makalah pbl

61
BAB I PENDAHULUAN Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang- undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Di negara lain, misalnya di Inggris, batasan umur anak yang termasuk dalam kasus infantisida adalah sampai 12 bulan karena dianggap persalinan dan menyusui anak dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa seorang wanita. Infantisida kebanyakan dilakukan oleh wanita muda yang belum menikah, walaupun mungkin ada motif untuk melakukan infantisida pada wanita menikah. Keadaan ini diijinkan pada ibu yang belum menikah atau keadaan yang ditimbulkan karena melahirkan, yang biasanya berlangsung secara rahasia; sehingga mengancam keselamatan bayi karena kurangnya perawatan dan perhatian yang cukup. Seorang ibu yang sendirian pada saat melahirkan dapat menjadi panik dan secara tidak sadar membunuh anaknya. Faktor-faktor seperti alkohol, narkoba, atau penyakit alami yang dapat menyebabkan serangan pingsan atau hilangnya kesadaran harus diketahui. Eklampsia atau mania saat nifas harus disingkirkan. Pembuktian bahwa bayi masih hidup setelah dilahirkan sebagai bukti penting terjadinya infantisida sangat sulit dan karena alasan ini dakwaan biasanya menjadi gagal. 1,2 Makalah Kelompok PBL 2 Blok 30 Page 1

Upload: nurshawina-kamaludin

Post on 10-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pbl blok 2

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANYang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Di negara lain, misalnya di Inggris, batasan umur anak yang termasuk dalam kasus infantisida adalah sampai 12 bulan karena dianggap persalinan dan menyusui anak dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa seorang wanita. Infantisida kebanyakan dilakukan oleh wanita muda yang belum menikah, walaupun mungkin ada motif untuk melakukan infantisida pada wanita menikah. Keadaan ini diijinkan pada ibu yang belum menikah atau keadaan yang ditimbulkan karena melahirkan, yang biasanya berlangsung secara rahasia; sehingga mengancam keselamatan bayi karena kurangnya perawatan dan perhatian yang cukup. Seorang ibu yang sendirian pada saat melahirkan dapat menjadi panik dan secara tidak sadar membunuh anaknya. Faktor-faktor seperti alkohol, narkoba, atau penyakit alami yang dapat menyebabkan serangan pingsan atau hilangnya kesadaran harus diketahui. Eklampsia atau mania saat nifas harus disingkirkan.Pembuktian bahwa bayi masih hidup setelah dilahirkan sebagai bukti penting terjadinya infantisida sangat sulit dan karena alasan ini dakwaan biasanya menjadi gagal.1,2 Sangat penting mengetahui cara kelahiran karena presentasi bayi yang abnormal dapat menjadi risiko tersendiri bagi bayi. Jika sang ibu mengaku telah melahirkan bokong dan paru-paru bayi telah berkembang maka kemungkinannya adalah bayi itu bukan saja lahir hidup tapi juga bukan persalinan normal.Jika tidak diketahui melalui anamnesis, maka persalinan bokong dapat diketahui dari pemeriksaan luar dari badan bayi. Pada kasus dimana tubuh bayi ditemukan di dalam kantong plastik pada tanah basah akan ditemukan bekas luka pada mulut. Pemeriksaan lebih lanjut menyatakan telah terjadi penyumbatan keras pada bokong, dan ruptur simfisis tulang mandibula. Terdapat buki adanya tanda-tanda lahir hidup. Disimpulkan bahwa area sumbatan pada bokong adalah bagian yang pertama keluar dan trauma wajah karena tarikan kasar pada bayi saat kepalanya terjepit. Viabilitas dari bayi bukan merupakan hal yang penting tetapi berhubungan kuat dengan lahir mati atau kematian beberapa saat setelah persalinan prematur.Lahir mati cukup sering terjadi dan insidennya kira-kira seperdelapan dari kelahiran yang terdaftar; insiden akan lebih tinggi pada kelahian yang tidak terdaftar. Komplikasi persalinan seperti kerusakan intrakranial dan dan khususnya kerusakan pada tentorium serebri tidak jarang terjadi. Luka-luka pada kasus infantisida bervariasi. Bayi dapat dipukul dikepala atau dilukai dengan pisau atau gunting, asfiksia mekanik selain tenggelam merupakan cara yang sering digunakan. Leher dan wajah perlu mendapat perhatian lebih, apakah ditemukan adanya tanda-tanda, goresan atau memar disertai cekikan dan putaran; dan tanda simpulaan mungkin tersisa dijaringan. Walaupun infantisida tanpa meninggalkan bukti eksternal bisa dilakukan namun penggunaan kekuatan secara tidak sadar untuk membunuh biasanya meninggalkan tanda yang dapat dijadikan bukti.Keadaan tali pusat juga perlu diperhatikan. Apakah terkoyak atau terpotong? Apakah ada tanda-tanda perlakuan secara kasar? Berapa panjang tali pusat? Apakah ada cedera kepala akibat terjatuh pada partus pesipitatus dan menyebabkan fraktur? Fraktur pada keadaan ini adalah jarang terjadi karena dilihat dari jarak kejatuhannya, contoh walaupun posisi ibu tegak hanya bisa mengakibatkan fraktur ringan yang disertai pengeluaran secara paksa ke tanah. Kebalikannya, tanda-tanda pada persalinan lama seperti edema, kaput suksedaneum dan himpitan antar tulang tengkorak merupakan tanda yang menunjukkan lahir mati yang terjadi secara alami. Persalinan lama biasanya terjadi pada persalinan pertama kali dan wanita yang didakwa dengan infantisida biasanya selalu primipara.Walaupun pernyataan ibu biasanya tidak konsisten atau bahkan tidak menggambarkan, prinsip pembuktian untuk mendukung dakwaan infantisida adalah bukan hanya harus bisa membuktikan bahwa bayi telah lahir dalam keadaan hidup tetapi juga membuktikan bahwa kematian disebabkan oleh kekerasan yang harus dibedakan dengan insiden pada saat kelahiran. Opini selanjutnya dari pemeriksa juga mencakup viabilitas dari bayi, dan kemungkinan usia hidup, ketika bayi lahir hidup. Perlu juga dibuktikan bahwa ibu baru saja melahirkan dan bahwa tanggal persalinan sesuai dengan usia bayi semasa hidup. Mungkin juga perlu dibuktikan bahwa benar dia adalah ibu dari anak itu. Pengacara akan menguji bukti-bukti yang menunjukkan bahwa bayi lahir dalam keadaan hidup dan meyakinkan kemungkinan adanya pengaruh dari penyakit ibu (komplikasi persalinan) dan penyakit bayi telah disingkirkan. Kemungkinan lahir mati terutama bila bayi tidak viabel juga harus dipertimbangkan.Jika kematian bayi dihubungkan dengan asfiksia dan tidak ada bukti yang jelas telah terjadi tindakan kriminal sebagai penyebab, maka dipikirkan terjadi akibat penyakit yang diderita. Telah dibuktikan bahwa asfiksia karena faktor alami terjadi sebanyak lebih dari sepertiga kematian janin (37%) dan seperlima kematian neonatus (17,8%), contohnya kematian yang terjadi 1 minggu setelah persalinan. Telah terbukti bahwa tugas pemeriksa medis untuk membuktikan ini cukup sulit. Tetapi adanya pertimbangan tersebut tidak membolehkan setiap pemeriksa untuk tidak memeriksa secara teliti untuk mencari bukti-bukti tersebut. 1,2,3BAB II

ISI Aspek Hukum

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang.

Pasal 341, Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun. Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak , pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa a-naknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 343. Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Dari undang-undang di atas kita dapat melihat adanya 3 faktor penting, yaitu :

Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (ps. 338: tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps. 339 dan 340, dengan rencana). Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yg tepat, tetapi hanya dinyatakan "pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian". Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misal nya tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (ps 341, 342), pembu nuhan (ps 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (ps 181), atau bayi yang diterlantarkan sampai mati (ps 308).

Pasal 181. Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 308. Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.

Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut,

Pasal 305. Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.

Pasal 306. (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.1-4,5 Prosedur MedikolegalUntuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate existence). Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan "membunuh", maka hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun viable atau nonviable.1,4Dokter memeriksa mayat bayi, bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharap dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah

ini:

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?

2. Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?

3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?

4. Apakah sebab kematiannya?

Prosedur mediko-legal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.1Dasar Pengadaan Visum Et RepertumPASAL 133 KUHAP 1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya 2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat 3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.Pejabat yang Berwenang Meminta Visum Et Repertum sesuai dengan yang disebutkan dalam pasal 133 KUHAP adalah penyidik. Dalam pasal 6 KUHAP disebutkan bahwa yang dimaksud dengan penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Kemudian yang membutuhkan untuk dibuatkan visum et repertum salah satunya adalah kasus pidana umum, sehingga dalam hal ini penyidiknya adalah dari pihak kepolisian, sehingga penyidik PNS tidak berwenang meminta visum et repertum.

Pada Pasal 11 KUHAP juga disebutkan bahwa penyidik pembantu juga memiliki wewenang untuk mandatangkan ahli atau meminta visum et repertum, namun yang membedakan dengan penyidik adalah penyidik pembantu tidak dapat melakukan penahanan. Sehingga yang berwenang dalam meminta visum et repertim adalah penyidik polisi dan pembantu penyidik polisi.

Ketentuan mengenai pengertian dan pangkat penyidik serta penyidik pembantu diatur dalam PP No 27 Tahun 1983:

PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983 1) Penyidik adalah :a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun Inspektur Dua)2) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.

PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983 1) Penyidik pembantu adalah :a. Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua polisi;b. Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau yang disamakan dengan ituSurat permintaan Visum et Repertum itu sendiri dibuat secara tertulis dan harus memuat bagian-bagian dalam surat layaknya surat resmi seperti terdapat kop surat, nomor, tanggal, alamat surat, isi, tanda tangan, nama jelas, pangkat, stempel dinas, sertan bagian-bagian yang lainnya sesuai dalam ketentuan pembuatan surat resmi. Selain itu surat tersebut juga harus mengatas namakan Kapolsek dalam hal ini adalah pihak yang berperan sebagai penyidik sebagai pejabat atributif. Untuk pihak yang berwenang dalam penandatangan surat atau pejabat mandat tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja yang secara organisatoris berwenang untuk mengatasnamakan sebagai pejabat atributif.1,4,5,6 Interpretasi Temuan Ibu Tersangka PelakuPemeriksaan yang dimaksudkan pada bagian ini adalah pemeriksaan-pemeriksaan sama ada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan gineklogik yang dilakukan untuk menentukan apakah tersangka pelaku mempunyai hubungan dengan kasus pembunuhan anak sendiri. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari apakah tersangka pelaku pernah hamil dan apakah pernah melahirkan. Diperhatikan juga apakah terdapat kelainan-kelainan pada dirinya yang dapat membantu penyidikan.7Anamnesis

Pada tindakan anamnesis, doktor harus dapat melacak apakah tersangka pernah hamil atau melahirkan. Soalan yang ditanyakan juga diharapakan bersifat terarah agar dapat membantu dalam melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan. Antara soalan yang dapat ditanyakan adalah seperti:

Kapan mens terakhir?

Berapa lamakah siklus?

Kapan mennarche?

Apakah ia mempunyai pacar atau sudah bernikah?

Apakah ia mempunyai anak sebelumnya, jika ada, berapa orang dan usia anak paling muda.

Pemeriksaan fisik

Diketahui pada fase setelah kelahiran atau dikenali sebagai fase puerperium, terdapat beberapa perubahan yang telah terjadi pada tubuh si ibu. Fase puerperium normal berlangsung selama kurang lebih enam hingga dua belas minggu. Fase puerperium ini merupakan fase dimana terjadinya perubahan dan penyesuaian setelah melahirkan akibat perubahan anatomik dan fisiologik yang terjadi pada waktu kehamilan, kembali kepada keadaan normal.7Pada pemeriksaan inspeksi, dapat beberapa perkara yaitu sebagai contoh;a) Keadaan umum. Pada 12 jam pertama setelah melahirkan, kontraksi uterus masih bersifat regular, kuat dan terorganisasi. Dilihat apakah wanita tersebut sedang mengalami kesakitan. Kontraksi ini bersifat untuk membantu di dalam proses involusi organ uterus dan berlangsung sehingga 2 3 hari pertama setelah melahirkan. Diingatkan, kontraksi ini lebih sering menyebabkan keadaan kurang enak pada wanita multipara dari pada wanita primipara sehingga informasi tentang wanita tersebut sangat penting.7

b) Lakukan inspeksi bagian abdomen. Setelah partus, dinding perut menjadi longgar karena diregang begitu lama. Biasanya dinding perut mengambil waktu 6 minggu untuk kembali normal. Diperhatikan juga apakah terdapatnya linea nigra di kulit abdomen karena merupakan salah satu tanda kehamilan.7

c) Lakukan juga inspeksi pada bagian peritoneum. Bagian peritoneum sering robek pada proses melahirkan pervaginam sehingga jika dapat dijumpai luka robekan yang baru, maka dapat disimpulkan bahawa wanita tersebut baru melahirkan. Robekan peritneum juga berguna untuk membedakan wanita yang belum pernah melahirkan dan wanita yang pernah melahirkan. Pada wanita yang asthenis, dapat terjadi diastasis dari otot rectus abdominis yang menyebabkan timbulnya bagian yang lemah yang hanya terdiri dari peritoneum, fascia dan kulit. Apabila berdiri atau mengejan, dapat dilihat bagian yang lemah ini menonjol.7d) Dilihat perubahan-perubahan pada mammae seperti apakah terdapatnya laktasi, apakah terdapat pembesaran dari mammae dan seterusnya. Pada 2 hari setelah melahirkan, mammae masih belum bisa mengeluarkan susu tetapi mengandung colostrum yang dapat dikeluarkan dengan pemijatan papilla mammae atau jika diisap oleh bayi. Setelah hari ke-3 postpartum, mammae akan menjadi besar, tegang dan nyeri yang merupakan tanda permulaan sekresi ASI.7

Pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan palpasi dari uterus. Pada fase setelah melahirkan, organ-organ genitalia akan mengalami involusi. Sejurus setelah melahirkan, berat uterus menjadi 1 kg dan besar kurang lebih sama dengan besar uterus pada minggu ke-20 kehamilan. Uterus akan mengalami involusi sehingga kembali ke berat sebelum kehamilan yaitu 50-100 gram. Pada hari pertama setelah melahirkan, masih mungkin untuk mempalpasi uterus setinggi umbilicus. Pada waktu seminggu setelah melahirkan, uterus telah mengecil dengan lebih lanjut sehingga pada palpasi, mungkin dapat diraba setinggi simfisis pubis.

Tabel 1: Perubahan ketinggian fundus dan saiz uterus pada involusi.7Waktu puerperieumKetinggian fundus uteri

Hari pertamaUmbilikus

Hari kedua Satu jari di bawah umbilikus.

Hari ketigaTitik tengah antara umbilikus dan simfisis.

Hari kelimaSatu jari di atas simfisis pubis

Hari ketujuhSimfisis pubis

Hari kesepuluhTidak teraba

Pemeriksaan ginekologik

Pemeriksaan ginekologik bermaksud melakukan pemeriksaan terhadap organ-organ genital pada wanita. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membuat inspeksi dan palpasi dengan vaginal toucher. Pemeriksaan vaginal toucher dilakukan untuk menilai serviks dan vagina.7Perubahan pada serviks dan vagina adalah seperti berikut;

a) Pada beberapa hari setelah partus, canalis cervicalis masih dapat dilalui oleh 2 jari, pinggirnya dapat dilihat tidak rata dengan tepi yang retak akibat robekan pada saat partus.

b) Seminggu setelah partus, canalis cervicalis hanya dapat dilalui oleh 1 jari dan lingkaran retraksi sudah mendekati bagian atau canalis cervicalis.

c) Ostium externum setelah partus tidak sama dengan keadaan sebelum hamil dengan menjadi lebih besar dan ada bekas retakan ada pinggirnya, terutama di bagian samping. Keadaan ini juga berguna untuk wanita yang pernah melahirkan dengan wanita yang belum pernah melahirkan.

d) Pada serviks, mungkin didapatkan sekret yang dikenali sebagai lochia pada hari pertama puerpurium. Pada hari ke kedua, lochia dapat berupa darah dan disebut lochia rubra. Setelah 3-4 hari berupa darah encer yang disebut lochia serosa. Hari ke-10 dilihat cairan putih atau kekuningan yang disebut lochia alba.

e) Pada vagina, pada minggu ketiga post partum sudah kembali kepada keadaan sebelum hamil, rugae mulai tampak kembali.

Jika pada pemeriksaan ginekologi didapatkan penemuan-penemuan seperti yang dinyatakan, maka wanita tersebut dapat dinyatakan pernah hamil dan pernah melahirkan. Dengan melihat gradasi dari perubahan-perubahan tersebut, maka interval waktu setelah melahirkan mungkin dapat ditentukan.7Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dimaksudkan adalah pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Pada waktu postpartum, mungkin dapat ditemukan osmolalitas plasma yang meningkat akibat terjadinya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit post mortem. Kadar kolesterol dan trigliserida dapat menurun secara signifikan pada 24 jam pasca melahirkan. Juga dapat terjadi perubahan hemodinamik pada fase puerperium.

Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan ultrasound untuk melihat uterus. Selain mendeteksi perubahan bentuk uterus pada waktu pasca melahirkan, dapat juga melihat apakah adanya kelainan pada bentuk uterus yang dapat menghalang dari terjadinya kehamilan. Jika pada pemeriksaan yang dilakukan pada wanita yang tersangka dan didapatkan temuan seperti yang telah dinyatakan maka dapat bahawa wanita tersebut pernah hamil dan pernah melahirkan. Dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi dan tahap perubahan tersebut maka mungkin dapat diperkirakan interval waktu puerperiumnya (berapa lama setelah melahirkan). Pada tindakan melakukan pemeriksaan pada tersangka, jangan melupakan kewajiban sebagai doktor dan hubugan antara doktor dan pasien tetap harus dijaga.7Infantisida kebanyakan dilakukan oleh wanita muda yang belum menikah, walaupun mungkin ada motif untuk melakukan infantisida pada wanika menikah. Keadaan ini diijinkan pada ibu yang belum menikah atau keadaan yang ditimbulkan karena melahirkan, yang biasanya berlangsung secara rahasia;sehingga mengancam keselamatan bayi karena kurangnya perawatan dan perhatian yang cukup. Seorang ibu yang sendirian pada saat melahirkan dapat menjadi panik dan secara tidak sadar membunuh anaknya. Faktor-faktor seperti alkohol, narkoba, atau penyakit alami yang dapat menyebabkan serangan pingsan atau kesadaran harus diketahui. Eklampsia atau mania saat nifas harus disingkirkan.Pembuktian bahwa bayi masih hidup setelah dilahirkan sebagai bukti penting terjadinya infantisida sangat sulit dan karena alasan ini dakwaan biasanya menjadi gagal.Sangat penting mengetahui cara kelahiran karena presentasi bayi yang abnormal dapat menjadi risiko tersendiri bagi bayi. Jika sang ibu mengaku telah melahirkan bokong dan paru-paru bayi telah berkembang maka kemungkinannya adalah bayi itu bukan saja lahir hidup tapi juga bukan persalinan bokong. Jika tidak diketahui melalui anamnesis, maka persalinan bokong dapat diketahui dari pemeriksaan luar dari badan bayi. Pada kasus dimana tubuh bayi ditemukan di dalam kantong plastik pada tanah basah akan ditemukan bekas luka pada mulut. Pemeriksaan lebih lanjut menyatakan telah terjadi penyumbatan keras pada bokong, dan ruptur simfisis tulang mandibula. Terdapat buki adanya tanda-tanda lahir hidup. Disimpulkan bahwa area sumbatan pada bokong adalah bagian yang pertama keluar dan trauma wajah karena tarikan kasar pada bayi saat kepalanya terjepit.Viabilitas dari bayi bukan merupakan hal yang penting tetapi berhubungan kuat dengan lahir mati atau kematian beberapa saat setelah persalinan prematur.Lahir mati cukup sering terjadi dan insidennya kira-kira seperdelapan dari kelahiran yang terdaftar; insiden akan lebih tinggi pada kelahian yang tidak terdaftar. Komplikasi persalinan seperti kerusakan intrakranial dan dan khususnya kerusakan pada tentorium serebri tidak jarang terjadi.Luka-luka pada kasus infantisida bervariasi. Bayi dapat dipukul dikepala atau dilukai dengan pisau atau gunting, asfiksia mekanik selain tenggelam merupakan cara yang sering digunakan. Leher dan wajah perlu mendapat perhatian lebih, apakah ditemukan adanya tanda-tanda, goresan atau memar disertai cekikan dan putaran; dan tanda simpulaan mungkin tersisa dijaringan. Walaupun infantisida tanpa meninggalkan bukti eksternal bisa dilakukan namun penggunaan kekuatan secara tidak sadar untuk membunuh biasanya meninggalkan tanda yang dapat dijadikan bukti.1,8 Bayi :

Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah ia lahir mati atau lahir hidup. Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan, atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang. Lahir Mati

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kan dungan). Kematian ditandai oleh janin yag tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.

Tanda-tanda maserasi (aseptic decomposition). Merupakan proses pembusukan intrauterin, yang berlangsung dari luar ke dalam (berlainan dengan proses pembusukan yang berlangsung dari dalam ke luar). Tanda maserasi baru terlihat setelah 8-10 hari kematian in-utero. Bila kematian baru terjadi 3 atau 4 hari, hanya terlihat perubahan pada kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan kemerahan. Bila vesikel atau bula memecah akan terlihat kulit berwarna merah kecoklatan. Tanda-tanda lain adalah epidermis berwarna putih dan berkeriput, bau "tengik" (bukan bau busuk), tubuh mengalami perlunakan sehingga dada terlihat mendatar, sendi lengan dan tungkai lunak, sehingga dapat dilakukan hiperekstensi, otot atau tendon terlepas dari tulang. Pada bayi yang mengalami maserasi, organ-organ tampak basah tetapi tidak berbau busuk. Bila janin telah lama sekali meninggal dalam kandungan, akan terbentuk litopedion.1,2,3Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sering sukar dinilai bila mayat telah membusuk.

Pemeriksaan makroskopik paru. Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Osborn (1953) menemukan pada 75% kasus, ternyata paru-paru telah mengisi rongga dada, baik pada bayi yang lahir mati maupun lahir hidup. Paru-paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar (slack pleura). Berat paru kira-kira 1/70 x berat badan .1Uji apung paru. Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole. Dengan skalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esofagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, me-konium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.1Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan skalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esofagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak membe rikan hasil yang meragukan.

Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. 5 potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara 2 karton dan ditekan (dengan arah tekanan yang tegak lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan inter-stisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru tersebut berisi udara residu yang tidak akan keluar.

Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah juga dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatip.

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (partial respiration) yang dapat bersifat buatan (pernapasan buatan) ataupun alamiah (vagitus uterinus atau vagitus vaginalis, yaitu bayi sudah bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).

Hasil negatip belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatip ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Hasil uji apung paru positip berarti pasti lahir hidup.1,2Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan. Biasanya paru dengan perangai makroskopik lahir mati akan memberikan hasil uji apung paru negatip (tenggelam).

Mikroskopik paru-paru. Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk memung-kinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.

Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru bayi belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk, dengan pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelokkelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).7,8Serabut-serabut elastin pada dinding alveoli belum terwarnai dengan jelas, masih merupakan fragmen-fragmen yang tersusun dan belum mem bentuk satu lapisan yang mengelilingi seluruh alveoli. Serabut tersebut tegang, tidak bergelombang dan tidak terdapat di daerah basis projection.Pada paru bayi lahir mati mungkin pula ditemukan tanda in-halasi cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf "S", bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang (onion bulb). Juga tampak sedikit sel-sel amnion yang bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.

Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli. Kadangkadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda dari maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli. Kolon dapat menggelembung berisi mekonium, yang merupakan tanda usaha untuk bernapas (struggle to breathe).

Lahir mati ditandai pula oleh ditemukannya keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kehidupan, seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan ten-torium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenital yang fatal seperti anensefalus dan sebagainya.1-3,8,9 Lahir HidupLahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia ges-tasi, sudah atau belumya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Pada pemeriksaan ditemukan Dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang /telah lama hidup.

Pemeriksaan makroskopik paru. Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut pleura), dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru kanan paling dulu atau jelas terisi karena halang-an paling minimal. Gambaran marmer terjadi akibat pembuluh darah in-terstisial berisi darah. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara. Pada pengirisan paru dalam air terlihat jelas ke luarnya gelembung udara dan darah. Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru.1Uji apung paru memberikan hasil positip. (Hasil negatip harus dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis paru).

Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yg mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut retikulin akan tampak tegang.

Pada pernapasan parsial yang singkat, mungkin hasil uji apung paru negatip dan mikroskopik memperlihatkan gambaran alveoli yg kolaps dengan dinding yang berhimpitan atau hampir berhimpitan.

Kadang-kadang dapat ditemukan edema yang luas dalam jaringan paru, membrana duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru, yang mungkin berasal dari lemak verniks (membran hialin, yang akan terlihat bila bayi telah hidup lebih dari 1 jam), atau atelek-tasis paru akibat obstruksi oleh membran duktus alveolaris.

Gambar 1 : Tes Apung Paru.Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen.

Udara dalam duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan telah hidup 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-24 jam, tetapi harus diingat kemung-kinan adanya pernapasan buatan atau gas pembusukan.Dari uraian di atas, haruslah sangat hati-hati dalam menyimpulkan lahir hidup, lebih-lebih bila mayat bayi telah membusuk.1,2,3,7,8 Tanda eksternal lahir hidupTanda yang menyatakan bayi lahir dalam keadaan hidup hanya sedikit. Tanda ini terbatas pada adanya perubahan pada tali pusat dan adanya luka yang tidak bisa diakibatkan karena proses persalinan.Di lain hal, pemeriksaan luar mungkin menemukan tanda-tanda yang membuktikan bahwa bayi tidak lahir dalam keadaan hidup. Sebagai contoh, tubuh yang telah mengalami maserasi menandakan kematian dalam uterus; kepala bayi mungkin diselubungi oleh membran amnion yang mencegah timbulnya pernapasan.; atau mungkin ditemukan kelainan kongenital mayor.Tali pusat tidak dibutuh lagi pada minggu pertama kehidupan. Selama 12 sampai 24 jam pertama tali pusat mengalami pengeringan dan mengkerut namun keadaan ini juga ditemukan pada lahir mati. Pada 36 jam akan ditemui warna kemerahan pada daerah kulit sekitar tali pusat. Tali pusat mulai terlepas dari tubuh pada hari ke-4 dan 5 dan terlepas seluruhnya pada hari ke-6 sampai 7; jaringan parut aktif pada tubuh bayi dapat terlihat sampai 12 hari. Tidak satupun pada perubahan-perubahan ini (yang menandakan reaksi intravital) ditemukan pada lahir mati, karena perubahan ini akan tampak setelah 36 jam maka adanya perubahan ini menandakan bahwa bayi lahir dalam keadaan hidup.8Cara pemotongan tali pusat juga penting. Ibu bisa saja mengaku bahwa tali pusat terkoyak saat anak jatuh di kepala setelah partus presipitatus. Hal itu bisa ditunjukkan bahwa tali pusat telah dipotong bukan terkoyak. Saat terkoyak secara tidak sengaja, biasanya terputus di dekat tempat penempelannya apakah dekat plasenta atau tubuh bayi; pada keadaan lanjut perdarahan yang timbul tidak banyak dan tidak akan dapat menyebabkan kematian bayi.Moris dan Hunt (1966) menemukan bahwa tali pusat relatif mudah diputuskan dengan tangan. Mereka menggambarkan berbagai tampilan ujung tali pusat yang dihasilkan dari cara pemotongan yang berbeda-beda.Ujung tali pusat harus diperiksa dengan meletakkan kedua bagian di air atau papan dan ujungnya dipaparkan secara halus; sebaiknya juga diperiksa dengan kava pembesar. Tepi yang ireguler sesuai dengan pengoyakan sedangkan ujung linear dengan tepi reguler menandakan pemotongan. Bagaimanapun juga kesimpulan harus juga memperhitungkan kemungkinan penggunaan alat tumpul, menghasilkan potongan kasar dan juga mungkin bisa menghasilkan koyakan pada daerah superfisial saja samapi terpotong secara rapi. Pada berbagai kejadian perubahan pasca mati atau pengeringan biasanya menyingkirkan pendapat mengenai cara pemotongan yang telah digunakan.8Pemeriksaan dalam bisa menunjukkan bukti kuat bahwa bayi telah lahir hidup. Dapat ditemukan materi eksternal yang hanya dapat masuk bila bayi telah kelyar secara sempurna pada saluran pernapasan dan pencernaan. Materi eksternal dapat masuk ke saluran pernapasan pada jarak tertentu pasca mati tetapi jalan masuknya ke dalam bronkus intrapulmonar dibatasi oleh udara di paru-paru. Jika tetap ditemukan pada bronkus intrapulmonar dan lebih jauh lagi maka telah terjadi penghirupan (inhalasi). Ini hanya bisa dibuktikan pada keadaan selain adanya kontaminasi dan pemijitan material dari trakea dan bronkus besar dengan penekanan pada tubuh bayi. Karena itu pemeriksaan harus menyingkirkan artefak-artefak ini. Organ dada bagian dalam harus dipindahkan dengan lembut dengan teknik tanpa sentuhan dan menempatkannya di papan atau piringan yang bersih sebelum berbagai tindakan dilakukan untuk mendapat sampel bagian-bagian bronkus dan pipet yang digunakan harus bersih. Spesimen yang diambil harus disertai dengan sampel kemungkinan sumber materi eksternal berasal untuk perbandingan contohnya tanah atau pasir.8Materi eksternal dapat masuk ke kerongkongan, lambung atau lebih jauh lagi sampai ke usus halus selama hidup tetapi setelah mati materi tersebut jarang sekali masuk bahkan sampai lambung. Sampel yang diambil untuk mencegah terjadinya kontaminasi disimpan untuk diperiksa bersama dengan sampel sumbernya.Ditemukannya makanan misalnya susu di lambung bayi adalah hal penting pertama yang ditemukan sebagai kemungkinan adanya penghisapan atau masuknya setelah pengeluaran sempurna.Terakhir, pembuktian bahwa bayi telah lahir hidup yang meliputi berbagai penyelidikan untuk menilai secara pasti dengan menilai kriteria yang digunakan harus dilakukan.Pada masa lalu perhatian khusus diberikan pada sistem pernapasan, harus selalu dalam pikiran kita bahwa bukti telah bernapas bukan bukti lahir hidup. Dapat secara pasti dinyatakan tanpa menampilkan bukti lain lebih lanjut (karena keterbatasan buku ini) bahwa bernapas dapat terjadi sebelum pengeluaran secara sempurna. Bernapas dapat terjadi pada keadaan kepala bayi masih dalam vagina dan walaupun bayi masih dalam rahim (ada bukti autentik tentang ini, menurut Clouston 1933). Terdapat banyak kasus seperti ini (lebih dari 130 kasus tercatat) dan bahkan 122 diantaranya autentik.Sampai saat ini masih sangat penting memberi perhatian khusus, bahkan lebih detil lagi dibanding masa lalu, terhadap sistem pernapasan. Tetapi cara pendekatan yang digunakan telah berubah secara radikal.Test utama pada masa lalu yang dikenal sebagai tes hidrostatik dilakukan untuk menentukan daya apung paru. Jika tenggelam maka menandakan lahir mati; jika mengapung maka menandakan lahir hidup. Pada selanjutnya tes ini dinyatakan tidak memiliki nilai. Paru-paru pada lahir hidup, bahkan yang telah hidup selama beberapa hari dapat tenggelam (Dilwor 1900; Randolph, 1901), dan yang mengapung bukan berarti telah lahir hidup. Bayi tersebut bisa saja bernapas sebelum pengeluaran secara sempurna atau paru-parunya telah mengembang saat persalinan saat lahir mati; paru yang telah membusuk juga bisa mengapung. Jika seluruh bagian dada mengapung tinggi pada air dan tidak busuk maka kemungkinan bayi lahir hidup. Derajat aerasi ini merupakan bukti jelas; karena itu sebaiknya tes hidrostatik tidak dilakukan lebih lanjut.Aerasi paru-paru akan meningkatkan berat paru-paru karena saat sirkulasi pulmonal timbul, pembuluh darah akan terisi dengan darah. Terdapat peningkatan berat paru dari sepertujuhpuluh menjadi sepertigalima dari berat tubuh secara total. Tes ini memiliki nilai kecil dan dapat dilakukan tanpa mengganggu opini akhir.Inspeksi paru dengan mata telanjang juga penting. Ketika paru-paru mengembnag, lembut dan terdapat krepitasi, berarti telah terjadi aerasi tetapi seperti apa yang telah disampaikan Osborn ukuran paru-paru bukan merupakan kriteria lahir mati. Dia telah membantah pendapat sebelumnya yang menyatakan paru-paru padat yang kecil menindikasikan lahir mati. Apakah anak telah lahir hidup atau tidak menurut pengalamannya terdapat tiga perempat kasus paru-paru telah mengisi rongga torak. Dia telah mengemukakan bahwa kegagalan paru-paru untuk berkembang dapat disebabkan oleh pneumotorak bilateral dengan empisema karena operasi. Adanya tanda bintik Tardieu pada asfiksia dan bukti adanya bronkopneumonia bukan tanda lahir hidup karena juga dapat ditemui pada lahir mati.1,2,3,7,8 UMUR BAYI INTRA DAN EKSTRA-UTERIN. Penentuan umur janin/ embrio dalam kandungan rumus De Haas, adalah untuk 5 bulan pertama, panjang kepala-tumit (cm)=kuadrat umur gestasi (bulan) dan selanjutnya = umur gestasi (bulan) x 5.UmurPanjang badan (kepala-tumit)

1 bulan1x1 = 1 cm

2 bulan2x2 = 4 cm

3 bulan3x3 = 9 cm

4 bulan4x4 = 16 cm

5 bulan5x5 = 25 cm

6 bulan6x5 = 30 cm

7 bulan7x5 = 35 cm

8 bulan8x5 = 40 cm

9 bulan9x5 = 45 cm

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan (ossification centers) sebagai berikut :

Pusat penulangan pada :Umur (bulan)

Klavikula1.5

Tulang panjang (diafisis)2

Iskium3

Pubis4

Kalkaneus5-6

Manubrium sterni6

TalusAkhir 7

Sternum bawahAkhir 8

Distal femurAkhir 9/setelah lahir

Proksimal tibiaAkhir 9/setelah lahir

KuboidAkhir 9/setelah lahir

Bayi wanita lebih cepat

Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis atau pada saat autopsi dengan cara sebagai berikut:kalkaneus dan kuboid. Lakukan dorsofleksi kaki dan buat insisi mulai dari antara jari kaki ke 3 dan ke 4 ke arah tengah tumit. Dengan cara ini dapat dilihat pusat penulangan pada kalkaneus dan kuboid serta talus.

distal femur dan proksimal tibia. Lakukan fleksi tungkai bawah pada sendi lutut dan buat insisi melintang pada lutut.

Patela dilepas dengan memotong ligamentum patela. Buat irisan pada femur dari arah distal ke proksimal sampai terlihat pusat penu langan pada epifisis distal femur (bukan penulangan diafisis). Hal yang sama dilakukan terhadap ujung proksimal tibia dengan irisan dari proksimal ke arah distal. Pusat penulangan terletak di bagian tengah berben-tuk oval berwarna merah dengan diameter 4-6 mm.

Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur bayi, tetapi kita harus menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum dukup bulan (prematur) ataukah non-viable, karena pada keadaan prematur dan nonviable, kemungkinan bayi tersebut meninggal akibat proses alamiah besar sekali sedangkan kemungkinan mati akibat pembunuhan anak sendiri adalah kecil.1Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan (kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat badan lebih dari 1000 g, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang fatal. Bayi cukup bulan (matur) bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepalatungging 30-33 cm, berat badan 2500-3000 g dan lingkar kepala 33 cm. Pada bayi cukup bulan, hampir selalu terdapat pusat penulangan pada distal femur sedangkan pada proksimal tibia kadang-kadang terdapat atau baru terdapat sesudah lahir, juga pada tulang kuboid. Pada bayi wanita, pusat penulangan timbul lebih cepat.1,8Ciri-ciri lain dari bayi cukup bulan adalah: lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu; pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna (bila daun telinga dilipat akan cepat kembali ke keadaan semula); diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih; kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari; garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki; testis sudah turun ke dalam skrotum; labia minora sudah tertutup oleh labia mayora yang telah berkembang sempurna; kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan (pada kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat kehitam-hitaman; lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput (kulit pada bayi prematur berkeriput).

Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi setelah bayi dilahirkan, misalnya :

Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum berarti hidup beberapa saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rektum berarti telah hidup 12 jam.

Mekonium dalam kolon. Mekonium akan keluar semua kira-kira dalam waktu 24 jam setelah lahir.

Perubahan tali pusat. Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat baik dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mengering menjadi seperti benang dalam waktu 6-8 hari dan akan terjadi penyembuhan luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan melepas akan tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24 jam berupa sebukan sel-sel lekosit berinti banyak, kemudian akan terlihat selsel limfosit dan jaringan granulasi.1,2Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadang kala masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.

Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna Jingga berbentuk kipas (fan-shaped) lebih banyak dalam piramid daripada medula ginjal. Hal ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.

Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan tertutup setelah 3 minggu 1 bulan.

SUDAH ATAU BELUM DIRAWAT. Pada bayi yang telah dirawat dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan dengan mengatakan telah terjadi partus presipitatus (keberojolan). Pada keadaan ini tali pusat akan terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal lain yang tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah terdapatnya kaput suksedaneum, molase hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang primipara.

Verniks Kaseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi yang dibuang ke dalam air verniks tidak akan hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.

Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup tubuh pada bayi.1,2PENYEBAB KEMATIAN. Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah mati lemas (asfiksia).

Kematian dapat pula diakibatkan oleh proses persalinan (trauma lahir); kecelakaan (misalnya bayi terjatuh, partus precipitatus); pembunuhan atau alamiah (penyakit).

Trauma lahir. Trauma lahir dapat menyebabkan timbulnya tanda-tanda kekerasan seperti:

Kaput suksedaneum. Kaput suksedaneum dapat memberikan gambaran mengenai lamanya persalinan. Makin lama persalinan berlangsung, timbul kaput suksedaneum yang makin hebat.

Secara makroskopik akan terlihat sebagai edema pada kulit kepala bagian dalam di daerah presentasi terendah yang berwarna kemerahan. Kaput suksedaneum dapat melewati perbatasan antar-sutura tulang tengkorak dan tidak terdapat perdarahan di bawah periosteum tulang tengkorak. Mikroskopik terlihat jaringan yang mengalami edema dengan perdarahanperdarahan di sekitar pembuluh darah.

Sefalhematom, perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang atap tengkorak dan tidak melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang hebat.

Umumnya terdapat pada tulang parietal dan skuama tulang oksipital. Makroskopik terlihat sebagai perdarahan di bawah periosteum yang terbatas pada satu tulang dan tidak melewati sutura.

Fraktur tulang tengkorak. Patah tulang tengkorak jarang terjadi pada trauma lahir, biasanya hanya berupa cekungan tulang saja pada tulang ubun-ubun (celluloid ball fracture).

Penggunaan forseps dapat menyebabkan fraktur tengkorak dengan robekan otak.

Perdarahan intrakranial yang sering terjadi adalah perdarahan subdural akibat laserasi tentorium serebeli dan falks serebri; robekan vena galeni di dekat pertemuannya dengan sinus rektus; robekan sinus sagitalis superior dan sinus transversus dan robekan bridging veins dekat sinus sagitalis superior. Perdarahan ini timbul pada molase kepala yang hebat atau kompresi kepala yang cepat dan mendadak oleh jalan lahir yang belum melemas (pada partus presipitatus).

Perdarahan subaraknoid atau interventrikuler jarang terjadi. Umumnya terjadi pada bayi-bayi prematur akibat belum sempurna berkembangnya jaringan-jaringan otak .

Perdarahan epidural sangat jarang terjadi karena dura-mater melekat dengan erat pada tulang tengkorak bayi.Pada kasus pembunuhan, harus diingat bahwa ibu berada dalam keadaan panik sehingga ia akan melakukan tindakan kekerasan yang berlebihan walaupun sebenarnya bayi tersebut berada dalam keadaan tidak berdaya dan lemah sekali.Cara yang tersering dilakukan adalah yang menimbulkan asfiksia dengan jalan pembekapan, penyumbatan jalan napas, penje-ratan, pencekikan dan penenggelaman. Kadang-kadang bayi dimasukkan ke dalam lemari, kopor dan sebagainya.Pembunuhan dengan melakukan kekerasan tumpul pada kepala jarang dijumpai. Bila digunakan cara ini, biasanya dilakukan dengan berulang-ulang, meliputi daerah yang luas hingga menyebabkan patah atau retak tulang tengkorak dan memar jaringan otak.Sebaliknya pada trauma lahir, biasa hanya dijumpai kelainan yang terbatas, jarang sekali ditemukan fraktur tengkorak dan memar jaringan otak.Pembunuhan dengan senjata tajam jarang ditemukan. Pernah ditemukan tusukan di daerah palatum mole, melalui foramen mag-num dan merusak medula oblongata.Pembunuhan dengan jalan membakar, menyiramkan cairan panas, memberikan racun dan memuntir kepala sangat jarang terjadi.1,2,7,8Pada pemeriksan luar, perhatikan beberapa hal tersebut di bawah ini:1,2,4,6Bayi cukup bulan, prematur atau nonviable. Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau tidak. Mulut, adakah benda asing yang menyumbat. Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan ujung potongan ke dalam air), apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptik, adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat, hematom atau Wharton's Jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya dekat uri atau pusat bayi.

Pada pembedahan jenazah; perhatikan paaa leher, perhatikan tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam. Pada bayi, karena jaringan lebih elastis di bandingkan dengan orang dewasa maka tanda-tanda kekerasan tersebut lebih jarang terdapat. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam jalan napas.

Mulut, apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatum mole apakah terdapat robekan.

Rongga dada. Pengeluaran organ rongga mulut, leher dan dada dilakukan dengan teknik tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaiknya satu paru difik-sasi dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan his-topatologik dan pada paru yang lain dilakukan uji apung paru.

Tanda asfiksia berupa Tardieu's spots pada permukaan paru, jantung, timus dan epiglotis.

Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan.

Periksa pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus, talus dan kuboid.

Pada pemeriksaan kepala bayi baru lahir, kulit kepala disayat dan dilepaskan seperti pada orang dewasa. Tulang tengkorak dibuka dengan gunting, dengan cara menusuk fontanel mayor 0.5-1 cm dari garis pertengahan dan dilakukan pengguntingan pada tulang dahi dan ubun-ubun ke depan dan ke belakang pada sisi kiri dan kanan. Ke depan sampai kira-kira 1 cm di atas lengkung atas rongga mata (margo superior orbita) dan ke belakang sampai perbatasan dengan tulang belakang kepala. Kemud ian dilakukan pengguntingan ke arah lateral sampai 1 cm di atas basis mastoid dengan menyisakan tulang pelipis di atas telinga kira-kira sepanjang 2 cm.

Kedua keping tulang atap tengkorak dipatahkan ke arah lateral. Biasanya duramater ikut tergunting karena melekat erat pada tulang. Perhatikan apakah terdapat perdarahan subdural atau subaraknoid.

Perhatikan keadaan falks serebri dan tentorium serebeli terutama pada perbatasannya (sinus rektus dan sinus transversus) apakah terdapat robekan. Selanjutnya dilakukan pengeluaran otak seperti pada orang dewasa.1,2 AUTOPSI PADA KASUS PEMBUNUHAN ANAK

Pembunuhan anak merupakan tindak pidana yang khusus, yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat dilahirkan atau beberapa saat setelah itu, karena takut diketahui orang bahwa ia telah melahirkan. Pada pemeriksaan korban pembunuhan anak, pertama-tama harus dibuktikan bahwa korban lahir hidup. Untuk ini pemeriksaan ditujukan terhadap telah bernafasnya paru korban. Pemeriksaan berikutnya dititikberatkan pada penyebab kematian, yang terjadi sebagai akibat tindak kekerasan. Pada kasus pembunuhan anak yang ditemukan di Jakarta, pembunuhan biasanya dilakukan dengan cara pembekapan, penyumbatan pencekikan, atau pengikatan leher. Untuk memenuhi syarat waktu dilakukannya pembunuhan yaitu pada saat dilahirkan atau tidak beberapa lama setelah itu, pemeriksaan ditujukan terhadap sudah/belum ditemukannya tanda perawatan bayi. Pada tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu melakukan pembunuhan tidak dalam kedaan kesadaran yang penuh, dan dalam keadaan demikian, pada si ibu belum sempat timbul rasa kasih sayang serta keinginan untuk merawat bayinya. Jadi pada kasus pembunuhan anak, si bayi belum mendapat perawatan.2,3

Pemeriksaan terhadap maturitas, viabilitas bayi diperlukan bila pada pemeriksaan didapati keraguan akan lahir hidup atau lahir mati. Pada bayi-bayi yang lahir immature atau non-viable, kemungkinan lahir hidup tentunya lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang lahir mature dan viable. Namun bila dari hasil pemeriksaan keseluruhan, masih tidak dapat dipastikan lahir hidup atau lahir mati, hendaknya hal ini dikemukakan dengan sejujurnya dalam visum et repertum.2,3,6PEMERIKSAAN LABORATORIUM KEDOKTERAN FORENSIK SEDERHANA

Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan, mungkin ditemukan darah, rambut, dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara. Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari korban/pelaku kejahatan/dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah.1,2- Pemeriksaan darah

Darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologic dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensic sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut. Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut penting untuk menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang.

a. Pemeriksaan mikroskopis

Bahannya berupa darah yang masih basah atau baru mengering. Hasil sel darah merah manusia berupa cakram, bikonkav, tanpa inti, dan diameternya adalah 8 mikron. Untuk sel PMN manusia pada sitoplasmanya tidak terdapat granula.

b. Pemeriksaan Kimiawi darah

Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi.

Pemeriksaan kimiawi darah terdiri dari :

-. Pemeriksaan penyaring ada Benzidine dan Fenoftalin. Reagen yang digunakan dalam reaksi Benzidine adalah larutan jenuh Kristal Benzidine dalam asam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagens yang dibuat dari fenoftalin 2 gram + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji-biji Zinc sehingga terbentuk fenoftalin yang tidak berwarna. Reaksi Benzidine positif menghasilkan warna biru gelap. Reaksi fenoftalin positif berwarna merah muda. Hasil positif menunjukkan kemungkinan darah, sehingga harus dilanjutkan dengan pemeriksaan penentuan.

-. Pemeriksaan penentuan ada pemeriksaan Takayama, Teichmann, dan Wagenaar. Hasil positif pada reaksi-reaksi ini menunjukkan pasti darah. Reaksi Takayama positif menunjukkan Kristal Pyridin Hemochromogen yang berbentuk batang-batang berwarna merah dadu/jingga yang kadang-kadang bersatu berbentuk bulu-bulu. Reaksi Teichmann positif menunjukkan adanya Kristal hemin hidroklorida yang berbentuk batang warna coklat. Reaksi wagenaar positif menunjukkan adanya kristal aceton-hemin, berbentuk batang warna coklat.

c. Pemeriksaan spektroskopik

Pemeriksaan spektroskopik memastikan bahan yang diperiksa adalah darah bila dijumpai pita-pita absorbs yang khas dari hemoglobin atau turunannya.

d. Pemeriksaan serologik

Tujuan pemeriksaan serologic adalah menentukan spesies darah dan golongan darah. Prinsip pemeriksaan adalah reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (serum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.

-. Penentuan golongan darah

Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, maka penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi.

Bila sel darah merah sudah rusak, maka penentuan darah golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis agglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh kebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Di antara sistem-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari sistem golongan darah ABO.

Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorbs inhibisi, absorbs elusi, atau aglutinasi campuran. Bila terjadi aglutinasi berarti darah mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.

Dalam kasus yang ada kaitannya dengan factor keturunan, hukum Mendel memainkan peran penting. Semua sistem golongan darah diturunkan dari orangtua kepada anaknya sesuai hukum Mendel.

Hukum Mendel untuk sistem golongan darah adalah sebagai berikut.

-. Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu/ kedua orangtuanya.

-. Orangtua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya.

Pada manusia dikenal bermacam-macam sistem golongan darah, namun yang sering digunakan adalah sistem ABO.

-. Identifikasi DNA

DNA menggunakan konsep polimorfisme. Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bentuk yang berbeda dari suatu struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi pada suatu lokus yang spesifik dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan bersifat polimorfik. Sifat polimorfik ini disamping menunjukkan variasi individu, juga memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dengan orang lainnya.

*. Tujuan pemeriksaan DNA forensik :

-. Untuk kegunaan identifikasi personal :

a. Mengetahui asal usul anak (kasus paternitas)

b. Hubungan kekeluargaan (silsilah)

c. Identifikasi korban tak dikenal

d. Penentuan jenis kelamin -. Untuk pencarian asal usul bahan biologis:

a. Penentuan spesies, jenis kelamin, golongan darah dan HLA

b. Penentuan individu

*. Kelebihan pemeriksaan DNA :

1. Polimorfisme DNA menunjukkan tingkat polimorfis yang jauh lebih tinggi.

2. DNA jauh lebih stabil.

3. Distribusi DNA sangat luas.

4. Dengan ditemukannya metode PCR, bahan DNA yang kurang segar dan sedikit jumlahnya dapat diperbanyak dan masih mungkin untuk dianalisis.

*. DNA ada dua macam yaitu :

-. DNA inti (cDNA)

DNA yang berada di dalam inti sel. Strukturnya berupa 2 untai terpilin. Fungsinya adalah membawa informasi genetik untuk pembentukan protein dan enzim.

-. DNA mitokondria (mtDNA)

DNA yang terdapat dalam mitokondria sel. Strukturnya berupa double ring. Fungsinya adalah membawa informasi untuk pembentukan protein dan enzim pernapasan.

*. Proses pembuahan

Kepala sperma (cDNA ayah) masuk ke dalam sel telur. cDNA ayah bergabung dengan cDNA inti sel ovum (cDNA ibu), akibatnya pada sel janin hasil pembuahan, cDNA anak adalah gabungan cDNA ayah dan ibu. Leher sperma (mtDNA ayah) dan ekor sperma ditinggal di luar sel telur, sehingga didalam sel janin hasil pembuahan, mtDNA anak hanya berasal dari mtDNA ibunya saja. Semua anak dari ibu yang sama, mtDNAnya sama dengan mt DNA ibu. cDNA anak diturunkan dari cDNA bapak dan ibu (hukum MENDEL atau parental inheritance), sedangkan mtDNA ditunkan dari mtDNA ibunya saja (maternal inheritance).

*. Dampak pola penurunan

Parental inheritance digunakan untuk kasus ragu ayah, kasus selingkuh, kasus penculikan anak, identifikasi personal, kasus imigrasi. Maternal inheritance digunakan untuk kasus aborsi, pembunuhan anak sendiri, kasus bayi tertukar, identifikasi teroris bersaudara.

*. Jenis pemeriksaan DNA :

A. Pemeriksaan DNA tanpa amplifikasi

Menggunakan metode Southern Blot dan memerlukan DNA yang relatif utuh. Pemeriksaan lebih lama. Pemeriksaan dapat berupa :

-. Pelacak multilokus : banyak pita DNA.

-. Pelacak single lokus : dua pita/orang.

B. Pemeriksaan DNA dengan amplifikasi

Menggunakan metode PCR. Kemampuannya bisa memperbanyak DNA jutaan sampai milyaran kali memungkinkan dianalisisnya sampel forensic yang jumlahnya amat minim, hal ini penting karena banyak dari sampel forensic merupakan sampel postmortem yang tak segar lagi. Memerlukan DNA sedikit dan tidak perlu utuh. Pemeriksaannya cenderung cepat.1-4 Visum et RepertumPejabat yang Berwenang Meminta Visum Et Repertum sesuai dengan yang disebutkan dalam pasal 133 KUHAP adalah penyidik. Dalam pasal 6 KUHAP disebutkan bahwa yang dimaksud dengan penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Kemudian yang membutuhkan untuk dibuatkan visum et repertum salah satunya adalah kasus pidana umum, sehingga dalam hal ini penyidiknya adalah dari pihak kepolisian, sehingga penyidik PNS tidak berwenang meminta visum et repertum.3,10Pada Pasal 11 KUHAP juga disebutkan bahwa penyidik pembantu juga memiliki wewenang untuk mandatangkan ahli atau meminta visum et repertum, namun yang membedakan dengan penyidik adalah penyidik pembantu tidak dapat melakukan penahanan. Sehingga yang berwenang dalam meminta Visum et Repertum adalah penyidik polisi dan pembantu penyidik polisi.

Ketentuan mengenai pengertian dan pangkat penyidik serta penyidik pembantu diatur dalam PP No 27 Tahun 1983:

PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983 1. Penyidik adalah :a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun Inspektur Dua)2. Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.

PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983 1. Penyidik pembantu adalah :a. Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua polisi;b. Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau yang disamakan dengan itu.Surat permintaan Visum et Repertum itu sendiri dibuat secara tertulis dan harus memuat bagian-bagian dalam surat layaknya surat resmi seperti terdapat kop surat, nomor, tanggal, alamat surat, isi, tanda tangan, nama jelas, pangkat, stempel dinas, sertan bagian-bagian yang lainnya sesuai dalam ketentuan pembuatan surat resmi. Selain itu surat tersebut juga harus mengatas namakan Kapolsek dalam hal ini adalah pihak yang berperan sebagai penyidik sebagai pejabat atributif. Untuk pihak yang berwenang dalam penandatangan surat atau pejabat mandat tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja yang secara organisatoris berwenang untuk mengatasnamakan sebagai pejabat atributif.3,4,7,10BAB III

PENUTUP Kesimpulan

Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Dari unsur-unsur pembunuhan anak sendiri di atas dapat ditarik beberapa hal penting: (1) pengertian pembunuhan mengharuskan kita untuk membuktikan bahwa bayi lahir hidup, terdapat tanda kekerasan dan sebab kematian akibat kekerasan (termasuk peracunan); (2) pengertian baru lahir mengharuskan penilaian atas: cukup bulan atau belum, usia gestasi, usia pasca lahir serta memberikan pula asupan laik hidup (viable) atau tidaknya bayi tersebut; (3) pengertian takut diketahui diasosiasikan dengan belum timbulnya rasa kasih sayang si ibu kepada bayinya yang diperlihatkan dengan belum tampaknya tanda-tanda perawatan. Anggapan ini ingin mengatakan bahwa adanya perawatan menunjukkan adanya kasih sayang ibu kepada bayinya, sehingga dapat diartikan bahwa rasa takut diketahui telah melahirkan tersebut telah hilang; (4) pengertian si ibu membunuh anaknya sendiri mengharuskan kepada kita untuk berupaya membuktikan apakah mayat bayi yang diperiksa adalah anak dari tersangka ibu yang diajukan. Untuk membuktikan PAS harus dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Dari hasil pemeriksaan dalam secara makroskopik terlihat gambaran mozaik pada kedua paru dan uji apung paru positif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus ini bayi lahir hidup. Seyogyanya juga harus dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru, akan tetapi buku teks menyebutkan bahwa paru dengan gambaran mozaik selalu memberikan hasil uji apung paru yang positif yang bisa diasumsikan bahwa bayi sudah pernah bernafas. Adanya asfiksia mekanik berupa pembengkapan dan pencekikan dapat disimpulkan dari hasil pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam. Memar pada lidah kiri memberikan petunjuk akibat pembengkapan. Sedangkan luka lecet pada leher memberikan ciri-ciri yang khas sesuai dengan kasus pencekikan. Lebam mayat yang luas (wajah, leher, belakang tubuh dan tungkai), bintik perdarahan pada mata, pangkal batang tenggorok serta pada piala ginjal juga merupakan temuan yang mendukung tanda-tanda asfiksia. Pembengkapan dan atau pencekikan merupakan cara yang paling serin digunakan dalam kasus PAS oleh pelaku, hal ini dilakukan untuk mencegah bayi menangis agar tidak diketahui oleh orang lain bahwa ia melahirkan bayi.1-4,6,8DAFTAR PUSTAKA1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan kedua. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik FKUI. 1997. hal 165-762. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Cetakan Pertama Edisi Revisi. Jakarta : Sagung Seto, 2008. Hal 197-83. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke-4. Jakarta : bagian kedokteran Forensik FKUI, 2000. hal 52-54. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Cetakan kedua. Jakarta:bagian kedokteran ferensik FKUI. 1994. hal 50-115. Sampurna, B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Cetakan kedua. Jakarta. 2007. hal 23-76. Afandi D, Hertian S, Atmadja DS, Widjaja IR. Pembunuhan anak sendiri dengan kekerasan multiple. Majalah kedokteran Indonesia; 2008 September: Vol 8;No 97. Lipscomb K, Novy M.J. The normal puerperium in Decherney A.H, Nathan L,Goodwin T.M. et. al. Current diagnosis and treatment: obstetrics and gynecology. 10th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007. 8. Judul

: Pembunuhan Anak Sendiri dengan Kekerasan MultipleDiunduh dari: http://www.pdfchaser.com/Pembunuhan-Anak-Sendiri-Dengan-Kekerasan-Multipel.html9. Judul

: Pembunuhan Anak Sendiri & Pengguguran KandunganDiunduh dari: http://www.freewebs.com/pas_pengguguran_kandungan_by_summervernith/index.htm10. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Visum et repertum. Dalam: Ilmu kedokteran forensik. Jakarta; FKUI. 1997. hal. 5-16

Bercak ?

Benzidin/Fenoftalin

Penyaring

Bukan darah

-

+

Penentuan

Teichmann/Takayama/Wagenaar

Pasti darah

+

-

Precipitat test

Manusia

Golongan darah

-

+

Makalah Kelompok PBL 2 Blok 30Page 40