makalah obstetri gynekologi.doc

22
MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI PARTOGRAF DOSEN PENGAMPU dr. Rony Adhy N. SpOG KELOMPOK 9 : 1.Putri Purwanti 2013.025 2.Retno Wulandari 2013.026 3.Rina Nur Oktaviani 2013.027

Upload: pit-pitoyo

Post on 28-Dec-2015

234 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI

PARTOGRAF

DOSEN PENGAMPU dr. Rony Adhy N. SpOG

KELOMPOK 9 :

1.Putri Purwanti 2013.025

2.Retno Wulandari 2013.026

3.Rina Nur Oktaviani 2013.027

AKADEMI KEBIDANAN CITRA MEDIKA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

Page 2: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

makalah yang berjudul “PARTOGRAF”. Atas dukungan moral dan materi yang

diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. dr.Rony Adhy N., SpOG selaku dosen pembimbing mata kuliah obstetri

gynekologi

2.Teman-Teman mahasiswa kelas 2A Akbid Citra Medika Surakarta

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk

penyempurnaan makalah ini.

                                               Surakarta, Mei 2014

                                                   

Page 3: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

DAFTAR ISI

Halaman :

HALAMAN JUDUL ............................................................................................

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

BAB III PENUTUP …………………………………………………....…….....

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....

Page 4: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurun secara lambat dari

450/100.000 kelahiran hidup (1990), menjadi 307/100.000 kelahiran hidup

(2005) dan 228/100.000 kelahiran hidup (2009). Sedangkan angka kematian bayi

turun menjadi 34/1000 kelahiran hidup (2009) dari 35/1000 kelahiran hidup di

tahun 2005 (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Tingginya angka kesakitan dan kematian ibu, dipengaruhi oleh penyebab

langsung yaitu perdarahan (28%), hipertensi dalam kehamilan (24%), infeksi

(11%), abortus tak aman (5%), persalinan lama (5%) dan penyebab tidak

langsung (27 %). Semua penyebab tersebut digolongkan sebagai penyulit atau

komplikasi yang sebenarnya dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan

direncanakan, diasuh dan dikelola dengan benar (Depkes RI, 2009)

Proses persalinan adalah proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput ketuban

dari uterus. Persalinan dianggap normal jika terjadi pada kehamilan cukup bulan

tanpa disertai adanya penyulit. Kewenangan bidan dalam proses persalinan

ditujukan kepada ibu dan bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Untuk mengantisipasi terjadinya kematian ibu dan bayi baru lahir saat proses

persalinan, bidan diwajibkan menggunakan partograf setiap menolong

persalinan. Sesuai dengan kompetensi bidan yang ke empat yaitu asuhan selama

persalinan dan kelahiran, bidan dalam melakukan pemantauan kemajuan

persalinan harus menggunakan partograf (Depkes RI, 2007).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui penggunaan partograf pada proses persalinan oleh bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penggunaan partograf berdasarkan waktu pengisian

partograf.

Page 5: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

b. Mengetahui penggunaan partograf berdasarkan kelengkapan isi partograf.

c. Mengetahui penggunaan partograf berdasarkan kebenaran cara pengisian

partograf.

C. Manfaat

1. Manfaat teroritis

Sebagai informasi tentang penggunaan partograf pada proses persalinan

sesuai standar waktu dan standar pengisian partograf.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pelayanan

Sebagai bahan masukan untuk Dinas Kesehatan dalam perencanaan

pembinaan teknis bidan tentang penggunaan partograf pada proses

persalinan oleh bidan.

b. Bagi mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menggunakan partograf sesuai standar

waktu dan pengisian yang lengkap dan benar

Page 6: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A.Landasan Teori

1. Partograf

a. Pengertian

Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,

memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan (Depkes, 2008).

Partograf dapat dipakai untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu

persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, serta perlunya

rujukan.

b. Waktu pengisian partograf.

Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat dimana

proses persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat

pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan

kala IV.

c. Indikasi Partograf

Kerugian menggunakan partograf Rujukan mungkin terlalu cepat,

sehingga yang seharusnya dapat dilakukan di rumah bersalin atau

melakukan tindakan yang sebenarnya belum mempunyai indikasi cepat

Kontra indikasi penggunaan partograf Perlu diketahui , penggunaan

partograf menurut WHO tidak dapat diselesaikan di rumah bersalin atau

melakukan tindakan yang belum mempunyai indikasi seperti:

1. Wanita pendek

2. Perdarahan ante partum

3. Preeklamsi/ Eklamsia

4. Persalinan Prematur

5. Bekas SC

6. Hamil Ganda

7. Kelainan letak

8. Gawat Janin

Page 7: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

9. Dugaan Distokia karena kesempitan panggul

10. Induksi persalinan Pada kasus dengan anemia berat

e. Prinsip penggunaan partograf

Dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas

kesehatan dalam menentukan keputusan dalam pelaksanaanpertolongan

persalinan Partograf memberi peringtan pada petugas kesehatan bahwa

suatu persalinan mungkin ada gawat janin dan ibu memerlukan rujukan

Prinsip-prinsip partograf

1. Hanya menggambarkan fase aktif

2. Fase aktif dimulai dari Ø 4cm dengan kecepatan 1 cm/jam

3. Tidak membedakan primi dan multi

4. Pemeriksaan dalam dilakukan tiap 4 jam

5. Mempunyai garis waspada sebagai dasar untuk melakukan tindakan

6. Mempunyai garis tidakkan sebagai dasar untuk menyelesaikan persalinan

7. Mempunyai catatan antara lain :

a.Catatan janin

b.Kemajuan persalinan

c.Catatan his

Page 8: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

f. Tujuan Partograf

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

1.Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui pemeriksaan dalam.

2.Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian,

juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama

3.Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik

kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan

dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin

dan bayi baru 1ahir.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong

persalinan untuk:

1.Mencatat kemajuan persalinan.

2.Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

3.Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

4.Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya

penyulit.

5.Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai

dan tepat waktu

Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada

bentuk grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses persalinan

Page 9: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar petugas

kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi yang perlu serta memastikan

kesejahteraan ibu dan bayi (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).

Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal

1.Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya

2.Rupture uteri

3.Infeksi

4.Perdarahan postpartum

e. Isi partograf

Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi ibu,

kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus,

kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat secara

rinci sesuai cara pencatatan partograf.

Isi partograf antara lain:

1) Informasi tentang ibu

a) Nama dan umur.

b) Gravida, para, abortus.

c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas.

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat.

e) Waktu pecahnya selaput ketuban.

2) Kondisi janin:

a) Denyut jantung janin.

b) Warna dan adanya air ketuban.

c) Penyusupan(molase) kepala janin.

3) Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks.

b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.

c) Garis waspada dan garis bertindak.

4) Waktu dan jam

a) Waktu mulainya fase aktif persalinan.

Page 10: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

5) Kontraksi uterus

a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.

b) Lama kontraksi (dalam detik).

6) Obat-obatan yang diberikan

a) Oksitosin.

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

7) Kondisi ibu

a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.

b) Urin (volume, aseton atau protein).

g. Cara pengisian partograf.

Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm

dan berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu

dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:

1) Denyut jantung janin : setiap ½ jam.

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.

3) Nadi : setiap ½ jam.

4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.

5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.

7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.

Cara pengisian partograf yang benar adalah sesuai dengan pedoman

pencatatan partograf. Menurut Depkes RI (2008) cara pengisian

partograf adalah sebagai berikut:

1) Lembar depan partograf.

a) Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan

ditulis sebagai jam. Catat waktu pecahnya selaput ketuban, dan

catat waktu merasakan mules.

Page 11: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

b) Kondisi janin.

(1) Denyut Jantung Janin.

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit

(lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap

kotak menunjukkan waktu 30 menit. Kisaran normal DJJ

tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100. Bidan harus

waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit

(bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi).

Beri tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran angka 180 dan 100.

Hubungkan satu titik dengan titik yang lainnya.

(2) Warna dan adanya air ketuban.

Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan

vagina, menggunakan lambang-lambang berikut:

U : Selaput ketuban Utuh.

J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban Jernih.

M : Air ketuban bercampur Mekonium.

D : Air ketuban bernoda Darah.

K : Tidak ada cairan ketuban/Kering.

(3) Penyusupan/molase tulang kepala janin.

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan

antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di

kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan

lambang-lambang berikut:

0 : Sutura terpisah.

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.

3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan

kemungkinan adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion).

c) Kemajuan persalinan.

Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.

(1) Pembukaan serviks.

Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada

partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan

Page 12: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

catat pembukaan serviks setiap 4 jam. Cantumkan tanda ‘X’

di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan

serviks.

(2) Penurunan bagian terbawah janin.

Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum

angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan.

Tuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus

dari 0-5. Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai.

(3) Garis waspada dan garis bertindak.

(a) Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks 4 cm

(jam ke 0), dan berakhir pada titik di mana pembukaan

lengkap (6 jam). Pencatatan dimulai pada garis waspada.

Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis

waspada, maka harus dipertimbangkan adanya penyulit.

(b) Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan

(berjarak 4 jam) pada garis waspada. Jika pembukaan

serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan

garis bertindak maka menunjukkan perlu dilakukan

tindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu

harus berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak

terlampaui.

d) Jam dan waktu.

(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan.

Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif

persalinan.

(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan.

Cantumkan tanda ‘x’ di garis waspada, saat ibu masuk dalam

fase aktif persalinan.

Page 13: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

e) Kontraksi uterus.

Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama

kontraksi dengan:

(1) : Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya < 20 detik.

(2) : Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk

menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

(3) : Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya > 40 detik.

f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan.

(1) Oksitosin. Jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan

setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per

volume cairan dan dalam satuan tetes per menit.

(2) Obat lain dan caira IV. Catat semua dalam kotak yang sesuai

dengan kolom waktunya.

g) Kondisi ibu.

(1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh.

(a) Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada

kolom yang sesuai.

(b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika

diduga ada penyulit. Beri tanda panah pada partograf

pada kolom waktu yang sesuai.

(c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih

sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada

infeksi. Catat suhu tubuh pada kotak yang sesuai.

(2) Volume urine, protein dan aseton.

Ukur dan catat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu

berkemih). Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton

dan protein dalam urine.

/

Page 14: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

2) Lembar belakang partograf.

Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang

berguna untuk mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I,

kala II, kala III, kala IV, bayi baru lahir (terlampir).

a) Data dasar.

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk,

tempat merujuk, pendamping saat merujuk dan masalah dalam

kehamilan/persalinan ini.

b) Kala I.

Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat

melewati garis waspada, masalah lain yang timbul,

penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.

c) Kala II.

Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan,

gawat janin, distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.

d) Kala III.

Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama

kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,

masase fundus uteri, kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30

menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,

penatalaksanaan dan hasilnya.

e) Kala IV.

Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh,

tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan.

f) Bayi baru lahir.

Page 15: MAKALAH OBSTETRI GYNEKOLOGI.doc

Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan,

jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah

lain dan hasilnya.

BAB III

KESIMPULAN

Dengan menggunakan partograf pada setiap menolong persalinan, bidan dapat

mendeteksi masalah dan penyulit sesegera mungkin, menatalaksana masalah dan

merujuk ibu dalam kondisi gawatdarurat, sehingga terjadinya kematian ibu dapat

dicegah dan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat persalinan.