makalah organisasi formal_informal (ajengr.)

Upload: ajeng-ratna

Post on 02-Mar-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Akuntansi Sektor Publik

Perilaku OrganisasiPerilaku OrganisasiPerilaku Organisasi

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 2B. Rumusan Masalah 3C. Tujuan Penulisan 3BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi Kelompok 4B. Klasifikasi Kelompok 5C. Faktor Pembentuk Kelompok 6D. Tahap Perkembangan Kelompok 6E. Karakteristik Kelompok 9BAB III ANALISA DAN PEMBAHASANA. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Inspektorat 12B. Organisasi Inspektorat 13C. Inspektur Pembantu Wilayah sebagai Kelompok Komando 13BAB IV KESIMPULAN 20DAFTAR PUSTAKABAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompok - kelompok ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok - kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya suatu kelompok. Teori yang sangat dasar terbentuknya kelompok adalah mencoba menjelaskan adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu teori ini disebut Propinquiti atau teori pendekatan, teori pendekatan ini ialah bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan uang dan daerahnya atau (spatial and geographical proximity).

Dasar pokok yang amat penting dari daya tarik antar individu dan pembentukan kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain. Hal ini dapat di pahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat, atau berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik. Hasil-hasil penelitian membuktikan bahwa faktor lingkungan juga merupakan penentu untuk menaikkan atau mengurangi kesempatan berinteraksi.Kapan dan di mana pun orang bersama - sama, atau berada dalam kebersamaan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, itulah sebuah tim. Prioritas utama sebuah tim apapun adalah untuk belajar berfungsi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga secara individu dan bersama-sama, anggota tim itu dapat meraih sasaran yang tepat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat meraih kesuksesan tanpa bekerjasama dengan orang lain.B. Rumusan MasalahDalam makalah ini akan dibahas tentang sebuah kelompok formal (kelompok komando) yaitu Inspektur Pembantu Wilayah II pada Inspektorat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Yang akan menjadi topik permasalahannya adalah bagaimana struktur, status dan peran dari kelompok tersebut, faktor-faktor apa saja yang mendorong terbentuknya kelompok, serta konflik yang terjadi dengan manajemen organisasi.C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas individual dari mata kuliah Perilaku Organisasi pada Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, dan sebagai tambahan informasi bagi para pembaca mengenai aplikasi perilaku kelompok pada lingkungan tempat penulis bekerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi KelompokKelompok adalah dua atau lebih karyawan yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan/atau prestasi anggota dipengaruhi oleh perilaku dan/atau prestasi anggota lain (Gibbson, 402). Definisi kelompok juga dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain: Kelompok dari sisi persepsi.Memandang bahwa untuk suatu kumpulan individu dianggap sebagai suatu kelompok, anggotanya harus memperhatikan hubungan mereka dengan lainnya. Pandangan ini menunjukkan bahwa anggota kelompok harus memandang keberadaan masing-masing anggota demikian pula keberadaaan kelompoknya. Kelompok dari sisi organisasi.Mendefinisikan suatu kelompok sebagai suatu sistem terorganisir terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan sehingga sistem menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran hubungan diantara anggotanya, dan mempunyai set norma-norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggota.

Kelompok dari sisi motivasi.

Mendefinisikan kelompok sebagai sekelompok individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulan yang menghargai individu.

Kelompok dari sisi interaksi.

Suatu kelompok merupakan sejumlah orang yang berkomunikasi satu dengan lain seringkali untuk lebih dari satu rentang waktu tertentu, dan mereka dalam jumlah yang tidak terlalu banyak sehingga masing-masing orang dapat berkomunikasi dengan seluruhnya, tidak melalui orang kedua, atau orang lain, tetapi bertatap muka.Berdasarkan beberapa definisi kelompok diatas, suatu kelompok mencirikan hal-hal berikut:

1. Termotivasi untuk bergabung;

2. Menganggap kelompok sebagai suatu kesatuan unit dari orang yang berinteraksi;

3. Berkontribusi dalam berbagai jumlah proses kelompok (seperti, beberapa orang berkontribusi lebih banyak waktu atau energi didalam kelompok);

4. Mencapai kesepakatan dan ketidaksepakatan melalui berbagai bentuk interaksi.

B. Klasifikasi KelompokBerdasarkan tujuan dan proses terbentuknya, kelompok terbagi beberapa jenis yaitu :1. Kelompok Formal

Yaitu kelompok yang diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Permintaan dan proses organisasi mendorong pembentukan 2 (dua) tipe kelompok formal, yaitu:

a. Kelompok Komando

Dispesifikasikan oleh bagan organisasi, terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada seorang penyelia tertentu.

b. Kelompok Tugas

Terdiri dari karyawan yang bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu atau proyek.

2. Kelompok Informal

Merupakan kelompok yang tidak berstruktur formal maupun secara organisasional, timbul sebagai respons terhadap kebutuhan akan kontak sosial. Kelompok informal yang khusus ada adalah karena:

a. Minat (Kelompok Minat)b. Persahabatan (Kelompok Persahabatan)C. Faktor-Faktor Pembentuk Kelompok1. Pemuasan KebutuhanKeinginan memuaskan kebutuhan dapat menjadi motivasi yang kuat mendorong pembentukan kelompok. Khususnya, keamanan, sosial, harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

2. Kedekatan dan Daya TarikIndividu yang bekerja sangat dekat berpeluang saling bertukar gagasan, pikiran dan sikap mengenai berbagai hal dan aktivitas di luar kerja. Kedekatan juga memungkinkan individu mempelajari karakteristik orang lain, hal ini yang mendorong terbentuknya kelompok.3. Tujuan

Tujuan yang jelas yang ingin dicapai individu bisa menjadi alasan terbentuknya kelompok. Kelompok organisasi formal yang mempunyai tujuan jelas perlu dipertegas dengan pemahaman bahwa persepsi, sikap kepribadian, dan belajar bisa mendistorsi tujuan.4. Ekonomi

Dalam banyak kasus, kelompok terbentuk karena individu percaya bahwa mereka bisa memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar dari pekerjaan mereka bila mereka mengorganisir diri.D. Tahap Perkembangan KelompokSatu model pengembangan kelompok menyatakan bahwa kelompok terbentuk melalui empat tahap pengembangan, yaitu (Gibbson, 409):

1. Penerimaan bersama.Dimana pada tahap awal ini, umumnya anggota kelompok bersikap menolak berkomunikasi satu dengan yang lain. Biasanya, mereka tidak mau mengekspresikan gagasan, sikap dan keyakinan mereka.

2. Komunikasi dan pengambilan keputusan.Setelah melalui tahap penerimaan bersama, anggota kelompok mulai berkomunikasi terbuka satu sama lain. Komunikasi ini menghasilkan peningkatan keyakinan dan juga interaksi di dalam kelompok.

3. Motivasi dan produktivitas.Pada tahap pengembangan ini, upaya ditujukan untuk menyelesaikan tujuan kelompok. Kelompok bekerja sebagai suatu unit kooperatif dibanding unit yang bersaing. Ketika pengalaman bekerja bersama meningkat, demikian pula efektivitas keputusan dan tindakan kelompok. Hal ini seterusnya menjadi pengaruh yang positif bagi sikap yang tepat bagi pembentukan kelompok.

4. Pengendalian dan organisasi.Pada tahap ini, afiliasi kelompok dinilai dan anggota diregulasi oleh norma-norma kelompok. Tujuan kelompok akan lebih diutamakan dibanding tujuan individu, dan norma-norma diikuti atau sanksi diterapkan.Model Lima Tahap, yaitu:

1. Tahap pembentukan (forming)

Pada tahap ini dicirikan oleh banyak ketidakpastian mengenai maksud, struktur, dan kepemimpinan kelompok. Para anggota melakukan uji coba untuk menemukan tipe-tipe perilaku apakah yang dapat diterima baik. Tahap ini selesai ketika para anggota telah mulai berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai bagian dari kelompok.

2. Tahap keributan (storming)

Tahap keributan adalah tahap komplik di dalam kelompok (intragrup). Para anggota menerima baik eksistensi kelompok, tetapi melawan batasan-batasan yang diterapkan oleh kelompok-kelompok individualitas.3. Tahap penormaan (norming)

Tahap penormaan adalah tahap di mana berkembang hubungan yang akrab dan kelompok menunjukan sifat kohesif (saling tarik). Sudah ada rasa memiliki identitas kelompok dan persahabatan yang kuat. Tahap ini selesai jika telah terbentuk struktur kelompok yang kokoh dan menyesuaikan harapan bersama atas apa yang disebut sebagai perilaku anggota yang benar.

4. Tahap Pelaksanaan (performing)

Tahap pelaksanaan adalah tahap berfungsinya struktur dan diterima baik. Energy kelompok telah bergeser dari mencoba mengerti dan memahami satu dengan yang lain menjadi pelaksana tugas yang ada.

5. Tahap Peristirahatan (adjourning)

Tahap peristirahatan adalah tahap terakhir dalam pengembangan kelompok pada kelompok sementara, dicirikan oleh perhatian kepenyelesaian aktivitas bukannya ke kinerja petugas.

Model Alternatif

Model ini untuk Kelompok Temporer dengan Tenggat. Kelompok ini memiliki urutan tindakan (atau bukan tindakan) mereka sendiri yang unik, seperti:

1. Menentukan arah kelompok.

2. Fase inersia (lemas tanpa energi).

3. Fase transisi (peralihan).

4. Transisi mengawali perubahan besar.

5. Fase inersia kedua mengikuti masa transisi.

6. Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh kegiatan yang sangat terpicu.E. Karakteristik Kelompok1. StrukturAnggota kelompok dibedakan atas faktor-faktor dasar seperti: keahlian, agresivitas, kekuasaan dan status. Masing-masing anggota memiliki satu posisi dalam kelompok. Pola hubungan diantara posisi merupakan struktur kelompok.2. Status HirarkiStatus ditujukan pada suatu posisi tertentu yang umumnya adalah konsekuensi dari karakteristik tertentu yang membedakan posisi satu dengan yang lainnya. Misalnya, seseorang diberikan status karena faktor senioritas pekerjaan, umur atau kemampuan.3. PeranAdalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial tertentu. Pemahaman perilaku peran secara dramatis akan disederhanakan jika masing-masing dari kita memilih satu peran dan memainkannya secara teratur dan konsisten.Identitas peran. Ada sikap dan perilaku aktual tertentu yang konsisten dengan peran dan menciptakan identitas peran. Orang mempunyai kemampuan untuk dengan cepat beralih peran bila mereka menyadari bahwa situasi dan tuntutannya jelas-jelas membutuhkan perubahan besar.Persepsi Peran. Pandangan seseorang mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi tertentu disebut persepsi peran. Berdasarkan penafsiran atas bagaimana kita meyakini bagaimana seharusnya perilaku kita, kita terlibat ke dalam tipe-tipe perilaku tertentu.Pengharapan Peran. Pengharapan peran didefinisikan sebagai bagaimana orang lain meyakini apa seharusnya tindakan anda dalam situasi tertentu. Bagaimana anda berprilaku, sebagian besar ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam konteks tindakan anda.

Konflik peran. Bila individu dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan, akibatnya adalah konflik peran. Konflik ini muncul bila individu menemukan bahwa patuh pada tuntutan satu peran menyebabkan dirinya kesulitan mematuhi tuntutan peran lain. Dalam keadaaan ekstrem, itu akan mencakup situasi di mana dua atau lebih pengharapan peran saling berlawanan.4. Norma-normaYaitu standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh anggota kelompok. Norma ini memberitahu para anggota apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu. Dari titik pandang individu, norma itu mengatakan apa yang diharapkan dari anda dalam situasi tertentu. Bila disepakati dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan pengawasan eksternal yang minimal. Norma berbada di antara kelompok-kelompok, komunitas dan masyarakat, tetapi semuanya mempunyai norma.5. KepemimpinanPemimpin mempunyai pengaruh atas anggota kelompoknya. Dalam kelompok formal, pemimpin bisa menggunakan sanksi yang dilegitimasikan. Jadi, pemimpin bisa memberikan penghargaan atau menghukum anggotanya yang tidak mengikuti arahan, instruksi atau aturan-aturan.6. Kekompakan/KohesivitasUmumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama dalam kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota keluar dari kelompok. Kelompok kohesif melibatkan individu yang memperhatikan satu sama lain. Kelompok yang memiliki tingkat kekohesifannya rendah tidak memiliki hubungan interpersonal bagi anggotanya.7. KonflikKonflik kelompok dengan pihak lain untuk banyak alasan dan konsekuensi bisa juga baik bagi organisasi atau secara ekstrim negatif.BAB IIIANALISA DAN PEMBAHASANA. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Inspektorat Provinsi NTB Kedudukan

Inspektorat Provinsi Nusa Tenggara Barat dibentuk dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tugas

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat pasal 5 ayat (1) Inspektorat Provinsi mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Provinsi menyelenggarakan fungsi sesuai Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2008 pasal 5 ayat (2):

a. perencanaan program pengawasan;

b. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan;

c. pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan;

d. pengendalian dan evaluasi pelaksanaan tugas bidang pengawasan;

e. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.B. Organisasi Inspektorat Provinsi NTBSusunan organisasi Inspektorat Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdiri dari:

a. Inspektur;b. Sekretariat, terdiri dari:

1. Subbagian Perencanaan;

2. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan;

3. Subbagian Administrasi Umum.

c. Inspektur Pembantu Wilayah I, terdiri dari :

1. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;

2. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;

3. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.

d. Inspektur Pembantu Wilayah II, terdiri dari :

1. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;

2. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;

3. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.

e. Inspektur Pembantu Wilayah III, terdiri dari :

1. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;

2. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;

3. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.

f. Inspektur Pembantu Wilayah IV, terdiri dari :

1. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;

2. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;

3. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional.C. Inspektur Pembantu Wilayah II sebagai Kelompok KomandoSebagaimana telah dijabarkan diatas bahwa dalam struktur organisasi Inspektorat Provinsi NTB terdapat beberapa kelompok formal yang dapat kita kategorikan sebagai kelompok komando. Dimana kelompok komando dicirikan sebagai sebuah kelompok formal yang dispesifikasikan oleh bagan organisasi, terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada seorang penyelia tertentu.

Dalam makalah ini, yang akan menjadi bahasan adalah Inspektur Pembantu Wilayah II sebagai Kelompok Komando karena penulis termasuk dalam anggota dalam kelompok tersebut sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan yang lebih rigid mengenai kelompok formal dimaksud.

Berikut karakteristik dari Inspektur Pembantu Wilayah II, ditinjau dari:

1. Struktur dan Status HirarkiSeperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa karakteristik struktur mengacu pada pola hubungan diantara posisi anggota kelompok dan status ditujukan pada suatu posisi tertentu yang umumnya adalah konsekuensi dari karakteristik tertentu yang membedakan posisi satu dengan yang lainnya. Inspektur Pembantu Wilayah (Irbanwil II) memiliki struktur dan status hirarki sebagai berikut:

2. PeranAdalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial tertentu. Hal ini dapat kita kaitkan dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing posisi dalam status hirarki diatas. Inspektur Pembantu Wilayah mempunyai tugas membantu Inspektur dalam urusan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan kasus pengaduan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan Inspektur sesuai dengan bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Inspektur Pembantu mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pengusulan program kerja pengawasan di wilayah;

b. Pengorganisasian pelaksanaan pengawasan;

c. Pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah;

d. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Inspektur sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Pembangunan.Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Pembangunan mempunyai tugas membantu Inspektur Pembantu Wilayah dalam urusan Pengawasan Pemerintahan Bidang Pembangunan dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Program Kerja Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Pembangunan;

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan sesuai bidang tugasnya;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah sesuai bidang tugasnya;

d. Melaksanakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian sesuai bidang tugasnya;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya. Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Pemerintahan.Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Pemerintahan mempunyai tugas membantu Inspektur Pembantu Wilayah dalam urusan Pengawasan Pemerintahan Bidang Pemerintahan dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Program Kerja Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Pemerintahan;

b. Menkoordinasikan pelaksanaan pengawasan sesuai bidang tugasnya;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah sesuai bidang tugasnya;

d. Melaksanakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian sesuai bidang tugasnya;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Inspektur Pembantu Wilayah dalam urusan Pengawasan Pemerintahan Bidang Kemasyarakatan dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Program Kerja Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Kemasyarakatan;

b. Menkoordinasikan pelaksanaan pengawasan sesuai bidang tugasnya;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah sesuai bidang tugasnya;

d. Melaksanakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian sesuai bidang tugasnya;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya. Staf Staf berperan sebagai pendukung tugas dari para kepala seksi pengawasan. Secara umum staf memiliki tugas:

a. Mengumpulkan data/informasi yang menjadi dasar usulan pemeriksaan.

b. Membuat kertas-kertas kerja pemeriksaan (working paper), yang merupakan alat untuk menghimpun data.c. Membuat naskah laporan hasil pemeriksaan berdasarkan working paper tersebut yang akan direview oleh masing-masing kepala seksi.

3. Norma-normaYaitu standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh anggota kelompok. Contoh norma-norma yang disepakati antara anggota kelompok ini adalah bahwa selain atasan/penyelia/supervisor, anggota kelompok lain tidak boleh ikut campur atas keputusan/kebijakan hasil pemeriksaan/temuan teman sejawatnya. Memberi masukan diperbolehkan tetapi ikut campur dalam pengambilan keputusan tidak diperkenankan, jika hal ini terjadi, dikhawatirkan salah satu anggota kelompok menjadi tersinggung karena merasa kompetensinya diragukan atau bahkan tidak dipercaya yang tentunya akan menimbulkan konflik intern dalam kelompok.

Selain itu, terdapat kesepakatan bersama bahwa jika pihak yang diperiksa memiliki hubungan kekerabatan dengan salah satu anggota kelompok maka anggota kelompok bersangkutan harus mundur dari pemeriksaan karena dikhawatirkan akan mempengaruhi independensi pemeriksa.Norma lainnya adalah tidak diperbolehkannya seorang anggota kelompok bertemu dengan pihak yang diperiksa sendirian tanpa ditemani oleh anggota kelompok yang lain.

4. KepemimpinanPemimpin bisa menggunakan sanksi yang dilegitimasikan. Jadi, pemimpin bisa memberikan penghargaan atau menghukum anggotanya yang tidak mengikuti arahan, instruksi atau aturan-aturan. Tetapi pada kenyataannya, dalam kelompok komando ini jarang sekali sifat kepemimpinan tersebut ditonjolkan. Seringkali pemimpin yang ada tidak memperhatikan penghargaan dan hukuman yang harus diberikan kepada bawahannya. Hal ini yang membuat motivasi dan semangat anggota kelompok menjadi pasang surut.5. Kekompakan/KohesivitasMeskipun semangat dan motivasi anggota kelompok kadang naik kadang turun namun kekompakan masih bisa terjaga. Hal ini disebabkan jenis kegiatan/pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok ini menuntut kemampuan bekerjasama dalam tim yang seringkali memberikan kesan positif dan mampu melahirkan rasa kebersamaan yang tinggi.6. KonflikKonflik bisa terjadi antara sesama kelompok komando maupun dengan manajemen organisasi, misalnya:

Sesama kelompok komandoKonflik biasa timbul antara Irbanwil II dengan Irbanwil lainnya termasuk Kelompok Jabatan Fungsional dimana tugas pokoknya sama yaitu melakukan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Pemicu konflik biasanya terkait dengan pembagian wilayah dan obrik pemeriksaan. Walaupun sebenarnya pembagian wilayah dan obrik pemeriksaan tersebut telah tertuang dalam PKPT () di setiap awal tahun anggaran. Namun, pada aplikasinya seringkali surat tugas yang keluar tidak sesuai dengan PKPT sehingga membuat hampir setiap kelompok komando diatas saling berebut wilayah dan obrik pemeriksaan yang tidak berat baik dari segi anggaran maupun lokasinya.

Selain masalah pembagian wilayah, yang sering menimbulkan konflik adalah adanya perbedaan pendapat mengenai suatu temuan (hasil pemeriksaan). Meskipun, sebagai auditor kami sudah memiliki aturan sebagai acuan dalam menentukan sebuah temuan namun seringkali subyektifitas masih mendominasi karena kami merupakan pengawas internal pemerintah daerah bukan pengawas eksternal yang bisa lebih independen. Manajemen organisasiManajemen organisasi disini direpresentasikan oleh Inspektur dan Sekretariat. Konflik yang biasa timbul adalah tuntutan Inspektur untuk melakukan pemeriksaan yang mendetail dan mendalam yang tentunya membutuhkan ekstra sumber daya dan sumber dana. Sedangkan ekstra sumber daya dan sumber dana tersebut tidak kami dapatkan, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan Sekretariat dalam melakukan penambahan sumber daya dan pengaturan sumber dana. Sehingga, seringkali tuntutan Inspektur tersebut tidak dapat terpenuhi. .

BAB IVKESIMPULANKelompok komando ini terbentuk dari faktor tujuan, bahwa untuk mendukung tugas pokok dan fungsi dari sebuah organisasi yang bernama Inspektorat Provinsi NTB maka dibentuklah beberapa kelompok komando yang tentunya tujuan dari kelompok tersebut selaras dengan tujuan organisasi sehingga diharapkan dengan adanya kelompok komando tersebut, efektivitas kinerja organisasi dapat tercapai dengan maksimal. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2008.Meskipun secara garis besar tujuan dibentuknya kelompok komando dalam suatu organisasi adalah untuk mendukung kinerja organisasi. Namun, konflik antara sesama kelompok maupun konflik antara kelompok dengan manajemen organisasi tidak dapat dihindari. Karena, kelompok dan organisasi diisi oleh individu-individu yang seringkali memiliki kepentingan dan tujuan masing-masing.

Tugas bagian manajemen sebuah organisasi adalah, bagaimana mengelola konflik yang terjadi agar bisa menjadi motivasi yang pada akhirnya mampu memberikan manfaat bagi organisasi maupun individu-individu dalam kelompok tersebut. Yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen adalah menganalisa faktor penyebab konflik terjadi, apakah akibat ketergantungan kerja, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi atau tuntutan yang meningkat akan spesialis.Setelah menganalisa, pihak manajemen dapat menerapkan cara resolusi ataupun negosiasi dalam mengelola konflik. Pengelolaan konflik dengan cara resolusi dapat ditempuh dengan pemecahan masalah, perluasan sumber daya, pelunakan, kompromi, maupun perintah kekuasaan. Namun, seringkali langkah yang ditempuh manajemen dalam mengelola konflik adalah negosiasi karena dengan negosiasi tidak ada pihak atau kelompok yang dikalahkan ataupun dimenangkan. DAFTAR PUSTAKAGibson, Organisasi (perilaku, struktur, proses). Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2010.Robbins, S. P,. Perilaku organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. 2003.

Irbanwil II

M. Takiyuddin Subki, SE., M.Si.

Seksi PP Bid. Pembangunan

Dini Handayani, SIP., MM.

Seksi PP Bid. Pemerintahan

H. Mahsun, ST.

Seksi PP Bid. Kemasyarakatan

M. Rusmayadi, SE., M.Ak.

Erika Margaretha, SH.

Ajeng R. Purwaningsih, SE.

Edwin Dwi Putra, ST.

Yudha Prawira Dilaga, SH.

Jaharul Istikomah.

Organisasi Formal dan InformalPage 20Organisasi Formal dan InformalPage 20Organisasi Formal dan InformalPage 12