makalah macam2 pemberian oksigen

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita menganggap bahwa pernapasan yang baik sebagai sesuatu yang wajar sehingga kita menyadari kita secara tarus menerus bernapas. Jika ada gangguan dalam pernapasan baru kita mengingat bahwa oksigen sangatlah penting. Kekurangan oksigen dalam beberapa menit saja dapat berakibat fatal bagi organ-organ pernapasan didalam tubuh kita, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ) . Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi

Upload: conesti08com

Post on 22-Jun-2015

14.336 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah macam2 pemberian oksigen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita menganggap bahwa pernapasan yang baik sebagai sesuatu yang wajar

sehingga kita menyadari kita secara tarus menerus bernapas. Jika ada gangguan dalam

pernapasan baru kita mengingat bahwa oksigen sangatlah penting. Kekurangan oksigen

dalam beberapa menit saja dapat berakibat fatal bagi organ-organ pernapasan didalam

tubuh kita, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses

metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara

normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali

bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama

melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen

dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen

hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru

melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar

Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ) .

Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1

atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang

ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen

dalam ruangan adalah 21 %, ( Brunner & Suddarth,2001 ). Sejalan dengan hal tersebut

diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan

tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara :

1. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 ( Orthobarik )

2. Meningkatkan tekanan oksigen ( Hiperbarik

Dalam makalah ini akan dibahas tentang penanganan pada gangguan

pernapasan dengan macam – macam pemberian oksigen.

Page 2: Makalah macam2 pemberian oksigen

B. Rumusan Masalah

a) Apakah pengertian Ventury Mask ?

b) Apakah pengertian Bag. Valve and mask ?

c) Apakah pengertian Pipa oropharing dan nasopharing ?

d) Apakah pengertian Intubasi endrotrakheal ?

C. Tujuan Masalah

a) Tujuan Umum

Untuk Menambah wawasan dan pengetahuan tentang macam – macam

pemberian oksigen khususnya pada mahasiswa/i calon petugas medis agar supaya

bisa mempersiapkan sedini mungkin untuk penanganan kasus tersebut.

b) Tujuan Khusus

Mengenal dan memahami tentang pengertian macam – macam pemberian

oksigen

Mengerti tentang Ventury Mask

Untuk memahami Bag. Valve and mask

Untuk memahami Pipa oropharing dan nasopharing

Untuk Memahami Intubasi endrotrakheal

Page 3: Makalah macam2 pemberian oksigen

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ventury Mask

Adalah metode pemberian yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi

oksigen yang tepat melalui cara non – infasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga

memungkinkan udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan.

Masker ini digunakan terutama bagi pasien PPOM karena memberikan suplemen oksigen

tingkat rendah, sehingga menghindari resiko dorongan hipoksik. (Brenda, Suzanne, 2001)

Masker venturi menerapkan prinsip Entrainmen udara (menjebak udara seperti

vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen

terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut

bersama karbondioksida yang dihembuskan. Mtode ini memungkinkan konsentrasi

oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan

kecepatan perafasan. Masker harus terpasang dengan pas, untuk mencegah oksigen

mengalir ke dalam mata, dan kulit pasien diperiksa terhadap iritasi. Prinsip pemberian

oksigen dgn alat ini yaitu gas yg dialirkan dari tabung akan menuju ke masker yg

kemudian akan dihimpit utk mengatur suplai oksigen shg tercipta tekanan negative,

akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yg dihasilkan lebih banyak.

Masker venturi dpt memberikan aliran yg bervariasi : 4 – 14 liter/menit dgn

konsentrasi 24– 50%. Dipakai pd pasien dg tipe ventilasi tidak teratur. (FIO2 24%–

28%)

Keuntungan venturi mask :

Page 4: Makalah macam2 pemberian oksigen

Konsentrasi oksigen yg diberikan konstan sesuai dgn petunjuk pd alat dan tidak

dipengaruhi perubahan pola napas terhadap FiO2.

Suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol.

Tidak terjadi penumpukan C O2. 

Kerugian venturi mask :

Masker harus dilepaskan sehingga pasien tidak dapat makan, minum, dan minum

obat.

Konsentrasi oksigen : 24 – 50 %

Aliran oksigen : 4 – 10 LPM

B. Pengertian Bag. Valve and Mask

Bag Valve Mask yang juga dikenal BVM atau Ambubag adalah alat yang digunakan

untuk memberikan tekanan pada sistem pernafasan pasien yang henti nafas atau yang

nafasnya tidak adekuat. Alat ini umumnya merupakan bagian dari peralatan resusitasi untuk

tenaga ahli, seperti pekerja Ambulans. Alat ini digunakan secara ekstensif di ruang operasi

untuk bantuan pernafasan pasien yang tidak sadar pada saat sebelum diberikan bantuan

pernafasan mekanik. (Brenda, Suzanne, 2001).

Bag Valve Mask digunakan pada pasien :

Cardiac arrest .

Respiratory failure

Sebelum, selama dan sesudah suction

Gas flows 12 – 15 liter, selama resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging,

kantong resusitasi dengan reservoir harus digunakan untuk memberikan konsentrasi

oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok tidak digunakan sebagai

reservoir untuk kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah

ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %.

Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa aliran

oksigen utuh dan kantong menerima oksigen tambahan. Pengetahuan tentang kantong

dan keterampilan penggunaan adalah vital :

Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT )

Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi

Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak

Page 5: Makalah macam2 pemberian oksigen

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Bag Valve Mask :

Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan apakah

terjadi distensi abdomen

Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru

Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau spasme

bronkus yang memburuk.

Syarat – syarat Resusitator manual :

Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut

Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi terhadap

muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi

Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut

Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.

Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen udara

bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan hidung penderita.

Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup memerlukan keterampilan tersendiri dalam

hal memberikan bantuan nafas. Penolong seorang diri dalam menggunakan ambubag

harus dapat mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah,

menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras

bagging. Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap

pernafasan. Ambubag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang

berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan menempelkan

sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong harus

memperhatikan pengembangan dada korban

Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil

memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada

Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker

membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah penderita

sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E. Konsentrasi

oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi 100%

dengan tambahan oksigen. Untuk kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas

dan henti jantung, dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.

Page 6: Makalah macam2 pemberian oksigen

C. Pengertian Pipa Oropharing dan Nasopharing

Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut

dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan

nafas. (Medical Dictionary) Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah

cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi

terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally

Betty,2005) Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik

yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara

kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins).

Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior

sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang

bentuknya telah disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan

dan mengedarkan jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk

memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube

digunakan dalam jangka waktu pendek pada post anastesi atau langkah postictal.

Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube

untuk menghindari gigitan pada selang endotraceal.

Organ-organ yang terlibat dalam oropharyngeal airway :

a. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)

b. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah

c. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

Indikasi dan Kontra Indikasi :

a. Indikasi

Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :

Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,

Melindungi endotracheal tube dari gigitan,

Memfasilitasi suction pada jalan nafas

b. Kontra indikasi

Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar

karena dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat

trauma oral.

Page 7: Makalah macam2 pemberian oksigen

Pemasangan Pipa (Tube)

Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaring

digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak

jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak

sadar.

Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik,

dilakukan pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa

endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan

memudahkan tindakan bantuan pernapasan. 

1. Pipa Oropharing

Sebuah jalan napas orofaringeal (juga dikenal sebagai saluran udara lisan, OPA atau

saluran napas Guedel pola) adalah perangkat medis yang disebut tambahan digunakan

untuk menjaga jalan nafas paten (terbuka) . Hal ini dilakukan dengan mencegah lidah

dari meliputi epiglotis , yang bisa mencegah orang dari pernapasan. Ketika seseorang

Page 8: Makalah macam2 pemberian oksigen

menjadi sadar, otot-otot di rahang mereka rileks dan memungkinkan lidah untuk

menghalangi jalan napas.( Ed Dickinson; Dan Limmer 2008)

Jalan napas orofaringeal dirancang oleh Arthur Guedel 1862 .

Saluran udara orofaringeal datang dalam berbagai ukuran, dari bayi ke

dewasa, dan biasa digunakan dalam perawatan pra-rumah sakit darurat dan untuk

jangka pendek manajemen jalan nafas pasca anestesi atau ketika metode manual tidak

memadai untuk menjaga jalan napas terbuka. Ini bagian dari peralatan yang

digunakan oleh responden bersertifikat pertama , teknisi medis darurat , dan

paramedis - ditambah profesional kesehatan lain saat intubasi trakea yang baik tidak

tersedia, tidak dianjurkan atau masalah adalah durasi jangka pendek. Saluran udara

orofaringeal ditunjukkan hanya dalam bawah sadar orang, karena kemungkinan

bahwa perangkat akan merangsang refleks muntah pada orang yang sadar atau

setengah sadar. Hal ini dapat mengakibatkan muntah dan berpotensi mengarah pada

jalan napas tersumbat. saluran udara Nasofaring sebagian besar digunakan sebagai

pengganti karena mereka tidak merangsang refleks muntah. Secara umum saluran

udara orofaringeal harus berukuran dan dimasukkan dengan benar untuk

memaksimalkan efektivitas dan meminimalkan kemungkinan komplikasi - seperti

trauma oral. (Ed Dickinson; Dan Limmer 2008).

OPA ukuran yang benar dipilih dengan mengukur dari tengah mulut orang

untuk sudut rahang. Jalan napas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mulut orang

terbalik. Setelah kontak dibuat dengan bagian belakang tenggorokan, saluran udara

diputar 180 derajat, memungkinkan untuk penyisipan mudah, dan meyakinkan bahwa

lidah dijamin. Sebuah metode alternatif untuk penyisipan, metode yang

direkomendasikan untuk digunakan OPA pada anak dan bayi, melibatkan memegang

lidah maju dengan penekan lidah dan memasukkan sisi kanan jalan napas atas.

Penggunaan OPA tidak menghapus kebutuhan untuk posisi pemulihan dan penilaian

jalan napas berkelanjutan dan tidak mencegah obstruksi oleh cairan (darah, air liur,

makanan, cairan cerebrospinal) atau penutupan celah suara . Tapi bisa memfasilitasi

ventilasi selama CPR ( cardiopulmonary resuscitation ) dan untuk orang dengan lidah

yang besar

Resiko utama penggunaannya adalah :

Page 9: Makalah macam2 pemberian oksigen

jika seseorang memiliki refleks muntah-muntah mereka mungkin

ketika terlalu besar, dapat menutup glotis dan demikian dekat jalan napas

ukuran yang tidak benar dapat menyebabkan perdarahan pada saluran udara

2. Pipa Nasopharing

Dalam kedokteran , suatu saluran napas nasofaring, juga dikenal sebagai NPA

atau terompet hidung karena akhir berkobar, sebuah jenis saluran napas tambahan,

adalah sebuah tabung yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam lorong hidung

untuk mengamankan terbuka jalan napas . Ketika seorang pasien menjadi tidak sadar,

otot-otot di rahang umumnya santai dan dapat memungkinkan lidah untuk meluncur

kembali dan menyumbat jalan napas. Tujuan akhir menyala adalah untuk mencegah

perangkat dari menjadi hilang di dalam kepala pasien. (Daniel dan Michael F. Limmer

O'Keefe. 2005)

Indikasi dan kontraindikasi

Nasofaring saluran udara kadang-kadang digunakan oleh orang yang memiliki

sleep apnea . Alat ini juga digunakan oleh para profesional perawatan darurat seperti

EMT dan paramedis dalam situasi di mana bentuk pemeliharaan jalan napas buatan

diperlukan tetapi tidak mungkin atau disarankan untuk menggunakan jalan napas

orofaringeal , jenis yang disukai saluran napas tambahan, atau intubasi , dianggap

paling cara tertentu untuk mengamankan jalan napas paten, tetapi juga yang paling

invasif medis. Dalam pasien tak sadarkan diri, hisap dari saluran napas atas juga dapat

diterapkan melalui NPA. Penyisipan dari NPA merupakan kontraindikasi pada pasien

dengan cedera kepala berat atau wajah, atau memiliki bukti patah tulang tengkorak

basilar ( tanda Battle , mata rakun, cairan serebrospinal / darah dari telinga, dll) karena

kemungkinan penyusupan langsung pada jaringan otak . Sebuah jalan napas

orofaringeal dapat digunakan sebagai pengganti, tetapi perangkat ini sering memicu

pasien refleks muntah , sementara saluran udara nasofaring biasanya tidak.

Jalan napas ukuran yang benar dipilih dengan mengukur perangkat pada

pasien:. Perangkat harus mencapai dari lubang hidung pasien ke daun telinga atau

sudut rahang. Bagian luar tabung dilumasi dengan pelumas berbasis air sehingga

memasuki hidung lebih mudah. Perangkat dimasukkan sampai akhir berkobar

menyentuh lubang hidung. (Daniel dan Michael F. Limmer O'Keefe. 2005)

Page 10: Makalah macam2 pemberian oksigen

D. Pengertian Intubasi Endrotrakheal

Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau

melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trakhea. Pada intinya,

Intubasi Endotrakhea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakha ke dalam trakhea

sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan

(Hendrickson ,2002),

Tujuan Intubasi Endotrakhea.

Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakhea adalah untuk

membersihkan saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten,

mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien

operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal (Anonim, 1986) :

a. Mempermudah pemberian anestesia.

b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran

pernafasan.

c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar,

lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).

d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.

e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

f. Mengatasi obstruksi laring akut.

Indikasi dan Kontraindikasi.

Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun 2002 antara lain :

Page 11: Makalah macam2 pemberian oksigen

1. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen arteri

dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen melalui

masker nasal.

2. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di

arteri.

3. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai

bronchial toilet.

4. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau pasien

dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.

Dalam sumber lain (Anonim, 1986) disebutkan indikasi intubasi endotrakheal

antara lain:

a. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit.

b. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan, karena pada

kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan face mask tanpa

mengganggu pekerjaan ahli bedah.

c. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tidak

ada ketegangan.

d. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction dilakukan dengan mudah,

memudahkan respiration control dan mempermudah pengontrolan tekanan intra

pulmonal.

e. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi intestinal.

f. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme.

g. Tracheostomni.

h. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords.

Menurut Gisele, 2002 ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi

endotrakheal antara lain :

a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan untuk

dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah cricothyrotomy pada

beberapa kasus.

b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical,

sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

Obat-Obatan yang Dipakai.

Berikut ini adalah obat-obat yang biasa dipakai dalam tindakan intubasi

endotrakheal (Anonim, 1986), antara lain :

Page 12: Makalah macam2 pemberian oksigen

1. Suxamethonim (Succinil Choline), short acting muscle relaxant merupakan obat yang

paling populer untuk intubasi yang cepat, mudah dan otomatis bila dikombinasikan

dengan barbiturat I.V. dengan dosis 20 –100 mg, diberikan setelah pasien dianestesi,

bekerja kurang dari 1 menit dan efek berlangsung dalam beberapa menit. Barbiturat

Suxamethonium baik juga untuk blind nasal intubation, Suxamethonium bisa

diberikan I.M. bila I.V. sukar misalnya pada bayi.

2. Thiophentone non depolarizing relaxant : metode yang bagus untuk direct vision

intubation. Setelah pemberian nondepolarizing / thiophentone, kemudian pemberian

O2 dengan tekanan positif (2-3 menit) setelah ini laringoskopi dapat dilakukan.

Metode ini tidak cocok bagi mereka yang belajar intubasi, dimana mungkin

dihadapkan dengan pasien yang apneu dengan vocal cord yang tidak tampak.

3. Cyclopropane : mendepresi pernafasan dan membuat blind vision intubation sukar.

4. I.V. Barbiturat sebaiknya jangan dipakai thiopentone sendirian dalam intubasi.

Iritabilitas laringeal meninggi, sedang relaksasi otot-otot tidak ada dan dalam dosis

besar dapat mendepresi pernafasan.

5. N2O/O2, tidak bisa dipakai untuk intubasi bila dipakai tanpa tambahan zat-zat lain.

penambahan triklor etilen mempermudah blind intubation, tetapi tidak memberikan

relaksasi yang diperlukan untuk laringoskopi.

6. Halotan (Fluothane), agent ini secara cepat melemaskan otot-otot faring dan laring

dan dapat dipakai tanpa relaksan untuk intubasi.

7. Analgesi lokal dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :

Menghisap lozenges anagesik .

Spray mulut, faring, cord.

Blokade bilateral syaraf-syaraf laringeal superior.

Suntikan trans tracheal.

Cara-cara tersebut dapat dikombinasikan dengan valium I.V. supaya pasien

dapat lebih tenang. Dengan sendirinya pada keadaan-keadaan emergensi. Intubasi dapat

dilakukan tanpa anestesi. Juga pada necnatus dapat diintubai tanpa anestesi.

Komplikasi Intubasi Endotrakheal.

a) Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi (Anonim, 1989)

Page 13: Makalah macam2 pemberian oksigen

a. Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi endobronkial serta malposisi

laringeal cuff.

b. Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah atau mukosa

mulut, cedera tenggorok, dislokasi mandibula dan diseksi retrofaringeal.

c. Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi, tekanan intracranial meningkat,

tekanan intraocular meningkat dan spasme laring.

d. Malfungsi tuba berupa perforasi cuff.

b) Komplikasi pemasukan pipa endotracheal

a. Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial dan

malposisi laringeal cuff.

b. Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit

hidung.

c. Malfungsi tuba berupa obstruksi.

c) Komplikasi setelah ekstubasi

a. Trauma jalan nafas berupa edema dan stenosis (glotis, subglotis atau trachea),

suara sesak atau parau (granuloma atau paralisis pita suara), malfungsi dan

aspirasi laring.

b. Gangguan refleks berupa spasme laring.

Page 14: Makalah macam2 pemberian oksigen

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses

metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara

normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali

bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama

melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen

dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen

hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru

melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar

Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ) .

Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1

atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen adalah

pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam

atmosfir lingkungan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih

memperdalam lagi tentang macam – macam pemberian oksigen karena dalam makalah kami

tentunya masih banyak kekuranagannya.

Page 15: Makalah macam2 pemberian oksigen

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2002), Endotracheal Intubation,

http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?li=mni&articlekey=7035

Gail Hendrickson, RN, BS., (2002), Intubation,

http://www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/1219.html

Gisele de Azevedo Prazeres, MD., (2002), Orotracheal Intubation,

http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedures.html

Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W., (ed)., (2002), Kapita Selekta

Kedokteran, edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta.

Suanne C. Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Potter & Perry. 2000. Fundamental Keperawatan Edisi IV Vol. 1. EGC. Jakarta