makalah kelompok 1 wawasan dan masalah lingkungan
DESCRIPTION
penglingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dengan 17.000 pulau yang mengisi
wilayahnya. Indonesia membentang diantara dua kawasan biogeografis Indomelayu dan
Australia dan mendukung berbagai jenis kehidupan flora dan fauna dalam hutan basah yang
asli dan kawasan pesisir laut yang kaya. Sekitar 3.305 spesies hewan amfibi, burung,
mamalia dan reptil dan sedikitnya 29.375 spesies tanaman tersebar di Indonesia (Suratmo,
1999). Namun sangat disayangkan bahwa dibalik kekayaan alam yang melimpah tersebut
Indonesia masih banyak mengalami masalah lingkungan hidup yang cukup parah. Masalah
tersebut seperti masalah air bersih, polusi udara, penebangan liar, dan sebagainya.
Lingkungan alam yang indah dan sumber daya yang kaya harus terus menghadapi tantangan
dari fenomena alam maupun kegiatan perusak manusia yang sangat tidak terkontrol.
Tekanan yang meningkat dalam memenuhi tuntutan penduduk dan pengelolaan
lingkungan yang tidak memadai merupakan tantangan yang merugikan rakyat miskin dan
perekonomian di Indonesia. Misalnya, total kerugian perekonomian akibat keterbatasan akses
ke air bersih dan sanitasi yang aman setidaknya mencapai 2 persen dari PDB setiap tahun
sedangkan biaya tahunan yang ditimbulkan polusi udara bagi perekonomian Indonesia telah
diperhitungkan mencapai sekitar $400 juta per tahun. Biaya ini secara tidak proporsional
ditanggung oleh rakyat miskin karena kemungkinan besar harus menghadapi polusi dan sulit
melakukan tindakan untuk mengurangi dampaknya (Suratmo, 1999). Tantangan sumber daya
alam terus terjadi dan menjadi lebih rumit setelah desentralisasi. Misalnya, sektor kehutanan
telah lama memainkan peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangunan
perekonomian dan mata pencaharian masyarakat pedesaan serta dalam menyediakan
pelayanan lingkungan, tetapi belum dikelola secara berkelanjutan atau adil. Untuk
memperbaiki situasi ini, diperlukan sebuah visi baru yang dipimpin oleh pemerintah serta
masyarakat dalam menanggulangi masalah lingkungan yang teramat serius.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. apakah pengertian dari wawasan lingkungan?
2. apa saja yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan?
3. apa saja masalah lingkungan yang dihadapi Indonesia?
4. apa saja isu–isu lingkungan lokal, nasional dan global saat ini?
5. bagaimana solusi atau langkah yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah diatas, tujuan dari pembuatan makalah
ini, yaitu:
1. mengetahui pengertian dari wawasan lingkungan
2. mengetahui akar penyebab dari kerusakan lingkungan
3. mengetahui masalah lingkungan yang ada di Indonesia
4. mengetahui isu–isu lingkungan lokal, nasional dan global
5. mengetahui solusi dan cara penanggulangan masalah lingkungan di Indonesia
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan ditulisnya makalah ini adalah :
1. sebagai sumber informasi tentang pengertian wawasan lingkungan
2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wawasan Lingkungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wawas atau wawasan berarti
tinjauan, pandangan atau konsepsi cara pandang. Sedangkan lingkungan hidup adalah istilah
yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau
bagian dari bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Sedangkan dalam sumber lain, yaitu Undang Undang No. 23 Tahun 1997, disebutkan bahwa
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam lingkungan hidup terdapat
ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh
dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup. Merujuk pada dua definisi di atas, maka pengertian dari wawasan
lingkungan adalah pandangan tentang wilayah atau ruang dengan semua komponen yang ada
didalamnya, baik hidup maupun mati, yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya tanpa ada
komponen yang mengganggu keseimbangan ruang tersebut. Meskipun bersifat merusak
keseimbangan, bencana alam tidak termasuk dalam komponen pengganggu tersebut, karena
merupakan hukum alam yang memang telah “dikehendaki” oleh alam.
Sedangkan komponen perusak lainnya, yang merupakan hasil campur tangan dari
umat manusia, termasuk dalam komponen penghambat ruang lingkup lingkungan, sehingga
masalah ini harus segera diselesaikan dan ditanggulangi. Bila dikaitkan dengan lingkungan
Negara Indonesia, lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara,
yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan
cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan
strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan
bernegara dalam segala aspeknya (Nugroho, 2002).
2.2 Akar Penyebab Kerusakan Lingkungan
Bagi kebanyakan orang, penyebab dari banyak kerusakan lingkungan adalah
overpopulation, yaitu meledaknya jumlah populasi manusia dimuka bumi. Bagi yang lain,
kerusakan lingkungan adalah kesalahan dari perusahaan tamak yang menempatkan aspek
lingkungan dibawah ketertarikannya untuk menghasilkan uang. Sisanya mungkin
berpendapat bahwa pihak pemerintahlah yang patut disalahkan, atau mungkin banyak yang
berpendapat bahwa kerusakan lingkungan adalah hasil dari overconsumption atau konsumsi
berlebihan (Chiras, 1998). Hal ini tidak sepenuhnya salah. Namun bila dirangkum menjadi
beberapa kata, maka akar penyebab dari kerusakan lingkungan adalah Crisis of
Unsustainability atau krisis ketidakseimbangan (Chiras, 1998). Krisis tersebut adalah hasil
dari banyak faktor. Beberapa mungkin lebih penting dan lebih menonjol dari yang lainnya,
tetapi itu semua berkontribusi dalam makin maraknya kerusakan lingkungan dimuka bumi.
Bila dipecah menjadi beberapa bagian, krisis ketidakseimbangan berawal dari beberapa
faktor umum seperti sejarah, ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, psikologi, anthropologi,
theologi dan lain lain (Chiras, 1998). Faktor–faktor tersebut memiliki masalah awal yang
beragam, antara lain:
1. Faktor Agama dan Psikologi di dalam ajaran beberapa agama, disebutkan bahwa
manusia adalah pemimpin dimuka bumi. Bumi diciptakan oleh Tuhan untuk
kepentingan hidup manusia. Hal ini menyebabkan beberapa orang menganggap bahwa
manusia dapat mendominasi bumi. Dengan pola pikir seperti itu, kebanyakan orang
menjadi hilang kendali dalam mengeruk potensial alam yang ada, padahal maksud dari
ajaran beberapa agama tersebut adalah agar manusia dapat memanfaatkan sumber daya
alam seoptimal mungkin, tanpa lupa merawat melestarikannya. Selain itu, tingkat
kesadaran banyak orang tentang kebersihan dan kelestarian lingkungan saat ini sangatlah
rendah. Kurangnya wawasan lingkungan serta kesadaran ini mengakibatkan keadaan
dimuka bumi semakin parah.
2. Faktor Demokrasi dan Pemerintahan Demokrasi dalam hal ini adalah sistem
pemerintahan suatu negara, pemerintahan tertinggi dipegang oleh banyak orang. Dalam
kata lain, sumber daya alam yang dimiliki oleh negara tersebut otomatis akan digunakan
untuk menghidupi hajat hidup seluruh rakyatnya. Secara tidak langsung, hal seperti ini
sama saja seperti mengeksploitasi kekayaan alam yang ada. Bila tidak dimanfaatkan
secara optimal, maka akan tercipta krisis ketidakseimbangan yang akan memperluas dan
memperparah kerusakan lingkungan.
3. Faktor IPTEK dan Industri Sudah menjadi rahasia umum bahwa perkembangan iptek dan
industri akan berbanding terbalik dengan kelestarian lingkungan. Semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak bertanggungjawab akan
menyebabkan kerusakan lingkungan yang makin parah. Semakin iptek berkembang,
maka akan diikuti oleh perkembangan industri. Semakin industri berkembang, maka
semakin banyak bahan baku dari alam yang akan dikeruk. Setelah industri berkembang
dan telah kehabisan bahan baku, maka industri akan mencari lahan baru yang memiliki
bahan baku melimpah. Tanpa memperdulikan kerusakan lingkungan disekitarnya.
4. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya Modern semakin lama, jumlah populasi manusia
akan semakin bertambah. Semakin banyak manusia berarti akan semakin banyak
kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk memuaskan keinginan manusia. Salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan bekerja dan menghasilkan uang.
Dalam mencari uang, kebanyakan manusia akan berbuat apapun untuk menghasilkan
keuntungan yang lebih besar. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara mengolah sumber
daya alam yang ada tanpa memperhatikan kerusakan alam yang disebabkannya. Sifat
dasar manusia, yaitu selalu menginginkan sesuatu, tidak pernah puas, telah membutakan
manusia untuk terus berbuat kerusakan dimuka bumi agar dapat memenuhi keinginannya
yang tanpa batas. Dalam budaya tradisional, nenek moyang kita selalu mengajarkan
untuk menghormati alam dan sadar bahwa mereka dapat hidup hanya karena alam yang
menyediakan kebutuhan. Sehingga tak jarang, dalam beberapa aturan adat budaya
tradisional, diterapkan mitos mengerikan atau hukuman yang sangat berat apabila ada
anggota yang melanggar peraturan untuk menghormati alam. Semakin berkembangnya
jaman, semakin pudar pula aturan budaya tradisional. Gaya hidup modern yang lebih
mengedepankan logika seakan tidak terpengaruh oleh aturan adat tradisional, sehingga
dengan mudahnya mereka mengeksploitasi kekayaan alam tanpa memperhatikan
dampaknya bagi lingkungan.
5. Faktor Pembangunan Tingginya angka pembangunan merupakan dampak dari
pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terkendali. Semakin tinggi jumlah penduduk,
maka rumah, sarana dan prasarana yang dibangun akan semakin banyak. Pembangunan
akan menyebabkan penggundulan hutan untuk membuka lahan baru untuk tempat
tinggal, hal ini jelas sangat merusak lingkungan secara tak terkendali.
2.3 Masalah Lingkungan di Indonesia
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dengan 17.000 pulau yang mengisi
wilayahnya. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan hutan hujan tropis terbesar
ketiga dan merupakan negara dengan biodeversitas terbesar kedua setelah Brasil. Namun
sangat disayangkan bahwa dibalik kekayaan alam yang melimpah tersebut Indonesia masih
banyak mengalami masalah–masalah lingkungan hidup yang bisa dibilang cukup parah.
Masalah tersebut antara lain seperti masalah air bersih, polusi udara, penebangan liar, dan
sebagainya (Soemarwoto, 1994).
2.3.1 Masalah Air Bersih
Air merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia
yang dapat hidup tanpa air. Bahkan fakta membuktikan bahwa manusia dapat menahan lapar
lebih lama daripada menahan haus, namun hal itulah yang menimpa sebagian besar wilayah
Indonesia saat ini. Menurut data dari Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu dari 10
negara yang memiliki persediaan air terbesar di dunia. Cadangan air tawar yang dimiliki
Inonesia adalah sekitar 15.500 meter kubik per kapita per tahun. Jumlah tersebut jauh
melebihi jumlah ketersediaan air negara–negara lain yang hanya sekitar 8.000 meter kubik
per kapita per tahun. Namun dengan jumlah yang begitu besar, sekitar 119 juta dari total 200
juta penduduk Indonesia masih menghadapi kekurangan air bersih. Dan hanya 20% penduduk
Indonesia yang bisa setiap hari memenuhi kebutuhan akan air bersih. Itu pun hanya terpusat
pada daerah perkotaan terutama kota–kota besar dan daerah–daerah elit. Sedangkan
presentase akses daerah pedesaan di Indonesia terhadap air bersih adalah yang paling randah
di antara negara–negara Asia Tenggara. Dengan kata lain, penyebaran air bersih di Indonesia
masih jauh untuk disebut merata. Selain masalah penyebaran air, hal yang merupakan salah
satu faktor penting penyebab masalah kelangkaan air bersih adalah pencemaran dan
perusakan lingkungan. Jumlah dan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah
tentunya akan kebutuhan masyarakat akan air bersih. Namun disamping meningkatnya
kebutuhan tersebut, pencemaran yang dapat merusak sumber air bersih pun akan semakin
meningkat. Masyarakat pada umumnya tidak atau belum mengerti mengenai prinsp
perlindungan air bersih dan penggunaan air yang bertanggungjawab. Sebagian besar
masyarakat masih berpikir bahwa masalah air minum adalah urusan pemerintah atau PDAM
saja tanpa membantu untuk mendukung kerja pemerintah. Sekarang dapat kita lihat sungai–
sungai yang merupakan sumber air utama sudah menjadi kotor akibat banyaknya sampah
yang dibuang dan limbah–limbah industri yang dapat merusak air tersebut.
Gambar 2.3-1 : Aktivitas sehari-hari yang dilakukan didekat sungai Ciliwung
2.3.2 Masalah Sampah
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah berasal dari rumah
tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. Dengan kata
lain, semakin bertambah jumlah populasi manusia, maka akan semakin banyak sampah yang
dihasilkan dan lahan untuk membuang sampah–sampah tersebut tentunya harus semakin
diperluas, itulah yang menjadi permasalahan bangsa ini. Pengelolaan pembuangan sampah
belum terurus dengan baik. Memang di waktu sekarang ini yang bisa kita lakukan hanyalah
menampung semua sampah pada sebuah tempat yang kita sebut sebagai TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Namun apabila sampah tersebut hanya diletakan begitu saja, justru akan
menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Selain itu, sangat sulit untuk mencari
lahan kosong yang dapat digunakan sebagai tempat menampung sampah. Beberapa negara
telah menggunakan alternatif pembakaran untuk menangani masalah tersebut namun hal
tersebut telah diakui dapat menyebabkan polusi udara yang sangat bernahaya bagi
kehidupan.
Selain masalah penanganan sampah, masalah kesadaran masyarakat akan
pembuangan sampah juga sangat memprihatinkan. Kita banyak melihat sungai justru menjadi
tempat untuk membuang sampah padahal sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi
kehidupan masyarakat. Pembuangan sampah ke saluran air dapat menyumbat saluran tersebut
dan dampaknya kan cukupp besar. Selain mengancam ketersediaan air bersih, penyumbatan
saluran ai juga dapat menyebabkan banjir. Apabila penyumbatan sudah parah, maka banjir
yang terjadi bisa menjadi banjir yang berkepanjangan dengan kedalaman yang cukup untuk
menenggelamkan sebuah rumah seperti yang sudah kita lihat beberapa tahun belakangan ini.
Gambar 2.3-2 : Salah satu TPA di Indonesia
2.3.3 Masalah Polusi Udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Bahkan Bank
Dunia telah menetaplkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat polusi tertinggi
ketiga di dunia. World Bank juga menetapkan Jakarta sebagai kota dengan kadar polutan
tertinggi setelah Beijing, New Delhi, dan Mexico City. Dari semua penyebab polusi udara
yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi di
Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Hal ini diakibatkan oleh laju pertumbuhan kepemilikan
kendaraan bermotor yang tinggi. Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi
gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari
penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik (misalnya kadar timbal yang tinggi).
Selain itu, minimnya pengolahan asap pabrik juga turut menyumbang jumlah polutan yang
memenuhi udara Indonesia terutama di kota- kota besar. Di daerah–daerah yang menjadi
kawasan industri dapat kita rasakan keadaan udara yang sesak, panas, pengap, dan berbau
bahan kimia. Kebakaran hutan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan polusi
udara. Polusi udara sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia. Partikel–partikel yang menjadi
polutan memiliki ukuran yang lebih kecil dari debu sehingga lebnih mudah masuk dan
menempel di tubuh kita. Contohnya adalah gas CO (karbon monoksida) yang dapat
menghambat kierja sel darah merah dalam mengangkut O2 (Oksigen) sehingga dapat
mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen yang dapat mendorong timbulnya berbagai macam
penyakit. Selain itu kadar Pb (timbal) yang tinggi di udara juga dapat merusak sel darah
merah bagi orang yang menghirupnya sehinggadapat menyebabkan penyakit anemia. Polusi
udara juga sangat berdampak bagi lingkungan. Kadar SO2 dan NO2 yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak sumber air, membunuh organisme–
organisme kecil dan pepohonan. Hujan asam juga sangat berbahaya bagi manusia apabila
terkena kulit karena asam merupakan senyawa yang bersifat korosif atau mengikis.
Gambar 2.3-4 : Polusi udara yang banyak terjadi di perkotaan besar
2.3.4 Penebangan Liar
Hutan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam menjaga kestabilan
ekosistem dan kehidupan di bumi. Hutan merupakan sumber penghasil oksigen terbesar dan
merupakan habitat bagi banyak makhluk hidup di bimi ini. Namun Indonesia, negara yang
memiliki luas hutan tropis terbesar ketiga di dunia, merupakan salah satu negara dengan
kasus illegal logging terbesar. Menurut data dari Dinas Kehutanan, Indonesia telah
kehilangan 3,8 juta hektar hutan setiap tahunnya dan sebagian besar disebabkan oleh praktek
illegal logging. Selain itu, kondisi mengenaskan lainnya adalah terdapat 59 juta hektar hutan
yang rusak dari total 120 juta hektar wilayah hutan di Indonesia. Berarti hanya 50% hutan di
Indonesia yang dapat dikatakan berfungsi secara optimal. Praktek pembalakan liar dan
eksploitasi hutan yang tidak bertanggung jawab ini telah mengakibatkan kehancuran sumber
daya hutan yang tidak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan
kayu senilai US$ 5 milyar, diantaranya berupa pendapatan negara kurang lebih US$1.4
milyar setiap tahun. Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai keanekaragaman
hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan. Badan
Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan angka Rp. 83 milyar perhari sebagai
kerugian finansial akibat penebangan liar Selain kerugian finansial, kerugian lingkungan pun
sangatlah besar akibat dari pembalakan hutan secara liar tersebut. Hutan merupakan penyedia
oksigen bagi bumi ini. Apabila luas hutan berkurang sementara populasi manusia terus
bertambah, tentu saja akan terjadi krisis oksigen di bumi ini dan kita tidak akan mau hal
seperti itu terjadi. Selain itu, hutan juga berfungsi untuk menjaga tanah dari erosi yang dapat
menghilangkan kesuburan tanah dan untuk mencegah terjadinya tanah longsor
.
Gambar 2.3-5 : Penggundulan hutan di Pulau Kalimantan
2.4 Isu–isu Lingkungan Lokal, Nasional dan Global
Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi
PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di
Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya
Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas
Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan
lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan
penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan pembangunan dan
industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat persediaan segala kebutuhan
hidup manusia juga memberi dampak negatif terhadap manusia akibat terjadinya pencemaran
lingkungan.
2.4.1 Isu Lingkungan Lokal
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah
diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya
lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau menghilang sama sekali dari
alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa
makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara
menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena
akan mencairnya es yang ada di Kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu
masa kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah
ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan
latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam
menanggulangi masalah yang telah santer belakangan ini (Kusuma, 2009). Contoh,
Penyebab dan Dampak Lingkungan Lokal:
1. Kekeringan, adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat
menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak:
menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
2. Banjir, merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan air
hujan karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena
hijauan penahan air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan, penyakit kulit,
aktivitas manusia terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
3. Longsor, adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang.
Dampaknya : terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu
perekonomian dan kegiatan transportasi.
4. Erosi pantai, terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak :
menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti kegiatan
pariwisata.
5. Instrusi Air Laut, air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh
manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove.
Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.
2.4.2 Isu Lingkungan Nasional
Tanam Untuk Kehidupan adalah satu komunitas yang punya perhatian untuk isu-isu
lingkungan. Tujuan utama digelar acara ini adalah sebagai ajang pendidikan dan hiburan
untuk membuka opini masyarakat agar peduli lingkungan bermaksud mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi dalam menjaga dan merawat lingkungan mereka sendiri. Acara ini
sendiri juga jadi wadah kolaborasi seni budaya lokal, nasional, dan internasional dalam
mengekspresikan kepedulian mereka terhadap lingkungan, mempromosikan seni budaya serta
pariwisata Salatiga, dan memperluas jaringan kerjasama antara komunitas seni dan
lingkungan dari Australia dan Indonesia (Kusuma, 2009). Anak-anak juga ikut berpartisipasi
pada acara ini Anak-anak lebih mudah diajak untuk peduli lingkungan daripada orang
dewasa. Apabila sejak kecil mereka telah terbiasa untuk mencintai lingkungan, maka
kebiasaan ini akan berlanjut sampai mereka dewasa nanti. Kegiatan tentang lingkungan
seperti ini harusnya lebih sering dilakukan karena bagus untuk menyadarkan masyarakat
tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan
Nasional:
1. Kebaran Hutan : Proses kebakaran hutan dapat terjadi dengan alami atau ulah manusia .
kebakaran oleh manusia biasanya karena bermaksut pembukaan lahan untuk
perkembunan. Dampaknya: memeberi kontribusi CO2 di udara, hilangnya keaneragaman
hayati, asap yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan dan asapnya bisa berdampak
kenegra lain. Tidak hanya pada local namun ke negra tetanggapun juga terkena.
2. Pencemaran minyak lepas pantai : hasil ekploitasi minyak bumi diangkut oleh kapal
tanker ke tempat pengolahan minyak bumi. Pencemaran minyak lepas pantai diakibatkan
oleh sistem penampungan yang bocor atau kapal tenggelam yang menyebankan lepasnya
minyak ke perairan. Dampak : mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung
gelombang air laut. Dapat berdampak kebeberapa negara, akibatnya tertutupnya lapisan
permukaan laut yang menyebabkan penetrasi matahari berkurng menyebabkan
fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen, dan dapat menyebabkan kematian organisme
laut.
3. Lumpur Lapindo : dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu tragedi
ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman penduduk
dan kawasan industri, Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak yang luar
biasa bagi masyarakat sekitar total warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa;
rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit; areal pertanian dan perkebunan
rusak hingga lebih dari 200 ha; lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan
aktivitas produksi dan merumahkan lebih dari 1.873 orang; tidak berfungsinya sarana
pendidikan; kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi; rusaknya sarana dan
prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon); terhambatnya ruas jalan tol Malang-
Surabaya. Lumpur juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat
(Hg), misalnya, mencapai 2,565 mg/liter Hg, padahal baku mutunya hanya 0,002 mg/liter
Hg. Hal ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan
kanker.4Kandungan fenol bisa menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis), jantung
berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal. Setidaknya ada 3 aspek yang
menyebabkan terjadinya semburan lumpur panas tersebut. Pertama, adalah aspek teknis.
Pada awal tragedi, Lapindo bersembunyi di balik gempa tektonik Yogyakarta yang
terjadi pada hari yang sama. Kedua, aspek ekonomis. Lapindo Brantas Inc. adalah salah
satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BP-MIGAS
untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi. Dalam kasus semburan
lumpur panas ini, Lapindo diduga “sengaja menghemat” biaya operasional dengan tidak
memasang casing. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, keputusan pemasangan casing
berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan Lapindo. Ketiga, aspek politis.
Sebagai legalitas usaha (eksplorasi atau eksploitasi), Lapindo telah mengantongi izin
usaha kontrak bagi hasil/production sharing contract (PSC) dari Pemerintah sebagai
otoritas penguasa kedaulatan atas sumberdaya alam (Wibisono, 2006).
Gambar 2.4.2 : Foto luasnya wilayah sebaran Lumpur Lapindo
2.4.3 Isu Lingkungan Global
Sebelumnya orang menduga masalah lingkungan global lebih banyak dipengaruhi
faktor alam, seperti iklim, yang mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban, tekanan
udara dll. Belakangan orang mulai menyadari bahwa aktifitas manusia pun mempengaruhi
iklim dan lingkungan secara signifikan. Ambilah contoh penebangan hutan, mempengaruhi
perubahan suhu dan curah hujan secara lokal. Ketika area hutan yang hilang semakin luas,
maka akibat yang ditimbulkan bukan lagi lokal tapi sudah berskala regional. Kenapa hutan
ditebang? Tentu saja ada motivasi-motivasi manusia yang membuat mereka menebang hutan,
misalnya motivasi ekonomi. Untuk skala negara, negara membutuhkan devisa untuk
menjalankan roda pembangunan. Karena industri negara belum mapan dan kuat, maka yang
bisa diekspor untuk menambah devisa adalah menjual kayu. Modal dan keahlian yang
dibutuhkan untuk menebang pohon relatif kecil dan sederhana. Menjadi masalah global yang
mempengaruhi lingkungan juga misalnya pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat.
Pertumbuhan penduduk memiliki arti pertumbuhan kawasan urban dan juga kebutuhan
tambahan produksi pangan. Belum lagi ada peningkatan kebutuhan energi. Pada masing-
masing kebutuhan ini ada implikasi pada lingkungan.
Satu contoh dari kebutuhan lahan urban dan lahan pertanian. Pemenuhan kebutuhan
ini akan meminta konversi lahan hutan. Semakin lama daerah-daerah resapan air makin
berkurang, akibatnya terjadi krisis air tanah. Di sisi lain di beberapa kawasan berkemiringan
cukup tajam menjadi rawan longsor, karena pepohonan yang tadinya menyangga sistem
kekuatan tanah semakin berkurang. Kemudian karena resapan air ke tanah berkurang,
terjadilah over-flow pada air permukaan. Ketika kondisi ini beresonansi dengan sistem
drainase yang buruk di perkotaan terjadilah banjir. Banjir akan membawa berbagai
penderitaan. Masalah langsungnya misalnya korban jiwa dan harta. Masalah tidak
langsungnya misalnya mewabahnya berbagai penyakit, seperti malaria, demam berdarah,
muntaber dll. Indonesia misalnya masih sangat bergantung pada sumber energi minyak bumi.
Ini yang menjelaskan betapa hebohnya pemerintah dan masyarakat akibat masalah minyak.
Pemerintah bingung menutupi anggaran belanja negara, karena besarnya pengeluaran untuk
impor minyak. Masyarakat bingung sebab kenaikan harga minyak memililiki efek berantai
pada kenaikan harga barang- barang di lapangan. Penekanan disini adalah bahwa penggunaan
minyak dari sisi lingkungan, dan lebih spesifiknya sisi komposisi udara di atmosfir, berarti
peningkatan gas carbon dioxida (CO2). Gas ini, bersama lima jenis gas lain diketahui
menjadi penyebab terjadinya efek pemanasan global (global warming). Diperkirakan
diantara tahun 1990-2100 akan terjadi kenaikan rata-rata suhu global sekitar 1,4 sampai 5,8
derajat celsius. Akibatnya akan terjadi kenaikan rata-rata permukaan air laut disebabkan
mencairnya gunung es di kutub. Banyak kawasan di dunia akan terendam air laut. Akan
terjadi perubahan iklim global. Hujan dan banjir akan meningkat. Wabah beberapa penyakit
akan meningkat pula. Produksi tumbuhan pangan pun terganggu. Pendek kata akan terjadi
pengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia. Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak
di bidang lingkungan sudah sangat ngeri membayangkan bencana besar yang akan melanda
umat manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum
merata di tengah umat manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran
masyakat di negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun
kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata. Di tengah kondisi di atas dimulailah
prakarsa-prakarsa pro-lingkungan pada tingkat global. Kyoto Protokol adalah konvensi yang
masih cukup hangat dan masih akan diberlakukan secara efektif mulai tahun 2007. Isi utama
Protokol ini adalah upaya pengurangan emisi enam gas yang mengakibatkan kenaikan suhu
global. Pada tahun 2008-2012 akan diadakan pengukuran sistematis balance pengeluaran dan
penyerapan gas-gas ini pada semua negara yang telah menandatangani Protokol ini. Contoh,
Penyebab dan Dampak Lingkungan Global:
1. Pemanasan Global : Pemanasan Global / Global Warming pada dasarnya merupakan
fenomena peningkatan temperature global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek
rumah kaca yang disebabkan oleh meningkatnya emesi gas karbondioksida, metana,
dinitrooksida, dan CFC sehingga energy matahari tertangkap dalam atmosfer bumi.
Dampak bagi lingkungan biogeofisik : pelelehan es di kutub, kenaikan mutu air laut,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora
dan fauna, migrasi fauna dan hama penyakit. Dampak bagi aktiitas sosial ekonomi
masyarakat: gangguan pada pesisir dan kota pantai, gangguang terhadap prasarana fungsi
jalan, pelabuhan dan bandara. Gangguan terhadap pemukiman penduduk, ganggungan
produktifitas pertanian. Peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit (Soemarwoto,
1994).
2. Penipisan Lapisan Ozon : dalam lapisan statosfer pengaruh radiasi ultraviolet, CFC
terurai dan membebaskan atom klor. Klor akan mempercepat penguraia ozon menjadi
gas oksigen yang mengakibatkan efek rumah kaca. Beberapa atom lain yang
mengandung brom seperti metal bromide dan halon juga ikut memeperbesar penguraian
ozon. Dampak bagi makhluk hidup: lebih banyak kasus kanker kulit melanoma yang bisa
menyebabkan kematian, meningkatkan kasus katarak pada mata dan kanker mata,
menghambat daya kebal pada manusia (imun), penurunan produksi tanaman jagung,
kenaikan suhu udara dan kematian pada hewan liar, dll.
3. Hujan Asam : Proses revolusi industri mengakibatkan timbulnya zat pencemaran udara.
Pencemaran udara tersebut bisa bereaksi air hujan dan turun menjadi senyawa asam.
Dampaknya : proses korosi menjadi lebih cepat, iritasi pada kulit, sistem pernafasan,
menyebabkan pengasaman pada tanah.
4. Pertumbuhan populasi : pertambahan penduduk duia yang mengikuti pertumbuhan
secara ekponsial merupakan permasalahan lingkungan. Dampaknya: terjadinya
pertumbuhan penduduk akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan sumber daya alam
dan ruang.
5. Desertifikasi : merupakan penggurunan, menurunkan kempampuan daratan. Pada proses
desertifikasi terjadi proses pengurangan produktifitas yang secara bertahap dan penipisan
lahan bagian atas karena aktivitas manusia dan iklim yang bervariasi seperti kekeringan
dan banjir. Dampak : awalnya berdampak local namun sekarang isu lingkungan sudah
berdampak global dan menyebabkan semakin meningkatnya lahan kritis di muka bumi
sehingga penangkap CO2 menjadi semakin berkurang.
6. Penurunan keaneragaman hayati : adalah keaneragaman jenis spesies makhluk hidup.
Tidak hanya mewakili jumlah atau sepsis di suatu wilayah, meliputi keunikan spesies,
gen serta ekosistem yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
Dampaknya: karena keaneragaman hayati ini memeliki potensi yang besar bagi manusia
baik dalam kesehatan, pangan maupun ekonomi
7. Pencemaran limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun): bahan yang diindentifikasi
memiliki bahan kimia satu atau lebih dari karasteristik mudah meledak, mudah terbakar,
bersifai reaktif, beracun, penyabab infeksi, bersifat korosif. Dampak : dulunya hanya
bersifat lokal namun sekarang antar negara pun melakukan proses pertukaran dan
limbanya di buang di laut lepas. Dan jika itu semua terjadi maka limbah bahan
berbahaya dan beracun dapat bersifat akut sampai kematian makhluk hidup.
2.5 Solusi Masalah Lingkungan di Indonesia
Pelestarian lingkungan merupakan sesuatu yang setiap warga masyarakat harus
lakukan mengingat kita semua tinggal dalam lingkungan yang sama dan menjaga supaya
lingkungan tersebut tetap sehat tak diragukan lagi merupakan salah satu tugas terpenting kita
sebagai masyarakat (Rahardjo dkk, 2006). Hal–hal yang dapat kita lakukan sebagai
masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan mengurangi dampak kerusakannya antara
lain:
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia
2. Melakukan penghijauan disekitar tempat tinggal
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Mengadakan kerja bakti bersih desa seminggu sekali
5. Mengurangi penggunaan sampah plastik, kendaran bermotor dan konsumsi listrik
(energy) serta air yang berlebihan
6. Mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, dan beralih menggunakan bahan bakar
alternative dan energi terbarukan
7. Mengurangi penggunaan kantong plastik, serta kemasan berbahan plastik
8. Mengurangi penggunaan CFC
9. Menambah jumlah MCK, untuk menghindari aktivitas BAB/BAK di sungai
10. Melakukan prinsip hidup 3R, yaitu Reuse, Reduce dan Recycle.
Masalah kerusakan lingkungan tidak dapat diatasi jika hanya masyarakat saja yang bergerak.
Pihak pemerintah juga harus membantu, mengontrol serta mengawasi kegiatan pelestarian
lingkungan (Rahardjo dkk, 2006). Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah, antara
lain:
a) Mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang berhubungan dengan pelestarian
lingkungan.
b) Membatasi pembangunan yang merusak kawasan hutan.
c) Mencanangkan program Reboisasi besar–besaran pada hutan yang gundul.
d) Sosialisasi serta pendidikan lingkungan kepada masyarakat sejak dini.
e) Melakukan konservasi In-situ dan Ex-situ.
f) Memperluas wilayah hutan lindung.
g) Membatasi perijinan perkebunan kelapa sawit yang merusak hutan.
h) Menyediakan tempat–tempat sampah dikawasan yang padat aktivitas.
i) Membangun fasilitas pengolah sampah di masing–masing kota.
j) Menerapkan prinsip 3R (Reuse, Reduce and Recycle) pada kehidupan berbangsa dan
bernegara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarakan kajian teori pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengertian dari wawasan lingkungan adalah pandangan tentang wilayah atau ruang
dengan semua komponen yang ada didalamnya, baik hidup maupun mati, yang dapat
berfungsi sebagaimana mestinya tanpa ada komponen yang mengganggu keseimbangan
ruang tersebut.
2. Akar penyebab dari kerusakan lingkungan adalah Crisis of Unsustainability atau krisis
ketidakseimbangan. Bila dipecah menjadi beberapa bagian, krisis ketidakseimbangan
berawal dari beberapa faktor umum seperti : faktor agama, psikologi, pemerintahan,
iptek, industri, pembangunan, social, ekonomi dan budaya.
3. Masalah lingkungan yang ada di Indonesia antara lain air bersih, polusi udara, sampah,
penebangan liar, lumpur lapindo dan lain sebagainya.
4. Isu lingkungan yang sedang terjadi di dunia internasional antara lain : pemanasan global,
masalah air bersih, kekeringan dan penggundulan hutan.
5. Solusi yang dapat dilakukan untuk memerangi kerusakan lingkungan sangat beragam.
Dari sisi masyarakat, hal yang dapat dilakukan antara lain : membuang sampah pada
tempatnya, mengurangi penggunaan energi, mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor, dan lain–lain. Sedangkan dari sisi pemerintah, hal yang dapat dilakukan antara
lain: menetapkan kebijakan tentang kerusakan dan upaya pelestarian lingkungan,
menemukan sumber energi terbarukan, mengawasi dan mengontrol pelaksanaan
pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat.
A. Saran
Supaya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca, maka
penulis menyarankan :
jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit.
jagalah kebersihan lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Chiras, Daniel D. 1998. Environmental Science. London. Wadswosworth Publishing
Company.
Nugroho, S.P. 2002. Peluang dan Tantangan Pengembangan Lahan Kering untuk
Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Air Lahan Lingkungan
dan Mitigasi Bencana 7 (1) : 9-13.
Suratmo, F.G. 1999. Strategi dalam Menghadapi Masalah Lingkungan. Handout M.K. PSL
702 Pascasarjana IPB, Bogor.
Wibisono, Yusuf. 2006. Tragedi Lumpur Lapindo. http://agorsiloku.com/2006/10/11/tragedi-
lumpur-lapindo/ (di akses tanggal 26 Agustus 2015).
Rahardjo, S., Dina, L., dan Suyono. 2006. Pengendalian Dampak Lingkungan. Surabaya:
Penerbit Airlangga.
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan
Kusuma, Affandi. 2009. Lingkungan Hidup, Kerusakan Lingkungan, Pengertian, Kerusakan
Lingkungan dan Pelestarian afand.abatasa.com/.../linkungan-hidup-kerusakan-
lingkungan- (di akses tanggal 26 Agustus 2014 )