makalah pblblok 5

Upload: ayuanassilvya

Post on 18-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NAMAAYU ANAS SILVYA

NIM10 2010 072

KELOMPOKB-4

TANGGAL PENGUMPULAN30 MARET 2011

MAKALAH PBL BLOK 5

Muskuloskeletal-1; Terjadinya Sakit & Pegal Sekujur Tubuh

Ayu anas silvya*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

PendahuluanKelelahan otot akibat kontraksi otot yang berlebihan disebabkan asam laktat yang menumpuk karena aktivitas tubuh yang keras tanpa diiringi pasokan oksigen yang cukup sehingga otot mengambil bahan bakar dari glukosa yang disimpan tubuh. Pemecahan glukosa oleh tubuh menimbulkan penumpukan asam laktat yang menimbulkan nyeri dan kelelahan.

*Alamat Korespondensi :Ayu Anas Silvya,Fakulltas Kedokteran Universitas Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat, 11510E-mail : [email protected] 5

Seorang laki-laki berumur 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sakit dan pegal sekujur tubuhnya sejak 2 haru yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa ia baru memenangkan lomba lari marathon se RW dlam rangka perayaan 17 Agustus. Diketahui pula bahwa semasa SMA ia sering menang lomba lari, namun selepas SMA tidak sempat lagi berolah raga.

Rumusan masalah1. Seorang pria berumur 30 tahun mengeluh sakit dan pegal setelah berlari marathon sejak 2 hari yg lalu.2. Selepas SMA tidak sempat lagi berolah raga.

Analisis MasalahSakit & Pegal Sekujur Tubuh1. Tulang dan Otot secara Makroskopik & Mikroskopik2. Mekanisme kerja otota. Kontraksib. Relaksasi3. Mekanisme energy kontraksi otot4. Mekanisme kerja dari enzim otot

HipotesisKelelahan otot terjadi akibat penimbunan asam laktat karena kontraksi otot yang berlebih.

Sasaran PembelajaranSakit & Pegal Sekujur Tubuh1. Tulang dan Otot secara Makroskopik & MikroskopikA. SYSTEMA SKELETALE.1,2Tulang merupakan kerangka penunjang tubuh terhadap kompresi, gaya tarikbumi (gravitasi) dan merupakan sistem pengungkit kaku yang menjadi dasargerakan. Tulang yang dipelajari di dalam laboratorium adalah tulang kering danmati. Pada kenyataan sesungguhnya, jaringan atau sel-sel tulang, kartilago danjaringan ikat lainnya dalam systema skeletale orang yang hidup adalah aktif. Sel-seltersebut harus mendapatkan nutrisi dan oksigen untuk menjalankan metabolismehingga memproduksi zat sampah. Metabolisme dalam tulang tersebut memerlukanhormon dan fungsinya sangat erat dengan systema musculare.

Systema skeletale memiliki beberapa fungsi penting, yakni :1. Memberi bentuk tubuh, menyangga berat badan sekaligus menegakkan tubuh.2. Melindungi organ interna (alat dalam) terutama organ vital.Sebagai contoh bahwa ossa cranii melindungi otak dan sternum beserta costaemelindungi jantung dan paru.3. Tempat perlekatan otot-otot dan alat gerak pasif.Otot melekat erat pada tulang melalui jaringan ikat yang disebut tendon.4. Penghasil sel darah tertentu (misalnya granulosit dan eritrosit).5. Penyimpan dan sumber cadangan mineral tertentu.Misalnya ion calsium dan phospor, di mana bila konsentrasi dalam darah di atasnormal, maka ion tersebut akan disimpan dalam sel tulang. Sebaliknya bilakonsentrasi menurun, maka ion akan dilepaskan ke dalam darah. Aksi inidikendalikan oleh hormon untuk mempertahankan hemostasis.Sebagai kerangka pembentuk tubuh, systema skeletale terbagi menjadibeberapa bagian, yakni :1. Skeleton axialeKerangka ini disebut demikian, berhubung posisinya sesuai dengan axis corporis (sumbu tubuh). Terdiri dari :a. Os cranii (23 tulang)i. Neurocranium yang menutupi otakii. Viscerocranium yang membentuk mukab. Os hyoideum (satu buah)c. Skeleton trunci, terdiri :i. Columna vertebralis (24 segmen vertebrae, sacrum dan coccygis)ii. Costae (12 pasang)iii. Sternum (satu buah)2. Skeleton appendiculareKerangka ini disebut demikian oleh karena posisinya seolah-olah tergantung pada skeleton axiale. Terdiri dari :a. Ossa membri superioris (64 buah). Terdiri atas :i. Cingulum membri superiorisii. Pars liberi membri superiorisb. Ossa membri inferioris (62 buah). Terdiri atas :i. Cingulum membri inferiorisii. Pars liberi membri inferioris3. Ossicula uditoria yang berjumlah 3 pasang.Systema skeletale terdiri atas dua jaringan yang telah berevolusi padavertebra, termasuk manusia, yang mampu menahan kompresi, yaitu :1. Tulang (pars ossea), bahan yang lebih tahan terhadap kekuatan deformasi, kaku dan lebih berat.2. Kartilago (tulang rawan/pars cartilaginosa), yakni suatu bahan yang keras, lentur dan relatif ringan.Skeleton dibentuk oleh kedua jaringan tersebut, proporsinya bervariasi ketikatubuh tumbuh. Makin muda tubuh, makin besar proporsi kartilagonya.Pada dasarnya proses kejadian tulang (osteogenesis) terjadi dengan duacara, yakni :1. Osteogenesis enchondralis (osteogenesis cartilagenea).Pada cara ini, model kartilago yang mendahuluinya diubah menjadi tulang,misalnya pada pembentukan tulang panjang. Badan (batang, tangkai) suatutulang yang menulang dari suatu pusat penulangan primer, disebut diaphysis.Pusat penulangan sekunder terbanyak terbentuk setelah kelahiran. Bagian tulangyang mengalami penulangan melalui pusat sekunder disebut epiphysis. Bagianini dipisahkan dari diaphysis oleh suatu jaringan kartilago yang disebut discusepiphysialis. Bagian diaphysis yang melebar dan terletak paling dekat padaepiphysis dan mengandung zona pertumbuhan dikenal sebagai metaphysis.Supaya pertumbuhan memanjang dapat berlangsung, tulang yang berasal daripusat primer dalam diaphysis tidak melebur dengan tulang yang berasal daripusat sekunder dalam kedua epiphysis sampai ukuran tulang dewasa tercapai.Selama pertumbuhan tulang, lempeng tulang rawan yang dikenal sebagai discusepiphysialis terdapat antara diaphysis dan kedua epiphysis. Lempengpertumbuhan ini akhirnya diganti dengan tulang pada kedua sisinya. Bilamanahal ini terjadi, pertumbuhan tulang berhenti dan diphysis melebur dengan keduaephypisis. Tulang yang terbentuk pada proses peleburan (sinostosis) ini,terutama bersifat padat dan dikenal sebagai epiphyseal line. Peleburan epiphysial pada tulang berlangsung secara progresif dari masa akil balig sampaiusia dewasa.2. Osteogenesis desmalis (osteogenesis membranacea, osteogenesis intramembranosa).Pada proses ini, tulang berkembang langsung dari jaringan ikat, misalnya padapembentukkan os calvaria dan os sesamoidea termasuk os patella.1. Pars OsseaBerdasarkan bentuk dan ukurannya, tulang dapat diklasifikasikan menjadi oslongum, breve, planum, irregulare dan pneumaticum.a. Os longum adalah suatu tulang memanjang dengan ukuran panjang lebih besardibandingkan ukuran lebar dan tebalnya. Contoh tulang yang termasuk dalamklasifikasi os longum adalah : humerus, radius, ulna, clavicula, ossa metacarpi etphalanges manus, femur, tibia, fibula, ossa meta tarsi et phalanges manusOs longum mempunyai struktur sebagai berikut :1). Periosteum adalah jaringan yang melapisi tulang dari sebelah luar. Terdiri dari lapisanfibrosa dan lapisan osteogenetik.2). Endosteum adalah jaringan pengikat yang melapisi tulang dari sebelah dalam.3). Substantia compacta adalah bagian yang kompak atau padat.4). Substantia spongiosa adalah bagian yang berongga.5). Cavitas medullaris adalah rongga dalam tulang yang berisi medulla ossium rubra dan medulla ossium flava. Distribusi medulla ossium sendiri bervariasi menurut umur atau periode kehidupan.i. Antenatal: cavitas medullaris dan spatium intertrabecullaris diisi oleh medulla ossium rubra yang membuat erytrocytus dan granulocytus.ii. Post natal: medulla ossium rubra menurun, sedangkan medulla ossiumflava meningkat.iii. Mature: medulla ossium rubra terdapat di costae, vertebrae, sternum, coxae, sedikit di femur dan humerus dan tidak dijumpai di ossa carpi dan ossa tarsi, sedangkan medulla ossium flava terdapat di radius, ulna, fibula, ossa carpi dan tarsi.iv. Senil : jumlah medulla ossium rubra semakin sedikit, sedangkan medulla ossium flava semakin meningkat.b. Os breve adalah suatu tulang dengan ukuran panjang, lebar dan tebal yangseimbang (memendek). Tulang yang termasuk dalam kelas ini antara lain ossacarpi, tarsi dan patella. Ossa breves mempunyai struktur pars spongiosa yangberisi medulla ossium dilapisi oleh pars compacta yang tipis dan dikelilingi olehperiosteum kecuali pada facies articularis. Os breves mempunyai bentuk khususdan sering disebut sebagai kelas tersendiri, yakni ossa sesamoidea dan ossaacessoria.1). Ossa Sesamoideae, adalah tulang-tulang yang termasuk os breve, terdapatdi regio manus dan pedis, terbungkus dalam tendo atau capsula articularis,bervariasi dalam ukuran dan jumlahnya dan mempunyai fungsi untukmemungkinkan penarikan suatu sudut tendo.2). Ossa acessoria, adalah tulang-tulang yang termasuk os breve atau osplanum dan terletak tidak beraturan terutama terdapat di regio manus danpedis, pada epiphysis tertentu yang tidak menyatu, aspek kliniknya jikadilakukan foto rontegen, gambarannya menyerupai fractura (patah tulang)dan ossa sesamoidea termasuk dalam kategori ini.c. Os planum adalah suatu tulang dengan ukuran tebal yang lebih kecildibandingkan dengan panjang dan lebarnya. Termasuk tulang yang termasukkelas ini adalah costae, sternum dan scapula. Struktur os planum ada yangmempunyai struktur atas substantia compacta, substantia spongiosa dan medullaossium, ada yang terdiri dari subtantia compacta saja, misalnya os lacrimale,scapula, dan ada yang facies articularisnya ditutupi oleh cartilago atau jaringanfibrous, misalnya ossa cranii.d. Os irregulare adalah tulang-tulang yang mempunyai bentuk tidak beraturan dantidak dimasukkan ke dalam salah satu kelas tersebut di atas, tetapidikelompokkan ke dalam kelas os irregulare. Contoh tulang yang termasuk kelasini adalah os coxae, sphenoidale, ethmoidale, vertebrae, mandibula danbeberapa ossa cranii . Os irregulare tersusun terutama oleh substantia spongiosadan subtantia compacta yang tipis, pada bagian yang amat tipis mungkin hanyatersusun oleh subtantia compacta saja.e. Os pneumaticum adalah tulang yang di dalamnya mempunyai ruang yang berisiudara, ruang ini disebut sinus. Termasuk dalam kelas ini adalah os frontalis,ethmoidale, sphenoidale, maxillare dan temporale.Beberapa prinsip yang merupakan gambaranmikroskopik tulang mencakup hal-hal berikut :a. Tersusun oleh sel, jaringan atau substansiinterseluler padat dengan vasa darah.b. Terdiri dari lamellae (lapisan-lapisan) :1). Pada substantia compacta dikenal dengan systema haversi.2). Pada substantia spongiosa berbentuk pipih atau lengkung .3). Mempunyai ruang disebut lacunae.c. Kekerasan batang terutama dihasilkan oleh depsoit matrik organik (CaPO4 ) dan peristiwa ini disebut kalsifikasi.Pada prinsipnya tiap jaringan tulang mendapatkan vascularisai dan innervasi.Arteria memasuki tulang dari periosteum. Arteri periosteal masuk di banyak tempatdan memvaskularisasi substansia compacta, arteria ini bertanggung jawab untuknutrisinya, sehingga tulang yang periosteumnya disingkirkan akan nekrosis. Di dekatpertengahan diaphysis, satu arteria nutriens menembus substantia compacta secaramiring dan memvaskularisai substantia spongiosa dan medulla ossium. Arteriametaphyseal dan epiphyseal berasal dari arteria yang memelihara articulatioberdekatan. Terputusnya pasokan arterial pada epiphysis atau bagian tulang yanglain, mengakibtkan kematian jaringan tulang (nekrosis avascular).Apabila terjadi fraktur, maka kawasan kecil berdekatan dalam tulangbersangkutan mengalami nekrosis. Banyaknya pembuluh darah di lapisan luar akanmembentuk beberapa kapiler lapisan dalam yang banyak terdapat sel. Disinilahletak osteoblast yang membentuk tulang. Setelah fraktur, pembentukan tulangdimulai dari periosteum.Vena mengiringi arteri dan banyak vena besar meninggalkan tulang melaluiforamen di dekat ujung articular tulang. Tulang yang dengan medulla ossium rubramemiliki vena yang besar.Adapun inervasi tulang dipelihara oleh saraf yang mempunyai karekteristiksebagai berikut :a. Berjalan bersama vasa. Di dalama tulang, saraf vasomotoris menyebabkanpenyempitan atau pelebaran pembuuluh darah.b. Bersifat vasomotorik dan sensorikc. Berakhir di periosteum dan tunica adventitia vasa darah. Periosteum amat kayaakan saraf sensoris yang disebut saraf periosteal, beberapa diantaranyamengandung serabut untuk rasa sakit. Saraf ini terutama peka terhadap robekanatau tegangan, dan ini dapat menjelaskan mengapa rasa sakit pada fraktur amathebat.d. Membawa rangsang nyeri lokal maupun referral.2. Pars cartilaginosaKartilago adalah jaringan ikat yang ulet dan lenting yang disusun oleh sel-sel dan serabut-serabut dan dikelilingi oleh matriks interseluler serupa gel yang keras. Sel kartilago (chondrocytus) terletak dalam lacunae, tunggal atau berkelompok, berasal dari chondroblastus.Pada usia dewasa, kartilago mempunyai karekteristik sebagai berikut :a. Tidak didapatkan adanya saraf dan vasa darahb. Nutrient sampai ke sel dengan cara difusic. Terjadi kalsifikasiSerabut-serabut jaringan ikat yang terdapat dalam matriks adalah dari jenis :a. Serabut elastikb. Serabut kolagenBerdasarkan jenis dan jumlah jaringan ikat penyusun matriksnya, kartilagodiklasifikasikan menjadi :a. Cartilago hyalin, mempunyai karekteristik sebagai berikut :1). Jenis yang paling banyak dijumpai2). Matrik yang jernih, tembus cahaya3). Matrik dan serabut kolagen di dalamnya mempunyai indeks bias yang sama4). Cartilago hyalin ini dijumpai pada : cartilago articularis, costalis, trachea,brionchus, larynx dan septum nasalis.5). Cartilago hyalin non-articulare cenderung untuk mengalami kalsifikasi untuk kemudian diganti oleh tulang.b. Cartilago fibrosa, mempunyai karakteristik :1). Serabut-serabut yang terdapat dalam matrik adalah dari jenis kolagen.2). Jumlah matriks adalah lebih sedikit dibandingkan dengan matriks padacartilago hyalin.3). Cartilago fibrosa terdapat pada articulatio cartilaginea tertentu, misalnyaarticulatio temporomandibularis.c. Cartilago elastica, mempunyai karekteristik :1). Jenis serabut-serabut penyusun matriknya adalah elastik.2). Jarang mengalami kalsifikasi.3). Cartilago elastica ini terdapat misal di auricula, tuba auditiva dan larynx.

B. ARTICULATIO.1,2Articulatio atau sendi adalah hubungan antara dua atau lebih unsur skeletal.Unsur skeletal dapat berupa kartilago atau tulang. Pada suatu sendi dapat terjadigerakan, baik sedikit (terbatas) maupun banyak (bebas), atau tidak ada gerakansama sekali.Articulatio diklasifikasikan dalam beberapa kelas, terutama berdasarkan jenisjaringan penghubungnya, yakni :1. Articulatio fibrosa (synarthrosis), unsur skeletalnya dihubungkan oleh jaringankolagen, dibagi atas :a. Synostosis, merupakan articulatio fibrosa dengan jaringan penghubungnyaberupa tulang, misalnya sutura pada calvaria cranii. Persendian jenis inidibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan bentuk permukaan tulang yang salingbertemu, yakni sutura squamosa (seperti sisik ikan, squama; seperti susunangenting) dan sutura serrata (seperti jigsaw, bergerigi-rigi, tetapi salingmengunci)b. Syndesmosis, adalah articulatio fibrosa dengan jaringan penghubung berupaligamentum (syndesmos : ligamentum). Jaringan fibrosa dapat berupaligamentum atau membrana fibrosa, contoh : membrana fibrosa yangterdapat antara radius dan ulna,c. Gomphosis (gomphos = bolt : sekrup), merupakan sendi yang unik, terdapatdi antara gig dan tulang rahang, di dalamnya alveolusnya, terdapat jaringanikat fibrosa yang disebut ligamentum periodontale, yang dapat melekatkangigi dengan erat.2. Articulatio cartilaginosa, unsur-unsur skeletalnya dihubungkan oleh cartilago.Pola sendi ini biasa dijumpai pada setiap permukaan yang tulangnya dilapisiselapis tipis cartilago hyalin. Di antara lapisan tipis tersebut terdapatfibrocartilago, yaitu masa kartilago dengan kandungan kolagen yang tinggi,Kartilago pada sendi memungkinkan sedikit gerakan, dapat berubah bentuk jikaada tekanan dan dapat mengabsorbsi sebagian energi karena pukulan(benturan) mendadak dan ini penting untuk melindungi tulang yang kaku. Contoh:symphysis pubis dan articulatio antara dua corpus vertebrae.3. Articulatio synovialis (diarthrosis), unsur-unsur skeletalnya dipisahkan oleh ruangatau rongga berisi cairan. Sendi ini disebut demikian karena mengandungsubstansi cairan sebagai pelumas yang disebut synovia dan permukaan tulangyang bersendi dilapisi oleh membrana synovialis (yang meproduksi cairansynovia). Tiga karakteristik articulatio synovialis ialah mempunyai :a. Cavitas synovialisb. Cartilago articularisc. Capsula articularisSendi ini diperkuat oleh ligamentum tambahan, baik tepisah dari maupun melekatpada capsula articularis. Capsula articularis dan ligamentum tambahan pentinguntuk memelihara hubungan normal antar tulang-tulang yang bersendi. Traumapada sendi menyebabkan teregang atau robeknya ligamentum dan hal ini seringterjadi pada olah raga kontak, misalnya sepakbola, dapat menimbulkan nyeri.Berdasarkan bentuk permukaan-permukaan sendi dan atau menurut jenisgerakan yang dimungkinkannya, ada 7 jenis, yakni :a. Articulatio plana, misal articularis acromioclavicularis dan articulatiointervetebralis.b. Ginglymus, misal articulatio cubiti dan articulatio interphelangea.c. Articulatio condyloidea, misal articulatio humeri.d. Articulatio sellaris, misal articulatio carpometacarpalis digiti primi.e. Articulatio spheroidea, misal articulatio humeri dan articulatio coxae.f. Articulatiio trochoidea, misal atlanto-axialis dan articulatio radioulnarisproximalis.g. Articulatio ellipsoidea, misal articulatio radiocarpa.Saraf sendi yang menginervasi, bercabang-cabang memasok kulit dan ototyang menggerakkan sendi tersebut. Akhiran saraf terdapat pada capsula articularis,baik fibrosa maupun synovialis. Sehubungan dengan inervasi sendi ini dikenalHukum Hilton, yang berbunyi : Saraf yang menginervasi sendi juga menginervasiotot-otot yang menggerakkan sendi tersebut dan kulit yang melapisi perlekatan otottersebut.Jenis sensasi utama pada sendi adalah propriosepsi (yakni informasimengenai gerakan dan posisi-posisi bagian tubuh) dan nyeri (yakni informasi nyeripada capsula fibrosa dan ligamentum sendi tersebut). Misalnya pada sendi terjadiradang sendi, disebut synovitis, maka cairan synovia akan diproduksi dalam jumlahyang banyak yang tertimbun di dalam cavitas synovialis, selanjutnya menyebabkanteregangnya capsula articularis. Dengan demikian maka akhiran syaraf sensorispada capsula articularis tersebut akan terpacu sehingga nyeri. Akhiran saraf tersebutpeka terhadap rangsang berupa puntiran (twisting) dan regangan (stretching).

C. SYSTEMA MUSCULARE.1,2Gerakan (suatu organisme) dilayani oleh sel-sel khusus yang disebut fibra otot,sedangkan pengawasan terhadap energi penggeraknya dilakukan oleh sel-sel saraf(nervus). Fibra otot adalah salah satu sel eksitabel (sel yang bila dipacu akanmenghasilkan gerakan) disamping sel-sel eksitabel lain, yakni sel kelenjar dan selsaraf.Fibra otot diklasifikasikan sebagai berikut :1. Fibra otot seran lintang (lurik; striped; skelet; volunter; somatik), denganbeberapa karakteristik sebagai berikut :a. Panjang.b. Multinucleated (berinti banyak).c. Dipelihara oleh serabut saraf motorik.d. Gerakan terjadi secara sadar (bisa dikontrol).e. Serabut-serabutnya tersusun menyilangi satu (atau lebih) sendi.f. Distribusinya terdapat di skeleton untuk melayani gerakan pada persendian dan terdapat di kulit muka untuk melayani fungsi ekspresi muka.g. Kontraksinya dapat menimbulkan gerakan terhadap sendi yang disilangi, kecuali :1). Otot subcutaneus tertentu (otot-otot muka) untuk ekspresi wajah.2). Membuka-menutup lubang suatu organ (pada larynx dan pharynx).3). Otot-otot penggerak bola mata.4). Otot-otot tertenntu yang berhubungan dengan respirasi dan digestif.Strukturnya otot skeletal secara berurutan dari struktur terbesar ke arahstrukut terkecil adalah sebagai berikut :1). Satu otot disusun oleh banyak fasciculi (tunggal fasciculus) yang dikelilingi oleh bungkus jaringan ikat yang disebut fascia.2). Beberapa fasciculi dikelilingi jaringan ikat yang disebut epimysium (yang kadangkadangterjadi fusi antara fascia dan epimysium)3). Fasciculus dibentuk oleh beberapa fibra otot yang berkelompok dan tiap fasciculus dikelilingi oleh jaringan ikat yang disebut perimysium.4). Tiap fibra otot terdiri dari :i. Sarcolemma (membran sel)ii. Sarcoplasma (plasma sel)iii. Nucleus (inti sel)iv. Myofibril, yang tersusun oleh actin dan myosin.Masing-masing fibra otot dikelilingi oleh bungkus jaringan ikat yang disebut endomysium.i. Bentuk otot skelet adalah sebagai berikut :1). Otot berbentuk belah ketupat, disebut musculus fusiformis. Otot ini mempunyaiserabut-serabut yang berjalan konvergen.2). Otot yang berbentuk segiempat, disebut musculus quadratus. Serabut-serabut iniberjalaln paralel.3). Otot berbentuk seperti bulu, disebut musculus penniformis. Otot ini mempunyai serabut-serabut yang berjalan paralel dan berdasarkan jumlah deretan serabut yang menyerupai bulu,otot ini dibagi menjadi tiga:i. Musculus unipennatusii. Musculus bipennatusiii. Musculus multipennatus4). Otot berbentuk lingkaran, disebut musculus spincther. Otot ini mempunyai serabut-serabut yang berjalan sirkuler (melingkar)5). Otot berbentuk segitiga, disebut musculus triangularis, serabut serabutnya berjalan konvergen. Perlekatan otot skelet :1). Tempat perlekatan otot skelet bervariasi2). Cara perlekatannya umumnya langsung (misal pada mata dan kulit) atau dapat pula melalui perantaraan tendo/aponeurosis ke tulang, kartilago, ligamentum dan fascia atau kombinasinya.3). Pada saat berkontraksi otot akan memendek sedemikian rupa sehingga ada bagian perlekatan otot tertentu diam, sedangkan bagian perlekatan lainnya bergerak. Tempat perlekatan otot yang diam (punctum fixum) disebut origo dan tempat perlekatan otot yang bergerak (punctum mobile)disebut insertio.4). Penamaan otot, kadang sesuai dengan tempat perlekatannya, misalnya m.sternocleidomastoideus; melekat pada sternum, clavicula danprocessus mastoideus.Bagian-bagian otot skelet :1). Origo adalah bagian otot yang diam sewaktu berkontraksi.2). Caput adalah bagian otot yang berdekatan dengan origo (kepala otot).3). Venter adalah bagian pertengahan antara origo dan insertio (perut otot).4). Cauda adalah bagian otot yang berdekatan dengan insertio (ekor otot).5). Insertio adalah bagian otot yang bergerak sewaktu berkontraksi.l. Vascularisasi otot skelet :Otot dipelihara oleh vasa darah yang berjalan berdekatan dengan otot tersebut. Pola vascularisasinya bervariasi, antara lain :1). Vasa darah masuk pada ujung otot (caput/cauda), misal : vascularisasi m.gastrocnemius.2). Vasa darah masuk pertengahan otot (venter), misal : vascularisasi m.biceps brachii.3). Vasa darah masuk dengan cara menembus otot, misal : vascularisasi m.adductor magnus.Fungsi dari vascularisasi terutama untuk memberi nutrient sebagai bahan metabolisme, yang berhubungan sangat erat dengan terjadinya kontraksi otot. m. Innervasi otot skelet :Karakteristik innervasi otot adalah sebagai berikut :1). Jumlah serabut saraf yang menginervasi tiap otot satu atau lebih (biasanya berasal dari nervus spinalis)2). Sifat serabut sarafnya adalah :i. Motorik, yang berakhir pada motor end plate dan berfungsi untuk memelihara kontraksi otot. Unit fungsional terkecil dari sistem motorik disebut motor unit, terdiri atas :(a) Soma sel saraf(b) Serabut saraf motorik(c) Fibra ototii. Sensorik, yang berakhir di reseptor pada fasciculus dan berfungsi untuk memelihara refleks tonus.Mekanisme kontraksi otot skelet :Dasar mekanisme kontraksi otot adalah adanya pemendekan elemen kontraktil otot (actin-myosin), sebagai respon terhadap adanya impuls saraf motorik yang diterima motor end plate. Hal ini akan mengakibatkan pemendekan fibra otot dan selanjutnya akan memendekkan fasciculisehingga terjadilah kontraksi otot, sebagaimana skema berikut ini :Impuls saraf motorik motor end plate impuls dihantarkan myofibrill pergeseran actin-myosin fibra otot memendek fasciculus memendek kontraksi.Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa fibra otot skelet melakukan respon terhadap rangsang eksternal (berasal dari luar individu).Hal-hal berikut terkait dengan kontraksi sebagai bentuk aksi otot, yakni :1). Kontraksi isotonik, adalah kontraksi otot dimana tekanan/tonus relatif tetapdan terjadi pemendekan otot, maksimal setengah kali ukuran semula.2). Kontraksi isometrik, adalah kontraksi otot di mana ukuran panjang tetap,tetapi tonus naik (Gambar B & C)3). Kontraksi tetanik, adalah kontraksi otot yang terus menerus.4). Kontraksi ritmik, adalah kontraksi otot berirama5). Kontraktur otot, adalah pemendekan otot permanen (menetap) akibat kerusakan neurogenik atau struktural.6). Insufisiensi otot aktif, adalah kontraksi otot yang melewati panjang minimal otot.7). Insufisiensi otot pasif, adalah peregangan otot melebihi batas maksimal keregangan batas maksimal keregangan otot.Fungsi otot :1). Otot agonis, adalah otot yang menghasilkan gerakan (pada arah yang diinginkan) sebagai otot penggerak utama2). Otot antagonis, adalah otot yang menghaluskan dan mengendalikan kecepatan/kekuatan gerak. Letak otot antagonis di seberang otot penggerak utama.3). Otot fiksasi, adalah otot yang menstabilkan sendi, memelihara sikap dan posisi sendi (yang diinginkan)4). Otot sinergis, adalah bentuk khusus otot fiksasi yang melawan gerak sendi yang tidak diinginkan pada sikap otot penggerak utama. Sebagai contoh pada saat flexi telapak tangan, maka m.flexor carpi radialis dan m.ulnaris berperan sebagai otot agonis, m.extensorum sebagai otot antagonis, m.flexor digitorum berperan sebagai otot sinergis dan m.triceps brachii sebagai otot fiksasinya. Pada flexi lengan bawah, maka m.biceps dan m. Brachioradialis di bagian depan lengan adalah penggerak utama, m. Triceps pada bagian belakang adalah antagonis dan otot di bagian depan serta bawah bahu adalah otot fikasasi yang membantu bahu sehingga sendi bahu tidak bergerak.Tata nama otot :Tata nama otot dibuat berdasarkan atas :1). Bentuk otot, misalnya otot berbentuk layang-layang (rhomboid) disebut m.rhomboideus; otot berbentuk trapezium (trapezoid) disebut m.trapezius.2). Lokasi otot, misalnya otot yang berlokasi di fossa temporalis disebut m.temporalis, berlokasi di os frantale disebut m.frontalis dan yang berlokasi di permukaan depan tibia disebut m.tibialis anterior.3). Jumlah caput, misalnya m.biceps brachii, m.tricpe brachii, m.rotatoar tricpes dan m.quadriceps femoris.4). Fungsi otot, misalnya m.levator scapulae, m.adductor longus, m.flexor digitorum profundus.5). Arah fibra otot, misalnya : m.transvesus abdominis, m.arytenoideus obliquus.6). Kombinasi dari hal-hal di atas, misalnya : m.abductor pollicis longus, m.flexor carpi ulnaris. fibra otot rangka fibra otot polos fibra otot jantung2. Fibra otot polos (unstriped; plarn; involunter; visceral), dengan karakteristik :a. Terdapat di hampir semua dinding vasa darah dan viscera.b. Berbentuk kumparan (fusiform; spindle shaped)c. Dipelihara oleh serabut saraf otonom dan hormon tertentu.d. Gerakan terjadi secara tidak sadar (tidak bisa dikontrol)e. Aksi otot ini mempunyai peranan yang amat penting dalam pengaturan fungsi sirkulasi, digesti, sekresi dan ekskresi. Pada dasarnya fibra otot polos melakukan respon terhadap rangsang internal (berasal dari dalam individu).f. Distribusinya antara lain di apparatus respiratorius, digestorius, urogenitalis, vasa darah (di tunica media), dan kelenjar (sebagai myoepithelium).3. Fibra otot jantung (cardiac), mempunyai karakteristik :a. Morfologi merupakan fibra otot seran lintang.b. Fungsional dipelihara oleh saraf otonom.c. Terdapat di cor (myocardium).1,22. Mekanisme kerja otot.3-6Otot bekerja dengan kontraksi dan relaksasi. Pada otot lurik terdapat aktin dan miosin yang mempunyai daya berkerut membentuk aktomiosin. Bila aktin mendekat ke miosin maka otot akan berkontraksi, sebaliknya bila aktin menjauhi miosin makan otot akan relaksasi.Energi untuk kontraksi otot berasal dari penguraian molekul ATP, yaitu sebagai berikut :

ATP ADP + P + energiADP AMP + P + energi

Kreatinfosfat adalah sumber energi cadangan yang dapat melepaskan P untuk disintesakan dengan ATP sehingga membentuk glikogen.Glikogen adalah gula otot yang merupakan zat makanan cadangan (polisakarida) yang tidak larut dalam air.a. KontraksiDasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen yang pertama kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser melewati satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan zona H. Kontraksi otot dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin dan myosin yang menghasilkan pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin ke filamen aktin menyebabkan myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.

Tipe myosin yang terdapat pada otot (myosin II) adalah jenis protein yang besar (sekitar 500 kd) yang terdiri dari dua rantai berat yang identik dan dua pasang rantai ringan. Setiap ikatan gelap terdiri atas gugus kepala globuler dan ujung -heliks yang panjang. Ujung -heliks dari dua rantai berat yang kembar di sekitar satu sama lain di dalam struktur gulungan untuk membentuk dimer dan dua rantai ringan yang terhubung dengan bagian leher tiap gugus kepala untuk membentuk molekul myosin yang komplet.

Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu molekul myosin yang berhubungan dalam pergiliran pararel disusun oleh interaksi diantara ujung-ujungnya. Kepala globuler myosin mengikat aktin membentuk jembatan diantara filamen tebal dan tipis. Ini penting dicatat bahwa orientasi molekul myosin pada filamen tipis berkebalikan pada garis M sarkomer. Polaritas filamen aktin sama berkebalikan pada garis M sehingga orientasi filamen aktin dan myosin adalah sama pada kedua bagian sarkomer. Aktivitas penggerak myosin memindahkan gugus kepalanya sepanjang filamen aktin pada arah ujung positif. Pergerakan ini mengegeser filamen aktin dari kedua sisi sarkomer terhadap garis M, memendekkan sarkomer dan menyebabkan kontraksi otot. Penambahan ikatan aktin, kepala myosin mengikat dan kemudian menghidrolisis ATP yang menyediakan energi untuk menggerakkan pergeseran filamen. Pengubahan energi kimia untuk pegerakan ditengahi oleh perubahan bentuk myosin akibat pengikatan ATP. Model ini secara luas diterima bahwa hidrolisis ATP mengakibatkan siklus yang berulang pada interaksi diantara kepala myosin dan aktin. Selama tiap siklus, perubahan bentuk pada myosin mengakibtkan pergerakan kepala myosin sepanjang filamen aktin.

Walaupun mekanisme molekuler masih belum sepenuhnya diketahui, model yang diterima secara luas untuk menjelaskan fungsi myosin diturunkan dari penelitian in vitro tentang pergerakan myosin di sepanjang filamen aktin (oleh James Spudich dan Michael Sheetz) dan dari determinasi struktur 3 dimensi myosin (oleh Ivan Rayment dan koleganya). Siklus dimulai dari myosin (tanpa adanya ATP) yang berikatan dengan aktin. Pengikatan ATP memisahkan kompleks myosin-aktin dan hidrolisis ATP kemudian menyebabkan perubahan bentuk di myosin. Perubahan ini mempengaruhi daerah leher myosin yang terikat pada ikatan terang yang bertindak sebagai lengan pengungkit untuk memindahkan kepala myosin sekitar 5 nm. Produk hidrolisis meninggalkan ikatan pada kepala myosin yang disebut posisi teracung. Kepala myosin kemudian mengikat kembali filamen aktin pada posisi baru, menyebabakan pelepasan ADP + Pi yang menggerakkannya.

Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai berikut :1. Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1 myosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi, namun kedua produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah mendapatkan energi dan berada dalam bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi tinggi.2. Kalau kontraksi otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin akan menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi.3. Pembentukan kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan. Peristiwa ini diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang besar pada kepala myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan menarik aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan kekuatan (power stroke). Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang ditunjukkan dengan kompleks aktin-myosin.

4. Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-myosin-ATP.5. Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan demikian aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan kunci dalam relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin-myosin. Jadi, hidrolisis ATP digunakan untuk menggerakkan siklus tersebut dengan cara cetusan kekuatan yang sebenarnya berupa perubahan bentuk kepala S1 yang terjadi setelah pelepasan ADP.

Kontraksi otot rangka digerakkan oleh impuls syaraf yang merangsang pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik (jaringan khusus membran internal yang mirip dengan retikulum endoplasma yang menyimpan ion Ca2+ dengan konsentrasi yang tinggi). Ketika impuls syaraf mencapai ujung syaraf yang berhubungan dengan sel otot, maka rangsang itu akan menggerakkan vesikel sinap yang berisi neurotransmitter dalam hal ini Asetilcholin.

Vesikel sinap akan menempel pada membran prasinap untuk selanjutnya membuka dan melepaskan neurotransmitter di celah sinap. Asetilcholin akan menempel pada reseptor postsinap sehingga rmenyebabkan reseptor terbuka dan ion-ion yang berada di daerah celah sinap akan masuk. Sarkolemma pun akan mengalami depolarisasi yaitu suatu keadaan dimana bagian luar dari sel otot akan bermuatan negatif dan bagian dalam akan bermuatan positif. Depolarisasi ini mengakibatkan adanya potensial aksi yang menjalar dengan cepat menuju pelipatan membran, T tubules, yang memanjang ke dalam membran plasma di sekitar myofibril. Potensial aksi akan memberi sinyal pada kanal Ca2+ di retikulum sarkoplasmik untuk membuka sehingga ion-ion Ca2+ akan berpindah dari retikulum sarkoplasmik menuju sitoplasma sel otot (sarkoplasma).

Pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik meningkatkan konsentrasi Ca2+ di sitosol kira-kira dari 10-7 menjadi 10-5 M. Berikut kerja retikulum sarkoplasma mengatur kadar ion Ca2+ intraselular dalam otot rangka :

Dalam sarkoplasma otot yang tengah istirahat, kontraksi ion Ca2+ adalah 10-7-10-8 mol/L. Keadaan istirahat tercapai karena ion Ca2+ dipompakan ke dalam retikulum sarkoplasma lewat kerja sistem pengangkutan aktif yang dinamakan Ca2+ ATPase yang memulai relaksasi. Retikulum sarkoplasma merupakan jalinan kantong membran yang halus. Di dalam tretikulum sarkoplasma, ion Ca2+ terikat pada protein pengikat Ca2+ yang spesifik yang disebut kalsekuestrin. Sarkomer dikelilingi oleh membran yang dapat tereksitasi (sistem tubulus T) yang tersusun dari saluran transversal (T) yang berhubungan erat dengan retikulum sarkoplasma.

Ketika membran sarkomer tereksitasi oleh impuls syaraf, sinyal yang ditimbulkan disalurkan ke dalam sistem tubulus T dan saluran pelepasan ion Ca2+ dalam retikulum sarkoplasma di sekitarnya akan membuka dengan cepat serta melepaskan ion Ca2+ ke dalam sarkoplasma dari retikulum sarkoplasma. Konsentrasi ion Ca2+ dalam sarkoplasma meningkat dengan cepat hingga 10-5 mol/L. Tempat pengikatan Ca2+ pada TpC dalam filamen tipis dengan cepat diduduki oleh Ca2+. Kompleks TpC- 4 Ca2+ berinteraksi dengan TpI dan TpT untuk mengubah interaksinya dengan tropomyosin ini. Jadi, tropomyosin ini hanya keluar dari jalannya atau mengubah bentuk F aktin sehingga kepala myosin ADP-Pi dapat berinteraksi dengan F aktin untuk mengawali siklus kontraksi.

Peningkatan konsentrasi ion Ca2+ memberi sinyal kontraksi otot melalui gerakan prekursor protein yang terikat pada filamen aktin : tropomyosin dan troponin. Tropomyosin adalah protein serabut yang terikat di sepanjang alur filamen aktin. Pada otot lurik, tiap molekul tropomyosin terikat pada troponin yang merupakan komplek 3 polipeptida: troponin C (mengikat Ca2+), troponin I (inhibitor), dan troponin T (mengikat tropomyosin). Ketika konsentrasi Ca2+ rendah, kompleks troponin dengan tropomyosin menghalangi kontraksi aktin dan myosin sehingga otot tidak berkontraksi. Pada konsentrasi ion Ca2+ tinggi, Ca2+ terikat pada troponin C menggeser posisi kompleks dengan mengganti posisi inhibisi dan mengakibatkan proses kontraksi terjadi.

Ion Ca2+ Memerankan Peranan Sentral Dalam Pengaturan Kontraksi Otot.a. Pengaturan berdasarkan aktin (terdapat dalam otot lurik)Pengaturan berdasarkan aktin terdapat pada otot rangka serta jantung vertebrata yang memiliki corak yang sama, lurik. Satu-satunya faktor yang potensial untuk membatasi proses pengaturan dalam siklus kontraksi otot kemungkinan adalah ATP. Sistem otot rangka dihambat pada saat istirahat; penghambatan ini dihilangkan untuk mengaktifkan kontraksi. Faktor penghambat otot lurik adalah sistem troponin yang terikat dengan tropomyosin dan F aktin dalam filamen tipis. Dalam otot lurik tidak terdapat kontrol kontraksi kecuali sistem troponin-tropomyosin terdapat bersama-sama dengan filamen aktin dan myosin. Tropomyosin terletak di sepanjang alur F aktin dan 3 buah kompleks troponin yaitu TpT, TpC, dan TpI. TpI mencegah ikatan kepala myosin dengan tempat pelekatan F aktin melalui perubahan bentuk F aktin via molekul tropomyosin atau hanya melalui pengguliran tropomyosin ke dalam posisi yang merintangi langsung tempat melekatnya kepala myosin pada F aktin. Kedua cara tersebut mencegah pengaktifan enzim ATPase myosin yang terjadi dengan perantaraan pengikatan kepala myosin pada F aktin. Dengan cara demikian, sistem TpI menghalangi siklus kontraksi.b. Pengaturan berdasarkan myosin (terdapat dalam otot polos)Otot polos mempunyai struktur molekuler yang serupa dengan struktur molekuler otot lurik kendati sarkomernya tidak segaris. Otot polos mengandung molekul -aktinin dan tropomyosin sebagaiman halnya otot lurik. Otot polos tidak memiliki sistem troponin dan rantai ringan myosin otot polos berbeda dengan otot lurik. Sekalipun begitu, kontraksi otot polos juga diatur oleh ion Ca2+. Berikut mekanisme kontraksi pada otot polos:i. Fosforilasi rantai tipis-p myosin memulai kontraksi otot polosMyosin otot polos mengandung rantai ringan-p yang mencegah pengikatan kepala myosin pada F aktin. Rantai tipis-p harus mengalami fosforilasi dahulu sebelum memungkinkan pengaktifan myosinATPase oleh F aktin. Kemudian aktivitas ATPase akan menyebabkan hidrolisis ATP. Fosfat pada rantai ringan myosin dapat membentuk khelasi dengfan ion Ca2+ yang terikat pada kompleks tropomyosin-TpC-aktin sehingga terjadi peningkatan kecepatan pembentukan jembatan silang antara kepala myosin dengan aktin. Fosforilasi rantai ringan-p memulai siklus kontraksi pelekatan-pelepasan pada otot polos.

ii. Enzim kinase rantai myosin diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+ dan kemudian melakukan fosforilasi rantai tipis-p.Sarkoplasma otot polos mengandung enzim kinase rantai ringan myosin yang bergantung kalsium. Aktivasi ion Ca2+ pada enzim kinase rantai ringan memerlukan pengikatan kalmodulin Ca2+. Enzim kinase rantai ringan yang diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+ melakukan fosforilasi rantai ringan-p yang kemudian akan berhenti menghambat interaksi myosin-F aktin. Siklus kontraksi kemudian dimulai.

b. RelaksasiKomplek troponin tampak unik pada otot lurik dan terdiri atas 3 polipeptida. Troponin pada otot lurik terdiri atas troponin T (TpT), troponin I (TpI) dan troponin C (TpC). Mekanisme pengaturan konsentrasi Ca2+ pada otot lurik dan otot jantung berdasarkan aktin yang bekerja. Pada otot lurik tidak terdapat control kontraksi kecuali system tropomiosin-troponin terdapat bersama-sama dengan filament aktin dan myosin.

TpI mencegah pengikatan kepala myosin dengan tapak pelekat F-aktin melalui perubahan bentuk F-aktin via molekul tropomiosin ke dalam posisi yang melintangi langsung tapak pengikatan kepala myosin pada F-aktin. Kedua cara tersebut mencegah pengaktifan enzim ATPase myosin yang diperantarai pengikatan kepala myosin pada Faktin. Dengan cara demikian TpI menghalangi siklus kontraksi tahap 2. Peristiwa ini menjelaskan keadaan terhambat yang ditemukan pada otot lurik pada keadaan relaksasi. Relaksasi terjadi apabila : a. Penghentian rangsangan saraf membiarkan sarkolema sel untuk menghidupkan kembali polaritas dan menerima kembali permeabilitasnya. Bila membrane terpolarisasi lagi, ion yang masuk ke sarkoplas secara aktif diangkut kembali ke dalam gelembung reticulum sarkoplasmik sehingga konsentrasi Ca2+ dalam sarkoplasma menurun hingga di bawah 10 mol/L. Pengangkutan Ca2+ sebagai akibat pelepasannya kembali Ca2+ ke reticulum sarkoplasma oleh ATPase.b. TpC4 Ca2+ kehilangan Ca2+, troponin lewat interaksinya dengan tropomiosin menghambat interaksi dengan kepala myosin F-aktin selanjutnyac. Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F-aktin. Dengan demikian, ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosentrik yang diperantarai di dalam otot TpC, TpI, TpT, tropomiosin dan F-aktin.

Penurunan konsentrasi ATP dalam sarkoplasma mempunyai 2 efek utama yaitu pompa Ca2+ di reticulum sarkoplasma berhenti mempertahankan konsentrasi Ca2+ yang rendah di dalam sarkoplasma sehingga interaksi antara myosin dengan F-aktin akan ditingkatkan. Serta pelepasan kepala myosin dari Faktin akan bergantung pada ATP tidak dapat terjadi dan kontraktur akan terbentuk.

3. Mekanisme energi kontraksi otot.6-9Sumber Energi untuk Gerak Otot :ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontraksi otot. ATPberasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara aktin danmiosin yang memerlukan ATP.ATP ---- ADP + PAktin + Miosin ------------------------- AktomiosinATPase

Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam konsentrasitinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber energi, tetapifosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP.KeratinFosfokreatin + ADP ----------------- keratin + ATPFosfokinase

Pada otot lurik jumlah fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energi tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu, fasekontraksi otot sering disebut fase anaerob.

Energi mekanik kontraksi otot berasal langsung dari energi kimia yaitu, dari ATP berenergi tinggi. ATP diurai menjadi ADP dan fosfat anorganik dengan pembebasan energi yang digunakan untuk pergeseran filamen. O2 tidak dibutuhkan untuk pemecahan ATP menjadi ADP yaitu, proses kontraksi otot dapat terjadi sacara anaerob. ATP segera dibentuk kembali oleh tiga proses yaitu :1. Penguraian keratin fosfat ,2. Glikolisis anaerob yaitu, penguraian glikogen atau glukosa menjadi asam laktat, dan3. Oksidasi aerob glukosa menjadi CO2.

4. Mekanisme kerja dari enzim otot.7,10Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat. Apabila rasio asam laktat pada otot merah dan otot putih meningkat, puncak tegangan otot menurun. Jadi bisa diartikan bahwa besarnya kelelahan pada serabut-serabut otot putih berhubungan dengan besarnya kemampuan mereka untuk membentuk asam laktat.Pendapat bahwa penumpukan asam laktat menyertai didalam proses kelelahan selanjutnya diperkuat oleh fakta dimana dua mekanismesecara fisiologi yang karenanya asam laktat menghalang-halangi fungsi otot. Kedua mekanisme tersebut tergantung kepada efek asam laktat pada pH intra selular atau konsentrasi ion hydrogen (H). Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi H meningkat, dan pH menurun. Di pihak lain, peningkatan konsentrasi ion H menghalangi proses rangkaian eksitasi, oleh menurunnya sejumlah Ca yang dikeluarkan dari reticulum sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikattroponin. Di lain pihak peningkatan konsentrasi ion H juga menghambat kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat di dalam anaerobik glikolisis. Demikian lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP untuk energi.

KesimpulanBerdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa Asam laktat menumpuk karena aktivitas tubuh yang keras tanpa diiringi pasokan oksigen yang cukup sehingga otot mengambil bahan bakar dari glukosa yang disimpan tubuh. Pemecahan glukosa oleh tubuh menimbulkan penumpukan asam laktat yang menimbulkan nyeri dan kelelahan. Untuk meningkatkan aktivitas tubuh dengan menunda penumpukan asam laktat, tubuh harus dilatih dgn aktivitas aerobik secara rutin. Aerobik meningkatkan kapilarisasi dengan melancarkan jalan nadi darah dan melancarkan transportasi oksigen ke otot sekaligus meningkatkan efisiensikerja jantung dan paru-paru. Dengan oksigen yg selalu tersedia untuk aktivitas otot, penumpukan asam laktat dapat ditunda jauh lebih lama dan stamina menjadi lebih panjang serta tubuhlebih sehat.9-10Jadi, dari kesimpulan di atas hipotesis dapat diterima.

Daftar Pustaka1. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hippokrates; 2002 2. Aswin, S. Pengantar anatomi. Yogyakarta: FK Universitas Gadjah Mada; 20063. Hall, JE. Buku saku fisiologi kedokteran guyton & hall. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2010. h. 644-646.4. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004. h.120-127.5. Verlag, GT. Atlas berwarna dan teks fisiologi. Jakarta: Hipokrates; 2000. h. 38.6. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009. h. 582-598.7. Dawn B. M, Allan D.M, Colleen M.S. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2000. h. 368-369.8. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2002. h. 233-238.9. Wibowo S. D, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009. h. 67-74.10. Evelin C. P. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2002. h. 74.