makalah manajemen perpajakan ppn-finished

58
BAB I LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik yang berasal dari dalam laut maupun dari daratan. Dengan melimpahnya sumber daya alam tersebut, maka mendorong masyarakat melakukan kegiatan ekonomi yang selalu berkembang, karena pemanfaatan sumber daya alam atau kebutuhan akan sumber daya alam juga terus meningkat. Begitu juga dengan pajak yang dapat meningkatkan penerimaan negara, juga terus meningkat. Dalam hal penyerahan barang dan atau jasa dalam negeri atau dalam daerah pabean (menurut pajak) maka pemerintah wajib memungut pajak pertambahan nilai. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya adalah pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Pengenaan PPN sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari PPN tersebut. Adu cerdas antara wajib pajak/konsultan pajak dengan pihak fiskus. Sedikit saja pihak fiskus membuat peraturan yang tidak jelas,kurang lengkap atau bahkan ada celah maka WP sudah bersiap untuk memanfaatkan.

Upload: ozhyachmad

Post on 28-Apr-2015

524 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

BAB I

LATAR BELAKANG

            Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik

yang berasal dari dalam laut maupun dari daratan. Dengan melimpahnya sumber daya alam

tersebut, maka mendorong masyarakat melakukan kegiatan ekonomi yang selalu berkembang,

karena pemanfaatan sumber daya alam atau kebutuhan akan sumber daya alam juga terus

meningkat. Begitu juga dengan pajak yang dapat meningkatkan penerimaan negara, juga terus

meningkat. Dalam hal penyerahan barang dan atau jasa dalam negeri atau dalam daerah pabean

(menurut pajak) maka pemerintah wajib memungut pajak pertambahan nilai. Pengertian Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang

atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.

            PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya adalah pajak tersebut disetor oleh

pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak

(konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Pengenaan PPN sangat

dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang

merupakan objek dari PPN tersebut.

Adu cerdas antara wajib pajak/konsultan pajak dengan pihak fiskus. Sedikit saja pihak

fiskus membuat peraturan yang tidak jelas,kurang lengkap atau  bahkan ada celah maka WP

sudah bersiap untuk memanfaatkan.

Pada dasarnya Tax Planning adalah semacam strategi yang digunakan WP untuk untuk

meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.Secara lebih rinci menurut  Lumbantoruan Tax

Planning atau Perencanaan Pajak dapat didefenisikan sebagai upaya manajemen keuangan untuk

meminimalkan biaya pajak dengan merancang investasi, jenis usaha dan sistem pencatatan

pendapatan dan biaya mana yang menghasilkan beban pajak yang paling kecil. Tax Planning

sering pula disamakan dengan Tax Management atau manajemen pajak yang didefinisikan

sebagai sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar

dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Perencanaan dan Manajemen Pajak adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh setiap

perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak. Karena tujuan dari manajemen

pajak yang bersifat ekonomis, efektif, dan efisien. Dengan menyusun perencanaan dan

Page 2: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari segala hal yang mengakibatkan

peningkatan beban pembayaran pajak. Salah satunya adalah dengan melakukan manajemen

pajak pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dalam melakukan manajemen pajak yang harus

diperhatikan ialah tidak melanggar peraturan yang berlaku, secara bisnis reasonable, dan

didukung dengan bukti-bukti yang kuat.

Page 3: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Manajemen dan Perencanaan Perpajakan

Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa

usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi

masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat

diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan

tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak

itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi

jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan

likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan

(tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak

ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah

agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya,

penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban

pajak.

Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar

tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba

dan likuiditas yang diharapkan (Sophar Lumbantoruan, 1996) Tujuan Manajemen pajak

dibagi atas 2(dua) bagian yaitu :

1) Menerapkan peraturan perpajakan secara benar

2) Usaha Efisiensi dalam pencapaian laba dan likuiditas

Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui tiga fungsi berikut :.

1) Perencanaan pajak

2) Pelaksanaan kewajiban perpajakan

3) Pengendalian pajak

Page 4: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

2.1.1 Perencanaan Pajak

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pajak, yaitu :

a) Tidak melanggar ketentuan perpajakan

b) Secara bisnis masuk akal

c) Bukti pendukung memadai

Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan hendak melakukan perencanaan pajak, maka

ketiga hal diatas harus terpenuhi. Contoh, perusahaan memiliki akun beban penyusutan dan

beban gaji, maka jumlah beban atas penyusutan haruslah sama dengan jumlah aktiva yang

dimiliki. Seandainya jumlah aktiva tidak sesuai dalam artian sengaja melanggar aturan

perpajakan dengan menimbulkan aktiva baru yang memang tidak dimiliki oleh perusahaan,

maka akan timbul konsekuensi atas beban pajak dimasa depan. Seandainya perusahaan

diperiksa oleh petugas pajak, maka pasti akan segera diketahui pelanggaran yang telah

dilakukan oleh perusahaan.

Contoh lain adalah Perusahaan bergerak dibidang perdagangan, namun memiliki jumlah

karyawan yang tidak masuk akal. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan perencanaan pajak

yang baik. Hal terakhir adalah bukti selalu ada. Biaya gaji, sesuai dengan pembayaran

terhadap jumlah karyawan yang dibuktikan dengan data absensi karyawan, slip pembayaran

gaji ke bank atau pembayaran langsung pada karyawan.

2.1.2 Pelaksanaan Kewajiban perpajakan

Setelah perencanaan yang baik, hal penting berikutnya adalah pelaksanaan kewajiban.

Untuk dapat mencapai tujuan manajemen pajak maka ada 2(dua) hal yang perlu dikuasai dan

dilaksanakan:

1. Memahami ketentuan perpajakan. Pemahaman yang baik atas aturan perpajakan

dapam dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak

2. pembukuan yang memenuhi syarat. Pembukuan itu merupakan hal yang sangat

penting tidak hanya bagi perusahaan namun juga bagi laporan perpajakan,

Page 5: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Pembukuan yang baik sangatlah berguna bagi pelaksanaan manajemen pajak

yang baik.

2.1.3 Pengendalian Pajak

Bagian ini yang sangat terpenting yaitu memastikan bahwa seluruh kewajiban pajak telah

dilaksanakan dengan baik. Dalam strategi manajemen pajak, harus diutamakan arus kas

perusahaan, dimana bila bisa menunda pembayaran tentunya menguntungkan perusahaan

sepanjang penundaan itu tidak melanggar aturan perpajakan.

Ketika perusahaan sudah membuat perencanaan pajak yang baik atas akun beban

penyusutan dan beban gaji, yang meliputi kepantasan beban dan bukti yang dimiliki.

Perusahaan juga telah melakukan pelaksanaan kewajiban pajak yang baik seperti

mengadakan pembukuan yang sesuai dengan standar akuntansi dan peraturan pajak. Tibalah

saatnya perusahaan membayar pajak. Pembayaran ini haruslah disesuaikan dengan

kemampuan arus kas perusahaan dimana jangan sampai perusahaan membayar pajak yang

bukan haknya dan tidak membayar pajak yang adalah kewajibannya.

2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan

nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa

Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN

termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain

(pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak

(konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.

Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau

produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam

perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak

masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya,

sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau

membuat produknya.

Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar

hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang

Page 6: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994,

Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009.

2.2.1 Karakteristik PPN

Karakteristik pajak pertambahan nilai antara lain :

Pajak tidak langsung, maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung jawab

atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.

Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai produksi dan

distribusi.

Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak.

Menghindari pengenaan pajak berganda.

Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction), yaitu

dengan memperhitungkan besaran pajak masukan dan pajak keluaran.

2.2.2 Subjek PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah yang pajak dikenakan atas setiap pertambahan

nilai dari barang dan atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Atau pajak

atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap

jalur produksi dan distribusi.

Adapun subjek dari PPN ini ada 2 (dua), yaitu :

1.  Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,

mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak

berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor

jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Dan Pengusaha Kena Pajak

atau PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan

atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang.

2.  Bukan Pengusaha Kena Pajak (non PKP)

Bukan Pengusaha Kena Pajak atau bukan PKP adalah orang atau badan yang

mengimpor BKP, memanfaatkan jasa atau BKP tidak berwujud dari luar daerah

pabean, dan yang melakukan kegiatan membangun sendiri.

Page 7: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

2.2.3 Objek PPN

Berdasarkan UU No.42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atau selanjutnya disebut UU PPN 1984.

Adapun objek PPN adalah sebagai berikut : (pasal 4 ayat 1)

a) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha;

b) Impor Barang Kena Pajak;

c) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha;

d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean;

e) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f) Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

g) Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

h) Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pasal 16C :

PPN dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha

atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau

digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dalam keputusan menteri

keuangan.

Pasal 16D :

PPN dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan oleh PKP kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak masukkannya tidak

dapat dikreditkan sebagimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (8) huruf b dan c.

Syarat Penyerahan Terutang PPN Pasal 16D

1. Yang melakukan penyerahan atau pemindahtanganan adalah Pengusaha Kena Pajak

2. Perolehan aktiva tersebut bukan untuk diperjualbelikan atau sebagai barang dagangan.

3. Perolehan aktiva tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dan bukan

jenis kendaraan sedan dan station wagon.

Page 8: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Yang dimaksud dengan pengeluaran yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan

usaha adalah pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan produksi, distribusi,

pemasaran dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha.

1.  Penyerahan Barang Kena Pajak

Pasal 1A ayat (2) :

a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;

b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian

sewa guna usaha (leasing);

c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;

e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula

tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;

f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang   atau sebaliknya

dan/ataupenyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;

g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan

h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena  Pajak dalam rangka

perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang

penyerahannya dianggap langsung dari

Pengusaha    Kena  Pajak  kepada  pihak  yang  membutuhkan Barang Kena Pajak.

2.  Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak

Pasal 1A ayat (2) :

a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;

c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

f dalam  hal  Pengusaha  Kena  Pajak melakukan  pemusatan tempat  pajak

terutang;

d.  pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka  penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan,  dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak

Page 9: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

yang  melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan   adalah Pengusaha

Kena Pajak;

e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang

Pajak   Masukan atas  perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

3.  Syarat Penyerahan Kena Pajak

a. Barang Berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.

b. Barang Tidak Berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud.

c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

e. Dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

4.  Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

Pengenaan PPN atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud antara lain atas:

a. penyerahan Barang Kena Pajak (Berwujud dan tidak  Berwujud) didalam Daerah

Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; (Pasal 4 ayat (1) huruf a).

b. pemanfaatan  Barang  Kena  Pajak Tidak  Berwujud  dari  luar  Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean; (Pasal 4 ayat (1) huruf d).

c. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 4

ayat (1) huruf g).

5.  Penyerahan Jasa Kena Pajak

Pasal 1 angka 5 dan 6 UU PPN 1984.

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan

hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,  kemudahan, atau hak tersedia  untuk

dipakai, termasu jasa yang dilakukan untuk    menghasilkan barang karena pesanan atau

permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Jasa Kena Pajak adalah jasa

yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.

Penyerahan Jasa Kena Pajak :

Page 10: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

a)  Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak.

b)  Penyerahan jasa  yang terutang  pajak harus memenuhi syarat- syarat sebagai

berikut:

1)  jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.

2)  penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

3)  penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

4)  Dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak

c) Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena

Pajak (JKP) yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan

secara cuma-cuma.

2.2.2 Bukan Objek PPN

Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena pajak dan jasa kena pajak,

sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa

sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983 tentang Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18/2000 tidak dikenakan

PPN, yaitu:

1. Barang tidak kena PPN

Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya, meliputi:

1) minyak mentah (crude oil).

2) Gas bumi tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi

langsung oleh masyarakat.

3) Panas bumi.

4) asbes, batu tulis, batu setengah permata,batu kapur, batu apung, batu

permata,bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite),

grafit,granit/andesit, gips,kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer,

nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat(phospat),

talk, tanah serap (fullers earth),tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),tras,

yarosif, zeolit, basal, dan trakkit.

Page 11: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

5) Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan.

6) bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta

bijih bauksit.

Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,

meliputi:

1) beras

2) gabah

3) jagung

4) sagu

5) kedelai

6) garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium

7) daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses

disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak

dikemas,digarami,dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau

direbus

8) telur, yaitu telur yang tidak diolah,termasuk telur yang

dibersihkan,diasinkan, atau dikemas

9) susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun

dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau

dikemas atau tidak dikemas

10) buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui

proses dicuci, disortasi, dikupas,dipotong, diiris, di-grading, dan/atau

dikemas atau tidak dikemas

11) sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau

disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah

makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran, rumah makan, warung,

dan sejenisnya,meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat

maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa

boga atau katering.

Uang, emas batangan, dan surat berharga

Page 12: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

2. Jasa tidak kena PPN

jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

1) Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.

2) Jasa dokter hewan.

3) Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli

fisioterapi.

4) Jasa kebidanan dan dukun bayi.

5) Jasa paramedis dan perawat.

6) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,

dan sanatorium.

7) Jasa psikolog dan psikiater.

8) Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

jasa pelayanan sosial, meliputi:

1) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.

2) Jasa pemadam kebakaran.

3) Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.

4) Jasa lembaga rehabilitasi.

5) jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium.

6) jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan

menggunakan perangko tempel danmenggunakan cara lain pengganti perangko

tempel.

jasa keuangan, meliputi:

1) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,

sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu.

2) jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada

pihak lain dengan menggunakan surat,sarana telekomunikasi maupun

dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.

Page 13: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

3) jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:

a) sewa guna usaha dengan hak opsi;

b) anjak piutang;

c) usaha kartu kredit; dan/atau

d) pembiayaan konsumen;.

1) jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai

syariah dan fidusia

2) jasa penjaminan

jasa asuransi

jasa keagamaan, meliputi:

1) Jasa pelayanan rumah ibadah.

2) Jasa pemberian khotbah atau dakwah.

3) jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan

4) Jasa lainnya di bidang keagamaan.

jasa pendidikan, meliputi:

1) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan

pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan

kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan

profesional.

2) Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.

jasa kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan termasuk jasa di

bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian

tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.

jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan

jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.

Page 14: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

jasa tenaga kerja, meliputi:

1) jasa tenaga kerja.

2) jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja

tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.

3) Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

jasa perhotelan, meliputi:

1) Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan,

motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan

untuk tamu yang menginap.

2) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah

penginapan, motel, losmen, dan hostel.

jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan

secara umum

jasa penyediaan tempat parkir

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam

jasa pengiriman uang dengan wesel pos

jasa boga atau katering

Page 15: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

BAB III

PEMBAHASAN

Makin pentingnya variabel pajak sebagai komponen yang harus diperhitungkan,

membuat banyak perusahaan melakukan perencanaan pajak (Tax Planning). Meskipun

Dirjen Pajak pernah mengungkapkan bahwa Tax Planning bagi perusahaan dianggap benar

sepanjang tidak menyalahi peraturan perpajakan yang berlaku. Karena harus diakui tidak ada

satu pasalpun dalam Undang-undang Perpajakan yang melarang dilakukannya perencanaan

pajak.

Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak

itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi

jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan

likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan

(tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak

ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah

agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya,

penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban

pajak.

Jadi perencanaan pajak tidak berarti penyelundupan pajak. Pada dasarnya usaha

penghematan pajak berdasarkan the least and latest rule yaitu Wajib Pajak selalu berusaha

menekan pajak sekecil mungkin dan menunda pembayaran selambat mungkin sebatas masih

diperkenankan peraturan perpajakan. Perencanaan pajak adalah suatu langkah yang tepat

untuk perusahaan, dalam melakukan penghematan pajak atau tax saving sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pajak, yaitu : Tidak

melanggar ketentuan perpajakan, Secara bisnis masuk akal dan bukti pendukung memadai.

Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan hendak melakukan perencanaan pajak, maka

ketiga hal diatas harus terpenuhi. Contoh, perusahaan memiliki akun beban penyusutan dan

beban gaji, maka jumlah beban atas penyusutan haruslah sama dengan jumlah aktiva yang

dimiliki. Seandainya jumlah aktiva tidak sesuai dalam artian sengaja melanggar aturan

perpajakan dengan menimbulkan aktiva baru yang memang tidak dimiliki oleh perusahaan,

maka akan timbul konsekuensi atas beban pajak dimasa depan. Seandainya perusahaan

Page 16: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

diperiksa oleh petugas pajak, maka pasti akan segera diketahui pelanggaran yang telah

dilakukan oleh perusahaan.

Contoh lain adalah Perusahaan bergerak dibidang perdagangan, namun memiliki jumlah

karyawan yang tidak masuk akal. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan perencanaan pajak

yang baik. Hal terakhir adalah bukti selalu ada. Biaya gaji, sesuai dengan pembayaran

terhadap jumlah karyawan yang dibuktikan dengan data absensi karyawan, slip pembayaran

gaji ke bank atau pembayaran langsung pada karyawan.

3.1 Manajemen Perpajakan yang Ekonomis, Efisien, dan Efektif

Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang

masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan

perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.

Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi

atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai

dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi

jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda.

Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: (1) tidak

melanggar ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat diterima, dan (3) bukti-bukti

pendukungnya memadai.

3.2 Manfaat perencanaan pajak dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Penghematan kas keluar. Perencanaan pajak dapat menghemat pajak yang merupakan

biaya bagi perusahaan.

2. Mengatur aliran kas (cash flow). Perencanaan pajak dapat mengestimasi kebutuhan

kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat

menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

Page 17: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

3.3 Aspek-aspek dalam Tax Planning

A. Aspek Formal dan Administratif

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok WajibPajak

(NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);

Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;

Memotong dan/atau memungut pajak;

Membayar pajak;

MenyampaikanSurat Pemberitahuan.

B. Aspek Material

Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka

optimalisasialokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan

pembayaran pajakyang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek

pajak harus dilaporkansecara benar dan lengkap.

3.4 Tahapan Tax Planning

a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)

b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing

one or more possible tax plans)

c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)

d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the

tax plans)

e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)

3.5 Strategi Umum Perencanaan Pajak

a) .Tax saving

Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melaluipemilihan

alternatif pengenaan pajak dengan tarifyang lebih rendah.Misalnya,

perusahaanyang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 100 juta

Page 18: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawanmenjadi

tunjangan dalam bentuk uang.

b) Tax avoidance

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak denganmenghindari

pengenaan pajak melalui transaksiyang bukan merupakan objekpajak.

Misalnya, perusahaanyang masih mengalami kerugian,perlu mengubah

tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena

natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal21.

c) Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajakyang berlaku, perusahaan

dapatmenghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa:

Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;

Sanksi pidana: pidana atau kurungan.

d) Menunda pembayaran kewajiban pajak

Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturanyang berlaku

dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini

dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas

waktuyang diperkenankan, khususnya untuk penjualankredit. Dalam hal

ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhirbulan berikutnya

setelah bulan penyerahan barang.

e) Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran

pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajakdibayar dimuka.

Misalnya, PPh Pasal22 atas pembeliansolar dan/atau impor dan Fiskal

Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.

Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena Pajak dapat

menggunakan dokumenlain yang fungsinya sama dengan faktur

pajakstandar, seperti SPPB atauSurat Perintah Pengiriman

Barang(delivery order) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran

tepung terigu, PNBP(Faktur NotaBon Penyerahan)yang dikeluarkan oleh

Page 19: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Pertamina untukpenyerahan BBM dan/atau bukan BBM, dan tanda

pembayaran ataukuitansi telepon.

3.6 Perencanaan Pajak Untuk Mengefisienkan Beban Pajak

Beberapa strategi yang digunakan dalan mengefisienkan beban pajak adalah :

b) Pemilihan Bentuk Badan Usaha antara pemilihan bentuk PT atau CV.

c) Memilih lokasi perusahaan atau melakukan penanaman modal di bidang usaha

tertentu dan atau di bidang tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala

nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan.

d) Mengambil keuntungan yg sebesar-besarnya dari pengecualian atau pengurangan atas

Penghasilan Kena Pajak. Seperti apabila diketahui bahwa Penghasilan Kena Pajak

perusahaan besar dan akan mengakibatkan pajak terhutang besar, sebaiknya

perusahaan membelanjakan sebagian laba perusahaan untuk penelitian dan

pengembangan, biaya pendidikan, biaya training yang boleh dikurangi dari

penghasilan kena pajak.

e) Penempatan modal perusahan kepada perseroan terbatas lebih menguntungkan kalau

besarnya modal yang disetor paling rendah 25 %. Apabila modal yang ditempatkan

kurang dari 25 % maka dividen yang dibagi dari perusahan akan dikenakan pajak.

f) Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura / kenikmatan

dapat dipilih sebagai alternatif untuk mengefisienkan pajak.

g) Pemilihan metode penilaian persediaan dengan metode Average daripada FIFO.

Karena pada kondisi perekonomian yg cenderung mengalami inflasi, penetapan

metode Average akan menghasilkan HPP lebih tinggi dari pada FIFO. Dengan HPP

lebih tinggi, akan mengakibatkan laba kena pajak akan semakin rendah.

h) Untuk pendanaan aktiva tetap lebih menguntungkan secara leasing dengan hak opsi

dibandingkan pembelian langsung.

i) Pemilihan metode penyusutan jika prediksi laba cukup besar sebaiknya menggunakan

metode saldo menurun. Tapi jika pada awal investasi tidak dapat memberikan

keuntungan, maka metode garis lurus lebih menguntungkan.

j) Menghindari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan transaksi pada yang bukan

objek pajak.

Page 20: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

k) Mengoptimalkan kredit pajak. Jangan sampai kredit pajak tersebut menjadi biaya

pajak karena akan merugikan.Apabila pajak yang telah dibayar dimuka, dikreditkan,

maka kredit pajak akan dapat kembali 100 %. Tetapi apabila pajak yang telah dibayar

dimuka dibiayakan, maka pajak yang sudah dibayar hanya kembali 75 %.

l) Penundaan pembayaran kewajiban pajak sampai akhir batas jatuh tempo.

m)Menghindari lebih bayar untuk menghindari kerugian finansil dan menghindari

pemeriksaan pajak

3.7 Upaya-upaya efisiensi pada PPN

1. Memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau non-PKP pada

pengusaha kecil.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 68/PMK.03/2010 tentang Batasan

Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai, yang dimaksud sebagai Pengusaha kecil

adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan

bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Dengan kata lain,

sebagai pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP atau tidak.

Pemilihan sebagai PKP atau tidak, dapat dilihat melalui transaksi yang ia lakukan.

Contoh:

a. Apabila sebagai PKP, dalam membeli bahan baku merupakan objek PM dan pada

saat menjual Barang Kena Pajak (BKP) merupakan objek PK. Sedangkan apabila

sebagai Non PKP membeli bahan baku, bukan merupakan objek PM. Begitupula

dalam menjual BKP bukan merupakan objek PK.

Transaksi Sebagai PKP Sebagai Non PKP

Membeli bahan Baku PM Non PM

Menjual BKP PK Non PK

b. Apabila suatu perusahaan non PKP membeli BKP dari PKP, hal tersebut

merupakan objek PM yang dapat dikreditkan pada SPT PPh Badannya. Sedangkan

pada saat menjual BKP tersebut kepada pengusaha yang juga non PKP bukan

merupakan objek PK.

Page 21: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

c. Apabila dalam kondisi laba perusahaan besar sebaiknya non PKP. Karena Pmnya

dapat dikreditkan yang mengakibatkan PPh Badannya kecil.

d. Apabila dalam kondisi laba perusahaan kecil sebaiknya menjadi PKP.

e. Perusahaan yang non PKP mempertahankan peredaran brutonya di bawah Rp.

600.000.000,-.

2. Mendahulukan penerbitan performa invoice sebelum menerbitkan invoice.

Porforma invoice merupakan faktur ringkasan atau perkiraan yang dikirim oleh

penjual kepada pembeli (biasanya perusahaan jasa) sebelum pengiriman atau pengiriman

barang. Mengenai catatan jenis dan jumlah barang, nilai, dan informasi penting lainnya

seperti beban berat dan transportasi. Faktur proforma biasanya digunakan sebagai faktur

awal dengan kutipan, atau untuk keperluan pabean dalam importasi. Mereka berbeda dari

faktur normal tidak digunakan untuk permintaan atau permintaan untuk membayar.

Dalam hal efisiensi PPN dalam penerbitan performa invoice diperhatikan terlebih dahulu

kapan terhutang PPN. Dalam UU No.42 tahun 2009 dikatakan bahwa terhutangnya PPN

saat pemanfaatan jasa kena pajak. Namun dalam hal pembayaran diterima sebelum

penyerahan maka saat terutang pajakialah saat pembayaran. Penerbitan performa invoice

penting dilakukan karena sering terjadi invoice sudah keluar namun belum dilakukan

pembayaran.

3. Melakukan pengelolaan faktur pajak dengan baik

Agar pengelolaan faktur pajak dilakukan dengan baik maka diperlukan koordinasi

bagian pajak dengan bagian-bagian lain yang terkait dengan penerbitan dan penerimaan

faktur pajak. Pengelolaan faktur pajak dapat dilakukan dengan cara memastikan atau

menjaga Faktur Pajak tidak cacat. Jika melakukan pembelian barang atau pemakaian jasa

maka terdapat Pajak Masukan, sehingga menerima Faktur Pajak. Faktur Pajak yang

diterima tersebut harus diteliti, apabila cacat maka faktur pajak masukan tersebut tidak

dapat dikreditkan. Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan dengan cara apabila

menerima faktur pajak yang cacat, sesegera mungkin untuk dikembalikan agar dapat

diganti dengan faktur pajak yang tidak cacat.

Dalam hal melakukan penjualan barang atau pemberian jasa maka terdapat Pajak

Keluaran, sehingga menerbitkan Faktur Paja. Faktur Pajak yang diterbitkan harus

dihindari dari kecacatan karena apabila cacat maka dikenakan sanksi sebesar 2% dari

DPP. Untuk mengatasi hal apabila menerbitkan faktur pajak yang cacat, sesegera

Page 22: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

mungkin untuk menerbitkan faktur pajak pengganti. Karenanya untuk menghindari hal

tesebut harus dilakukan koordinasi dengan divisidivisi yang terkait dalam perusahaan,

diantaranya adalah dengan divisi pembelian dan penjualan. Bentuk koordinasinya ialah

dengan menginformasikan apa saja yang harus dimuat dalam faktur pajak, antara lain:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau

penerima Jasa Kena Pajak;

c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Dalam hal pembeli BKP atau pengguna JKP diketahui FP yang telah diterima dari

pihak lain ternyata cacat segera dikembalikan kepada pihak pemberi FP. Sedangkan

dalam hal penjual BKP atau pemberi JKP ternyata telah menerbitkan FP cacat apabila

belum dilaporkan segera melakukan penggantian FP.

4. Mengajukan permohonan sentralisasi PPN dalam hal perusahaan memiliki banyak cabang.

KP

Cabang

Cabang Cabang

CabangCabang

Page 23: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Hal yang dapat dilakukan apabila sebuah perusahaan memiliki banyak cabang ialah :

a. Mengajukan sentralisasi PPN

b. Apabila sentralisasi PPN telah dilakukan, maka pastikan di cabang-cabang tidak

melakukan transaksi penjualan yang menerbitkan invoice. Sehingga seolah-olah

hanya sebagai gudang (conventional).

5. Penanganan pengajuan restitusi PPN dengan baik.

Dalam pengajuan restitusi PPN, beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Penyerahan dokumen selambat lambatnya 1 bulan setelah pengajuan restitusi

Yakinkan semua dokumen terkait lengkap,selebihnya tidak diperhitungkan dan

tidak dapat diajukan restitusi lagi

2. Pengecekan Faktur Pajak

Pastikan kembali Faktur Pajak Masukan atau Faktur Pajak Keluaran tidak cacat

(lakukan tax review)

3. Yakinkan bahwa lawan transaksi telah membayarkan PPN yang dipungut.

Dalam hal ini diperlukan konfirmasi kepada pihak lawan transaksi dengan cara

meminta fotocopy SSP dan SPM terkait transaksi yang diajukan restitusi. Hal

tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi tanggung renteng.

4. Sebelum mengajukan restitusi PPN, lakukan tax review dan tax review idealnya

dilakukan setiap bulan masa pajak yang bersangkutan.

6. Mengupayakan agar PM dan PK terjadi pada masa yang sama.

Contoh:

2 maret

Beli bahan baku

PM = 10% x 200 juta

20 juta

28 maret

Jual BKP

PK = 10% x 200 juta

20 juta

Produksi

Page 24: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Biasanya perusahaan industri, sehingga dapat langsung offset dan uang tidak keluar

7. Memanfaatkan fasilitas-fasilitas PPN.

Pemanfaatan fasilitas PPN dikawasan berikat dan di luar kawasan berikat :

Kawasan Berikat Luar Kawasan Berikat

Beli Bahan Baku Impor Produksi

Ekspor Barang Jadi

Dalam pembelian bahan baku,

mendapatkan fasilitas PPN tidak

dipungut.

PM = tidak dipungut

PK = 0

Maka tidak ada cash flow dalam transaksi

Beli Bahan Baku Impor Produksi

Ekspor Barang Jadi

Dalam pembelian bahan baku terdapat

Pajak Masukan.

Misal pembelian bahan baku sebesar 100,

maka terdapat PM 10.

PM = 10

PK = 0

Sehingga PM > PK

Lebih bayar 10

Atas lebih bayar tersebut dapat dilakukan

restitusi.

Dari segi non-pajak yang harus diperhitungkan:

a. Akses: Akses jalan yang mudah ditempuh untuk sampai ke Batam/Cengkareng

b. Buruh/Pekerja: Upah buruh yang lebih rendah Batam atau Cengkareng

c. Perizinan Usaha: Perizinan yang akan dilakukan lebih mudah di Batam atau

Cengkareng.

Syarat melakukan manajemen PPN adalah :

a. Tidak melanggar Peraturan yang berlaku baik Peraturan Pajak maupun Peraturan lain

b. Secara bisnis reasonable, dapat diperhitungkan keuntungan dan kerugiannya

c. Didukung oleh bukti – bukti yang kuat dan diakui oleh pihak lain

Selain itu dalam melakukan manajemen PPN maka harus mengetahui :

Page 25: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

a. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

b. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan saat pembuataan faktur pajak, dan tata

cara pembuatan faktur pajak

c. Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan objek dan subjek PPN dan atau

PPnBM

d. Berbagai sanksi/denda terkait dengan PPn dan/ atau PPn Bm

e. Pemanfaatan berbagai fasilitas di bidang PPN dan/atau PPnBM Penjelasan

A. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak :

Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau

yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya. Jika telah dikukuhkan sebgai

pengusaha kena pajak maka harus melaporkan usahanya tersebut. maka dari itu harus pula

diketahui tentang:

* Kapan harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP?

Yaitu WP yang sudah memenuhi ketentuan sebagai PKP, wajib melaporkan usahanya untuk

dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan penyerahan BKP/JKP.

* Kemana harus melapor?

Ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan

tempat kegiatan usaha di lakukan.

* Apa resikonya jika tidak melakukan kewajiban tersebut?

Direktorat Jendral Pajak (DJP) dapat mengukuhkan PKP secara jabatan apabila

PKP tidak melaksanankan kewajiban pelaporan tersebut.

B. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan saat pembuatan faktur pajak, dan

tata cara pembuatan faktur pajak.

Saat pembuatan faktur pajak :

1. Pada akhir bulan berikutnya setelah penyerahan BKP/JKP, kecuali pembayaran terjadi

sebelum akhir bulan berikutnya--- dibuat pada saat penerimaan pembayaran; atau

2. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan BBKP/JKP; atau

3. Pada saat penerimaan pembayaran termijn dalam hal penyerahan sebagian tahap

pembayaran; atau

4. Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada pemungut PPN

Page 26: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Syarat Faktur Pajak (FP) standar, karena merupakan sarana untuk mengkreditkan pajak

masukan. Paling sedikit FP memuat:

Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKP

Nama, alamat, NPWP yang menerima BKP/JKP

Jenis barang/jasa, harga jual/ penggantian, dan potongan harga

PPN yang dipungut

PPnBM yang dipungut

Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan FP

Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangai FP

Tax planning atas FP:

1. Perhatikan syarat sah-nya FP standar agar dapat dikreditkan

2. Terbitkan FP selama mungkin (dalam kurun waktu yang diperbolehkan)

3. Perketat term of payment untuk mencegah wp nalangin PPN pembeli

C. Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan objek PPN dan atau PPnBM

1. Identifikasi item mana yang :

* Terutang PPN

* Terutang tapi tidak dipungut PPN

* Tidak dikenakan PPN

* Dibebaskan dari PPN

2. Rekonsiliasi omzet PPN dengan peredaran usaha dalam SPT PPH Badan

3. Laporkan Faktur Pajak sesuai masanya

D. Mengetahui dengan jelas apa saja sanksi/ denda terkait dengan PPN dan atau PPnBM,

sebagai berikut:

1. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat FP, Atau

2. Pengusaha yang telah dikukuhakan sebagai PKP, membuat FP, tetapi tidak tepat waktu.

3. Pengusaha kena pajak melaporkan FP tidak sesuai dengan penerbitan FP

4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi FP secara lengkap,

selain:

Identitas pembeli atau identitas pembeli serta nama dan tandatangan dalam hal

penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran.

Terhadap hal-hal tersebut diatas akan dikenakan sanksi 2% x DPP

Page 27: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

5. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak

Masukan (PM)

Sanksi : 2% per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal

peneribatan surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sampai dengan

tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP), bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

E. Memanfaatkan berbagai fasilitas di bidang PPN dan/atau PPnBM

Fasilitas ppn terhutang tidak dipungut

Kawasan berikat

KAPET

EPTE

Fasilitas PPN dibebaskan;

Impor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis (PP no. 7 tahun 2007)

PERENCANAAN PAJAK UNTUK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Perencanaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan; perusahaan sebaiknya memperoleh

Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), supaya

pajak masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan perlu mengamati dengan cermat jangan

sampai terdapat pajak masukan yang belum dikreditkan lagi.

2. Dalam hal penjualan BKP/JKP yang pembayarannya belum diterima, pembuatan faktur

pajak bisa ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan Barang Kena

Pajak/Jasa Kena Pajak.

PPN dikenakan atas :

1) Penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh PKP.

2) Impor BKP.

3) Pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

4) Ekspor BKP oleh PKP.

Pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan yang berhubungan langsung

dengan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen atas BKP/JKP dan faktur pajaknya

Page 28: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

adalah faktur pajak standar atau dokumen yang disamakan dengan faktur pajak standar. Pajak

masukan yang tidak dapat dikreditkan apabila :

1. Perusahaan sebelum dikukuhkan menjadi PKP.

2. Faktur pajak sederhana.

3. Faktur pajak cacat.

4. Tidak diisi lengkap dan terdapat coretan atau hapusan.

5. Pajak masukan atas pembelian mobil sedan, jeep, station wagon, van, dan combi.

6. Pajak masukan berkaitan dengan produksi BKP/JKP.

7. Pajak masukan yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan kegiatan usaha atas

BKP.

8. Pajak masukan yang dilaporkan pada SPT Masa PPN, yang ditemukan pada saat

pemeriksaan/yang ditagih melalui SKP.

Pajak masukan yang belum dikreditkan dengan pajak keluaran pada masa pajak yang sama,

dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya, selambat-lambatnya pada bulan ketiga setelah

berakhirnya tahun buku yang bersangkutan, sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan

belum dilakukan pemeriksaan. Membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha membangun

sendiri untuk tempat tinggal/tempat usaha oleh Orang Pribadi/Badan dikenakan PPN, apabila :

- Luas bangunan 400 meter persegi atau lebih.

- Bangunan permanen.

- Tarif 10% x 40% x biaya bangunan (tanpa harga tanah).

- Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya sejak pembangunan dimulai.

Penyerahan aset yang menurut tujuan semula tidak untuk dijual. Penyerahan aset yang tujuan

semula tidak diperjualbelikan dikenakan PPN, sepanjang PPN yang dibayar pada saat

perolehannya dapat dikreditkan.

- Pajak keluaran disetor dengan menggunakan SSP tersendiri, disetor paling lambat

tanggal 15 bulan berikutnya.

- Dapat dibuatkan faktur pajak tetapi tidak perlu dimasukkan ke Formulir 1195.

- Dalam hal aset tersebut juga mendapatkan fasilitas penundaan, atas penyerahan aset

dimaksud juga dikenakan PPN.

Page 29: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) :

- Harga Jual

- Nilai Penggantian

- Nilai Impor

- Nilai Ekspor

- Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak

1. Pemakaian sendiri dan cuma-cuma BKP/JKP: 10% x harga jual dikurangi laba kotor.

2. Penyerahan media rekaman suara/gambar/film cerita: 10% x harga jual rata-rata.

3. Persediaan BKP pada saat pembubaran perusahaan: Harga pasar yang wajar.

4. Aset yang menurut tujuan semula tidak untuk dijual: Harga pasar yang wajar.

5. Penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan jasa pengiriman paket: 10% x 10%

jumlah tagihan.

6. Penyerahan jasa anjak piutang: 10% x 5% jumlah imbalan (dapat berupa provisi,

ongkos jasa, diskon).

7. Pedagang eceran: 10% x 20% Jumlah penyerahan barang dan PPN masukan tidak

dapat dikreditkan.

8. Jasa persewaan ruangan: Sewa ruangan: 10% dari sewa yang ditagih Ongkos jasa:

10% x 40% ongkos jasa yang ditagih.

Tarif PPN :

- Tarif umum adalah 10%

- Tarif ekspor 0%

Satu hal yang perlu diingat adalah perencanaan pajak yang telah dibuat dan dilaksanakan jangan

sampai melanggar peraturan perpajakan, hal ini penting untuk menghindari sanksi perpajakan.

Setelah perencanaan pajak selesai disusun dan diimplementasikan, masih ada satu tahap lagi

yang harus dilakukan, yaitu pengendalian pajak. Pengendalian pajak perlu dilakukan untuk

mengetahui apakah semua perencanaan pajak telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Pengendalian pajak dapat dilakukan melalui penelaahan pajak.

Contoh Perhitungan PPN Atas Pemberian Cuma-Cuma

a. PT. Aditya Makmur Sejahtera adalah perusahaan yang memproduksi kompor gas, dalam

rangka promosi produk barunya  PT. Aditya Makmur Sejahtera memberikan secara gratis

Page 30: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

kepada CV. Mawar Merah (usaha dibidang perdagangan kompor gas) 1 buah kompor gas

dengan harga pokok penjualan sebesar Rp 500.000,-.

Maka PT. Aditya Makmur Sejahtera harus menerbitkan faktur pajak sebagai pajak keluaran

dengan perincian :

Dasar Pengenaan Pajak : 500.000

PPN                               :   50.000 (500.000 x 10 %)

Bagi CV. Mawar Merah faktur pajak yang diterima dari PT. Aditya Makmur Sejahtera atas

pemberian kompor gas tersebut merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan sepanjang

memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang No.42 Tahun 2009 tentang

PPN dan PPnBM.

b. PT. Gunung Makmur Sentosa produsen mie kering dalam rangka membantu korban bencana

alam di daerah Purwokerto memberikan mie kering dengan harga pokok penjualan sebesar

Rp 2.000.000,-.

Maka PT. Gunung Makmur Sentosa harus menerbitkan faktur pajak sebagai pajak keluaran

dengan perincian :

Dasar Pengenaan Pajak : 2.000.000

PPN                               : 200.000 (2.000.000 x 10 %)  

Dasar hukum :

1. Undang-undang No.42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM.

2. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-87/PJ./2002 tentang Pengenaan PPN dan

PPnBM atas Pemakaian Sendiri dan Pemberian Cuma-Cuma.

3. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No.SE-04/PJ.51/2002 tentang Pengenaan PPN dan

PPnBM atas Pemakaian Sendiri dan Pemberian Cuma-Cuma.

4. Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU no.42 tahun 2009 tentang

PPN dan PPnBM.

Contoh Perhitungan PPN atas Penyerahan Jasa Konstruksi Kepada Pemungut PPN

(Bendahara Pemerintah) Oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

PT. ABC (Pengusaha Kena Pajak di bidang Jasa Konstruksi) dalam bulan Januari 2012

mempunyai transaksi sebagai berikut :

Page 31: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

a. PT. ABC terdaftar di KPP Pratama Purwokerto (bukan data sebenarnya) dengan identitas

sebagai berikut :

a) Nama PKP                            : PT. ABC

b) NPWP                                   : 01.345.565.5-521.000

c) Alamat                                   : Jl. Nanas No. 1 Purwokerto

d) Direktur                                 : Aditya

b. Tanggal 05 Januari 2012 membeli besi dengan faktur pajak :

a) No.Faktur Pajak                   : 010.000.12.00000008

b) Tanggal Faktur Pajak           : 05 Januari 2012

c) PKP Penjual                         : PT. ADDA

d) NPWP Penjual                     : 01.253.565.5-521.000

e) Alamat                                 : Jl. Markisa No. 5 Purwokerto

f) DPP PPN Masukan             : 500.000.000

g) PPN Masukan                     :  50.000.000

h) Jenis Barang                        : Besi

c. Tanggal 29 Januari 2012 menyerahkan Jasa Konstruksi (pembuatan gedung kantor) kepada

bendahara pemerintah dengan data sebagai berikut :

a) Nama Penerima Jasa Konstruksi  : Bendahara X

b) NPWP                                          : 00.125.564.5-521.000

c) Alamat                                         : Jl. Mawar No. 5 Purwokerto

d) No.Faktur Pajak                           : 020.000.12.00000001

e) Tanggal Faktur Pajak                   :  29 Januari 2012

f) Nilai Kontrak                               : 880.000.000

g) DPP PPN Keluaran                     :  800.000.000

h) PPN Keluaran                             :    80.000.000

i) SSP disetor oleh pemungut         :  30 Januari 2012

j) Jenis barang/Jasa                         :  Bangunan Gedung Kantor           

Perhitungan PPN :

Dasar Pengenaan Pajak (DPP)                : 800.000.000

Pajak Keluaran (10 % x 800.000.000)    :   80.000.000

Dikurangi :

Page 32: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Pajak Masukan                                        :    50.000.000

Dikurangi yang dipungut Pemungut      :     80.000.000 –

PPN Kurang / Lebih Bayar                     :  (50.000.000)                                                         

Jadi untuk SPT Masa PPN Masa Januari 2012 lebih bayar sebesar 50.000.000. Atas lebih bayar

tersebut dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya/masa lainnya atau diminta kembali

atau restitusi.

3.7 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia

Realisasi Penerimaan Negara (milyar rupiah), 2007-2012

 

Sumber Penerimaan 2007 1) 2008 1) 2009 1) 2010 1) 2011 2) 2012 3)

         

Penerimaan Perpajakan 490,988 658,701 619,922 723,307 878,685 1,019,333

  Pajak Dalam Negeri 470,052 622,359 601,252 694,392 831,745 976,900

    Pajak Penghasilan 238,431 327,498 317,615 357,045 431,977 512,835

    Pajak Pertambahan Nilai 154,527 209,647 193,067 230,605 298,441 350,343

    Pajak Bumi dan Bangunan 23,724 25,354 24,270 28,581 29,058 35,647

   

Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan5,953 5,573 6,465 8,026 - -

    Cukai 44,679 51,252 56,719 66,166 68,075 72,443

    Pajak Lainnya 2,738 3,035 3,116 3,969 4,194 5,632

  Pajak Perdagangan Internasional 20,936 36,342 18,670 28,915 46,940 42,433

    Bea Masuk 16,699 22,764 18,105 20,017 21,501 23,534

    Pajak Ekspor 4,237 13,578 565 8,898 25,439 18,899

             

Penerimaan Bukan Pajak 215,120 320,604 227,174 268,942 286,568 272,720

  Penerimaan Sumber Daya Alam 132,893 224,463 138,959 168,825 191,976 172,871

  Bagian laba BUMN 23,223 29,088 26,050 30,097 28,836 25,590

Page 33: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

 

Penerimaan Bukan Pajak

Lainnya56,873 63,319 53,796 59,429 50,340 54,398

 

Pendapatan Badan Layanan

Umum2,131 3,734 8,369 10,591 15,416 17,861

               

Jumlah 706,108 979,305 847,096 992,249 1,165,253 1,292,053

         

Catatan  : Perbedaan satu digit dibelakang terhadap angka penjumlahan karena pembulatan

  1) LKPP

  2) APBN-P

  3) RAPBN

Sumber  : Departemen Keuangan 

Penerimaan pajak Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang tingkat

ekonominya setara. Rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya

berkisar 12%. Padahal rata-rata penerimaan pajak negara-negara yang termasuk dalam kelompok

menengah bawah (lower middle income) seperti Indonesia mencapai 19%. Rasio pajak

Indonesia bahkan di bawah rata-rata negara miskin (low income) yang sudah mencapai 14,3%.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012, penerimaan pajak Indonesia

diproyeksikan mencapai Rp 1.033 triliun. Berdasarkan kategori negara berpendapatan

menengah, dengan jumlah tersebut negara ini sebenarnya kehilangan potensi pajak sekitar Rp

512 triliun atau hampir 50%. Perkiraan konservatif International Monetary Fund (IMF), potensi

pajak yang hilang juga lebih dari 40%.

Ketidakmampuan mengoptimalkan penerimaan pajak menyebabkan utang terus “berkelanjutan”.

Jumlah utang baru, hampir selalu lebih besar cicilan utang. Akumulasi utang akan mencapai Rp

1.937 triliun tahun ini, artinya setiap penduduk Indonesia menanggung utang Rp 8 juta. Rasio

utang terhadap PDB di bawah 30% bukan berarti aman apabila rasio pajak terus rendah.

Akumulasi utang dan pendapatan rendah akan membawa Indonesia terjebak dalam perangkap

utang (debt trap).

Rasio Pajak Rendah

Page 34: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Pajak adalah sumber penerimaan terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Pada tahun 2012 proyeksi penerimaan pajak berkontribusi sebesar Rp 1.033 triliun atau

hampir empatperlima penerimaan negara. Meski terlihat besar, penerimaan tersebut sebenarnya

masih rendah ditinjau dari nilai rasio pajak terhadap PDB. Rasio pajak adalah ukuran untuk

menilai kemampuan pemerintah memungut pajak. Pada umumnya, negara yang lebih maju

memiliki rasio pajak lebih tinggi.

Rasio pajak Indonesia masih berkisar 12% terhadap PDB. Rasio ini termasuk dalam kategori

rendah, apabila dibandingkan dengan negara-negara setara. Indonesia kini termasuk dalam

kategori negara pendapatan menengah bawah (lower middle income) dan rata-rata rasio pajak

pada negara dalam kategori ini adalah sebesar 19%.1 Kapasitas penggalian pajak di Indonesia

bahkan masih lebih buruk dibandingkan rata-rata rasio pajak negara miskin (low income) yang

mencapai 14,3% (lihat grafik 1).

Rasio penerimaan pajak Indonesia yang lebih rendah dari rata-rata negara miskin ini

mengindikasikan adanya persoalan mendasar dalam kapasitas pemungutan pajak. Akan tetapi

ditinjau dari sudut pandang positif, bila persoalan tersebut dibenahi maka potensi penerimaan

pajak di Indonesia sangatlah tinggi.

Berdasarkan kalkulasi IMF, kapasitas

penerimaan pajak Indonesia kini hanya

mendekati 60%.2 Artinya, potensi

penerimaan pajak yang hilang

mencapai 40% atau sekitar Rp 413

triliun pada tahun 2012. Padahal IMF

dikenal sebagai lembaga yang

konservatif. Artinya kalkulasi dari

potensi ini pun masih tergolong

minimal.

Merujuk rata-rata rasio pajak negara

pendapatan menengah-bawah seperti

Indonesia, maka potensi pajak yang masih bisa digali sebenarnya bisa mencapai Rp 512 triliun.

Naiknya tingkat pendapatan Indonesia sebagai negara dengan kategori “negara pendapatan

menengah”, seharusnya diikuti secara proporsional dengan tingkat kemampuan penerimaan

Page 35: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

pajak. Apabila “selisih pajak” (tax gap) yaitu perbandingan antara potensi dan penerimaan pajak

sangat besar, maka pembenahan sistem, institusi dan kebocoran adalah kebutuhan mendesak.3

Utang Menumpuk dan Rasio Pajak

Konsekuensi penerimaan pajak yang rendah adalah kian bertambahnya utang untuk membiayai

pembangunan. Dari tahun ke tahun, utang Indonesia nyaris selalu lebih besar dari pembayaran

utang sehingga jumlahnya makin menumpuk. Pada tahun 2012 jumlah utang Indonesia akan

mencapai Rp 1.937 triliun (lihat grafik 2). Ini berarti, tiap warga negara Indonesia akan memikul

beban utang sekitar Rp 8 juta.

Rasio utang Indonesia seringkali

dikatakan aman karena masih di

bawah 30% dari PDB. Pernyataan

ini mesti disampaikan lebih hati-

hati, karena besarnya utang

seharusnya perlu dikaitkan pula

dengan kemampuan perolehan

pendapatan. Logika sederhananya,

meski utang relatif tidak besar

namun apabila tingkat pendapatan

atau kemampuan membayar

rendah tentu saja tetap

mengkhawatirkan.

Inilah yang menjelaskan mengapa negara-negara maju mempunyai peringkat utang lebih baik

dari Indonesia, meskipun terkadang rasio utang mereka bahkan melampauiTak perlu jauh-jauh

ke Eropa, negara tetangga seperti Malaysiadan Thailandmempunyai peringkat yang lebih baik

dari Indonesia yaitu A- dan BBB+. Padahal, utang Malaysia mencapai 54% dan Thailand 44%

terhadap PDB.6 Lebih jauh ditelisik, rasio penerimaan pajak kedua negara tersebut berada di

kisaran 19%, jauh lebih besar dari Indonesia.7 Inilah salah satu penyebab peringkat Indonesia

masih kalah dibanding kedua negara tetangga tersebut.

Meski tingkat rasio pajak bukan satu-satunya ukuran menentukan peringkat peminjam, ukuran

tersebut sangat vital mengindikasikan kemampuan pembayaran pinjaman. Tentu saja, uraian di

Page 36: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

atas tidak dimaksudkan agar Indonesia harus meningkatkan rasio pajak untuk mengejar utang

yang lebih besar. Ini hanya untuk menunjukkan satu hal yang sering luput dari analisis sekaligus

membuktikan bahwa rasio utang terhadap PDB yang relatif kecil belum tentu aman apabila rasio

pajak tetap rendah. Tentu saja yang ideal adalah rasio utang terhadap PDB rendah dan rasio

pajak tinggi.

Dalam rangka mengamankan penerimaan PPN dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib

Pajak, khususnya penyelesaian restitusi PPN berdasarkan urat Edaran Nomor SE-01/PJ.52/2006

10 Februari 2006 tentang Perekaman SPT Masa PPN Dan Konfirmasi Faktur Pajak maka perlu

diperhatikan hal-hal sbb.:

1) Konfirmasi Faktur Pajak merupakan salah satu prosedur administrasi yang

dilakukan untuk mengawasi pemenuhan kewajiban PPN. Oleh karena itu Konfirmasi

Faktur Pajak tidak hanya dilakukan dalam rangka tindakan pemeriksaan.

2) Dalam setiap pelaksanaan pemeriksaan pajak, konfirmasi Faktur Pajak

merupakan prosedur yang wajib dilakukan khususnya yang menyangkut pembelian dan

penjualan dan harus dilakukan bersamaan dengan prosedur-prosedur dan/atau

pengujian pemeriksaan lainnya.

3) Salah satu aplikasi yang terdapat dalam program SIP adalah konfirmasi

PM-PK Pajak Pertambahan Nilai. Dengan aplikasi dimaksud dapat dihasilkan

informasi untuk konfirmasi PM-PK antara PKP Penjual dengan PKP Pembeli, baik PKP

tsb terdaftar pada satu KPP, pada KPP dalam satu Kantor Wilayah, ataupun pada

KPP yang berbeda Kantor Wilayah Sehubungan dengan sesuatu hal, maka sistem

aplikasi konfirmasi Faktur Pajak pada intranet Direktorat Jenderal Pajak sedang

dilakukan penyempurnaan sehingga tidak dapat diakses sampai dengan pemberitahuan

lebih lanjut.

4) Oleh karena sistem aplikasi konfirmasi Faktur Pajak pada intranet

Direktorat Jenderal Pajak tidak dapat diakses, maka dengan ini diwajibkan untuk

melakukan konfirmasi secara manual terhadap seluruh faktur pajak yang dapat

diperhitungkan.

5) Perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Faktur Pajak yang dapat

diperhitungkan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Faktur Pajak

yang memenuhi syarat sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana

dimaksud dalam Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-754/PJ./2001 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajak dengan Aplikasi Sistem Informasi

Page 37: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

Perpajakan. Dengan demikian walaupun berdasarkan hasil konfirmasi dan atau

klarifikasi Pajak Keluaran sudah dipertanggungjawabkan oleh PKP Penjual apabila

berdasarkan ketentuan Faktur Pajak tsb tidak memenuhi syarat sebagai Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan maka Faktur Pajak tsb tetap tidak dapat

diperhitungkan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

6) Meskipun demikian, kewajiban untuk melakukan perekaman SPT Masa PPN di

masing-masing KPP sebagaimana ditegaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal

pajak No. SE-06/PJ.9/1997 tanggal 23 Juli 1997 tentang Perekaman SPT Masa PPN

tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yaitu untuk perekaman SPT Masa PPN

induk berserta lampiran-lampirannya untuk suatu Masa Pajak harus sudah dapat

diselesaikan selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan

dilaporkannya SPT Masa PPN yang bersangkutan.

7) Dengan berlakunya Surat Edaran Dirjen Pajak ini, maka Surat Edaran Dirjen

Pajak No. SE-07/PJ.54/1994 tentang Konfirmasi Faktur Pajak yang berjumlah Rp 2

juta kebawah dinyatakan tidak berlaku.

Page 38: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

BAB IV

KESIMPULAN

Pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan termasuk jenis pajak tidak langsung,

maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau

dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia

tanggung. Pengenaan PPN sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola

konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari PPN tersebut. Jadi pengawasan terhadap

pemungutan PPN harus terus diawasi.

Sementara itu perencanaan pajak adalah proses pengelolaan kewajiban perpajakan

sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam

posisi yang minimal, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan atau dilakukan secara legal yang dapat diterima oleh aparat perpajakan.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam enghindaran PPN adalah

1. Memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau non-PKP

pada pengusaha kecil.

2. Mendahulukan penerbitan performa invoice sebelum menerbitkan invoice.

3. Melakukan pengelolaan faktur pajak dengan baik

4. Mengajukan permohonan sentralisasi PPN dalam hal perusahaan memiliki

banyak cabang.

5. Penanganan pengajuan restitusi PPN dengan baik.

6. Mengupayakan agar PM dan PK terjadi pada masa yang sama.

Page 39: Makalah Manajemen Perpajakan Ppn-FINISHed

7. Memanfaatkan fasilitas-fasilitas PPN.

DAFTAR PUSTAKA

http://aviantara.wordpress.com/2008/07/21/tax-planning/

http://binajasakonsultanpajak.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-manfaat-perencanaan-

pajak.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_pertambahan_nilai

http://dir.groups.yahoo.com/group/forum-pajak/message/18181

Setyo Budiantoro. MARET 2012.Rasio Pajak Rendah, Utang Makin Menumpuk. PRAKARSA POLICY REVIEW