makalah pbl 6 blok 30-1

12
1 Pendahuluan Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara penyakit infeksi seksual. Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, orogenital dan anogenital. Masa tunas penyakit ini singkat bervariasi antara 2-5 hari, kadang dapat lebih lama. Pada pria dan wanita menunjukan gejala yang berbeda. Pada wanita lebih asimtomatik. 1  Pembahasan Dokter Dalam kasus ini dokter sebagai bertindak sebagai seorang tenaga profesional yang baik, hendaknya memberikan pemeriksaan, diagnosis dan pengobatan yang sesuai dengan infeksi yang diderita oleh pasein ters ebut. Selanjutnya sesuai permintaan dan hak otonomi pasien maka apabila pasien tidak ingin penyakit diketahui oleh orang lain termasuk istri pasien, sesuai peraturan yang berlaku dan sesuai dengan sikap  profesional rahasia jabatan dokter tidak berhak untuk membuka informasi penyakit  pasien kepada siapa pun, sehingga yang dapat dilakukan dokter dalam kasus untuk mencegah dampak orang lain (istri pasien) telah terkena GO dari pasein maka dokter wajib menjelaskan risiko istri pasien tertular, dan bahwa pada wanita GO tidak menimbulkan gejala seperti pada pria, sehingga kebanyakan wanita muncul gejala GO  pada saat telah terjadi komplikasi. Komplikasi yang dapa t terjadi antara lain uretritis (sakit saat berkemih, dimana vagina akan kemerahan, dan keluar sekret mukopurulen) dan salpingitis (infeksi meluas ke daerah uterus dan ovarium sehingga menimbukan radang panggul yang mengakibatkan kehamilan ektopik dan sterilitas). Penting pasien menerima dan memahami bahaya yang akan dialami istri pasien apabila tidak diberikan pengobatan dini, dan kemungkinan besar istri pasien telah tertular sehingga apabila pasien diobati masih dapat tertular lagi dari istrinya. Selanjutnya dokter berusaha memberikan pengertian bahwa ada baiknya pasien mengatakan secara baik-baik tentang keadaan sebenarnya pada istrinya sehingga kedua  pihak dapat diobati bersama-sama, dan sembuh dari GO. Apabila pasien tetap berkeras tidak ingin memberitahu maka dokter dapat memberikan pilihan seperti pasien berkonsultasi pada dokter obgin tentang masalah ini sehingga mencari jalan keluar memberikan pengobatan tanpa memberitahu perihal

Upload: danty-danestria

Post on 04-Jun-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 1/12

1

Pendahuluan

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara penyakit infeksi

seksual. Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital,

orogenital dan anogenital. Masa tunas penyakit ini singkat bervariasi antara 2-5 hari, kadang

dapat lebih lama. Pada pria dan wanita menunjukan gejala yang berbeda. Pada wanita lebih

asimtomatik.1 

Pembahasan

Dokter

Dalam kasus ini dokter sebagai bertindak sebagai seorang tenaga profesional

yang baik, hendaknya memberikan pemeriksaan, diagnosis dan pengobatan yang

sesuai dengan infeksi yang diderita oleh pasein tersebut. Selanjutnya sesuai permintaan

dan hak otonomi pasien maka apabila pasien tidak ingin penyakit diketahui oleh orang

lain termasuk istri pasien, sesuai peraturan yang berlaku dan sesuai dengan sikap

 profesional rahasia jabatan dokter tidak berhak untuk membuka informasi penyakit

 pasien kepada siapa pun, sehingga yang dapat dilakukan dokter dalam kasus untuk

mencegah dampak orang lain (istri pasien) telah terkena GO dari pasein maka dokter

wajib menjelaskan risiko istri pasien tertular, dan bahwa pada wanita GO tidak

menimbulkan gejala seperti pada pria, sehingga kebanyakan wanita muncul gejala GO

 pada saat telah terjadi komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain uretritis

(sakit saat berkemih, dimana vagina akan kemerahan, dan keluar sekret mukopurulen)

dan salpingitis (infeksi meluas ke daerah uterus dan ovarium sehingga menimbukan

radang panggul yang mengakibatkan kehamilan ektopik dan sterilitas).

Penting pasien menerima dan memahami bahaya yang akan dialami istri pasien

apabila tidak diberikan pengobatan dini, dan kemungkinan besar istri pasien telah

tertular sehingga apabila pasien diobati masih dapat tertular lagi dari istrinya.

Selanjutnya dokter berusaha memberikan pengertian bahwa ada baiknya pasien

mengatakan secara baik-baik tentang keadaan sebenarnya pada istrinya sehingga kedua

 pihak dapat diobati bersama-sama, dan sembuh dari GO.

Apabila pasien tetap berkeras tidak ingin memberitahu maka dokter dapat

memberikan pilihan seperti pasien berkonsultasi pada dokter obgin tentang masalah inisehingga mencari jalan keluar memberikan pengobatan tanpa memberitahu perihal

Page 2: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 2/12

2

 patner seksual lain yang dimiliki pasien. Namun, sikap terbuka pasien pada istrinya

merupakan sikap paling baik untuk menghindari risiko reinfeksi pasien dan risiko

komplikasi GO pada istri pasien. Dengan tetap dokter tidak berhak membuka penyakit

 pasien pada siapapun seijin pasien.1 

Informed consent

Informed consent merupakan alat paling penting dalam hubungan dokter-pasien pada

masa kini. Informed consent yang benar harus disertai dengan komunikasi baik

antara dokter dan pasien. Keterangan yang dapat diberikan kepada pasien sebelum

mendapatkan informed consent termasuk menerangkan diagnosis penyakit, prognosis

dan pilihan pengobatan penyakit. Perlu juga kebaikan dan keburukan masing-masing

tindakan yang bakal dilakukan. Informed consent harus berisi pilihan untuk pasien

menerima atau menolak tindakan medis yang bakal dilakukan dokter selain

mencantumkan pilihan terapi lain. Pasien yang kompeten boleh memilih untuk

menolak tindakan medik walaupun tanpa tindakan ini dapat mengancam nyawa

 pasien. Terdapat dua kondisi di mana informed consent dikecualikan yaitu: 

a.  Pasien menyerahkan sepenuhnya keputusan tindakan medik terhadap dirinya

kepada dokter. Apabila pasien menyerahkan semua keputusan kepada dokter yangmerawatnya, dokter tetap harus menerangkan secara lengkap tindakan yang bakal

dilakukan.

 b.  Keadaan apabila pemberitahuan tentang kondisi penyakit pasien dapat berdampak

 besar terhadap pasien secara fisik, psikologis dan emosional. Contohnya adalah

apabila pasien cenderung untuk membunuh diri apabila mengetahui tentang

 penyakitnya. Namun, dokter pada awalnya harus menganggap bahwa semua

 pasien dapat menerima berita tentang penyakitnya dan memberikan informasi

selengkapnya sesuai dengan hak pasien.

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan tentang persetujuan tindakan medik,

yaitu: 

Pasal 1 Permenkes No.585/MenKes/Per/IX/1989 

Page 3: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 3/12

3

a.  Persetujuan tindakan medic atau informed consent adalah persetujuan yang

diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan tentang tindakan

medic yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut;

 b.  Tindakan medic adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa

diagnostic atau terapeutik;

c.  Tindakan invasive adalah tindakan medic yang langsung dapat mempengaruhi

keutuhan jaringan tubuh;

d.  Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter spesialis yang

 bekerja di rumah sakit,puskesmas,klinik atau prakter perorangan/bersama.

Pasal 4 Permenkes No.585/MenKes/Per/IX/1989 

(1) Informasi tentang tindakan medic harus diberikan kepada pasien, baik diminta

maupun tidak diminta.

(2) Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya kecuali bila dokter

menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien

atau pasien menolak diberikan informasi.

(3) Dalam hal-hal sebagaimana yang dimaksud ayat (2) dokter dengan persetujuan

 pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan

didampingi oleh seorang perawat/paramedik lainnya sebagai saksi.Pasal 13 Permenkes No.585/MenKes/Per/IX/1989

 

(4) Terhadap dokter yang melakukan tindakan medic tanpa adanya persetujuan dari

 pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administrative berupa pencabutan

surat ijin prakteknya.2,3 

  Pembahasan KasusPasien perlu diberi penerangan bahwa untuk menangani kasus GO ini,

istri juga harus turut dalam pengobatan yang harus dijalankan karena apabila istri

tidak turut diobati akan terjadi “Pingpong Fenomena” yaitu istri kemungkinan

dapat menularkan kerja kepada pasien, jadi kedua belah pihak harus diobati secara

tuntas. Untuk itu diperlukan kesediaan dari pasien untuk menjelaskan kepada istri

dan turut mengajak istri mengikuti pengobatan yang harus dijalankan.

Dalam hal ini dokter tidak diperbolehkan membuka rahasia kedokteran

tentang penyakit pasien kepada istrinya, namun dokter harus meminta kepada

Page 4: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 4/12

4

suami atau pasien untuk menyampaikannya kepada istrinya dengan baik-baik tapi

tidak menunda waktu atau dokter bisa menyarankan pasien beserta istri datang ke

 praktek dokter dan dokter yang menjelaskan tentang apa itu GO serta

 penanganannya tanpa membuka rahasia kedokteran dari pasien. Tidak ada

sedikitpun hak atau kewenangan dokter untuk membuka rahasia kedokteran tanpa

izin dari pasien. Dokter hanya bisa membuka rahasia kedokteran tanpa izin pasien

untuk kepentingan peradilan dan yang menyangkut kepentingan umum.

Aspek hukum

Apabila dokter tanpa persetujuan dari pasien membuka rahasia kedokterannya

kepada isteri ataupun orang lain, maka dokter bisa terjerat pasal 322 KUHP.

Pasal 322 KUHP 

(1)  Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena

 jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu,diancam

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling

 banyak sembilan ribu rupiah.

(2) 

Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanyadapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Pasal 48 UU No. 29 tahun 2004  tentang praktek kedokteran ditetapkan sebagai

 berikut: 

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib

menyimpan rahasia kedokteran.

Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi

 permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien

sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.4,5 

Istri pasien

Gonore diobati efektif dengan penisilin. Tapi penicillin-resistant strain kuman muncul dalam

30 tahun terakhir, sehingga para ahli beralih ke obat yang disebut cefixime, diberi oral.

 Namun pada Maret 2011, Asosiasi Inggris untuk Kesehatan Seksual dan HIV (BASHH)

Page 5: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 5/12

5

direkomendasikan bahwa pengobatan 'baris pertama' yang baru gonore harus diubah, karena

masalah semakin umum resistensi terhadap cefixime. Jadi, mereka merekomendasikan bahwa

ketika mengobati gonore, dokter untuk selanjutnya harus menggunakan kombinasi dua obat:

1.  Ceftriaxon, diberikan melalui suntikan

2.  Azitromisin, diberikan secara lisan

Catatan: ceftriaxone dikatakan oleh produsen untuk berinteraksi dengan kontrasepsi

oral. Jadi jika pasien berada dalam penggunaan KB, silakan berkonsultasi hal ini

dengan dokter.1 

AIDS

AIDS adalah singkatan dari sindrom defisiensi imun dan merupakan tahap akhir dari infeksi

yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Virus

menyebabkan kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh.6 

Pengobatan AIDS

Tidak ada obat untuk AIDS setelah berkembang. Ada agen yang tersedia yang dapat

membantu menjaga gejala di teluk dan meningkatkan kualitas dan panjang hidup bagi mereka

yang telah mengembangkan gejala. Obat melawan HIV termasuk ART. Ini mencegah

replikasi virus HIV di dalam tubuh. Kombinasi obat antiretroviral beberapa, yang disebut

terapi antiretroviral (ART), telah sangat efektif dalam mengurangi jumlah partikel HIV dalam

aliran darah.

Mencegah virus dari replikasi dapat meningkatkan jumlah T-sel atau jumlah CD4 dan

membantu sistem kekebalan tubuh pulih dari infeksi HIV. Obat juga diresepkan untuk

mencegah infeksi oportunistik jika jumlah CD4 yang rendah.

Dalam kasus pasien HIV positif pembeberan informai kepada pasangan atau partner seksnya

saat itu bukanlah sesuatu yang tidak etis, dan bahkan dibenarkan jika pasien tidak bersedia

menginformasikannya kepada orang (orang-orang) tersebut bahwa dia (mereka) dalam resiko.

Pembenaran dari pembeberan informasi haruslah berdasar: partner beresiko terinfeksi HIV

namun tidak mengetahui kemungkinan terinfeksi; pasien menolak memberi tahu pasangan

seksnya; pasien menolak bantuan dokter untuk melakukannya; dan dokter telah mengatakan

kepada pasien untuk memberitahu pasangannya. Dokter harus mengungkapkan status

 penderita HIV pada anak, orangtua, pengasuh atau pasien itu sendiri. Perlu dilakukan

konseling untuk mengatasi efek psikologis dan efek medis dari penyakit, termasuk

Page 6: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 6/12

6

didalamnya diskusi antara pasien dan konselor.Pasien harus melaporkan dan mengungkapkan

mengenai penyakitnya baik kepada keluarga, teman, dan lainnya.

Dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi HIV AIDS terdapat 3 masalah etik, yaitu ;

1.  Pelanggaran prinsip kebutuhan untuk mengetahui ( need-to-know principle ).

2.  Penyalahgunaan surat persetujuan atau otorisasi yang tidak tertentu ( blanket

authorization).

3.  Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai akibat dari prosedur pengungkapan sekunder

( secondary release ).

Rekam medis bersifat rahasia. Pelepasan informasi pasien menular maupun HIV AIDS dapat

diberikan dengan tetap memperhatikan tujuan maupun kegunaan dari pelepasan informasi

tersebut. Hal ini sesuai dengan UU Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 memberikan

 peluang pengungkapan informasi kesehatan secara terbatas, yaitu dalam pasal 48 ayat (2):

1.  untuk kepentingan kesehatan pasien

2.  untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum

3.   permintaan pasien sendiri

4.   berdasarkan ketentuan undang-undang

Alasan lain yang diperbolehkan untuk membuka rahasia kedokteran adalah ( Dewi, 2008 Hal

257 ):

  Keadaan memaksa

Hal ini diatur di dalam pasal 48 KUHP : Siapapun tak terpidana jika melakukan tindakan

karena didorong oleh keadaan terpaksa.Keadaan ini dapat pula disebut ” overmatch” yang

oleh Prof. Moeliono terdapat dua pengertian ;

Absolute Overmatch

Seseorang dikatakan di dalam keadaan terpaksa apabila ia dihadapkan kepada kekerasan

untuk tekanan jasmani atau rohani sedemikian, hingga ia kehilangan kehendak untuk

melakukan suatu hal lain daripada satu-satunya tindak pidana yang merupakan pelanggaran

hukum.

Page 7: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 7/12

7

 Nisbi Overmatch

Keadaan memaksa timbul karena adanya tekanan rohani sehingga yang bersangkutan berbuat

suatu hal yang pasti tidak akan diperbuatnya, jika keadaan terpaksa atau darurat tersebut tidak

ada.5,6 

Etika profesi kedokteran

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu

sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.

Beauchamp and childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai suatu keputusan

etis diperlukan empat kaedah dasar moral dan beberapa rules dibawahnya, yaitu: 

a.  Prinsip beneficence ,  yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditunjukan kepada kebaikan pasien. Dokter harus mengusahakan agar pasien yang

dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya. Pengertian berbuat baik di sini adalah

 bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajibannya.

Tindakan konkrit dari beneficience meliputi: 

 Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untukkepentingan orang lain)

  Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

  Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan

dokter

  Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan

keburukannya

 Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang

  Menjamin kehidupan baik

  Pembatasan “goal based” 

  Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan / preferensi pasien

  Minimalisasi akibat buruk

  Kewajiban menolong pasien gawat darurat

  Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

  Tidak menarik honorarium di luar kepantasan

  Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan

Page 8: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 8/12

8

  Mengembangkan profesi secara terus-menerus

  Memberikan obat berkhasiat namun murah

  Menerapkan Golden Rule Principle, dimana kita harus memperlakukan orang

lain seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain. b.  Prinsip  non-maleficence , yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai „ primum non nocere‟

atau „do no harm‟. Tindakan konkrit dari non-maleficence meliputi:

  Menolong pasien emergensi

  Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah:

  Mengobati pasien yang luka

 Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)

  Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

  Tidak memandang pasien hanya sebagai objek

  Mengobati secara tidak proporsional

  Mencegah pasien dari bahaya

  Menghindari misinterpretasi dari pasien

  Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

  Memberiksan semangat hidup

  Melindungi pasien dari serangan

  Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/ kerumah-sakitan

yang merugikan pihak pasien/ keluarganya.

c.  Prinsip autonomy , yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien (the

rights to self determinations). Maksudnya tiap individu harus diperlakukan

sebagai makhluk hidup yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasibnya

sendiri).Tindakan konkrit dari autonomi meliputi: 

  Menghargai hak menentukan nasibnya sendiri

  Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)

  Berterus terang

  Menghargai privasi

  Menjaga rahasia pasien

  Menghargai rasionalitas pasien

Page 9: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 9/12

9

  Melaksanakan informed consent

  Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

  Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

 Mencegah pihak lain ,emgintervensi pasien dalam membuat keputusan,termasuk keluarga pasien sendiri

  Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non

emergensi

  Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien

  Menjaga hubungan. 

d.  Prinsip justice , yaitu prinsip moral yang mementingkan  fairness  dan keadilan

dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice). Maksudnya adalahmemperlakukan semua pasien sama dalam kondisi yang sama. 

Tindakan konkrit yang termasuk justice meliputi: 

  Memberlakukan segala sesuatu secara universal

  Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

  Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

  Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability,

quality)

  Menghargai hak hukum pasien

  Menghargai hak orang lain

  Menjaga kelompok yang rentan (yang paling merugikan)

  Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll

  Tidak melakukan penyalahgunaan

  Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien

  Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya

  Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)

secara adil

  Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

  Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat

  Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan

kesehatan

  Bijak dalam makroalokasi. 5 

Page 10: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 10/12

10

Rahasia kedokteran

Kewajiban seorang dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran telah diatur

dalam PP.No.10 tahun 1966. 

  Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui

oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan

 pekerjaannya dalam lapangan kedokteran. 

  Pasal 2 PP No 10/1966

Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut

dalam pasal 3, kecuali apabila sautu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi

dari pada PP ini menentukan lain. 

  Pasal 3 PP No 10/1966

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a.  Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan

 b.  Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksan,

 pengobatan dan atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri

kesehatan. 

  Pasal 4 PP No/1966

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia yang tidak atau

dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapat

melakukan tindakan administratif berdasakan pasal UU tentang tenaga kesehatan.  

  Pasal 5 PP No 10/1966

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang

disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil

tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya. 

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) 

Page 11: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 11/12

11

1.  Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan

hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien. 

2.  Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. 

Pada dasarnya rahasia kedokteran harus tetap disimpan walaupun pasien

tersebut telah meninggal. Rahasia kedokteran ini begitu dijunjung tinggi dalam

masyarakat, sehingga walaupun dalam pengadilan meminta seorang dokter untuk

membuka rahasia kedokteran, seorang dokter memiliki hak tolak (verschoningsrecht).

Hak ini telah diatur dalam pasal 170 KUHAP, yang menentukan bahwa mereka yang

diwajibkan menyimpan rahasia pekerjaan/jabatan dapat minta dibebaskan dari

kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi. Namun ayat kedua dari pasal 170

KUHAP tersebut membatasi hak tolak sesuai dengan pertimbangan hakim. Hal ini

tentunya diterapkan bila kepentingan yang dilindungi pengadilan lebih tinggi dari

rahasia kedokteran.4,5,7 

Daftar pustaka

1.  Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran

Univesitas Indonesia;2010.h.369-72.

2.  Penerangan informed consent dalam pelayanan kesehatan. 25 januari 2011.. Diunduh

dari eprints.undip.ac.id,16 januari 2013

3.  Rizaldy Pinzon. Strategi 4s untuk pelayanan medik berbasis bukti. Vol 36. Jakarta:

Cermin dunia kedokteran; 2009.p.163-208.

4.  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Persetujaun tindakan medic. Dalam :

 peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi 1. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1994.hal.20-3.

5.  Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia. Kode etik

kedokteran Indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran Indonesia.2006.

Diunduh dari dikti.go.id, 15 Januari 2013.

Page 12: Makalah Pbl 6 Blok 30-1

8/13/2019 Makalah Pbl 6 Blok 30-1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pbl-6-blok-30-1 12/12

12

6.  What is HIV-AIDS. Mandal A. Diunduh dari: http://www.news-

medical.net/health/What-is-HIVAIDS.aspx. 16 Januari 2013. 

7.  Sampurna B. Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran: pengantar bagi

mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta: Departemen Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.h.30-2.