makalah kwn new (edit) 2

49
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah adalah akumulasi rekaman pengalaman manusia. Mempelajari sejarah mempelajari segala bentuk puncak pengalaman dan perubahan yang telah dicapai manusia sepanjang abad. Dari sejarah masa lampau manusia memperoleh bekal dan titik pijak untuk membangun sejarah baru. Kehidup manusia selalu harus berdialog dengan sejarah masa lalu untuk dapat membangun sejarah di masa sekarang, serta memproyeksikan pandangan ke dalam sejarahnya di masa mendatang. Dimensi kesejarahan menuntut manusia untuk selalu melakukan pembaharuan dan berupaya mencapai kemajuan,tak terkecuali sejarah bangsa Indonesia. Sejarah bangsa Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang- orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga 1

Upload: didon-ferditasus

Post on 01-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah KWN New (Edit) 2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sejarah adalah akumulasi rekaman pengalaman manusia. Mempelajari

sejarah mempelajari segala bentuk puncak pengalaman dan perubahan yang telah

dicapai manusia sepanjang abad. Dari sejarah masa lampau manusia memperoleh

bekal dan titik pijak untuk membangun sejarah baru. Kehidup manusia selalu

harus berdialog dengan sejarah masa lalu untuk dapat membangun sejarah di masa

sekarang, serta memproyeksikan pandangan ke dalam sejarahnya di masa

mendatang. Dimensi kesejarahan menuntut manusia untuk selalu melakukan

pembaharuan dan berupaya mencapai kemajuan,tak terkecuali sejarah bangsa

Indonesia.

Sejarah bangsa Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat

panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia

Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat

dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-

Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan

perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda)

yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda

selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20;

Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945)

sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan

Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.

Salah satu bagian dari sejarah bangsa Indonesia yang tidak boleh

dilupakan dan patut untuk dikaji lebih jauh,yaitu sejarah bangsa Indonesia pada

rentan waktu 1965 – 1977.Pada rentan waktu ini yang perlu dikaji

meliputi,keadaan politik,ekonomi,budaya dan pertahanan-keamanan. Suatu

masyarakat atau bangsa tak mungkin akan mengenal siapa diri mereka dan

bagaimana mereka menjadi seperti sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah

dengan identitas bangsa memiliki hubungan timbal-balik. Akar sejarah yang

dalam dan panjang akan memperkokoh eksistensi dan identitas serta kepribadi

1

Page 2: Makalah KWN New (Edit) 2

suatu bangsa.Dari hal ini lah,pengkajian yang lebih mendalam tentang sejarah

bangsa Indonesia periode 1965-1977 perlu dilakukan untuk juga menjadi bekal

menapaki kesejahteraan bangsa untuk visi yang lebih kedepan.

I.2 Rumusan Masalah

Pada pembahasan makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi politik bangsa Indonesia pada periode tahun 1965 –

1977 ?

2. Bagaimanakah kondisi ekonomi bangsa Indonesia pada periode tahun

1965 – 1977 ?

3. Bagaimanakah kondisi sosial-budaya bangsa Indonesia pada periode tahun

1965 – 1977 ?

4. Bagaimanakah kondisi pertahanan-keamanan bangsa Indonesia pada tahun

19655 -1977 ?

I.3 Tujuan

Pembuatan makalah ini mengenai sejarah bangsa Indonesia tahun 1965 – 1977

dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan anatara lain :

1. Sebagai salah satu prasyarat tugas mata kuliah pendidikan

kewarganegaraan

2. Sebagai salah satu refrensi untuk mengkaji lebih jauh mengenai sejarah

bangsa Indonesia periode tahun 1965 – 1977

I.4 Manfaat

1. Rekreatif, artinya dengan membaca atau mempelajari sejarah, kita seolah-

olah dibawa berpetualang menembus dimensi ruang dan waktu bangsa

Indonesia tahun 1965 – 1977.

2. Inspiratif, yaitu memberikan sumber inspirasi untuk bangsa Indonesia

melangkah kedepan

3. Instruktif, bermaksud memberikan pelajaran mengenai sejarah bangsa

Indonesia tahun 1965 – 1977.

2

Page 3: Makalah KWN New (Edit) 2

4. Edukatif, berguna untuk mendapatkan kearifan dari sejarah bangsa

Indonesia tahun 1965 - 1977 untuk melangkah ke masa depan.

3

Page 4: Makalah KWN New (Edit) 2

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Ketahanan Nasional dan Konsep Ketahanan Nasional

Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia

tidak terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang

membahayakan keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi ancaman-ancaman

tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan

yang dinamakan ketahanan nasional.

Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu

berubah-ubah tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya

maupun besarnya. Karena itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan

ditingkatkan, sesuai dengan kondisi serta ancaman yang akan dihadapi. Dan inilah

yang disebut dengan sifat dinamika pada ketahanan nasional.

Kata ketahanan nasional telah sering kita dengar disurat kabar atau sumber-

sumber lainnya. Mungkin juga kita sudah memperoleh gambarannya.

Untuk mengetahui ketahanan nasional, sebelumnya kita sudah tau arti dari

wawasan nusantara. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang

dimiliki suatu bangsa, yang didalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan

yang mampu mengembangkan kekuatan nasional.

Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan yang langsung atau tidak langsung akan

membahayakan kesatuan, keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan

negara. Bisa jadi ancaman-ancaman tersebut dari dalam ataupun dari luar.

II.1.A. Hakekat Ketahanan Nasional dan Konsep Ketahanan Nasional Indonesia

Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan

bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk

dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan

nasional. Hakikat konsepsi nasional Indonesia adalah pengaturan dan

penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan, selaras

4

Page 5: Makalah KWN New (Edit) 2

dalam, seluruh aspek,kehidupan Nasional berlandaskan UUD’45 dan Wawasan

Nusantara

II.1.B. Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia

1. Asas kesejahteraan dan keamanan. Kebutuhan yang sangat mendasar

dan wajib dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau kelompok.

2. . Asas komprehensif integral/menyeluruh terpadu Artinya, ketahanan

nasional mencakup seluruh aspek kehidupan.

3. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar. Dalam hal mawas ke dalam

bertujuan menumbuhkan sifat dan kondisi kehidupan nasional

berdasarkan nilai-nilai kemandirian dan dalam rangka meningkatkan

kualitas kemandirian bangsa. Dalam hal mawas ke luar dilakukan

dalam rangka mengantisipasi, menghadapi dan mengatasi dampak

lingkungan strategis luar negeri.

4. Asas kekeluargaan. Asas ini berisi sikap-sikap hidup yang diliputi

keadilan kebersamaan, kesamaan, gotong-royong, tenggang rasa dan

tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan

bernegara.

II.1.C. Sifat-sifat Ketahanan Nasional Indonesia

1. Mandiri Maksudnya adalah percaya pads kemampuan dan kekuatan

sendiri dan tidak mudah menyerahkan.

2. Dinamis, artinya tidak tetap, naik turun, tergantung situasi dan kondisi

bangsa dan negara serta lingkungan strategisnya.

3. Wibawa. Semakin tinggi tingkat Ketahanan Nasional maka akan semakin

tinggi wibawa negara dan pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan

nasional.

4. Konsultasi dan Kerjasama. Dimaksudkan adanya saling menghargai

dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

II. 2. KETAHANAN EKONOMI DAN SISTEM EKONOMI

5

Page 6: Makalah KWN New (Edit) 2

II.2.A. Ketahanan Ekonomi

Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan

perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional

dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan

gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak

langsung untuk menjamin kelangsu-ngan perekonomian bangsa dan negara

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

II.2.B. Konsep Ekonomi

Konsep Ekonomi berdasarkan azas ekonomi sebagai petunjuk ekonomi

hanya ada pada setiap statistik ekonomi, seperti angka pengangguran, GDP atau

angka inflasi yang mengindikasikan seberapa baik kondisi ekonomi dimasa yang

akan datang. Seperti yang ditunjukkan dalam artikel “Bagaimana pasar

memanfatkan informasi untuk menentukan harga” penanam modal menggunakan

semua informasi yang bisa mereka gunakan untuk mengambil keputusan. Jika

satu aturan petunjuk ekonomi menyarankan bahwa ekonomi akan menjadi lebih

baik atau lebih buruk dimasa yang akan datang maka kondisi tersebut benar-benar

yang diharapkan, mereka mungkin memutuskan untuk merubah strategi investasi

mereka.

II.2.C. Ciri-Ciri Ekonomi

Dua Sistem Ekonomi Ekstrim (berlawanan)

1.Sistem ekonomi liberal /kapasitas /pasar bebas.

Ciri-cirinya :

a. Bebas berusaha dalam kegiatan produksi dan distribusi .

b. Bebas memiliki alat- alat produksi.

c. Bebas dalam menetapkan harga jual.

d. Bebas dalam melakukan persaingan.

e. Pemerintah tidak ikut campur tangan dalam perekonomian

f. Mengutamakan besarnya modal.

6

Page 7: Makalah KWN New (Edit) 2

Kebaikannya:

a. Mendorong kemajuan berusaha.

b. Adanya pengakuan hak milik perseorangan.

c. Bagi pemilik modal besar akan cepat berkambang.

d. Dalam mengembangkan usaha hambatannya relative kecil.

Kelemahan:

a. Bagi pemodal kecil akan tersisih.

b. Pendatan masyarakat tidak merata.

c. Mementingkan kepentingan pribadi.

d. Munculnya penindasan bagi golongan ekonomi lemah.

e. Timbulnya kesenjangan social

2.Sistem ekonomi sosialis / komando/ perecanaan sentral/ etatisme

Ciri-cirinya:

a. Produksi disediakan dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat.

b. Perekonomian dikuasai pemerintah

c. Pemerintah memegang hak monopoli untuk bidang yang menguasai hajat

hidup orang banyak.

d. Hak milik perseorangan masih diakui da penggunaannya dibatasi agar

tidak merugikan kepentigan umum.

Kebaikannya:

a. Kemakmuran masyarakat dapat merata.

b. Tidak adanya kelompok masyarakat kaya dan miskan.

c. Semua kebutuhan pokok masyarakat dihasilkan pemerintah.

d. Pemerintahan bertanggung jawab terhadap kemakmuran masyarakat .

e. Seluruh kegiatan ekonomi diatur dan dijendalikan dari pusat.

Kelemahannya:

a. Masyarakat kurang berpartisipasi.

7

Page 8: Makalah KWN New (Edit) 2

b. Tidak semua kebutuhan mampu dipenuhi pemerintahan.

c. Maju mudurnya perekonomian sangat tergantung pemerintah.

d. Mengurangi hasrat masyarakat dalam mengembangkan usaha. 

II.3. KETAHANAN POLITIK DAN KONSEP SISTEM POLITIK

II.3.A. Ketahanan Politik

Kondisi Ketahanan nasional pada aspek politik diartikan sebagai kondisi

dinamik kehidupan politik bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang

mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi

dan mengatasi tantangan, gangguan, ancaman dan hambatan yang datang dari luar

maupun dari dalam negeri yang Iangsung maupun tidak Iangsung untuk menjamin

kelangsungan hidup politik bangsa dan negara Republik Indonesia.

II.3.B. Ciri-Ciri Sistem Politik

Ciri-ciri sistem politik menurut Gabriel A. Almond adalah:

1. Semua sistem politik pasti mempunyai struktur politik.

Dalam pengertian bahwa di dalam masyarakat yang paling sederhanapun,

sistem politik dari masyarakat tersebut mempunyai tipe struktur politik

yang terdapat di dalam masyarakat yang paling kompleks. Tipe-tipe

tersebut dapat diperbandingkan satu sama lain sesuai dengan tingkatan dan

bentuk strukturnya.

2. Semua sistem politik menjalankan fungsi politik yang sama, walaupun

tingkatannya berbeda-beda karena adanya perbedaan struktur. Demikian

pula dapat diperbandingkan bagaimanakah fungsi-fungsi dari sistem-

sistem politik itu dijalankan dan bagaimana pula cara/gaya

melaksanakannya.

3. Semua struktur politik mempunyai sifat multi fungsional (menjalankan

banyak fungsi). Sistem politik dapat dibandingkan menurut tingkat

kekhususan fungsi di dalam struktur itu.

4. Semua sistem politik adalah sistem campuran.

Secara rasional tidak ada struktur dan kebudayaan yang semuanya modern

atau semuanya primitif dalam pengertian tradisional. Perbedaan yang ada

8

Page 9: Makalah KWN New (Edit) 2

hanya bersifat relatif saja, dan keduanya bercampur satu dengan yang

lainnya.

II.4. KETAHANAN SOSIAL BUDAYA DAN PENGARUH ASPEK SOSIAL

BUDAYA PADA KETAHANAN NASIONAL

II.4.A Ketahanan Sosial Budaya

Ketahanan sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamis budaya

Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam

menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan

yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung

membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya. Kondisi sosial budaya

bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan pancasila yang

mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan

sosialbudaya manusia an masyarakat Indonesia.

II.4.B. Pengaruh Aspek Sosial Budaya pada Kertahanan Nasional

Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia, lingkungan

alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah. Dalam setiap kebudayaan

daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing

(local genuis). Local genuis itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah

untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.

Kebuadayaan nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya-

budaya suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian diterima

sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya harus berjalan secara wajar

dan alamiah tanpa unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya.

Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan

Indonesia. Identitas bangsa Indonesia adalah manusia dan masyarakat yang

memiliki sifat-sifat dasar:

- Religius

- Kekeluargaan

- Hidup seba selaras

- Kerakyatan

9

Page 10: Makalah KWN New (Edit) 2

Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial

budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan

membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan

masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa,

bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang

serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya

asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

10

Page 11: Makalah KWN New (Edit) 2

BAB III

KONDISI DAN ANALISIS

III. 1. a Kondisi Politik

Tahun 1965-1966 merupakan tahun yang kelam bagi masyarakat

Indonesia, karena pada tahun itu Peristiwa Gerakan 30 September terjadi, para

petinggi militer Indonesia ditangkap dan dibunuh oleh kelompok orang yang ingin

mengkudeta pemerintahan saat itu. Beberapa kantor pemerintahan (diantaranya

kantor RRI) juga berhasil diduduki oleh kelompok yang mengatasnamakan PKI

(Partai Komunis Indonesia). Situasi tersebut mengakibatkan kondisi politik,

militer, sosial dan ekonomi menjadi sangat kacau. Situasi politik yang dimaksud

ialah perubahan pemerintahan secara drastis dari pemerintahan sipil ke

pemerintahan di bawah kekuasaan militer. Keadaan ini terjadi sejak sekitar kuartal

pertama tahun 1966, yang diawali dengan apa yang dinamakan ‘Peristiwa G30S’

tahun 1965. Terhambatnya warga Indonesia tidak bisa kembali ke tanah air, dan

harus hidup dari satu negeri ke negeri lain, oleh mantan Presiden Abdurrahman

Wahid alias Gus Dur menamai orang-orang eksil Indonesia sebagai ‘orang-orang

yang terhalang pulang’ atau ‘orang-orang klayaban’.

Periode Orde Baru (1966 – 1998) Pemerintah didukung kuat Militer dan

kemudian mencari dukungan dari kelompok borjuasi (elit politik kelas menengah

ke atas). Prioritas yang dilakukan adalah pengendalian inflasi dan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Dukungan dari Barat dan Jepang juga mengalir melalui

bantuan/pinjaman. Modal asing mulai masuk sehingga industrialisasi mulai

dikerjakan dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) yang pertama

dibuat tahun 1968. Pada tahun 1970-an dan awal 1980-an harga minyak bumi

melonjak tinggi di pasar dunia sehingga Orde Baru mampu membangun dan

mengendalikan inflasi serta membuat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Stabilitas politik dilakukan kaum militer dengan membuat “Golongan Karya”

(Golkar) yang tidak berkoalisi dengan partai politik yang ada dan memaksa parpol

bergabung hingga hanya ada dua yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan

Partai Demokrasi Indonesia.

11

Page 12: Makalah KWN New (Edit) 2

Pada tahun 1970-an, negara Orde Baru Rente terbentuk sehingga negara

menduduki posisi investor terbesar, disusul pengusaha non pribumi (Cina) dan

pengusaha pribumi di posisi ketiga. Perusahaan negara banyak yang merugi

namun pengelolanya bertambah kaya. Pengusaha Cina terus berkembang melalui

koneksi dengan pejabat tinggi negara. Pengusaha pribumi berkembang melalui

fasilitas negara karena hubungan kekeluargaan dengan petinggi negara.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak membuat rakyatnya bebas dari

kemiskinan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati segelintir

orang saja. Dampak negatif kondisi ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru

antara lain, ketergantungan terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas) dan

ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri.

Akhir 1970-an, proses pembangunan di Indonesia mengalami “non market

failure” sehingga banyak kerepotan dalam proses pembangunan, misalnya

merebaknya kemiskinan dan meluasnya kesenjangan pendapatan, terutama

disebabkan oleh “market failure”. Mendekati pertengahan 1980-an, terjadi

kegagalan pemerintah (lembaga non pasar) dalam menyesuaikan mekanisme

kinerjanya terhadap dinamika pasar. Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan

berat akibat kemerosotan penerimaan devisa dari ekspor minyak bumi pada awal

1980-an. Kebijakan pembangunan Indonesia yang diambil dikenal dengan sebutan

“structural adjustment” dimana ada 4 jenis kebijakan penyesuaian sebagai berikut:

1. Program stabilisasi jangka pendek atau kebijakan manajemen

permintaan dalam bentuk kebijakan fiskal, moneter dan nilai tukar

mata uang dengan tujuan menurunkan tingkat permintaan agregat. 

2. Kebijakan struktural demi peningkatan output melalui peningkatan

efisiensi dan alokasi sumber daya dengan cara mengurangi distorsi

akibat pengendalian harga, pajak, subsidi dan berbagai hambatan

perdagangan, tarif maupun non tarif. 

3. Kebijakan peningkatan kapasitas produktif ekonomi melalui

penggalakan tabungan dan investasi. 

4. Kebijakan menciptakan lingkungan legal dan institusional yang bisa

mendorong agar mekanisme pasar beroperasi efektif termasuk jaminan

hak milik dan berbagai tindakan pendukungnya seperti reformasi

12

Page 13: Makalah KWN New (Edit) 2

hukum dan peraturan, aturan main yang menjamin kompetisi bebas

dan berbagai program yang memungkinkan lingkungan seperti itu.

Pemberlakuan Undang – Undang Hak Cipta dan Hak Milik Intelektual

juga merupakan bagian dari berbagai paket di atas.

- Pelaksanaan Fungsi DPR-GR Masa Orde Baru 1966-1971

Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian

dikukuhkan dalam UU No. 10/1966, DPR-GR masa “Orde Baru” memulai

kerjanya dengan menyesuaikan diri dari “Orde Lama” ke “Orde Baru.”

Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971 adalah sebagai berikut:

1. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai dengan Pasal 23

ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasann

2. Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai dengan Pasal 5 ayat

(1), Pasal 20, Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya

3. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah sesuai dengan UUD

1945 dan penjelasannya, khususnya penjelasan bab 7.

- DPR Hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997

Setelah mengalami pengunduran sebanyak dua kali, pemerintahan “Orde

Baru” akhirnya berhasil menyelenggarakan Pemilu yang pertama dalam masa

pemerintahannya pada tahun 1971. Seharusnya berdasarkan Ketetapan MPRS No.

XI Tahun 1966 Pemilu diselenggarakan pada tahun 1968. Ketetapan ini diubah

pada Sidang Umum MPR 1967, oleh Jenderal Soeharto, yang menggantikan

Presiden Soekarno, dengan menetapkan bahwa Pemilu akan diselenggarakan pada

tahun 1971.

Menjelang Pemilu 1971, pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan UU

No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu dan UU No. 16 tentang Susunan dan

Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.

Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang

digunakan dalam Pemilu 1971 berbeda dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971,

yang menggunakan UU No. 15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi

habis di setiap daerah pemilihan (sistem proporsional). Cara ini ternyata mampu

13

Page 14: Makalah KWN New (Edit) 2

menjadi mekanisme tidak langsung untuk mengurangi jumlah partai yang meraih

kursi dibandingkan penggunaan sistem kombinasi. Sistem yang sama masih terus

digunakan dalam enam kali Pemilu, yaitu Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,

dan 1997.

Sejak Pemilu 1977, pemerintahan “Orde Baru” mulai menunjukkan

penyelewengan demokrasi secara jelas. Jumlah peserta Pemilu dibatasi menjadi

dua partai dari satu golongan karya (Golkar). Kedua partai itu adalah Partai

Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Partai-

partai yang ada dipaksa melakukan penggabungan (fusi) ke dalam dua partai

tersebut. Sementara mesin-mesin politik “Orde Baru” tergabung dalam Golkar.

Hal ini diakomodasi dalam UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan

Golongan Karya. Keadaan ini berlangsung terus dalam lima kali Pemilu, yaitu

Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu tersebut, Golkar

selalu keluar sebagai pemegang suara terbanyak.

Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol eksekutif. Kekuasaan

presiden yang terlalu besar dianggap telah mematikan proses demokratisasi dalam

bernegara. DPR sebagai lembaga legislatif yang diharapkan mampu menjalankan

fungsi penyeimbang (checks and balances) dalam prakteknya hanya sebagai

pelengkap dan penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan hanya untuk

memperkuat posisi presiden yang saat itu dipegang oleh Soeharto.

- Peristiwa Jatuhnya Presiden Soekarno

Pada tanggal 7 Maret 1967 MPRS mengadakan sidang istimewa dengan

menghasilkan 26 Ketetapan. Ketika sidang MPRS itu dilakukan, Mandataris

duduk di barisan pimpinan MPRS yakni di sebelah kanan Ketua MPRS, tidak

seperti biasanya duduk berhadapan dengan MPRS. Hasilnya, antara lain (seperti

dituangkan dalam TAP MPR No. XXXIII/MPRS/1967), yakni Mencabut

Kekuasaan Pemerintah dari Presiden Soekarno, dan mengangkat Soeharto

sebagai Pejabat Presiden hingga dilaksanakannya Pemilu.

- Peristiwa Malari

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) adalah peristiwa

demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang

14

Page 15: Makalah KWN New (Edit) 2

berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan

menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim

Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil

menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM

Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden

Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P.

Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya,

kedatangan PM Jepang, Januari 1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan. Usai

terjadi demonstrasi yang disertai kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta

berasap. Soeharto memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Kopkamtib,

langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden

dibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Soegomo.

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks

Masyumi atau ekstrem kanan adalah dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah

para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak

bisa dibuktikan bahwa ada sedikitpun fakta dan ada seorangpun tokoh eks

Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah ada pernyataan dari

Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib

Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa ada kemungkinan kalau justru

malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa

Malari

Pada pertengahan Januari 1974, ketika hari masih sangat pagi, Hariman

Siregar dibangunkan dari selnya di Rumah Tahanan Militer Budi Utomo, Jakarta

Pusat. Sudah dua hari ia ditahan di sana karena dituduh terlibat dalam peristiwa

Malapetaka 15 Januari 1974, yang dikenal dengan sebutan Peristiwa Malari.

III. 1. b Analisis Kondisi Politik

Kondisi politekl di era tahun 1966 – 1977 ini menglami masa krisis, pada

era ini perangkat pemerintah tidak bisa berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan

pasa saat itu pemerintahan dan hampir seluruh perangkat negara dikuasai oleh

militer. Pada saat itu Militer berkuasa pada era orde baru dibawah Presiden

15

Page 16: Makalah KWN New (Edit) 2

Soeharto yang hampir menguasai semua elemen pemerintahan di eksekutif dari

pemerintahan pusat hingga ke kabupaten. Ironisnya Militer juga menguasai

pemerintahan yudikatif maupun legislative

Kondisi seperti ini dikarenakan pada tahun 1965 – 1966 Militer berhasil

mengatasi gerakan G30S PKI yang ingin mengkudeta pemerintahan. Pada saat itu

Militer yang dipimpin oleh Soharto berhasil mengatasi pemberontakan tersebut

dan kemudia militer menguasai pemerintahan satu tahun setelahnya yang

dipimpin oleh Presiden Soeharto. Kekurang cakapan pemerintah pada saat itu

dalam mengendalikan perekonomian dan inflasi mendorong pemerintah yang

kebanyakan berasal dari militer menggandeng dan bermitra dengan kelompok

borjuasi (elit politik kelas menengah ke atas). Hal itu dilakukan untuk

pengendalian inflasi dan melakukan penumbuhan ekonomi di Indonesia.

Untuk proses pengamanan kekuasaan yang dilakukan pemerintah pada

saat itu, pemerintah mendirikan partai “Golongan Karya” yang dimana partai

tersebut sudah menguasai sendi-sendi pemerintahan. Para perangkat pemerintahan

pada saat itu dipaksa untuk masuk kedalam partai ini yang mengakibatkan partai

ini menjadi “partai tunggal” di Indonesia. Hal ini dikhwatirkan dapat

memunculkan pemerintahan yang bersifat diktaktor yang kurang disukai

masyarakat. Dan ini terbukti benar dan berhasil, system yang seperti ini berhasil

mengantar Soeharto menjadi penguasa tunggal Indonesia hingga 32 tahun

lamanya sebelum digulingkan oleh para mahasiswa di tahun 1998.

III.2.a Kondisi Ekonomi

Tahun 1965-1966 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang begitu hebat

karena pemerintah dibawah pemerintahan Soekarno tidak berhasil mengendalikan

laju perekonomian saat itu, kondisi politik yang terus mengalami perubahan juga

berdampak akan hal itu sehingga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah

mulai berkurang. Keadaan ekonomi saat itu mengalami stagflasi (stagnasi dan

inflasi). Stagnasi merupakan keadaan terhenti (tidak bergerak, tidak aktif, tidak

jalan); kemacetan. Sedangkan inflasi ialah kemerosotan nilai uang (kertas) krn

banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya

harga barang-barang.

16

Page 17: Makalah KWN New (Edit) 2

Pada bulan Agustus 1965 Soekarno menarik Indonesia dari hubungan-

hubungan yang masih tersisa dengan dunia kapitalis (Dana Moneter

Internasional/IMF, Interpol, Bank Dunia). Kini struktur sosial, politik, dan

ekonomi bangsa Indonesia hampir runtuh. Inflasi sangat tinggi, dengan harga-

harga barang naik sekitar 500 persen selama setahun itu. Diduga harga beras pada

akhir tahun 1965 sedang naik sebesar 900 persen setiap tahun. Kurs pasar gelap

untuk rupiah terhadap dolar Amerika jatuh dari Rp 5.100,00 pada awal tahun 1965

menjadi Rp 17.500,00 pada kuartal ketiga tahun itu dan Rp 50.000,00 pada kuartal

keempat.

Rakyat kesulitan mendapat kebutuhan pokok. Defisit saldo neraca

pembayaran dan defisit keuangan pemerintah sangat besar (1965 : defisit 200%

APBN). Jumlah pendapatan pemerintah rata-rata Rp 151 juta (’55-65), sedangkan

pengeluaran rata-rata 359 juta atau lebih dari 100% pendapatan. Kegiatan sektor

pertanian dan sektor industri manufaktur relatif terhenti karena keterbatasan

kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung. Tingkat inflasi sangat tinggi,

mencapai lebih dari 300 - 500% per tahun.

Periode Orde Baru (1966 – 1998), pemerintah didukung kuat Militer dan

kemudian mencari dukungan dari kelompok borjuasi (elit politk kelas menengah

ke atas). Prioritas yang dilakukan adalah pengendalian inflasi dan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Dukungan dari Barat dan Jepang juga mengalir melalui

bantuan/pinjaman. Modal asing mulai masuk sehingga industrialisasi mulai

dikerjakan dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) yang pertama

dibuat tahun 1968. Pada tahun 1970-an dan awal 1980-an harga minyak bumi

melonjak tinggi di pasar dunia sehingga Orde Baru mampu membangun dan

mengendalikan inflasi serta membuat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Stabilitas politik dilakukan kaum militer dengan membuat “Golongan Karya”

(Golkar) yang tidak berkoalisi dengan partai politik yang ada dan memaksa parpol

bergabung hingga hanya ada dua yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan

Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada tahun 1970-an, negara Orde Baru Rente

terbentuk sehingga negara menduduki posisi investor terbesar, disusul pengusaha

non pribumi (Cina) dan pengusaha pribumi di posisi ketiga. Perusahaan negara

banyak yang merugi namun pengelolanya bertambah kaya. Pengusaha Cina terus

17

Page 18: Makalah KWN New (Edit) 2

berkembang melalui koneksi dengan pejabat tinggi negara. Pengusaha pribumi

berkembang melalui fasilitas negara karena hubungan kekeluargaan dengan

petinggi negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak membuat rakyatnya

bebas dari kemiskinan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati

segelintir orang saja.

III.2.b.Analisis Kondisi Ekonomi

Melihat dari kondisi ekonomi di atas, tampak bahwa Negara Indonesia

perlu adanya perubahan. Dengan defisit hingga 200% APBN, pendapatan per

kapita rakyat menjadi tak terpenuhi. Bagaimana Indonesia dapat melakukan

pembangunan bila rakyatnya belum mencapai kesejahteraan? Pemanfaatan SDM

dari sisi internal juga belum dimanfaatkan dengan baik seperti dari bidang

pertanian. Kebutuhan pokok Indonesia yang tak lain beras menjadi pondasi bagi

kehidupan Indonesia. Bila beras saja impor, untuk apa lahan pertanian yang luas

di Indonesia? Apa gunanya mata pencaharian Indonesia, yaitu petani di

Indonesia? Para petani juga butuh namanya kesejahteraan. Dengan memanfaatkan

produk Indonesia otomatis hal itu merupakan satu sisi munculnya pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Salah satu upaya yang seharusnya dilakukan pemerintah ialah

mengembangkan infrastrukutur yang ada dan memberikan suatu inventif kepada

para petani.

Bila dianalisis, dampak negatif kondisi ekonomi Indonesia pada masa

Orde Baru adalah ketergantungan terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas).

Migas merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi anggaran belanja

negara. Jadi harga Migas sangat berpengaruh bagi pendapatan negara sehingga

turunnya harga minyak mengakibatkan menurunnya pendapatan negara. Bila

pendapatan Negara menurun, banyak rakyat golongan ke bawah yang menjadi

korbannya. Di sisi lain, rakyat golongan ke atas memanfaatkan kondisi tersebut

untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya dengan membeli suplai Migas

sebanyak mungkin yang dapat dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih

mahal. Sedangkan, rakyat golongan ke bawah, hanya merasakan sedikit manfaat

dari Migas. Sehingga masyarakat Indonesia saat itu ialah yang kaya makin kaya,

18

Page 19: Makalah KWN New (Edit) 2

yang miskin makin miskin. Hal itu dikarenakan belum adanya subsidi yang

dilakukan pemerintah saat itu.

Soeharto hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tanpa

memperhatikan pemerataan hasil pembangunan dan mengendalikan inflasi tanpa

memperhatikan kemampuan daya beli rakyat Indonesia. Soeharto bisa dibilang

tidak membangun meskipun dikenal sebagai ”Bapak Pembangunan” karena

proses pembangunan yang terjadi lebih banyak dibantu dari harga minyak bumi

yang tinggi. Migas merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi anggaran

belanja negara. Di akhir masa jabatannya, Soeharto hanya membuat hutang

Indonesia semakin besar. Negara Indonesia semakin miskin sehingga masih

termasuk dalam Negara Dunia Ketiga namun Soeharto dan kroni – kroninya

semakin kaya dan makmur.

III. 3.a Kondisi Sosial Budaya

Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses

untuk mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat

dapat digambarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an laju

pertumbuhan penduduk mencapai 2,3% setiap tahun. Dalam tahun tahun awal

1990-an angka tadi dapat diturunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika awal

tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-rata sekitar 50

tahun maka pada tahun 1990-an harapan hidup lebih dari 61 tahun. Dalam kurun

waktu yang sama angka kematian bayi menurun dari 142 untuk setiap 1000

kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Hal ini antara lain

dimungkinkan makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Sebagai contoh adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos

Pelayanan Terpadu sampai di tingkat desa atau RT.

Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas

pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah dasar

yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang berumur

sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di pelosok tanah air

praktis mampu menampung anak Indonesia yang berusia sekolah dasar.

19

Page 20: Makalah KWN New (Edit) 2

Sementara itu, jumlah rakyat yang masih buta huruf telah menurun dari 39%

dalam tahun 1971 menjadi sekitar 17% di tahuan1990-an.

Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya

tingkat pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43% dari seluruh

angkatan kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah yang

tidak atau belum pernah sekolah menurun menjadi sekitar 17%. Dalam kurun

waktu yang sama angkatan kerja yang berpendidikan SMTA ke atas adalah

meningkat dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%.

Peningkatan mutu angkatan kerja akan mempunyai dampak yang luas bagi laju

pembangunan di waktui-waktu yang akan datang.

Kebinekaan Indonesia dari berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar

golongan dsb.) yang mempunyai peluang yang tinggi akan terjadinya konflik,

maka masa Orde Baru memunculkan kebijakan yang terkait dengan pemahaman

dan pengamalan terhadap dasar negara Pancasila. Berdasarkan Ketetapan MPR

No.II/MPR/1978 ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa).

III.3.b Analisis Kondisi Sosial Budaya

Dalam kondisi tersebut, tampak bahwa kematian tidak sepadan terhadap

kelahiran di Indonesia. Memang sudah dilakukan upaya yang bagus dengan

membuka puskesmas sehingga angka kematian dapat diturunkan, namun bila

jumlah penduduk melebihi kuota akan terjadi kepadatan penduduk. Maka dari itu,

sudah seharusnya Indonesia mencanangkan KB (Keluraga Berencana) sejak saat

itu. Sehingga masalah kependudukan di Indonesia dapat diatasi. Di sisi lain

mengenai budaya, Indonesia perlu lebih banyak lagi mensosialisasikan budaya

masing-masing daerah ke seluruh penjuru agar masyarakat Indonesia bangga.

Dengan begitu memungkinkan tidak adanya perpecahan SARA (Suku, ras, agama,

antar golongan). Selain itu, dengan Pancasila akan dapat memberikan kekuatan,

jiwa kepada bangsa Indonesia serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir

dan batin yang makin baik menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dengan

penghayatan terhadap Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan

terwujudlah Pancasila dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Karena

20

Page 21: Makalah KWN New (Edit) 2

itulah diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi penuntun dan pegangan

hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap orang Indonesia. Untuk melaksanakan

semua ini dilakukanlah penataran-penataran baik melalui cara-cara formal,

maupun non-formal sehingga di tradisikan sebagai gerakan Budaya.

Perkembangan Orde Baru di dunia pendidikan, pada tahun 1968 fasilitas

sekolah dasar yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak

yang berumur sekolah dasar. Saat itu memang lagi gencar-gencarnya

pembangunan infrastruktur bagi pelajar yang ingin menjalani jenjang Sekolah

Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Lanjutan. Fasilitas sekolah dasar yang telah

dibangun di pelosok tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia yang

berusia sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan

wajib belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan datang. Akibatnya jumlah rakyat

yang masih buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar

17% di tahuan1990-an.

III.4.a Kondisi Pertahanan Keamanan

Indonesia sekitar akhir tahun 1965 sedang mengalami pembenahan secara

menyeluruh. Krisis politik yang selama berbulan – bulan dialami sebagai akibat

lebih lanjut dari meletusnya peristiwa G30S/PKI. Berdasarkan Surat Perintah

Menteri Panglima Angkatan Darat Nomor PRIN.75/III/1966 tanggal 23 Maret

1966 yang berisi tentang perintah kepada Direktur Polisi Militer Angkatan Darat

(Brigjen TNI Sudirgo) untuk melaksanakan serah terima penugasan dari Resimen

Tjakrabirawa kepada Polis Militer Angkatan Darat. Tidak lebih dari tiga hari

setelah serah terima pelaksanaan tugas pengawalan terhadap Kepala Negara

berlangsung, Direktur Polisi Militer langsung mengeluarkan Surat Keputusan

dengan Nomor : Kep-011/AIII/1966 tanggal 25 Maret 1966 yang berisi tentang

pembentukan Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas POMAD)

dimana ditunjuk Letkol Cpm Norman Sasono sebagai Komandan Satgas Pomad

Para. Satgas Pomad Para yang berkedudukan dibawah Direktorat Polisi Militer

yang terdiri dari Batalyon Pomad Para sebagai inti, dibantu Denkav Serbu,

Denzipur dan Korps Musikdari Kodam V Jakarta Raya, Batalyon II PGT

(Pasukan Gerak Tjepat) Angkatan Udara, Batalyon Brimob Polisi Negara, serta

21

Page 22: Makalah KWN New (Edit) 2

batalyon Infanteri 531/Para Raiders yang kemudian diganti oleh Batalyon

Infanteri 519/Raider Para keduanya dari Kodam VIII Brawijaya. Dengan tugas

mengawal Kepala Negara RI dan Istana Negara, serta melaksanakan tugas – tugas

protokoler kenegaraan, Satgas Pomad Para berkedudukan dibawah Direktorat

Polisi Militer dengan unsur – unsurnya antara lain terdiri dari 2 Batalyon Pomad,

1 Batalyon Infanteri Para Raider, serta 1 Detasemen Kaveleri Panser. Batalyon I

Pomad Para berkedudukan di Jalan Tanah Abang II Jakarta Pusat yang dulunya

bekas Markas Serta Asrama Resimen Tjakrabirawa, dengan tugas pokok

“Melaksanakan pengawalan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya,

serta Tamu Asing setingkat Kepala Negara, melaksankan pengawalan Istana

Merdeka Utara, Istana Merdeka Selatan serta kediaman resmi Presiden dan Wakil

Presiden”. Batalyon II Pomad Para berkedudukan di Ciluer – Bogor yang

merupakan bekas asrama Batalyon I Pomad Para dengan tugas melaksankan

pengawalan Istana Bogor, Istana Cipanas, serta membantu Batalyon I Pomad Para

dalam melaksanakan tugas pokoknya. Batalyon Kaveleri Serbu Kodam V Jaya

tetap di BP kan ke Satgas Pomad, sedangkan Batalyon 531/Para Raiders

selanjutnya ditarik kembali ke Kodam Brawijaya untuk bertugas dilingkungan

angkatan Darat.

Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang

pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dikenal dengan nama

"kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai

panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa melaporkan bahwa banyak

"pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang belakangan diketahui adalah

Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas

menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-S di

antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.

Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I

Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh berangkat ke Bogor

dengan helikopter yang sudah disiapkan. Sementara Sidang akhirnya ditutup oleh

Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena yang kemudian menyusul ke Bogor.

Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto (yang kemudian

menjadi Presiden menggantikan Soekarno) yang pada saat itu selaku Panglima

22

Page 23: Makalah KWN New (Edit) 2

Angkatan Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat

peristiwa G-30-S/PKI itu. Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto saat itu tidak

menghadiri sidang kabinet karena sakit. (Sebagian kalangan menilai

ketidakhadiran Soeharto dalam sidang kabinet dianggap sebagai sekenario

Soeharto untuk menunggu situasi. Sebab dianggap sebagai sebuah kejanggalan).

Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke

Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral

M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat.

Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga

perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan

ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu

menendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau

surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan.

Menurut Jendral (purn) M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga

pukul 20.30 malam.

Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang

dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai

Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan

Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan

ketertiban.

Surat Supersemar tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966

pukul pukul 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD

Brigjen Budiono. Hal tersebut berdasarkan penuturan Sudharmono, dimana saat

itu ia menerima telpon dari Mayjend Sutjipto, Ketua G-5 KOTI, 11 Maret 1966

sekitar pukul 10 malam. Sutjipto meminta agar konsep tentang pembubaran PKI

disiapkan dan harus selesai malam itu juga. Permintaan itu atas perintah

Pangkopkamtib yang dijabat oleh Mayjend Soeharto. Bahkan Sudharmono sempat

berdebat dengan Moerdiono mengenai dasar hukum teks tersebut sampai surat

Supersemar itu tiba.

Sesuai dengan perkembangan organisasi di lingkungan TNI-AD Batalyon

II Pomad akhirnya dilikuidasi. Kemudian pada tanggal 10 Juni 1967 dikeluarkan

Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat (Jenderal TNI Soeharto)

23

Page 24: Makalah KWN New (Edit) 2

dengan Nomor : KEP-681/VI/1967 yang berisi penetapan pembebasan Direktur

Polisi Militer Angkatan Darat dari tugas pengkomandoan terhadap Satgas Pomad.

Untuk pembinaan selanjutnya kesatuan khusus tersebut ditetapkan secara

langsung berada di bawah kendali Menteri /Panglima Angkatan Darat.

Pada tahun 1970 membentuk PASWALPRES (Pasukan Pengawal

Presiden). Presiden RI Jenderal TNI Soeharto selaku Panglima tertinggi ABRI

sejak awal tahun 1970 turun langsung membenahi organisasi ABRI hingga tertata

dan terintegrasi di bawah satu komando Panglima ABRI. Satgas Pomad Para yang

dibawak kendali Markas Besar ABRI ikut dibenahi dengan dikeluarkannya Surat

Perintah Menhankam Pangab Nomor Sprin/54/I/1976 tanggal 13 Januari 1976

yang berisi pokok – pokok organisasi dan prosedur Pasukan Pengawal Presiden

(PASWALPRES). Melalui surat perintah tersebut ditentukan tugas pokok

Paswalpres yaitu “Menyelenggarakan pengamanan fisik secara langsung bagi

Presiden Republik Indonesia serta menyelenggarakan juga tugas – tugas

protokoler khusus pada upacara – upacara kenegaraan”. Untuk organisasi

Paswalpres diatur secara rinci dalam surat perintah Menhankam Pangab Nomor

Sprin/54/I/1976 antara lain :

• Unsur Pimpinan

• Unsur Pembantu Pimpinan

• Unsur Pelayan Staf

• Unsur Pelaksanan, yang terdiri dari:

• Detasemen Pengamanan Khusus (Denpamsus) yang bertugas sehari–hari

melakukan pengamanan fisik secara langsung terhadap Presiden dan Wakil

Presiden beserta keluarganya. Detasemen Pengamanan Khusus terdiri dari:

• Kelompok Komando (Pokko)

• Kompi Kawal Pribadi (Ki Walpri)

• Kompi Pengamanan Khusus (Ki Pam Sus)

• Peleton Penyingkiran (Ton Kiran)

• Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan (Yonwalprotneg) dimana

Yonwalprotneg adalah satuan Polisi Militer yang langsung di Bawah

Perintahkan kepada Paswalpres.

24

Page 25: Makalah KWN New (Edit) 2

Senin, 03 Maret 1969, dengan mencabut Keppres RI No. 179/KOTI/1965,

hari ini Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres RI No. 19/1969 tentang Operasi

Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Presiden, selaku Panglima Kopkamtib,

memegang pimpinan dan pengendalian Operasi Pemulihan Keamanan dan

Ketertiban. Tugas pokok Kopkamtib adalah: pertama, memulihkan keamanan dan

ketertiban dari akibat-akibat peristiwa pemberontakan G.30.S/PKI serta kegiatan-

kegiatan ekstrim dan subversi lainnya. Kedua, ikut mengamankan kewibawaan

pemerintah beserta alat-alatnya dari pusat sampai ke daerah-daerah demi

kelangsungan hidup Pancasila dan UUD 1945. Untuk melaksanakan kedua tugas

tersebut, Pangkobkamtib dapat mempergunakan semua alat dan aparatur

pemerintah yang ada serta mengambil tindakan-tindakan lainnya sesuai ketentuan-

ketentuan yang berlaku.

Jenderal Soeharto selaku Menhankam/Pangab pagi ini juga menyampaikan

amanatnya pada Commander’s Call ABRI di Istana Negara. Commander’s Call

ini diikuti oleh para penglima tingkat pusat dan daerah dari keempat angkatan

bersenjata serta pejabat-pejabat ABRI dalam berbagai bidang pemerintahan.

Berlangsung hingga besok, Commander’s Call diadakan dalam rangka penentuan

tugas ABRI dalam menghadapi pelaksanaan Repelita. Dalam amanatnya, Jenderal

Soeharto antara lain membahas masalah kekaryaan ABRI. Dikatakan bahwa

kekaryaan ABRI sama sekali tidak untuk mendesak tenaga-tenaga sipil, dan tidak

pula berarti penyaluran berlebihan tenaga dalam tubuh ABRI atau mereka yang

dipensiunkan. Tenaga-tenaga yang diberi tugas karya harus benar-benar

memenuhi syarat teknis dalam bidang tugasnya dan memiliki loyalitas tinggi

kepada mission kekaryaan ABRI itu. Dalam hubungan ini Jenderal Soeharto

mengharapkan agar ABRI dapat menempatkan dirinya sederajad dengan

kekuatan-kekuatan sosial-politik yang lain.

Sebelum memberi amanat kepada para perwira yang mengikuti

Commander’s Call, Presiden Soeharto menerima sejumlah kurang lebih 30

pengusaha terkemuka Amerika Serikat, yang di organisasikan oleh Time

Incorporated dan didampingi oleh James Linnen. Dalam pertemuan tersebut

Presiden yang didampingi oleh Sri Sultan Hamengku Buwoo IX, Prof. Widjoyo

Nitisastro, dan Prof. M. Sadli, memberikan penjelasan tantang Repelita yang

25

Page 26: Makalah KWN New (Edit) 2

segera dilaksanakan di Indonesia. Disamping itu Presiden juga menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh tamunya, antara lain mengenai mantan Presiden

Soekarno, kebijaksanaan Indonesia tentang Vietnam, pangkalan militer asing di

Asia Tenggara, dan lain sebagainya.

Hari ini juga Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres RI No. 20/1969

tentang pembentukan Team Kerja Rescheduling Utang dan Kredit Luar Negeri

yang dipimpin oleh Prof. Dr. Widjoyo Nitisastro, dengan anggota-anggota dari

Departemen Luar Negeri, Keuangan, Perdagangan, Bappenas dan Bank Indoensia.

Adapun tugas team kerja ini adalah menyelesaikan masalahrescheduling utang-

utang RI dengan negara-negara kreditor baik yang tergabung dalam IGGI maupun

negara-negara lainnya. Dalam rangka itu team kerja tersebut ditugaskan untuk

mengadakan perundingan dengan dengara-negara kreditor, baik menyangkut

masalahrescheduling utang maupun mengenai pemberian bantuan (kredit) dari

negara-negara tersebut kepada RI.

Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari)

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) adalah peristiwa

demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang

berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan

menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim

Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil

menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM

Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden

Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P.

Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya,

kedatangan PM Jepang, Januari 1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan. Usai

terjadi demonstrasi yang disertai kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta

berasap. Soeharto memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Kopkamtib,

langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden

dibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Soegomo.

26

Page 27: Makalah KWN New (Edit) 2

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks

Masyumi atau ekstrem kanan adalah dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para

tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa

dibuktikan bahwa ada sedikitpun fakta dan ada seorangpun tokoh eks Masyumi

yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah ada pernyataan dari Jenderal

Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral

Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa ada kemungkinan kalau justru malahan Ali

Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari.

Operasi Seroja

Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang

dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur

karena adanya desakan Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan agar

Fretilin yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur. Selain itu,

serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari sebagian

rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan

sejarah.

Angkatan Darat Indonesia mulai menyebrangi perbatasan dekat Atambua

tanggal 17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi Seroja. Sebelumnya,

pesawat-pesawat Angkatan Udara RI sudah kerap menyatroni wilayah Timor

Timur dan artileri Indonesia sudah sering menyapu wilayah Timor Timur. Kontak

langsung pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27

Desember 1975. Pertempuran terdahsyat terjadi di Baucau pada 18-29 September

1976. Walaupun TNI telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976,

namun banyak pertempuran-pertempuran kecil maupun besar yang terjadi di

seluruh pelosok Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI. Dalam

pertempuran terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan telak dan

3.000 pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari. Operasi

Seroja berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin dan

pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI. Selama operasi ini

berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia

mencapai angka 100.000 orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan sipil.

27

Page 28: Makalah KWN New (Edit) 2

Warga sipil banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin sehingga

korban yang berjatuhan dari sipil pun cukup banyak. Pihak Indonesia juga

dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap

selama Operasi Seroja berlangsung.

Pembajakan Pesawat Woyla

Garuda Indonesia Penerbangan 206 atau juga dikenal dengan sebutan

Peristiwa Woyla adalah sebuah penerbangan maskapai Garuda Indonesia dari

pelabuhan udara sipil Talangbetutu, Palembang ke Bandara Polonia, Medan yang

mengalami insiden pembajakan pesawat pada 28 Maret 1981 oleh lima orang

teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri

sebagai anggota kelompok Islam ekstremis "Komando Jihad". Penerbangan

dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00

pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai

pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh

lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang. Setelah

mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia,

akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara

Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.

Imran bin Muhammad Zein, pemimpin sel kelompok Komando Jihad yang

melakukan peristiwa teror ini menuntut agar para rekannya yang ditahan pasca

Peristiwa Cicendo di Bandung, Jawa Barat, supaya dibebaskan. Dalam Peristiwa

Cicendo, 14 anggota Komando Jihad membunuh empat anggota polisi di Kosekta

65 pada 11 Maret 1981 dini hari. Usai peristiwa itu, sejumlah anggota Komando

Jihad ditahan dan terancam hukuman mati. Peristiwa pembajakan pesawat Garuda

DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "jihad" pertama yang

menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan

Indonesia.

III.4.b Analisis Kondisi Pertahanan Keamanan

Kondisi politik pada era tahun 1966 – 1977 memang mengalami masa

yang kelam, karena hampir semua perangkat Negara dikuasai oleh pemerintah

28

Page 29: Makalah KWN New (Edit) 2

dibawah naungan militer. Militer berkuasa pada era orde baru dibawah Presiden

Soeharto ,yang menguasai hampir semua elemen pemerintahan eksekutif dari

pemerintahan Pusat sampai dengan daerah kabupaten. Militer juga menguasai

yudikatif maupun legislatif. Dengan adanya militer di setiap sudut pemerintahan,

terjadi suatu kebisuan masyarakat Indonesia dalam hal menyampaikan pendapat.

Rakyat segan menyampaikan pendapat kepada pemerintah. Karena bila

berpendapat mengenai pemerintahan, rakyat takut bila nantinya berurusan dengan

yang berkaitan militer. Akibatnya, pemerintah yang seharusnya mensejahterakan

rakyat justru tidak berfungsi. Bagaimana pemerintah dapat memakmurkan bangsa

bila pemerintahnya tidak mengetahui masalah yang ada pada rakyatnya?

Kebebasan berpendapat pun tidak ada saat itu.

Militer yang menempati banyak posisi di pemerintahan juga mempunyai

dampak baik bagi ketahanan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan cepat

tanggapnya militer Indonesia terhadap kasus-kasus pergejolakan Indonesia yang

membutuhkan bantuan militer, diantaranya adalah kasus timur-timur dan juga

kasus Pembajakan Pesawat yang semuanya dapat diredam oleh militer Indonesia

29

Page 30: Makalah KWN New (Edit) 2

BAB IV

KESIMPULAN

1. Tahun 1965-1966 merupakan tahun yang kelam bagi masyarakat Indonesia,

karena pada tahun itu Peristiwa Gerakan 30 September terjadi yang diduduki

oleh kelompok yang mengatasnamakan PKI (Partai Komunis Indonesia).

Situasi tersebut mengakibatkan kondisi politik, militer, sosial dan ekonomi

menjadi sangat kacau.

2. Pemerintahan Soeharto yang berjalan lebih dari tiga puluh tahun membuat

Negara Indonesia semakin miskin. Soeharto hanya mementingkan

pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan pemerataan hasil pembangunan

dan mengendalikan inflasi tanpa memperhatikan kemampuan daya beli rakyat

Indonesia. Soeharto bisa dibilang tidak membangun meskipun dikenal

sebagai ”Bapak Pembangunan” karena proses pembangunan yang terjadi

lebih banyak dibantu dari harga minyak bumi yang tinggi.

3. Kebinekaan Indonesia dari berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar

golongan dsb.) yang mempunyai peluang yang tinggi akan terjadinya konflik,

maka masa Orde Baru memunculkan kebijakan yang terkait dengan

pemahaman dan pengamalan terhadap dasar negara Pancasila.

4. Militer berkuasa pada era orde baru dibawah Presiden Soeharto ,yang

menguasai hampir semua elemen pemerintahan eksekutif dari pemerintahan

Pusat sampai dengan daerah kabupaten.

30