makalah masalah pemberian minum.docx

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan diluar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik. Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian baik untuk orang tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus dapat memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir 1 bulan pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Bidan bertugas melanjutkan perawatan bagi ibu dan bayi dalam melewati 6 minggu pertama kelahiran. Asuhan primer pada bayi usia 2 hari - 6 minggu pertama diantaranya meliputi manajemen pemberian minum dan cairan. Masalah Pemberian Minum Masalah minum sering tejadi pada bayi baru lahir, biasanya masalah teknik pemberian minum (paling sering pada pemberian ASI), bayi yang lahir dengan BB <2500 gram atau umur 37 minggu atau kadang pada bayi yang sakit. Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh kembang bayi. 1.2 Tujuan Umum 1

Upload: rhisma-octaviani

Post on 17-Nov-2015

499 views

Category:

Documents


84 download

DESCRIPTION

Askeb Gadar

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan diluar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik. Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian baik untuk orang tua maupunbayi, oleh karena itu bidan harus dapat memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir 1 bulan pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Bidan bertugas melanjutkan perawatan bagi ibu dan bayi dalam melewati 6 minggu pertama kelahiran. Asuhan primer pada bayi usia 2 hari - 6 minggu pertama diantaranya meliputi manajemen pemberian minum dan cairan.Masalah Pemberian MinumMasalah minum sering tejadi pada bayi baru lahir, biasanya masalah teknik pemberian minum (paling sering pada pemberian ASI), bayi yang lahir dengan BB 18 jam sebelum lahir.Bayi tampak sakitGangguan napas (frekuensi napas < 60x/mnt, tarikan dinding dada, sianosis sentral, merintih saat ekspirasi)Suhu tubuh abnormalIritabelLetargiKejang atau tidak sadarMuntahDiareKemungkinan besar sepsis

Malas atau tidak mau minumwaktu timbul sejak lahir.Berat lahir 20 g/hari) selama 2 hari berikutnya, hentikan PASI seluruhnya.b. Bila berat badan turun di bawah 20 g/hari, mulai tambahkan kembali PASI sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan ulangi kembali proses di atas.5. Setelah PASI dihentikan, monitor kenaikan berat badan bayi selama 3 hari berikutnya. Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang sama atau lebih baik, bayi dipulangkan ke rumah

D. Memberi minum bayi kecil (BBLR)Bayi kecil, prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih relatif lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering mungkin walaupun waktu menyusunya pendek-pendek. Untuk merangsang menghisap sentuhlah langit-langit bayi dengan ibu jari yang bersih. Bila bayi dirawat di RS, harus sering dijenguk, dilihat, disentuh dengan kasih sayang dan bila mungkin disusui langsung. Bila belum biasa kemudian diberikan dengan sendok atau cangkir.Penangan1. Terangkan bahwa ASI adalah minuman terbaik.2. Bayi kecil mungkin tidak dapat minum dengan baik pada hari-hari pertama dan hal ini normal karena : Mudah capai dan menghisap masih lemah Menghisap dengan singkat kemudian berhenti Tertidur saat sedang minum Ada waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan Ingin minum lebih sering dibanding bayi lebih besar.3. Yakinkan ibu bahwa menyusui dengan ASI akan lebih mudah bila bayi sudah lebih besar 4. Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui ASI :a. Bayi disusui minimal 8 kali 24 jam (siang dan malam) sampai berat 2500 gram. b. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri, hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu.c. Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya d. Selalu memberi minum ASI sebelum memeras ASI. Bila perlu ibu dapat meningkatkan aliran ASI dengan sedikit memeras sebelum menyusui.e. Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus membiarkan waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan.f. Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi masih berusaha atau ingin tetap menyusu. g. Jangan memaksakan bila bayi belum mau menyusu.h. Anjurkan agar ibu hanya memberi ASI untuk 4-6 bulan pertama.

5. Bila bayi tidak menghisap dengan baik untuk menerima sejumlah ASI yang cukup, anjurkan ibu untuk memberikan ASI peras dengan menggunakan alternatif cara pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung.6. Bila suplai ASI cukup (bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat bayi tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60 gram selama 3 hari), ibu hendaknya memeras ASI dalam dua cangkir yang berbeda. Hendaknya ibu memberikan pertama kali kepada bayinya pertama kali ASI peras dalam cangkir ke dua yang mengandung lebih kaya lemak kemudian baru ASI yang ada di dalam cangkir pertama bila bayi masih memerlukan.

E.Memberi minum bayi kembarIbu perlu diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan air susu bagi semua makhluk menyusui termasuk manusia, sesuai kebutuhan pola pertumbuhan masing-masing. Oleh karena itu semua ibu tanpa kecuali sebenarnya sanggup menyusui bayi kembarnya. Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui adalah dengan posisi memegang bola (football position). Jika ibu menyusui bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudara secara bergantian, jangan hanya menetap pada satu payudara saja. Alasannya ialah, kecuali memberi variasi kepada bayi (dia juga tidak hanya menatap satu sisi terus, agar tidak juling), juga kemampuan menyusu masing-masing bayi mungkin berbeda, sehingga memberikan kesempatan pada perangsangan puting untuk terjadi seoptimal mungkin. Walaupun football position merupakan cara yang baik. Ibu sebaiknya mencoba posisi lainnya secara berganti-ganti. Yang penting susuilah bayi lebih sering, dengan waktu penyusuan yang diinginkan masing-masing bayi, umumnya lebih dari 20 menit. Bila ada yang harus dirawat di RS, susui bayi di rumah, dan peraslah ASI dari payudara lainnya untuk bayi yang dirawat itu. Ibu juga sebaiknya mempunyai pembantu, karena ibu perlu istirahat agar tidak terlalu kelelahan (Suradi, 2004).Penanganan1. Yakinkan ASI nya cukup untuk kedua bayinya.2. Bila bayinya kecil, terangkan kepada ibu bahwa akan memerlukan waktu cukup lama untuk memulai menyusui ASI dengan mantap 3. Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui, sebagai tambahan ibu harus : a. Mulai menyusui salah satu bayinya pada saat payudara sudah siap untuk dua bayi b. Yakin bahwa bayi yang lebih lemah mendapat cukup ASIc. Beri ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum, sesudah selesai menyusu bila diperlukan d. Secara bergantian menggilir payudara setiap kali menyusui

F.Bayi SumbingPendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar. Bila sumbingpallatum molle(langit-langit lunak) ataupun bila termasuk pallatum durum(langit-langit keras),bayi dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Ibu harus tetap mencoba menyusui bayinya, karena bayi masih bisa manyusu dengan kelainan seperti ini. Keuntungan khusus untuk keadaan ini adalah bahwa menyusu justru dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah, sehingga memperbaiki perkembangan bicara anak.Cara menyusui yang dianjurkan :1. Posisi bayi duduk2. Puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi untuk mendapatkan cukup ASI3. Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.4. Bila bayi mempunyai sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatokizis), ASI dikeluarkan dengan cara manual ataupun pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet, atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar menghisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan irama pernafasannya (Suradi,2004).

H. Bayi sakit dan yang memerlukan perawatanBayi yang mendapat ASI jarang menderita mencret, Bayi BAB sampai 6 kali sehari, lembek, tentulah mencret . Tidak ada alasan sama sekali untuk menghentikan ASI , karena telah terbukti, bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi yang mencret akan tetapi dapat memberikan keuntungan.Bayi yang mencret memerlukan cairan yang cukup untuk rehidrasi dan mungkin memerlukan tatalaksana khusus sesuai dengan keadaan anak . Telah terbukti , bahwa ASI dapat diterima dengan baik oleh anak yang muntah dan mencret.ASI mempuyai manfaat untuk anak dengan diare karena : ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna untuk memenuhi kecukupan zat gizi selama diare selama diare yang dengan sendirinya diperlukan untuk penyu;uhan dannpertumbuhan . ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk pertumbuhansel selaput lendir usus yang biasanya rusak akibat diarePada anak menderita diare yang mendapat ASI , lama diare lebih pendek, serta lebih ringan dibanding anak yang tidak mendapat ASI .kecuali diare bayi lebih sering menderita muntah, hal ini disebabkan oleh karena berbagai hal. Tatalaksana khusus tergantung pada latar belakang penyebanya. Menyusui bukan kontraindikasi untuk muntah dan dengan muntah dapat menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam posisi duduk, sedikit - sedikit tetapi lebih sering, sendawakan bayi seperti biasanya, tetapi jangan mengoyang-goyang bayi, karena dapat meyebabkan bayi muntah kembali. Kaalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam posisis tengkurap atau miring, karena posisi terlentang memungkinkan bayi tersedak akibat muntah yang terjadi.Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu, sebaiknya bila ada fasilitas, ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan di dalam lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit di dalam termos es. Perlu diberikan tanda pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah agar yang lebih dahulu diperah dapat diberikan terlebih dahulu (Suradi,2004).

Masalah menyusui pada ibu dengan keadaan khusus1) Ibu yang menderita hepatitis (HBsAg + atau HIV/AIDS)Untuk kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat.Yang pertama bahwa ibu yang menderita hepatitis atau AIDS tidak diperkenankan menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus kepada bayinya melalui ASI.Namun demikian pada kondisi negara-negara berkembang, dimana kondisi ekonomi masyarakat dan lingkungan yang buruk, keadaan pemberian makanan pengganti ASI justru lebih membahayakan kesehatan dan kehidupan bayi. Karenanya WHO tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat yang mungkin tidak akan sanggup memberikan PASI yang adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka menyusui adalah jauh lebih dianjurkan daripada dibuang (Suradi,2004).2) Ibu dengan TBC ParuKuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh nenyusu.Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan menggunakan masker.Bayi tidak langsung diberi BCG oleh karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk.Walaupun sebagian obat anti TBC melalui ASI, bayi tetap diberi INH dengan dosis penuh sebagai profilaksis.Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi dan setelah itu pada bayi dilakukan uji mantoux. Bila hasilnya negative terapi INH dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG (Suradi,2004).3) Ibu dengan diabetesBayi dan ibu dengan diabetes sebaiknya diberikan ASI, namun perlu dimonitor kadar gula darahnya (Kristiyansari,2009).4) Ibu yang memerlukan pengobatanSeringkali ibu menghentikan penyusuan bila meminum obat-obatan karena takut obat tersebut dapat mengganggu bayi.Kadar obat dalam ASI tergantung dari masa paruh obat dan rasio obat dalam plasma dan ASI.Padahal kebanyakan obat hanya sebagian kecil yang dapat melalui ASI dan jarang berakibat kepada bayi, sehingga tidak dapat mengobati bayi dengan menyuruh ibu memakan obat tersebut.Memang ada beberapa obat yang sebaiknya jangan diberikan kepada ibu yang menyusui dan sebaiknya bila ibu memerlukan obat, pilihlah obat yang mempunyai masa paruh obat pendek dan yang mempunyai rasio ASI plasma kecil atau dicari obat alternatif yang tidak berakibat pada bayi. Disamping itu dianjurkan juga kepada ibu, bila perlu memerlukan obat maka sebaiknya diminum segera setelah menyusui (Suradi,2004).

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanManajemen Umum Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain. Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali diberi minum coba pasang pipa lambung. Bila tidak berhasil kemungkinan adanya kelainan bedah, pasang jalur infus dengan cairan rumatan dan pemberian minum ditunda. Rujuk setelah stabil Bila pipa lambung berhasil masuk, pastikan pipa masuk ke lambung, lakukan aspirasi cairan lambung dan biarkan mengalir sendiri. Kemudian lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain Manajemen KhususMelakukan manajemen penanganan sesuai dengan keadaan/kondisi yang dialami bayi dengan diagnosis tertentu maupun ibu yang tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui.

3.2 Kritik dan SaranUntukmeningkatkan kesempurnaan makalah ini, penulis menyadari bahwa materi makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembimbing dan pembaca makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2003.Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat, di Rumah Sakit. Jakarta : IDAI (UKK Perinnatologi),MNH-JHPIEGO, DEPKES RI.Depkes. 2007.Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : DepKes RI.Maryanti Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatus, bayi dan Balita.Jakarta : Salemba MedikaNanny Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi danAnak Balita.Jakarta :Salemba MedikaSarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal danNeonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4