makalah masalah pokok ekonomi pembangunan
DESCRIPTION
makalah ekonomi pembangunan dengan judul masalah pokok pembangunan ekonomiTRANSCRIPT
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 1
Kelompok 2 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini setiap pemimpin negara di belahan dunia manapun selalu memikirkan
masalah pembangunan negaranya. Hal ini wajar karena memang pembangunan itu sifatnya
terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti pada satu titik. Jika satu titik sudah di bangun
maka masih ada titik-titik lain yang masih menunggu untuk di bangun. Bahkan selama dua
dasa warsa yang lalu titik pertumbuhan ekonomi dunia ditunjukan pada upaya-upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasional riil. Hal itu karenan para ekonom
beranggapan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional riil tersebut bisa digunakan sebagai
ukuran kinerja perekonomian suatu negara.
Masalah pembangunan memang lebih di titik beratkan atau lebih di fokuskan dalam
hal ekonomi, hal itu karena bidang ekonomilah titik awal pembangunan itu harus di mulai
karena di bidang ekonomi ini jembatan untuk pembangunan ke bidang selanjutnya bisa lebih
terintegrasi. Misalnya saja dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan itu bisa
meminimalisisr tingkat kemiskinan, tingkat kesehatan, pengangguran, dan pendidikan. Maka
dari itu kenapa titik fokus pembangunan dan pertumbuhan ekonomi itu lebih kepada bidang
ekonomi.
Dalam setiap kegiatan pembangunan itu sendiri terdapat masalah-masalah pokok yang
pasti selalu di hadapi oleh setiap negara di muka bumi ini khususnya bagi negara yang sedang
berkembang. Karena titk fokus pembangunan itu dalam bidang ekonomi maka dalam
makalah ini akan membahas Masalah-masalah pokok pembangunan ekonomi.
Masalah pokok pembangunan ekonomi itu memiliki beberapa subtansi yang sangat
kompleks. Pembahasanya mencakup faktor penyebab pertumbuhan ekonomi, karakteristik
pertumbuhan ekonomi modern, perdebatan masalah pertumbuhan, distribusi pendapatan,
kemiskinan, dan masih banyak lagi. Subtansi-subtansi tersebutlah yang akan coba di
paparkan makalah ini.
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 2
Kelompok 2 | 2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi?
2. Bagaimanakah karakteristik pertumbuhan ekonomi modern?
3. Apa saja masalah distribusi pendapatan?
4. Seperti apakah masalah, penyebab dan macam-macam kemiskinan?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
2. Dapat mengetahui karakteristik pertumbuhan ekonomi modern.
3. Dapat mengetahui apa saja masalah distribusi pendapatan.
4. Dapat mengetahui seperti apakah masalah, penyebab dan macam-macam
kemiskinan.
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 3
Kelompok 2 | 3
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak literatur ekonomi mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran
kuantitatif yang mengambarkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Atau Pertumbuhan Ekonomi adalah Proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita suatu Negara meningkat dalam waktu panjang. Adapaun
faktor-faktor penyebab pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:
2.1 Faktor – faktor penyebab pertumbuhan ekonomi
1. Akumulasi modal
Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang
ditabung dan kemudian di Investasikan untuk memperbesar output pada masa yang
akan datang. Termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan
fisikal, dan sumber daya manusia.
2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan hal – hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah
angkatan kerja (labor force) secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.
3. Kemajuan Teknologi
Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting
bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan
teknologi di sebabkan oleh cara-cara baru, cara-cara lama yang diperbaiki dalam
melakukan pekerjaan – pekerjaan tradisional seperti : menanam padi, membuat
pakaian, atau membangun rumah.
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 4
Kelompok 2 | 4
Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi :
1. Netral
Terjadi jika tingkat output yang di capai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi –
kombinasi input yang sama
2. Hemat tenaga kerja (labor saving)
Tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input
modal yang sama.
3. Hemat modal ( capita saving)
Kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal adalah sangat jarang terjadi karena
hampir semua penelitian ilmiah dan perkembangan teknologi yang di lakukan di
negara maju adalah bertujuan untuk menghemat tenaga kerja bukan modal. Tetapi
untuk negara-negara yang memiliki tenaga kerja yang melimpah seperti NSB pada
umumnya, maka kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal sangat dibutuhkan.
2.2 Karakteristik pertumbuhan ekonomi modern
Simon kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai
“peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi
penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan
kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkan.
Ketiga komponen pokok dari definisi ini sangat penting artinya
1. Kenaikan output nasional secara terus menerus merupakan perwujudan dari
pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk menyediakan berbagai macam tentang
ekonomi merupakan tanda kematangan ekonomi.
2. Kemajuan teknologi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan, namun belum merupakan syarat yang cukup untuk merealisir
potensi pertumbuhan yang terkandung dalam teknologi baru
3. Penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi harus dilakukan inovasi teknologi
tanpa disertai inovasi sosial ibarat bola lampu tanpa aliran listrik. Potensi ada tetapi
tanpa input yang melengkapi tidak akan berarti apa – apa.
Dalam analisisnya yang mendalam, kuznets memisahkan 6 karakteristik yang
terjadi dalam proses pada hampir semua negara maju yaitu :
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 5
Kelompok 2 | 5
a. Dua variabel ekonomi agregatif
i. Tingginya tingkat pertumbuhan output perkapita dan penduduk
ii. Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan,
terutama produktivitas tenaga kerja.
b. Dua variabel transformasi struktural
i. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi
ii. Tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi
c. Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional
i. Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk menjangkau
seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku
ii. Pertumbuhan ekonomi ini hanya terbatas pada sepertiga populasi dunia.
2.3 Perdebatan Masalah Pertumbuhan
Di awal tahun 1970-an terjadi perubahan yang luar biasa berkenaan dengan
persepsi pemerintah dan masyarakat mengenai tujuan utama kegiatan ekonomi. Di
negara-negara maju maupun di NSB tumbuh kekecewaan terhadap tekad untuk
mengejar pertumbuhan sebagai tujuan pokok ekonomi masyarakat. Di Negara-negara
maju, tekanan yang utama tampaknya usaha untuk menggeser orientasi pada
pertumbuhan ekonomi menuju usaha yang lebih memperhatikan kualitas hidup
(quality of life). Perhatian tersebut tampak pada adanya gerakan lingkungan hidup.
Terjadi protes keras terhadap ganasnya pertumbuhan ekonomi dan akibat polusi oleh
air dan udara, penipisan cadangan sumberdaya alam dan perusahaan keindahan-
keindahan alam.
Di NSB yang menjadi perhatian utama adalah masalah pertumbuhan versus
distribusi pendapatan banyak NSB yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi pada tahun 1960-an mulai menyadari bahwa pertumbuhan semacam itu
hanya sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan.
Dengan kata lain pertumbuhan GNP per kapita yang cepat secara otomatis
meningkatkan tingkat hidup rakyat banyak. Malah pertumbuhan GNP perkapita ini di
beberapa NSB telah menimbulkan penurunan absolut tingkat hidup orang miskin di
perkotaan dan pedesaan.
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 6
Kelompok 2 | 6
2.4 Distribusi Pendapatan
A. Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan
Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan distribusi
pendapatan merupakan ini permasalahan pembangunan. Walaupun titik perhatian utama
kita pada ketidakmerataan distribusi pendapatan dan harta kekayaan (assets), namun hal
tersebut hanyalah merupakan sebagian kecil dari masalah ketidakmerataan yang lebih
luas di NSB. Misalnya ketidakmerataan kekuasaan, prestise, status, kepuasan kerja,
kondisi kerja, tingkat partisipasi, kebebasan untuk memilih, dan lain-lain.
Lewat pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dan
kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah pembangunan
yang lebih khusus seperti : pertumbuhan penduduk, pengangguran, pembanguan
perdesaan, pendidikan, perdagangan internasional, dan sebagainya.
Sebuah cara yang sederhana untuk mendeteksi masalah distribusi pendapatan dan
kemiskinan adalah dengan menggunakan kerangka kemungkinan produksi, seperti yang
telah tersinggung pada bagian di muka.
Untuk menggambarkan analisis tersebut, produksi barang dalam sebuah
perekonomian dibagi menjadi dua macam barang. Pertama adalah barang-barang
kebutuhan pokok seperti : makanan pokok, pakaian, perumahan sederhana, dan
sebagainya, kedua adalah barang-barang mewah seperti : mobil mewah, video, televisi,
pakaian mewah, dan sebagainya.
Secara umum apa yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di
NSB. Irma Adelman & Cynthia Taft Morris (1973) mengemukakan 8 sebab yaitu :
1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per
kapita.
2. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proposional
dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital
intensive), sehingga presentase pendapatan modal dari harta tambahan besar
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 7
Kelompok 2 | 7
dibandingan dengan presentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga
pengangguran bertambah
5. Rendahnya mobilitas social.
6. Pelaksaan kebijaksanaan industry subtitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang hasil industry untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
7. Memburuknya nilai tukai (term of trade) bagi NSB dalam perdagangan dengan
negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elastisitas permintaan Negara-negara
terhadap barang-barang ekspor NSB.
8. Hancurnya industry-industri kerajianan rakyat seperti pertukangan, industry rumah
tangga, dan lain-lain.
B. Distribusi Pendapatan Perorangan
Ukuran distribusi pendapatan perorangan (personal distribution) merupakan ukuran
yang paling umum digunakan oleh para ekonom. Ukuran sederhana ini menunjukkan
hubungan antara individu-individu dengan pendapatan total yang mereka terima.
Bagaimana Caranya pendapatan itu diperoleh tidak diperhatikan. Berapa banyak
pendapatan masing-masing pribadi, atau apakah pendapatan itu berasal dari hasil kerja
semata ataukah dari sumber-sumber lain seperti bunga, laba, hadiah, warisan, dan lain-
lain, juga tidak diperhatikan. Lebih jauh lagi, sumber-sumber yang bersifat lokasional
(perkotaan atau pedesaan) dan okupasional (misalnya pertanian, industry pengolahan,
perdagangan, jasa-jasa) juga diabaikan.
Oleh karena itu, para ekonom dan ahli statistic lebih suka menyusun semua
individu menurut tingkat pendapatannya yang semakin meninggi dan kemudian membagi
semua individu tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda-beda. Metoda yang
umum adalah membagi penduduk ke dalam kuintil (5 kelompok) atau desil (10 kelompok)
sesuai dengan tingkat pendapatan yang semakin meninggi dan kemudian menentukan
proporsi dari pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing kelompok
tersebut.
C. Kurva Lorenz
Cara lain untuk menganalisis distribusi pendapatan perorangan adalah membuat
kurva yang disebut kurva Lorenz. Dinamakan Kurva Lorenz adalah karena yang
memperkenalkan kurva tersebut adalah Conrad Lorenz seorang ahli statistika dari Amerika
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 8
Kelompok 2 | 8
Serikat. Pada tahun 1905 ia menggambarkan hubungan antara kelompok-kelompok
penduduk dan pangsa (share) pendapatan mereka.
Gambar A menunjukan bagaimana cara membuat kurva Lorenz tersebut. Jumlah
penerima pendapatan digambarkan pada sumbu horizontal, tidak dalam angka mutlak
tetapi dalam presentase komulatif. Misalnya, titik 20 menunjukan 20% penduduk
termiskin (paling rendah pendapatannya), dan pada titik 60 menunjukkan 60% penduduk
terbwah pendapatannya, dan pada ujung sumbu horizontal menunjukan jumlah 100 %
penduduk yang dihitung pendapatannya.
Sumbu vertical menunjukan pangsa pendapatan yang diterima oleh masing-masing
presentase jumlah penduduk. Jumlah ini juga kumulatif sampai 100%, dengan demikian
kedua sumbu itu sama panjangnya dan ahirnya membentuk bujur sangkar.
Sebuah garis diagonal digambarkan melalui titik origin menuju sudut kanan atas
dari bujur sangkar tersebut. Setiap titik pada garis diagonal tersebut menunjukkan bahwa
presentase pendapatan yang diterima sama persis dengan presentase penerimaan
pendapatan tersebut. Sebagai contoh, titik tengah dari diagonal tersebut betul-betul
menunjukkan bahwa 50% pendapatan diterima oleh 50 % jumlah penduduk. Demikian
juga titik 75 atau 25.
Dengan kata lain, garis diagonal tersebut menunjukkan distribusi pendapatan
dalam keadaan kemerataan sempurna (perpect equality). Oleh karena itu garis tersebut bisa
juga disebut sebagai garis kemerataan-sempurna.
Gambar A
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 9
Kelompok 2 | 9
Kurva Lorenz menunjukkan hubungan kuantitatif antara presentase penduduk
dan presentase pendapatan yang mereka terima, misalnya selama 1 tahun. Semakin
jauh kurva Lorenz tersebut dari garis diagonal (kemerataan sempurna), semakin
tinggi derajat ketidakmerataan yang ditunjukkan.keadaan yang paling ekstream dari
ketidakmerataan sempurna, misalnya keadaan dimana seluruh pendapatan hanya
diterima oleh satu orang, akan ditunjukan oleh berimpitnya kurva Lorenz tersebut
dengan sumbu horizontal bagian bawah dan sumbu vertical bagian kanan.
Oleh karena itu tidak ada satu Negara pun yang mengalami kemerataan
sempurna ataupun etidakmerataan sempurna dalam distribusi pendapatannya, maka
kurva-kurva Lorenz untuk setiap Negara akan terletak disebelah kanan kurva diagonal
tersebut seperti tampak pada gambar A itu. Semakin tinggi derajat ketidakmerataan,
kurva Lorenz itu akan semakin melengkung (cembung) dan semakin mendekati
sumbu horizontal sebelah bawah. Keadaan tersebut ditunjukkan oleh Gambar B (1
dan 2).
(1) Distribusi yang (2) Distribusi yang relative
relative merata tidak merata
Gambar B
Derajat Kemerataan/Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorenz
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 10
Kelompok 2 | 10
D. Koefisien Dini
Suatu ukuran yang singkat mengenai ketidakmerataan distribusi pendapatan dalam
suatu negara bisa diperoleh dengan menghitung luas daerah antar garis diagonal
(kemerataan sempurna) dengan kurva lolernz dibandingkan dengan luas total dari separuh
bujur sangkar dimana terdapat kurva Lorenz tersebut
Dalam gambar 9.9 koefisien gini ditunjukan oleh perbandingan antara daerah yang
diarsir Adengan luas segitiga BCD. Koefisien gini diambil dari nama ahli statistic italia
yang bernama C. Gini yang menemukan rumus tersebut pada tahun 1912
Secara matematis rumus koefisien gini dapat disajikan sebagai berikut :
KG = 1 - (Xi+1 – Xi)(Yi + Yi+1)
Atau
KG = 1 - fk (Yi+1 + Yi)
Keterangan :
KG = Koefisien Gini
Xi = proporsi jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas i
fk = proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i
Yi = proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas i
Koefisien gini merupakan ukuran ketidak merataan agregat dan nilainya terletak
antara 0 (kemerataan sempurna) sampai 1 (ketidakmerataan sempurna). Koefisien gini dari
negara-negara yang mengalami ketidakmerataan tinggi berkisar antara 0,50 – 0,70 ketidak
merataan sedang berkisar antara 0,36 – 0,49 dan yang mengalami ketidak merataan rendah
berkisar antara 0,20 – 0,35
E. Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi pendapatan lain yang sering digunakan oleh para ekonomi adalah
distribusi fungsional atau distribusi pangsa factor produksi (factor share distribution).
Ukuran distribusi ini berusaha untuk menjelaskan pangsa (share) pendapatan nasional yang
diterima oleh masing-masing factor produksi. Disamping memandang individu-individu
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 11
Kelompok 2 | 11
sebagai kesatuan yang terpisah, teori ukuran distribusi pendapatan fungsional tersebut
menyelidiki persentase yang diterima tenaga kerja secara keseluruhan dibandingkan dengan
persentase dari pendapatan nasional yang terdiri dari sewa, bunga dan laba.
Suatu kerangka ekonomi teoritis telah dibangun berkaitan dengan konsep distribusi
pendapatan fungsional ini. Konsep ini mencoba untuk menjelaskan “pendapatan” suatu
factor produksi melalui kontribusi factor tersebut terhadap produksi. Kurva penawaran dan
permintaan digunakan untuk menentukan harga-harga dari masing-masing factor produksi.
Jika harga-harga tersebut dikaitkan dengan kuantitas yang digunakan, dengan anggapan
penggunaan factor produksi secara efisien (biaya minimum), akan didapatkan jumlah
pembayaran dari masing-masing factor produksi. Misalnya, penawaran dan permintaan
akan tenaga kerja digunakan untuk menentukan tingkat upah,. Jika tingkat upah ini
kemudian dikaitkan dengan tingkat penggunaan factor produksi tersebut (tenaga kerja),
akan diperoleh nilai upah total
Gambar dibawah ini memberikan suatu gambaran yang sederhana dari teori
distribusi pendapatan fungsional tradisional. Kita menganggap bahwa hanya ada dua factor
produksi, modal yang merupakan factor produksi tetap dan tenaga kerja merupakan satu-
satunya foktor produksi.
Tingkat Upah
R SL
W Laba
E
Upah DL = MPL
0 L Tingkat Pengerjaan
Menurut asumsi pasar persaingan, permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh
produk margin (marginal product) dari tenaga kerja tersebut (MPL), yaitu tambahan pekerja
akan pekarjaan sampai pada titik dimana nilai produk marginalnya (value of marginal
product = MPL) sama dengan tingkat upah riil. Tetapi, sesuai dengan prinsip produk
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 12
Kelompok 2 | 12
marginal yang menurun. Permintaan akan tenaga kerja ini akan merupakan suatu fungsi
yang menurun dari jumlah yang dipekerjakan.
Kurva permintaan akan tenaga kerja yang berslope negative tersebut ditunjukan oleh
garis DL pada gambar diatas. Dengan kurva penawaran tenaga kerja SL, tingkat upah
keseimbangan akan sama dengan OW dan tingkat keseimbangan penggunaan tenaga kerja
adalah OL. Pendapatan nasional total ditunjukkan oleh daerah OREL. Pendapatan nasional
ini terbagi menjadi 2 yaitu QWEL merupakan pangsa tenaga kerja dalam bentuk upah dan
WRE sebagai laba dari kaum kapitalis.oleh karena itu dalam suatu pasar persaingan dengan
fungsi produksi yang bersifat constant returns to scale, harga-harga factor produksi
ditentukan oleh kurva penawaran dan permintaan akan factor produksi tersebu. Pendapatan
didistribusikan menurut “fungsi” yaitu tenaga kerja menerima “upah”, pemilik tanah
menerima “sewa” dan kaum kapitalis menerima “laba”. Ini merupakan teori yang murni dan
logis karena masing-masing factor produksi memperoleh pembayaran hanya sesuai dengan
kontribusinya terhadap pendapayan nasional, tidak kurang tidak lebih.
Sayangnya, relevansi teori fungsional ini dilemahkan oleh kegagalannya dalam
memperhitungkan peranan dan pengaruh penting dari kekuatan-kekuatan “non-pasar” seperti
“kekuatan” untuk menentukan harga-harga factor produksi, misalnya perjanjian bersama
antara para pekerja dan kekuatan para monopolis atau tuan tanah dalam penetapan tingkat
upah.
2.5 Kemiskinan
Menurut para ahli (antara lain AndreBayo Ala, 1981), kemiskinan itu bersifat multi
dimensional. Artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan
pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek
primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial dan politik, dan pengetahuan serta
keterampilan dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber
keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam
bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik
dan tingkat pendidikan yang rendah.
Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung
mapun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan dan atau kemunduran pada salah
satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan dan kemunduran pada aspek lainnya. Dan aspek
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 13
Kelompok 2 | 13
lainnya dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu adalah manusianya, baik secara
individual maupun secara kolektif. Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan,
kemiskinan perkotaan dan sebagainya. Namun demikian, bukan berarti desa atau kota yang
mengalami kemiskinan, tetapi orangorang atau penduduk (manusianya) yang menderita
miskin.
Oleh karena itu, masalah kemiskinan ini masih tetap relevan dan penting untuk
dikaji dan diupayakan penanggulangannya, kalau tujuan pmbangunan nasional yang adil
dan merata serta terbentuknya manusia yang seutuhnya ingin dicapai.
A. Penyebab kemiskinan
Dengan demikian, kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi anggota masyarakat
yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan,
baik kemampuan dalam kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang
memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Ketidak ikut
sertaan dalam proses pembangunan ini dapat disebabkan karenan secara alamiah
tidak/belum mendayagunakan faktor produksinya, dan dapat pula terjadi secara tidak
alamiah. Pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah yang tidak sesuai dengan
kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk berpartisipasi berakibat manfaat
pembangunan tidak menjangkau merata.
Oleh karena itu, kemiskinan di samping merupakan masalah yang muncul dalam
masyarakat bertalian dengan pemilikan faktor produksi, produktivitas dan tingkat
perkembangan masyarakat sendiri, juga bertalian dengan kebijakan pembangunan nasional
yang dilaksanakan. Dengan kata lain, masalah kemiskinan ini bisa ditimbulkan oleh hal
yang sifatnya alamiah/kultural juga disebabkan oleh miskinya strategi dan kebijakan
pembangunan yang ada, sehingga para pakar pemikir melihat kemiskinan sebagai masalah
struktural. Dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan struktural yakni kemiskinan yang
diderita oleh suatu golongan masyarakat karena sturuktur sosial masyarakat tersebut tidak
dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya teredia bagi mereka
(selo sumardjan, 1980).
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 14
Kelompok 2 | 14
B. Ukuran kemiskinan
Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan memang tidak mudah untuk
mengukurnya. Namun demikian, dalam bagian ini akan dijelaskan 2 macam ukuran
kemiskinan:
1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan di ukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan
tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat
pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin
atau biasa disebut dengan garis batas kemiskinan, inilah yang disebut dengan konsep
kemiskinan absolut.
Kesulitan utama konsep ini adalah menentukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum, karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga oleh iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan berbagai
faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak seseorang
membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya.
Kebutuhan dasar dibagi dua golongan yaitu kebutuhan dasar yang diperlukan
sekali untuk mempertahankan hidupnya dan kebutuhan lain yang lebih tinggi.
United Nation Research Institute for Social Development (UNRISD)
menggolongkan kebutuhan dasar menjadi tiga kelompok yaitu kebutuhan fisik
primer, kebutuhan kultural dan terkahir kelebihan pendapatan untuk mencapai
kebutuhan yang lebih tinggi.
Konsep kemiskinan yang didsarkan atas perkiraan kebutuhan dasar minimum
merupakan konsep yang mudah dimengerti. Tetapi penentuan garis kemiskinannya
secara obyektif sulit dilaksanakan karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya.
Garis kemiskinan berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya, sehingga
tidak ada garis kemiskinan yang berlaku umum.
2. Kemiskinan relatif
Orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin.” Ada ahli yang berpendapat
bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi
masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya, maka
ornag tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 15
Kelompok 2 | 15
banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang
bersangkutan (Miller, 1997)
Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat
hidup masyarakatnya berubah. Hal ini jelas merupakan perbaikan dari konsep
kemiskinan absolut. Konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga kemiskinan
akan selalu ada.
Oleh karena itu, Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan
sosial. Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan bawah maka
akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.
C. Indikator kemiskinan
Indikator kemiskinan ada bermacam-macam yaitu :
1. Tingkat konsumsi beras per kapita pertahun
2. Tingkat pendapatan
3. Tingkat kecukupan gizi
4. Kebutuhan fisik minimum
5. Tingkat kesejahteraan
D. Strategi atau kebijakan dalam mengurangi kemiskinan
1. Pembangunan pertanian
Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan Indonesia. Ada tiga aspek pembangunan pertanian yang telah
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan kemiskinan tersebut,
terutama di daerah pedesaan. Kontribusi terbesar bagi peningkatan pendapatan
pedesaan dan pengurangan kemiskinan pedesaan dihasilkan dari adanya revolusi
teknologi dalam pertanian padi, pembangunan irigas, penciptaan varietas unggul
menggantikan varietas tradiosional. Kontribusi utama lainnya datang dari program
pemerintah untuk meningkatkan produk tanaman keras.
2. Pembangunan sumber daya manusia
Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, dan
gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam strategi pemerintahan secara
keseluruhan untuk mengurangi kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan
penduduk indonesia.
Intervensi untuk memperbaiki kesehatan dari pemerintah juga merupaka suatu alat
kebijakan penting untuk mengurangi kemiskinan. Ada tiga faktor utama
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 16
Kelompok 2 | 16
mendasari kebijakan ini: pertama, berkurangnya beban penderitaan secara
langsung memuaskan kebutuhan konsumsi pokok yang juga merupakan tujuan
kebijaksanaan sosial yang sangat penting. Kedua, perbaikan kesehatan akan
meningkatkan produktivutas golongan miskin. Ketiga, penurunan tingkat
kematian bayi dan anak-anak secara tak langsung juga berperan dalam
mengurangi kemiskinan yakni menurunkan tingkat kesuburan.
3. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM bisa memainkan peran yang lebih besar di dalam perancangan dan
implementasi program pengurangan kemiskina. Karena fleksibilitas dan
pengetahuan mereka tentang komunitas yang mereka bina, LSM-LSM ini untuk
beberapa hari bisa menjangkau golongan miskin tersebut secara lebih efektif
ketimbang program-program pemerintah. Lebih dari itu, keterlibatan aktif dari
LSM tersebut di dalam program-program pemerintah cenderung untuk
meningkatkan “penerimaan” masyarakat pedesaan terhadap program pemerintah
dan oleh karena itu pada akhirnya akan meningkatkan pertisipasi masyarakat.
Keterlibatan LSM juga dapat meringankan biaya finansial dan staf dalam
pengimplementasikan program padat-karya untuk mengurangi kemiskinan
Bentuk dan macam organisasi- organisasi kemsyarakatan bisa dikelompokan
dalam empat kategori:
1. Lembaga Swadaya Masyarakat
2. Lembaga Pembina Swadaya Masyarakat
3. Organisasi-organisasi sosial lainnya
4. Organisasi- organisasi semi-pemerintah
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 17
Kelompok 2 | 17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi di pengaruhi
oleh beberapa masalah yang menghambat pembangunan ekonomi. Dapat dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat yaitu akumulasi modal,
termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisikal, dan sumber
daya manusia. Akumulasi ini bisa berupa fasilitas-fasilitas yang menunjang dan memperbaiki
pertumbuhan ekonomi kedepannya. Lalu pertumbuhan penduduk artinya apabila terjadi
kenaikan pertumbuhan penduduk maka secara tradisional merupakan faktor pendukung
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan adanya kemajuan ekonomi dengan
cara-cara yang baru, membantu perekonomian bekerja lebih efektif dan efisien.
Dalam analisisnya Kuznets memisahkan 6 karakteristik yang terjadi dalam proses
pada hampir semua negara maju yaitu : a. Dua variabel ekonomi agregatif (Tingginya tingkat
pertumbuhan output perkapita dan penduduk dan tingginya tingkat kenaikan produktivitas
faktor produksi secara keseluruhan, terutama produktivitas tenaga kerja). b. Dua variabel
transformasi structural (Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi dan tingginya
tingkat transformasi sosial dan ideology). c. Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya
pertumbuhan ekonomi internasional (Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis
untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku dan pertumbuhan
ekonomi ini hanya terbatas pada sepertiga populasi dunia).
Masalah distribusi pendapatan terjadi karena Ketidakmerataan distribusi pendapatan.
Dimana hanya beberapa golongan yang merasakan, sedangkan yang lain tetap saja tertinggal.
Ketidakmerataan ini bisa di sebabkan oleh angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, inflasi,
ketidakmerataan pembangunan antar daerah, rendahnya mobilitas social dan hancurnya
kerajinan rakyat atau industry tradisional karena kalah bersaing dengan industry padat
modal.
Penyebab kemiskinan terletak pada kondisi anggota masyarakat yang tidak/belum ikut
serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam
kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak
mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Untuk macam-macam kemiskinan ada
M a s a l a h P o k o k P e m b a n g u n a n | 18
Kelompok 2 | 18
2 yakni kemiskinan absolut, kemiskinan yang di ukur dengan membandingkan tingkat
pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan
dasarnya dan Kemiskinan relatif, orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin.”