makalah kwn
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tanggal 1 Juni merupakan Hari Lahirnya Pancasila. Tepatnya 67 silam
yang lalu Pancasila secara resmi dinyatakan sebagai Dasar dan Ideologi, Falsafah
dan Kepribadian Bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ideologi adalah
pemikiran ataupun pemahaman yang diyakini kebenarannya bagi suatu pihak.
Pancasila sebagai dasar fisafat serta ideologi bangsa dan negara Indoesia,
bukan terbentuk secara mendadak, serta buka halnya diciptakan oleh seseorang.
Sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi di dunia, namun terbentuknya
pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kausalitas, pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat
negara, nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Inonesia sendiri yang
berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para
pendiri negara ndonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara
musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur antara lan dalam sidang-
sidang BPUPKI pertama, sidang panitia sembilan yan kemudian menghasilkan
Piagam Jakarta yang memuat pancasila yang pertama, kemudian dibahas lagi
dalam sediang BPUPKI kedua. Stelah kemerdekaan Indonesia, sebelum sidang
resmi PPKI pancasila sebagai calon dasar filsafat negara dibahas serta
disempurnakan kembali, dan akhirnya pada 18 agustus 1945 disahkan oleh PPKI
sebagai dasar filsafat negara Repunlik Indonesia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pancasila
1) Secara Etimologis
Secara etimologis atau menurut loghatnya “Pancasila” berasal dari bahasa
India, yakni bahasa sansekerta, bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa
rakyat jelata Prakerta(Ismaun, Dalam: Noor Ms Bakry, Pancasila Yuridis
Kenegaraan.1985:8 ).
Menurut Prof. H. Muhammad Yamin, di dalam bahasa sansekerta
perkataan Pancasila ada dua macam arti, yaitu:
Panca : artinya “lima”
Syila : dengan huruf I biasa (huruf I pendek), artinya”batu-
sendi”, “alas” atau “dasar”.
Syiila : dengan huruf I panjang, artinya “peraturan tingkah laku
yang penting/baik/senenoh/”. Dari kata “syiila” ini dalam
bahasa Indonesia menjadi” susila”, artinya “tingkah laku yang
baik”.
Dengan demikian maka perkatan “Panca-Syiila”(dengan huruf I biasa)
berarti “berbatu sendi yang lima”, “berdasar yang lima” atau “lima dasar”.
Sedangkan “Panca-Syiila’’(dengan huruf i panjang) berarti “lima aturan
tingkah laku yang penting”.
2) Secara Historis
Secara historis, istilah “Pancasila” mula-mula dipergunakan oleh masyarakat
India yang memeluk agama Budha. Pancasila berarti “lima aturan” atau “Five
Moral Principles” yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut
biasa agama Budha, yang dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Pali “Panca-
Sila” yang berisi lima larangan atau lima pantangan yang bunyinya menurut
encyclopaedia atau kamus-kamus Buddhisme adalah sebagai berikut:
Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya : Janganlah
mencabut nyawa setiap yang hidup ; maksudnya dilarang membunuh.
2
Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya: Janganlah
mengambil barang yang tidak diberikan;maksudnya dilarang mencuri.
Kameshu micchacara veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya:
Janganlah berhubungan kelamin yang tidak sah dengan perempuan;
maksudnya dilarang berzina.
Musawada veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya: Janganlah
berkata palsu; maksudnya dilarang berdusta.
Sura-meraya-majja-pamadatthana verami sikkhapadam samadiyami.
Artinya : janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran;
maksudnya dilarang minum minuman keras.
Jadi pertama kali istilah “Pancasila” digunakan untuk memberi nama
rumusan lima dasar-dasar moral dalam agama Budha.
3) Secara Terminologis
Secara terminologis atau berdasarkan istilahnya yang digunakan di Indonesia,
dimulai sejak sidang BPUKI pada tanggal 1 juni 1945. Istilah “Pancasila”
dipergunakan oleh Bung Karno untuk memberi nama pada lima dasar atau
lima prinsip Negara Indonesia merdeka yang diusulkannya. Sedangkan istilah
tersebut, menurut Bung Karno sendiri adalah dibisikkan dari temannya
seoarang ahli bahasa.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka dan keesokan harinya
tanggal 18 Agustus disahkanlah UUD 1945 yang sebelumnya masih
merupakan rencana serta dalam Pembukaan-nya memuat rumusan Lima
Dasar Negara Republik Indonesia yang diberi nama Pancasila.
(http://hasansaddam23.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html)
B. Penghayatan Pancasila
1. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun
II No 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
3
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan
tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara
Pancasila. Dengan kata lain Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar
filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan di
reduksi, dibatasi, dan dimanipulasi demi kepentingan poliik penguasa pada
saat itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebgai dasar negara
Republik Indonesia, yang hal ini di realisasikan melalui Ketetapan sidang
Istimewa MPR tahun 1988 XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4
dan sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi
Orsospol di Indonesia. Ketetapn tersebut sekaligus juga mencabut mandat
MPR yang diberikan kepada Presiden atas kewenangannya untuk
mebudayakan pancasila melalui P-4 dan asas tunggal Pancasila.
Nilai-nilai pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai
pancasila sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam
betingkah laku dan bertindak dalam menetukan dan menyusun tata aturan
hidup berbangsa dan bernegara. Dengan demikian nilai-nilai pancasila menjadi
ideologi yang tidak diciptakan oleh negara, melainkan digali dari harta
kekayaan rohani moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai
ideologi yang tidak diciptakan oleh negara menjadikan pancasila sebagai
ideologi juga merupakan sumber Indonesia dan meliputi suasana kebatinan
dari undang –undang nilai sehingga pancasila merupakan asa kerohanian bagi
tertib hukum Indonesia dan meliputi suasana kebatinan dari undang undang
dasar 1945 serata mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
Ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, citap-cita, nilai, dan
keyakinan yang ingin diwujudkan dalam kenyataan hidup nyata. Ideologi
dalam artian ini sangat diperlukan, karena dianggap mampu membangkitkan
4
kesadaran akan kemerdekaan, memberikan arahan mengenai dunia beserta
isinya, serta menanamkan semangat dalam perjuangan masyarakat untuk
bergerak melawan penjajahan, yang selanjutnya mewujudkan dalam kehidupan
penyelenggara negara.
Pentingnya ideologi bagi suatu negara juga terlihat dari fungsinya.
Adapaun fungsi idelogi adalah sebagai berikut:
1. Membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa
2. Mempersatukan sesama
3. Mempersatukan orang dari berbagai agama
4. Mengatasi berbagai pertentangan / konflik / ketegangan sosial
5. Pembentukan solidariatas
2. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Secara etimologis, istilah “filsafat” berarti berasal dari bahasa Yunani
“philein” yang artinya “cinta” dan sophos” yang artinya “hikmah” atau
“kebijaksanaan” atau “wisdom”. Jadi, secara harfiah istilah “filsafat”
mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal, logis saja namun juga meliuti kesatuan dassar
entimologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hierakis dan mempunyai bentuk piramida digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierakis sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas (kuantitas) dan
dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila pancasila dalam arti
formalogis. Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat
memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis sendiri
yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme,
liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham filsafat dunia.
3. Pancasila sebagai Etika Politik
Pengertian Etika Politik merupakan cabang etika dan termasuk ke dalam
lingkungan filsafat serta mempertanyakan praksis manusia. Etika berkaitan
5
dengan norma moral. Norma Moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia yang dapat diukur dari sudut pandang, baik atau buruk, sopan atau
tidak sopan, dan susila atau tidak susila sebagai seorang manusia.
Fungsi dan tugas etika politik = Fungsi etika politik dalam masyarakat
terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan serta
menjelaskan legitimasi politik (dukungan masyarakat terhadap sistem politik
dan pemerintah) secara bertanggung jawab dan didasarkan pada aspek yang
rasional, objektif dan argumentatif. Tugas etika politik adalah membantu agar
pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif dan
sebagai pegangan normatif bagi mereka yang ingin menilai kualitas tatanan
kehidupan politik dengan tolak ukur martabat manusia dan legitimasi moral.
4. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Beerbangsa,
dan Bernegara
Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis
yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu
sumber hukum-hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri. Secara filosofi, hakikat kedudukan Pancasila ssebagai paradigma
pembangunan Nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala
aspek pembangunan Nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai
dan sila-sila Pancasila. Oleh karena, terikat nilai sila-sila Pancasila mendasrkan
diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila-sila
Pancasila sekaligs sebagai pendukung pokok negara.
B. Pewarisan dan Pelestarian Nila-nilai Pancasila
1. Pewarisan Nilai-nilai Pancasila
Pewarisan nilai-nilai Pancasila merupakan penerusan nilai-nilai
Pancasila dari generasi tua ke generasi muda (penerus). Jiwa generasi muda
tidaklah hampa nilai, tetapi mengandung nilai-nilai luhur seperti semangat
kebangsaan yang tercakup dalam Pancasila hanya mungkin belum matang.
Mematangkan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
6
negara Indonesia dalam jiwa generasi muda inlah yang merupakan kewajiban
dan tugas pokok generasi tua dalam pewarisan atau penerusan nilai-nilai luhur
itu kepada generasi muda, sehingga generasi muda mampu menghadapi segala
arus dunia modern yang serba kompleks dan penuh tantangan, dengan tetap
berpegang teguh kepada Pancasila.
Ideologi Pancasila merupakan kebutuhan Indonesia. Teknologi
dengan segala dampak dinamikanya merupakan tantangan terhadap pewarisan
Pancasila. Tugas kita sebagai warga negara ialah memanfaatkan teknologi itu
untuk pewarisan Pancasila.
Dalam membangun masyarakat Indonesia modern kita bukan saja
menyerap masuknya teknologi, akan tetapi terbawa masuk pula nilai-nilai
sosial dan politik yang berasal dari kebudayaan yang lain. Masuknya hal
tersebut makin deras mengalir sejalan dengan kebebasan yang sadar kita buka.
Yang penting bagi kita adalah mampu menyaring nilai-nilai dari luar itu yang
dapat merusak kepribadian kita. Karena itu salah satu persoalan pokok bangsa
kita yaitu bagaimana kita memelihara nilai-nilai yang kita anggap luhur dan
meneruskannya dari generasi ke generasi berikutnya dengan segala proses
penyesuaian menuju masyarakat modern.
Proses penyesuaian tidak selamanya berjalan dengan mudah, karena
ada kemungkinan-kemungkinan goncangan sosial dan psikologis. Ia
memerlukan ketabahan dan kesabaran. Dalam proses ini keadan masyarakat
umumnya rawan, karena nilai-nilai lama mulai ditinggalkan sedangkan nilai
baru yang kita perlukan dalam membangun masyarakat baru belum
melembaga. Di sinilah pentingnya penghayatan dan pengamalan Pancasila,
agar nilai-nilai baru diperlukan untuk membangun masyarakat modern itu tetap
berkembang di atas kepribadian sendiri.
2. Pelestarian Nilai-nilai Pancasila
Pelestarian nilai-nilai Pancasila adalah upaya menjadikan nilai-nilai
Pancasila lestari, tetap selama-lamanya. Dengan kata lain, bangsa Indonesia
menghendaki agar untuk selama-lamanya Pancasila menjadi pandangan hidup
bangsa dan dasar negara Indonesia. Hal ini bukan khayalan, sepanjang nilai-
7
nilai Pancasila tetap berakar pada kehidupan budaya bangsa Indonesia. Karena
itu, nilai-nilai Pancasila haruslah diamalkan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-nilai.html)
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat usaha yang
berpola, dengan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi kelestarian
nilai-nilai Pancasila. Faktor-faktor itu antara lain ideologi lain yang
berkembang dewasa ini; perkembangan teknologi mutakhir di bidang
komunikasi massa; transportasi dan sebagainya.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-nilai.html)
Pelestarian Pancasila sebagai ideologi dapat ditempuh melalui berbagai
cara, dan cara yang terbaik adalah melalui pengamalan sehari-hari. Prinsip ini
berarti bahwa nilai-nilai Pancasila itu seharusnya menjadi motivasi semua
tingkah laku rakyat Indonesia, diamalkan sebagai bagian integral dalam
kebudayaan bangsa.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-nilai.html)
Secara formal menjadikan Pancasila sebagai Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) dalam kurikulum di sekolah dan pemantapan Pancasila dalam
penataran-penataran, lokakarya-lokakarya serta penelitian adalah juga usaha
pelestarian Pancasila. Pelestarian seperti ini merupakan usaha pelestarian
secara preventif, melalui pembinaan yang berkesinambungan. Dalam
hubungan ini tidak kurang pentingnya adalah pengarahan dalam hal
amaliahnya, sebagai perwujudan dari penerapan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Di sinilah pentingnya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P-4).
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-nilai.html)
8
Menjadikan P-4 sebagai bagian yang integral dalam tata budaya bangsa
Indonesia, dan dapat menjelma sebagai tata laku yang hidup dalam masyarakat
secara wajar, akan menjadi faktor yang menentukan dalam usaha pelestarian
nilai-nilai Pancasila. Apabila Pancasila diamalkan dalam kehidupan
masyarakat sebagai pola berpikir dan bertindak, maka usaha pelestarian dapat
dikatakan sesuai dengan tujuannya.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-nilai.html)
B. Pewarisan dan Pelestarian Undang-Undang Dasar 1945
1. Pewarisan Nilai- nilai Undang-Undang Dasar 1945
Pewarisan nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 perlu mendapat
perhatian berhubung adanya peralihan generasi yang berlangsung terus-
menerus. Peralihan generasi itu memungkinkan timbulnya diskontinuitas
dalam alam pikiran, sikap dan penilaian dalam masyarakat terhadap nilai-nilai
Undang-Undang Dasar 1945, padahal dalam upaya menegakkan negara
Republik Indonesia yang kita proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 itu
menghendaki adanya kontinuitas dalam pola berpikir, sikap dan pengalaman
terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Semakin jauh perjalanan hidup bangsa Indonesia dan semakin
panjang rentetan pergantian generasi bangsa Indonesia semakin terasa
pentingnya memberikan kejelasan tentang nilai-nilai Undang-Undang Dasar
1945, sebab nilai-nilai itulah yang memberikan landasan serta arah bagi
kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut tidak boleh berubah dan harus
dijaga kemurniannya untuk dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Nilai-nilai yang perlu diwariskan kepada generasi penerus di
antaranya nilai-nilai yang telah mendapat kesepakatan seluruh rakyat Indonesia
seperti proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai penjelmaan falsafah
dan pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia yang tercermin dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan lima sila dalam Pancasila yang
masing-masing merupakan nilai instristik yang abstrak umum universal tetap
tak berubah.
9
Generasi tahun 1945 telah berusaha merumuskan nilai-nilai yang telah
disepakati seluruh rakyat Indonesia itu dalam Undang-Undang Dasar 1945,
mempunyai tanggung jawab moral untuk mewariskannya kepada generasi
muda sebagai nilai-nilai yang dapat mengangkat derajat dan martabat bangsa
dalam sejarah perjuangan nasional. Oleh karena itu, segenap generasi muda di
dalam mengawal dan mengamalkan Pancasila harus memahami sedalam-
dalamnya nilai-nilai yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2. Pelestarian Nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945
Nilai-nilai yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah
nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia, dianggap yang paling sesuai bagi
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nila-nilai Undang-Undang Dasar 1945
wajib dilestarikan, yaitu upaya agar Undang-Undang Dasar 1945 itu bersifat
kekal atau tidak diganti dengan nilai-nilai lain yang bertentangan dengan
kepribadian bangsa Indonesia sendiri.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai
nilai.html)
Undang-Undang Dasar 1945 di samping memuat aturan-aturan pokok
yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula falsafah negara
dan pandangan hidup bangsa.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-
nilai.html)
Kemantapan nilai-nlai Undang-Undang dasar 1945 dan kebutuhan yang
tidak dapat disangkal untuk mempertahankan dan mengamankannya sangat
jelas dirasakan oleh generasi yang telah terpanggil untuk membelanya, bahkan
melalui perjuanga fisik. Namun perlu tetap diusahakan agar generasi-generasi
yang akan datang tetap akan menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Ini merupakan tantangan utama yang kita
hadapi dalam pelestarian Undang-Undang Dasar 1945 untuk masa selanjutnya.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-
nilai.html)
10
Undang-Undang Dasar 1945 sungguh cocok dan mampu memenuhi
kebutuhan bangsa Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 memiliki dan
memberikan landasan ideal, struktural dan operasional, apabila dilaksanakan
dengan mantap maka terciptalah stabilitas politik dan pemerintahan yang
merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan bangsa dalam
rangka mengisi kemerdekaan untuk mencapai cita-cita nasional, masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-
nilai.html)
Namun pada akhirnya faktor yang menentukan usaha pelestarian Undang-
Undang Dasar 1945 itu adalah manusianya. Maka dari itu semangat dan tekad
bagi para pemimpin dan penyelenggara pemerintahan serta rakyat Indonesia
sebagai keseluruhan dalam mewariskan, melestarikan dan menerapkan
Undang-Undang Dasar 1945 secara harfiah merupakan syarat mutlak bagi
keberhasilan perjuangan kita untuk mewujudkan cita-cita proklamasi 17
Agustus 1945.
(http://fauzinesia.blogspot.com/2010/12/pewarisan-dan-pelestarian-nilai-
nilai.html)
11
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
a) Percaya & taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama &
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
b) Saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama yang
berbeda- beda sehingga terbina kerukunan beragama.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
d) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
(blog.sunan-ampel.ac.id/.../Pancasila-Penjabaran-nilai-nilai-Pancasila.com)
2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
anatara sesama manusia
b) Saling mencintai sesama manusia
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa
d) Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain
e) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
g) Berani membela kebenaran dan keadilan
h) Bangsa indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
(blog.sunan-ampel.ac.id/.../Pancasila-Penjabaran-nilai-nilai-Pancasila.com)
3. PERSATUAN INDONESIA
a) Tidak membedakan suku, agama, ras,dan budaya
12
b) Menumbuhkan nilai integralistik antar masyarakat indonesia yang berasal
dari berbagai suku
c) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan
d) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan
e) Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa
f) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
g) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
h) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
(http://aplikasipancasila.blogspot.com/2011/11/butir-sila-3.html)
4. SILA KERAKYATAN YG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN.
a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
f) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
(blog.sunan-ampel.ac.id/.../Pancasila-Penjabaran-nilai-nilai-Pancasila.com)
13
5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b) Bersikap adil
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
d) Menghormati hak-hak orang lain
e) Suka memberi pertolongan terhadap orang lain
f) Menjahui sikap pemerasan terhadap orang lain
g) Tidak bersifat boros
h) Tidak bergaya hidup mewah
i) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum
j) Suka bekerja keras
k) Menghargai hasil karya orang lain
l) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan social
(blog.sunan-ampel.ac.id/.../Pancasila-Penjabaran-nilai-nilai-Pancasila.com)
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pancasila memiliki beberapa pengertian menurut berbagai filsafat.
Pancasila secara etimologis atau menurut loghatnya “Pancasila” berasal dari
bahasa India, yakni bahasa sansekerta, bahasa kasta Brahmana, sedangkan
bahasa rakyat jelata Prakerta. Pancasila secara historis, istilah “Pancasila”
mula-mula dipergunakan oleh masyarakat India yang memeluk agama
Budha. Pancasila berarti “lima aturan” atau “Five Moral Principles” yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa agama Budha.
Sedangkan pancasila secara terminologis atau berdasarkan istilahnya yang
digunakan di Indonesia, dimulai sejak sidang BPUKI pada tanggal 1 juni
1945. Istilah “Pancasila” dipergunakan oleh Bung Karno untuk memberi
nama pada lima dasar atau lima prinsip Negara Indonesia merdeka yang
diusulkannya.
Penghayatan pancasila, yakni Pancasila sebagai Ideologi Negara,
Pancasila sebagai Etika Politik, Pancasila sebagai Sistem Filsafat, dan
Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Beerbangsa, dan
Bernegara.
Pelestarian nilai-nilai Pancasila adalah upaya menjadikan nilai-
nilai Pancasila lestari, tetap selama-lamanya. Dengan kata lain, bangsa
Indonesia menghendaki agar untuk selama-lamanya Pancasila menjadi
pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Pelestarian Pancasila
sebagai ideologi dapat ditempuh melalui berbagai cara, dan cara yang terbaik
adalah melalui pengamalan sehari-hari. Prinsip ini berarti bahwa nilai-nilai.
15
B. SARAN
Untuk masyarakat Indonesia sebaiknya mengaplikasikan nilai-nilai
pancasila untuk meningkatkan rasa nasionalisme terhadap rakyat
Indonesia dan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang
tercantum dalam undang-undang dasar 1945 serta mewujudkan bangsa
Indonesia yang sesuai dengan ideologi Pancasila sebagai landasan utama
bangsa Indonesia.
16