle  termodifikasi. Bentuk HE yang disebut di atas memiliki nilai

    koefisien perpindahan kalor yang lebih tinggi dikarenakan geometrinya.

    PERHITUNGAN

    NOMOR 1

    Minuman kaleng berukuran panjang 155 mm, diameter 60 mm, dengan suhu 27°C

    akan didinginkan dengan meletakkannya dalam lemari pendingin pada suhu 4°C.

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    8/40

     

    8

    Untuk memaksimalkan laju pendinginan, apakah sebaiknya kaleng minuman tersebut

    diletakkan secara horizontal atau vertikal di dalam lemari pendingin?

    Teori Dasar

    Konveksi merupakan suatu mekanisme perpindahan panas antara permukaan

     benda padat dan fluida (cairan atau gas) yang bergerak. Dengan kondisi ada medium,

    medium ikut berpindah, dan driving force berupa perbedaan suhu.

    Bila ada fluida yang bergerak terhadap suatu permukaan, dan kedua suhunya

    tidak sama, maka akan terjadi mekanisme perpindahan panas secara konveksi.

    Semakin cepat gerakan fluida tersebut, maka semakin besar laju perpindahan panas

    konveksinya. Bila fluida tidak bergerak, maka mekanisme perpindahan panas akan

    menjadi mekanisme perpindahan konduksi kembali.

    Gambar 1. Perpindahan kalor dari permukaan panas ke udara dengan

    konveksi

    https://nurulimantmunib.files.wordpress.com/2011/09/convection-heat-transfer.jpg

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    9/40

     

    9

    (a) (b)

    Gambar 2(a). Pendinginan telur panas pada lingkungan dingin dengan

    konveksi alamiah; (b) Penghangatan cola dingin pada lingkungan hangat

    dengan konveksi alamiah.

    Karena konveksi terjadi akibat adanya gerakan fluida, maka dikenal istilah

    konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi alami (konveksi bebas) terjadi karena

    fluida bergerak secara alamiah dimana pergerakan fluida tersebut lebih disebabkan

    oleh perbedaan massa jenis fluida akibat adanya variasi suhu pada fluida tersebut.

    Logikanya, jika suhu fluida tinggi, maka fluida tersebut akan menjadi lebih ringan

    dan mulai bergerak keatas.

    Disebut juga konveksi alamiah (natural convection), terjadi karena fluida

    mengalir secara alamiah/tidak dipompa/tidak dihembus. Fluida dapat mengalir

    secara alamiah karena adanya perubahan sifat fisis (terutama rapat massanya) dan

     pengaruh dari gaya apung (bouyancy force).

     Buoyancy force adalah gaya yang menyebabkan terdorongnya fluida dengan

    densitas lebih rendah sehingga mengalami gerak vertikal ke atas. Gaya –  gaya apung(buoyancy forces) yang menyebabkan terjadinya konveksi alamiah disebut sebagai

    body force (gaya badan).

    Dalam perpindahan kalor konveksi alami, fluida yang mengalami kontak

    dengan benda yang memiliki suhu lebih tinggi akan mengalami peningkatan

    temperatur. Peningkatan temperatur akan mengakibatkan ekspansi fluida yang

     berdampak pada penurunan densitas fluida, sehingga akan tampak gradien densitas

    antara fluida dengan temperatur yang berbeda. Fluida yang lebih panas dan lebih

    ringan (karena densitasnya yang lebih rendah) akan mengalami gerak vertikal ke atas

    dan digantikan dengan fluida yang lebih berat dengan densitas lebih tinggi

    (umumnya berada dalam kondisi ambien). Peran kedua gaya di atas tampak dalam

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    10/40

     

    10

     proses pergerakan fluida tersebut (di mana kedua gaya merupakan faktor yang

    menyebabkan terjadinya pergerakan vertikal fluida).

    Batasan agar proses perpindahan kalor dikatakan konveksi alami, antara lain:

    Fluida berubah densitasnya karena proses pemanasan.

    o  Fluida bergerak naik karena mengalami gaya apung (bouyancy force) apabila densitas

    fluida di dekat permukaan perpindahan kalor berkurang akibat proses pemanasan.

    o  Fluida hanya mengalami sesuatu gaya dari luar seperti gravitasi

    Sementara konveksi paksa terjadi karena bergeraknya fluida bukan karena

    faktor alamiah. Fluida bergerak karena adanya alat yang digunakan untuk

    menggerakkan fluida tersebut, seperti kipas, pompa, blower  dan sebagainya.

    Laju perpindahan panas konveksi dirumuskan melalui hukum pendinginan Newton

    ( Newton’s Law of Cooling ) yang dinyatakan dengan: =  .  . ( −  ∞) dimana h  adalah koefisien konveksi, A luas permukaan konveksi, T w adalah suhu

     permukaan sementara T ∞  adalah suhu fluida. Satuan untuk koefisien

    konveksi h  adalah W/(m2.K).

    Koefisien konveksi bukan merupakan properti dari suatu fluida. h  merupakan

     parameter yang diperoleh berdasarkan experimen yang mana nilainya bergantung

    kepada semua variabel yang mempengaruhi proses konveksi seperti geometri

     permukaan, sifat aliran fluida, properti fluida dan kecepatan fluida. 

    Koefisien perpindahan panas konveksi (h ) pada konveksi alamiah juga sangat

    dipengaruhi oleh sifat fisis fluida dan bentuk geometri benda.

    Sifat fisis fluida ini dievaluasi pada suhu lapisan film (T  f ) dengan,

     = − ∞

    2

     

    Penyelesaian umum pada persamaan perpindahan panas konveksi memunculkan

    suatu parameter berupa bilangan tak berdimensi yang disebut dengan bilangan

    Grashof (Gr).

    = − ∞32  

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    11/40

     

    11

    dimana :

    -  g : percepatan gravitasi, m/s

    -   β : koefisien ekspansi volum (1/Tf ), 1/K

      = − ∞2  -  υ  : viskositas kinematik fluida, m

    2/s

    -  Tw  : suhu permukaan benda, K

    -  T∞  : suhu fluida pada jarak tak hingga dari benda, K

    -  L : panjang karakteristik, m

    Selain bilangan Grashof ( Gr), koefisien perpindahan panas pada konveksi bebas juga

    dipengaruhi oleh bilangan Prandtl.

    =          = = .   =  = viskositas kinematis = . = difusifitas termal

    Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi

    dapat didekati dengan persamaan empiris sebagai berikut:

    = = (.) = ()  dengan k: konduktivitas termal fluida; L: panjang karakteristik; dan Ra : bilanganRayleigh = Gr.Pr. Nilai C dan n tergantung pada geometri benda dan daerah aliran

    yang dikarakterisasikan dalam bilangan Rayleigh.

    Beberapa persamaan empiris untuk kasus-kasus perpindahan panas konveksi

     bebas pada berbagai geometri benda terangkum dalam table 9-1 (Cengel,2003).

    Bentuk geometri yang ditinjau meliputi:

    1. 

    Plat tegak (vertical plate)2.  Plat datar (horizontal plate)

    3.  Plat yang dimiringkan (inclined plate)

    4.  Silinder

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    12/40

     

    12

    5.  Bola

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    13/40

     

    13

    Diketahui

    L = 155 mm = 0,155 m

    D = 60 mm = 0,06 m

    T w  = 27°C

    T ∞  = 4°C

    Ditanyakan

    Perbedaan Q jika kaleng diposisikan vertikal (tegak) dengan horizontal.

    Gambar

    Asumsi

    o  Minuman kaleng berbentuk silinder.

    o  Kaleng hanya kontak dengan udara dalam lemari pendingin.

    o  Panas yang hilang hanya disebabkan oleh beda suhu antara minuman kaleng

    dengan lemari pendingin.

    o  Tidak ada gaya luar yang menyebabkan aliran udara sehingga perpindahan

     panas mengikuti mekanisme konveksi bebas.

    o  Perpindahan panas terjadi pada steady-state. 

    o  Udara di dalam lemari pendingin dianggap sebagai gas ideal.

    o  Tekanan udara 1 atm.

    4°C 

    27°C        2       7       °       C

     

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    14/40

     

    14

    Jawaban

    Sifat-sifat fisis udara ditentukan berdasarkan suhu film (T  f )

    T w = Suhu minuman kaleng = 27°C = 300,15 K

    T ∞ = Suhu lemari pendingin = 4°C = 277,15 K

      = ∞ + − ∞2

    = 277,15 + 300,15− 277,152

    = 288,65  Berikut adalah data sifat fisis udara pada suhu 15,5°C dan tekanan 1 atm

    k = 25.3456 × 10-3

    W/m.K

    ρ = 1,20866 kg/m3 

    μ = 1,8008 × 10-5 kg/m.s

    Cp = 1006,62 J/kg.K

    o  Viskositas kinematis : = = (1,8008×10−5) .1,20866 3 = 1,48991 × 10−5 2  o  Koefisien ekspansi volum : = 1  = 1288,65 = 3,464 × 10−3 1 o  Percepatan gravitasi, g = 9,8 m/s

    Bilangan Prandtl (Pr)

    = . = 1,8008 × 10−5 . 1006,62   .

    25.3456 × 10−3 .= 0,715201572 

    o  Luas permukaan silinder  = + 42 = . 0,06. 0,155+

    4(0,06)2 = 0,0482 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    15/40

     

    15

    Pada kaleng dengan posisi vertikal (silinder tegak)

    Gambar 2. Skema Kaleng Posisi Vertikal

    Panjang karakteristik = L = tinggi kaleng = 155 mm = 0,155 m.

    o  Bilangan Grashof (Gr)

    = − ∞3

    2=9,8 2 3,464 × 10−3 1 300,15− 277,15(0,155)331,48991 × 10−5 2 2

    = 13098055,29 

    o  Bilangan Rayleigh (Ra) = . = 13098055,290,715201572 = 9367749,733 o  Silinder tegak dapat disamakan dengan plat tegak jika

    ≥ 35¼ 35¼ = 350,15513098055,29¼ = 0,090177468 

    diketahui diameter silinder = 60 mm =0,06 m (> 0,09 m) , sehingga untuk

    kasus ini persamaan Nu yang digunakan sama dengan persamaan untuk plat

    tegak pada kisaran Ra 109   ̶ 10

    13  = 0,11 3 = 0,1(9367749,733)1 3 = 21,08 

    o  Koefisien perpindahan panas konveksi bebas

    = .   = . = 25.3456 × 10

    −3 . 21,080,155 = 3,447 2. 

    o  Panas hilang

    27°C 4°C

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    16/40

     

    16

    =  .  . −  ∞ = 3,447 2 . 0,0482. 300,15− 277,15  = 3,812  

    Pada kaleng dengan posisi horizontal

    Gambar 3. Skema Kaleng Posisi Horizonta;

    o  Panjang karakteristik = D = diameterkaleng = 60 mm = 0,06 m.

    o  Bilangan Grashof (Gr)

    = − ∞32=9,8 2 3,464 × 10−3 1 300,15− 277,15(0,06)33

    1,48991 × 10

    −5

    2

    2

    = 759740,8461 

    o  Bilangan Rayleigh (Ra) = . = 759740,84610,715201572 = 543367,8473 o  Persamaan Nu yang digunakan sama dengan persamaan untuk Ra ≤ 10

    12 

    = 0,6 + 0,3871 61 + 0,559/9/168/272

    = 13,47 

    Koefisien perpindahan panas konveksi bebas = .   = . = 25.3456 × 10

    −3 .13,470,155 = 5,69 2. 

    o  Panas hilang

    4°C 

           2       7       °       C

     

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    17/40

     

    17

    =  .  . −  ∞ = 5,69 2 . 0,0482. 300,15− 277,15  = 6,295  

    Kesimpulan

    o  Persentase perbedaan Q pada posisi verikal dengan horizontal 

    % = × 100 % = 60,56 % Maka posisi terbaik untuk proses pendinginan minuman kaleng dalam lemari

     pendingin adalah dengan posisi horizontal karena memiliki nilai

    =

    6,295 , sedangkan dengan osisi vertikal hanya memiliki nilai sebesar = 3,812 .NOMOR 2

    Sebuah tong besar digunakan untuk menyimpan minyak panas dengan suhu

    400°F. Di sekeli li ng tong dipasang selongsong yang didinginkan hingga suhu

    140°F. Ruang udara yang memisahkan tong dengan selongsong yang

    mengeli li nginya berukur an tinggi 35 cm dan tebal 3 cm. I lustrasikan sistem di

    atas. Perki rakan l aju konveksi bebas per-meter persegi luas permukaan.

    Tz = 35 cm

    δ = 3 cm 

    S

    Tong penyimpan minyak

    TT = 400°F

    Selongsong

    TS = 140°F

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    18/40

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    19/40

     

    19

    = 1−232  ……………………………..(1) Pada angka Grashof yang sangat rendah, terdapat sangat sedikit arus konveksi-

     bebas dan perpindahan kalor yang berlangsung terutama oleh konduksi yang melintasi lapisan

    tersebut. Pada angka Grashof yang lebih tinggi, terdapat berbagai ragam aliran

    dan perpindahan kalor pun meningkat dengan teratur, seperti dinyatakan melalui

    angka Nusselt :

    =  ……………………………….(2) Fluks panas dihitung dengan cara

      = = 1 − 2 = 1 − 2 …………..(3) Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk alternative dari konduktivitastermal efektif, yaitu

      = 1−2  ……………………………(4) Dengan mencocokkan persamaan (3) dan (4), kita dapatkan

    ≡  ……………………………..(5) di mana dalam buku Heat Transfer 10

    th  edition, bentuk umum persamaan

     dinyatakan sebagai

    =  …………………..(6) Konstanta C, n, dan m dapat ditentukan berdasarkan tabel di bawah.

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    20/40

     

    20

    Sumber: Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10 th edition. New York: McGraw-Hill.

    Asumsi:

      Tidak ada perbedaan suhu antara permukaan tabung ataupun selongsong

     

    Tabung beserta selongsong dalam memiliki tutup di atas dan di bawah,sehingga sistem tersebut tertutup dan terisolasi sempurna. Tidak ada

     perpindahan kalor dari sistem ke udara luar.

    Penyelesaian:

    Tm =TT + TS

    2=

    400 + 140

    2= 270℉ = 132,22℃ = 405,22 K 

    Suhu rata-rata didapatkan sebesar 405,22 K, maka sifat udara pada suhu tersebut

    dengan melihat Appendix A Tabel A-5, kita dapat menentukan propertinya.

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    21/40

     

    21

    Sumber: Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10 th edition. New York: McGraw-Hill.

      Untuk nilai v

    405.37− 400450− 400 = − 25.931.71− 25.9  = 26.52 × 10−6 m2 s  

      Untuk nilai k

    405.37

    −400

    450− 400=

    −0.03365

    0.03707− 0.03365 

    = 0.034 W m℃    Untuk nilai Pr

    405.37− 400450− 400 = − 0.6890.683− 0.689  = 0.688 

    = 1

    =1

    405.37 

    = 2.47 × 10−3K−1 GrδPr = gβTT − TSδ3

    v2Pr 

    GrδPr = 9,82,47 × 10−3400− 140 59 0,03326,5 × 10−62 0,688 = 92.487,77 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    22/40

     

    22

    GrδPr = 9,25 × 104 

    Dari tabel 7-3 (J.P. Holman, 2010), C = 0.197, n = ¼, dan m = -1/9, sehingga

    Nuδ = k ek 

    = 0,197GrδPr14 Lδ−19 Nuδ = 0,1979,25 × 1041/4 35

    3−1/9 = 2,61 

    Kemudian, nilai laju konveksi bebas per-meter persegi luas permukaan dapat

    dihitung dengan

    q

    A = qw = hTT − TS = Nuδk 

    δ TT − TS qA

    = 2,610,034

    0,03400− 140 5

    9 = , / 

    Jadi, nilai laju konveksi bebas per-meter persegi luas permukaan antara tong

     penyimpan minyak dengan selongsong adalah sebesar 427,27 W/m2.

    NOMOR 3

    Gas panas dialirkan dalam tabung bersirip pada alat penukar kalor aliran silang, untuk

    memanaskan 2.5 kg/detik air dari suhu 35oC menjadi 85

    oC. Gas panas tersebut (Cp =

    1,09 kJ/ kg.oC) masuk pada suhu 200

    oC dan keluar pada 93

    oC. Koefisien perpindahan

    kalor menyeluruh sebesar 180 W/m.oC. Hitunglah luas area perpindahan kalor dengan

    menggunakan pendekatan : (a) LMTD dan (b) NTU-efektivitas.

    Diketahui :

    U =180 W/m.oC

    Air Gas

    Qair = 2.5 kg/s Cp = 1,09 kJ/ kg.oC

    T1  = 35oC T1  = 200

    oC

    T2  = 85oC T2  = 93

    oC

    Ditanya:

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    23/40

     

    23

    A perpindahan kalor pada (a) LMTD dan (b) NTU-efektivitas.

    Teori Dasar

    Pendekatan Metode Log Mean Temperature Di f ference (LMTD)

    Gambar 6. Penukar kalor pipa ganda

    Perhatikan penukar-kalor pipa-ganda pada Gambar 6. Fluida pada pipa dapat

    mengalir dalam aliran-sejajar maupun aliran-lawan-arah, dan profil suhu untuk kedua

    kasus itu ditunjukkan pada Gambar 7. Rumus perpindahan kalor dalam susunan pipa-

    ganda ini adalah: = ∆………………………. (1) dimana :

    U = koefisien perpindahan-kalor menyeluruh

    A = luas permukaan perpindahan-kalor yang sesuai dengan definisi U

       = beda suhu rata-rata yang tepat untuk digunakan dalam penukar-kalor

    Gambar 2. Menunjukkan bahwa beda suhu antara fluida-panas dan fluida-

    dingin pada waktu masuk dan pada waktu keluar tidaklah sama, dan kita perlu

    menentukan nilai rata-rata untuk digunakan dalam persamaan (1). Untuk penukaran-

    kalor aliran-sejajar seperti Gambar 7, kalor yang dipindahkan melalui unsur luas dA

    dapat dituliskan sebagai: = − = ……….(2) Dimana subskrip h dan c masing-masing menandai fluida-panas dan fluida-dingin.

    Perpindahan kalor dapat juga dinyatakan dengan rumus: = − …………….......(3) 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    24/40

     

    24

    Gambar 7. Profil suhu untuk (a) aliran sejajar dan (b) aliran lawan arah dalam

     penukar kalor pipa ganda

    Pada persamaan (2), hasil kali dan  dapat dinyatakan dalam perpindahankalor total q dan beda-suhu menyeluruh antara fluida-panas dan fluida-dingin

    sehingga:

    = 1−2…………………..(4) = 2−1…………………….(5) Melalui subtitusi, kita mendapatkan rumus:∆ = 2−2−(1−1)

    ln [2−21−1]

    ............(6) 

    Rumus perbedaan suhu diatas disebut beda-suhu rata-rata log (log mean temperaturedifference = LMTD). Rumus diatas ialah rumus beda-suhu pada satu ujung penukar

    kalor dikurangi beda suhu pada ujung yang satu lagi dibagi dengan logaritma alamiah

    daripada perbandingan kedua beda-suhu tersebut. Semakin besar LMTD, semakin

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    25/40

     

    25

     banyak panas yang ditransfer. Penggunaan LMTD muncul dari analisis penukaran

     panas (heat exchangers) dengan laju alir konstan dan sifat termal fluida.

    Penurunan dua LMTD diatas menyangkut dua pengandaian : (1) kalor spesifik

    fluida tidak berubah menurut suhu, dan (2) koefisien perpindahan-kalor konveksi

    tetap untuk seluruh penukar kalor. Kedua pengandaian ini sangat penting karena

     pengaruh pintu-masuk, viskositas fluida, perubahan konduktivitas-termal, dan

    sebagainya.

    Jika suatu penukar kalor yang digunakan bukan jenis pipa ganda, perpindahan

    kalor dihitung dengan menerapkan faktor koreksi terhadap LMTD untuk susunan

     pipa-ganda aliran-lawan-arah dengan suhu fluida-panas dan suhu fluida-dingin yang

    sama sehingga bentuk persamaan kalor menjadi:

    = ∆………………………. (7)  Nilai faktor koreksi F digambarkan dalam Gambar 7. Sampai dengan Gambar

    .9 untuk berbagai jenis penukar kalor. Bila terdapat perubahan fase, seperti

    kondensasi atau didih (penguapan), fluida biasanya berada pada suhu yang pada

    hakekatnya tetap, sehingga persamaan-persamaan itu menjadi lebih sederhana. Untuk

    kondisi ini, nilai P atau R menjadi nol dan kita mendapatkan:

    F=1,0 untuk pendidihan atau kondensasi

    Gambar 7. Grafik faktor koreksi untuk penukar kalor dengan suhu lintas selongsong

    dan dua, empat, atau masing-masing kelipatan dari lintas tabung tersebut.

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    26/40

     

    26

    Gambar 8. Grafik faktor koreksi untuk penukar kalor dengan dua lintas-selongsong,

    dan empat, delapan, atau masing-masing kelipatan dari lintas-tabung

    Pendekatan Metode NTU-Efektivitas

    Jika harus menentukan suhu masuk atau suhu keluar, analisis kita akan

    melibatkan prosedur iterasi karena LMTD merupakan suatu fungsi logaritma. Oleh

    karena itu, analisis akan lebih mudah dilaksanakan dengan menggunakan metode

    yang didasari oleh efektivitas penukar kalor dalam memindahkan jumlah kalor

    tertentu. Metode efektivitas ini juga memiliki beberapa keuntungan untuk

    menganalisis soal-soal tertentu dimana kita harus membandingkan berbagai jenis

     penukar kalor untuk memilih jenis yang terbaik untuk melaksanakan sesuatu tugas

     pemindahan kalor tertentu.

    Efektivitas penukar kalor (heat-exchanger effectiveness) dirumuskan sebagai

     berikut:

    =∈=        Perpindahan kalor yang sebenarnya (actual) dapat dihitung dari energi yang

    dilepaskan oleh fluida-panas atau energi yang diterima oleh fluida-dingin. Perhatikan

    kembali penukar kalor aliran sejajar dan aliran lawan arah pada Gambar 1. Untuk

     penukar kalor aliran sejajar dapat dirumuskan sebagai berikut: = 1 − 2 = 2 − 1 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    27/40

     

    27

    Sementara untuk penukar kalor aliran lawan arah dapat dirumuskan: = 1 − 2 = 1 − 2 Untuk menentukan perpindahan kalor maksimum bagi penukar kalor kalor tersebut,

    harus diketahui bahwa nilai maksimum akan didapat bila salah satu fluida mengalami

     perubahan suhu sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam penukar kalor itu,

    yaitu selisih antara suhu masuk fluida-panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin

    mengalami beda suhu maksimum ini adlaah fluida yang memiliki nilai  minimumkarena neraca energi menyatakan bahwa energi yang diterima oleh fluida yang satu

    mesti sama dengan energi yang dilepas oleh fluida yang satu lagi. Jika fluida yang

    memiliki nilai  yang lebih besar yang kita buat mengalami beda suhu maksimum,maka fluida yang satu lagi harus mengalami perubahan suhu yang lebih besar darimaksimum, dan ini tentu saja tidak mungkin. Jadi, rumus perpindahan kalor

    maksimum yang mungkin dinyatakan sebagai : = ()  (   −   ) Fluida minimum terdiri dari fluida minimum panas dan fluida minimum dingin,

    tergantung dari laju aliran massa dan kalor spesifik. Untuk penukar kalor aliran

    sejajar dapat dirumuskan sebagai berikut:

    ∈= 1

    − 2

    1 − 1 = 1

    − 2

    1 − 1  ∈= 2 − 1 1 − 1 = 2 − 11 − 1 Subskrip dalam lambang efektivitas menunjukkan fluida yang memiliki nilai  yang minimum. Untuk penukar-kalor aliran-lawan arah, maka:

    ∈= 1 − 2 1 − 2 = 1 − 21 − 2  

    ∈= 2

    − 1

    1 − 2 = 2

    − 1

    1 − 2 Secara umum efektivitas dapat dinyatakan sebagai:∈= ∆ (  )       

    Persamaan untuk efektivitas dalam aliran sejajar dapat kita turunkan sebagai berikut :

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    28/40

     

    28

    2 − 21 − 1 = − 1 + 1 = −1 +  Atau

    2 − 21 − 1 = exp − 1 +  Jika fluida dingin adalah fluida minimum, maka:

    ∈= 2 − 11 − 1 Dengan mensubtitusi persamaan, rumus efektivitas juga dapat ditulis sebagai berikut:

    ∈= 1− exp −   1 +     1 +

       

     

    Dapat dibuktikan bahwa persamaan tersebut juga dihasilkan sebagai efektivitas bila

    fluida panas merupakan fluida minimum, kecuali disini disubtitusi dengan . Akibatnya, efektivitas secara umum ditulskan sebagai:∈= 1− exp − 1 +

    1 +

     

    Dimana C =

      dinamakan laju kapasitas (capacity rate).

    Analisis yang sama dapat pula diterapkan pada kasus aliran lawanh arah, dan

    didapatkan perssamaan efektivitas berikut:

    ∈= 1− exp − 1− 1− exp − 1−  

    Kelompok suku UA/Cmin dinamakan jumlah stuan perpindahan (number of transfer

    unit or NTU) karena member petunjuk tentang ukuran penukar kalor.

    Jawab :

    Pendekatan Metode Log Mean Temperature Di f ference (LMTD)

    Perpindahan-kalor total ditentukan dari energi yang diserap air : = ∆ = 2,5418085− 35 = 522500 / 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    29/40

     

    29

    Oleh karena semua suhu fluida diketahui, LMTD dapat dihitung dengan

    menggunakan skema suhu pada Gambar 4. :

    ∆ = 200− 93 − (85− 35)

    ln

    200

    −93

    85−35 = 74.92

    ℃ 

    Mencari nilai F :

    Untuk mendapatkan nilai F pada grafik, dibutuhkan data P dan R:

    T1= 35oC T2= 85

    oC t1= 200

    oC t2= 93

    oC

    = 2 − 11 − 1 = 93− 20035− 200 = 0.65  = 1 − 22 − 1 = 35− 8593− 200 = 0.467 Mencari nilai F :

    Gambar 9. Grafik faktor koreksi untuk penukar-kalor aliran-silang sekali-lintas,

    kedua-fluida tak-campur

    Karena nilai R tidak tepat pada garis, kita menggunakan metode interpolasisaat :

     Nilai P = 0.65 dan nilai R = 0.4, nilai F = 0.935

     Nilai P = 0.65 dan nilai R = 0.6, nilai F = 0.890

    Interpolasi : − 0.9350.890− 0.935 = 0.467− 0.40.6− 0.4   = 0.919 

     Nilai luas area perpindahan kalor : = ∆  

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    30/40

     

    30

      = ∆    = 522500180

     0.919

     74.92

     

      = .  Jadi, luas area perpindahan kalor dengan menggunakan metode LMTD adalah 42.16m

    2

    Pendekatan NTU-Efektivitas

    Langkah 1 : Menentukan nilai Cmin/Cmaks = . .∆  = . .∆ =  2,5 4180  .℃85℃− 35℃ 

    = 522500   = 522500  200℃− 93℃ = 522500 m  h ch = 4883,18 W℃  =  2 −  1  = 52250085℃− 35℃ 

    m  ccc = 10450 W

    ℃ 

    Langkah 2 : Menghitung efektivitas Heat Exchanger

    Dari data sebelumnya kita dapat mengetahui bahwa fluida minimum adalah fluida

    yang nilai aliran massanya lebih kecil dibandingkan yang lain sehingga fluida

    minimum adalah gas panas. Efektivitas heat exchanger dapat dihitung dengan

    rumus :

      = ∆   −    − =1 −  21 −  1 = 200℃− 93℃200℃− 35℃ = 0.648 = 64.8

    =

    4883,18

    10450= 0.467 

    Langkah 3: Menentukan jumlah satuan perpindahan NTU

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    31/40

     

    31

    Berdasarkan Tabel diatas, nilai NTU dapat ditentukan dengan rumus dibawah ini.

     Nilai NTU untuk aliran silang Cmaks campur dan Cmin tak-campur, maka didapatkan

    nilai NTU :

    = − ln 1 + 1 1 −   = − ln 1 + 10.467

    1− (0.467  0.648 = − 1.477 Langkah 4: Menentukan luas permukaan Heat Exchanger  

    =    =   =   = (1,477)(4883,18)180

    = .  Jadi, luas area perpindahan kalor dengan menggunakan metode NTU adalah

    40.069 m2

    NOMOR 4.

    75.000 lb/jam etilen glikol dipanaskan dari suhu 100oF menjadi 200

    oF menggunakan

    uap pada suhu 250oF. Untuk tujuan tertentu, telah disediakan HE 1-2 dengan diameter

    dalam 17 ¼ inch. HE tersebut memiliki 224 tabung jenis 14 BWG dengan diameter

    luar tabung ¾ inch dan panjang 16’0’’. Tabung disusun dengan susunan triangular

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    32/40

     

    32

     pitch 15/16 – inch dan jarak antar baffles 7 inch. Berapakah faktor pengotor dari HE

    tersebut ?

    Teori Dasar 

     Fouling atau pengotor merupakan pembentukan lapisan deposit pada permukaan dari

     bahan atau senyawa pada proses perpindahan panas yang tidak diinginkan. Bahan

    atau senyawa itu berupa kristal, sedimen, senyawa biologi, produk reaksi kimia,

    ataupun korosi. Pembentukan lapisan deposit ini akan terus berkembang selama alat

     penukar kalor dioperasikan. Penumpukan lapisan deposit pada permukaan alat

     penukar kalor menimbulkan kenaikan  pressure drop dan menurunkan efisiensi

     pertukaran panasnya. Untuk menghindari penurunan performa alat penukar kalor

    yang terus berlanjut, maka diperlukan suatu informasi yang jelas tentang tingkat

     pengotoran untuk menentukan jadwal pembersihan. Lapisan pengotor dapat berasal

    dari partikel-partikel atau senyawa lainnya yang terbawa oleh aliran fluida.

    Pertumbuhan lapisan ini dapat didukung oleh permukaan deposit yang terbentuk

    mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat. Gradien temperatur yang cukup besar

    antara aliran dengan permukaan dapat juga meningkatkan kecepatan pertumbuhan

    deposit.

    Faktor pengotoran didefinisikan sebagai

      = 1 − 1  Diketahui :

      = 75.000  

    1,

    = 100

      (

     

    )

    1,

    = 200  ( ) 2, = 250  2, = 250  () Karakteristik Heat Exchanger  :

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    33/40

     

    33

    Diameter dalam shell  (ID) = 17,25 in

    Jarak antar baffles (b) = 7 inch

    Diameter luar tube (OD) = 0.75 inch

    Panjang tube (L) = 16 ft

    Jenis tube = 14 BWG

     Pitch tube ( P t )= 15/16 inch

    Jumlah tube ( N t ) = 224

     Passes tube side (n pass) = 2

     Passes shell side = 1

    Ditanya :  R f  = ?

    Asumsi : 

      Pada Heat Exchanger , steam (fluida panas) mengalir pada tube sedangkan etilen

    glikol (fluida dingin) mengalir pada shell . Pemilihan fluida ini disebabkan karena

    uap yang terkondensasi bersifat korosif sehingga perawatan heat exchanger  akan

    lebih mudah jika uap dialirkan di dalam tube.

      Steam diasumsikan memiliki sifat-sifat termal yang sama dengan air untuk

    menentukan

    nilai viskositas.

      Tidak ada aliran kalor antara sistem dan lingkungan.

     

    Kalor yang dilepas oleh steam hanya digunakan untuk berubah wujud menjadicair dan

    tidak digunakan untuk menurunkan suhunya.

    Langkah-Langkah untuk Menghitung nilai R f  :

    1.  Menentukan ∆ dengan metode LMTD∆ = 2, − 1, −2, − 1,

    ln

    2, −1,

    2,

    −1,

    =250− 200 − 250− 100

    ln

    250−200250

    −100

    = 91,024 2.  Menentukan Besarnya Kalor yang Berpindah (Q) dan Massa Steam  yang

    Masuk

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    34/40

     

    34

    Berdasarkan literatur, didapatkan nilai kalor jenis ethylene glycol  pada rentang

    suhu 100-200°F sebesar 0,62 Btu/lb.oF dan kalor laten penguapan air sebesar

    945,5 Btu/lb

      = × × ∆= 75.000 × 0,62 . × (200 − 100) 

      = 4,65 × 106  Menggunakan Asas Black = ( ) 

    ×

    =

     

    ×

    ×

    ∆ 

    × 945,5 = 4,65 × 106   = 4918 / 3.  Aliran dalam shell  (aliran steam)  

    Tabel 1 Data Heat Exchanger (Sumber : Kern, D. Q., 1965. Process Heat Transfer.

     Paris: McGraw-Hill Book Company, Inc)

    Berdasarkan tabel diatas, maka didapatkan data untuk OD tube sebesar ¾ in dan

    14 BWG adalah

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    35/40

     

    35

    ID = 0,584 in = 0,0487 ft ′ = 0,268 in2 = 1,861×10-3 ft2 Selain itu, berdasarkan literatur, viskositas steam pada suhu 250°F  sebesar 0,013

    cp.

    = ID × ′Pr× 144 = N × ′144 × = 224 × (1.861 × 10−3)144 × 2 = 1,447 × 10−3 2  = = 4918

    1,447 × 10−3 2 = 3,4 × 106  2 .  

    = × = 0,0487  × 3,4 × 106   2 .0,013 × 2,42   . . = 5,263 × 106 

    Karena bilangan Reynold sebesar 5,263 × 106, maka aliran steam dalam heat

    echanger  merupakan aliran yang turbulen.

    Gambar 10. Grafik Re vs jH (Sumber : Kern, D. Q., 1965. Process Heat Transfer.

     Paris: McGraw-Hill Book Company, Inc)

    Karena bilangan Reynold sebesar 5,263 × 106 dan bilangan Reynold tersebuttermasuk ke dalam zona turbulen, maka

      = 0,8 = 5,263 × 1060,8 = 2,4 × 105 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    36/40

     

    36

      = × × −1

    3 −0,14 →   =

     

    ×

    −1

    3

    −0,14

    × 

    Berdasarkan literatur, diketahui nilai cp untuk steam sebesar 0,41 .  dan kuntuk steam sebesar 9,9 × 10−3 /. .   =

    2,4 × 105

    0,41 .×0,013 ×2,42   . . 9,9×10−3  / .  .

    −13 0,013

    1 −0,14×

    9,9 × 10

    −3 

    /

    .

     .

    0,0487    = 2,9 × 104  2 .  4.  Aliran dalam tube  (aliran ethylene glycol )

    Berdasarkan literatur, nilai viskositas dari etilen glikol sebesar 5 cp atau 11,17/ 2 Tube pitch merupakan penjumlahan dari diameter tube dan jarak ruangan (C’).

    Jadi :

    ′ = − = 1516− 3

    4= 0,1875  

    = × ′ × = (17,25 ) × (0,1875 ) × ( 7 )1516

      = 24,15 2= 0,1677 2  

    =

     

    =

    75000

    0,1677 2

    = 4,5 × 105

     2

    Menentukan De 

    = 4 × 12 × 0,86 − 18 212 =

    4 × 12

    ×15

    16× 0,86 ×

    15

    16− 1

    80,752

    1

    2(0,75)  

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    37/40

     

    37

    = 0,536 = 0,0447  Menentukan Bilangan Reynold

    = × = 0,0447  × 4,5 × 105   2 .11,17   . = 1,8 × 103 

    Karena bilangan Reynold sebesar 1,8 × 103 maka aliran steam dalam heat

    echanger  merupakan aliran yang laminer. Berdasarkan gambar 1, didapatkan

    nilai hio.

    Berdasarkan literatur, nilai k etilen glikol sebesar 0,1503 /. .  dan cpetilen glikol sebesar 0,62

    = 1,86 × 1

    3 0,14  = 1,86 1,8 × 10

    3

    0,62

    .

    ×

    11,17

     

    .

    0,1503 . . 16

     0,0447 1

    3

    5

    1 0,14

    0,1503

    .

     .

    0,0447    = 2426  2.  

    5.  Menghitung R f  

    = ×

    +

    =

    2426 × 2,9 × 104

    2426 + 2,9 × 104= 2238,72

     2 .

    .

     

    Menghitung Utotal 

    Berdasarkan tabel 1, didapatkan a”=0,1963 ft2   = × × ′′ = 224 × 16 × 0,1963 2 = 703,54 2 

    Menghitung Udirty 

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    38/40

     

    38

    =   × ∆ = 4,65 × 106

    (703,54 2) × 91,024 = 72,6  2 . .  

     =

    − × =

    2238,72

    −72,6

    2238,72 × 72,6= 0,01333

    .

     2 .

     

    Jadi, dirt factor  sebesar 0,01333 h.ft2.oF/Btu

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    39/40

     

    39

    BAB III

    KESIMPULAN

    1.  Konveksi merupakan peristiwa perpindahan kalor yang disertai dengan

     perpindahan zat pengantar.

    2.  Konveksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alamiah dan konveksi

     paksa. Konveksi alamiah merupakan peristiwa perpindahan panas yang terjadi

    tanpa stimulus khusus dari lingkungan, saat dua fluida pembawa kalor mengalir

    secara alami disebabkan oleh perbedaan suhu dari daerah bersuhu tinggi ke

    daerah yang bersuhu rendah. Konveksi paksa merupakan peristiwa perpindahan

     panas yang terjadi dengan adanya stimulus khusus dari lingkungan.

    3. 

    Lapisan batas termal didefinisikan sebagai daerah di mana terdapat gradien suhuyang terjadi karena proses pertukaran kalor fluida dan dinding.

    4.  Dalam penghitungan konveksi secara empiris, dilibatkan beberapa bilangan tak

     berdimensi di antaranya Bilangan Nusselt, Bilangan Grashoft, Bilangan Prandtl,

    dan bilangan Rayleigh.

    5.  Konveksi alami pada permukaan bergantung pada geometri permukaan. Faktor

    lainnya yang memengaruhi konveksi alami adalah variasi suhu pada permukaan

    dan sifat termofisika dari fluida yang terlibat.

    6.  Analisis dinamika fluida tersebut merupakan suatu metode untuk

    mengidentifikasi suatu fluida yang bersifat dinamis atau tidak tetap.

    7.  Prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari 2 fluida pada

    temperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung

    ataupun tidak langsung.

    8.  Kemampuan suatu alat penukar kalor (APK) dalam memindahkan panas

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor pengotoran, koefisien

     perpindahan panas, luas permukaan permindahan panas, beda suhu rata-rata,

     jumlah lintasan, dan penurunan tekanan APK.

    9.  Metode untuk menentukan laju kalor pada konveksi paksa (APK) adalah metode

     beda suhu rata-rata (LMTD) dan metode NTU-efektivitas.

  • 8/17/2019 Makalah PK Pemicu 2

    40/40

     

    DAFTAR PUSTAKA

    Holman, J. P. 1997.  Perpindahan Kalor, terj. E. Jasfi.  Edisi Keenam. Jakarta:

    Erlangga.

    Kern, D. Q., 1965. Process Heat Transfer. Paris: McGraw-Hill Book Company, Inc

    Pitts, Donald R dan Leighton E. Sissom. 1987. TeoridanSoal-SoalPerpindahanKalor .

    Jakarta :Erlangga

    Anonim. Log Mean Temperature Difference.

    http://eprints.undip.ac.id/41163/3/BAB_II.pdf   (Diakses tanggal 18 April 2016)

    http://eprints.undip.ac.id/41163/3/BAB_II.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/41163/3/BAB_II.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/41163/3/BAB_II.pdf