makalah konsep fiqih

Upload: rizka-puspaning-hanar

Post on 09-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

studi islam iii

TRANSCRIPT

MAKALAH STUDI ISLAM IIIKONSEP FIQIH

KELOMPOK 1WA ODE MIFTAHUL JANNAH1300023RIZKA PUSPANING HANAR1300023196MAHENDRA WIDYA N1300023197KUNTUM ZAHRO W1300023200PANGESTU ASRI1300023201EKA NOVIANTI1300023203

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS AHMAD DAHLANYOGYAKARTA

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUANI.A. Latar Belakang2I.B Rumusan Masalah22I.C Tujuan2

BAB II PEMBAHASANII.A Pengertian fiqih3II.B Sumber Hukum Islam5II.C Ruang Lingkup Fiqih5II.D Pengertian Fiqih Ibadah16II.E Ruang Lingkup Fiqih Ibadah18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... ..... 29

BAB IPENDAHULUAN

I.A. Latar BelakangMempelajari ilmu fiqih menjadi sebuah sarana manusia untuk menjalani kehidupan di dunia, baik ibadah maupun muamalah. Fiqh dalam konteks ibadah akan membahas hubungan manusia dengan Tuhan sedangkan fiqh dalam konteks muamalah akan membahas hubungan manusia dengan manusia. Hal yang pertama dipelajari adalah konsep dasar dari ilmu fiqh. Konsep dasar tersebut meliputi pengertian, sumber hukum islam, ruang lingkup, dan pengertian ilmu fikih.

I.B. Rumusan masalah1. Apa yang dimaksud dengan fiqih dan fiqih ibadah?2. Apa sajakah sumber hukum fiqih islam dan fiqih ibadah?3. Apa saja ruang lingkup dari fiqih dan fiqih ibadah?

I.C. Tujuan1. Memahami dan mengetahui maksud dari fiqih dan fiqih ibadah2. Mengetahui sumber-sumber hukum islam3. Mengetahui ruang lingkup fiqih dan fiqih ibadah

2

BAB IIPEMBAHASANII.A. Pengertian FiqhPengertian fiqh secara etimologis berati paham yang mendalam. Bila paham dapat digunakan untuk hal hal yang bersifat lahiriah, maka fiqh berarti paham yang menyampaikan ilmu lahir kepada ilmu batin. Karena itulah At-Tirmidzi menyebutkan, Fiqh tentang sesuatu, berarti mengetahui batinnya sampai kepada kedalamannya. Kata faqaha atu yang berakar kepada kata itu dalam Al-Quran disebut dalam 20 ayat : 19 diantaranya berarti bentuk tertentu dalam kedalaman paham dan kedalaman ilmu yang menyebutkan dapat diambil manfaat darinya. Ada pendapat yang megatakan bahwa fiqhu atau paham tidak sama dengan ilmu walaupun wazan (timbangan) lafaznya sama. meskipun belum menajdi ilmu, paham adalah pikiran yang baik dari segi kesiapannya menangkap apa yang dituntut. Ilmu bukanlah dalam bentuk zhanni seperti paham atau fiqh yang merupakan ilmu tentang zheanni dalam dirinya.Secar definitif, fiqh berarti ilmu tentang hukum-hukum syari yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dan dalil-dalil yang tafsili.Dalam definisi ini, fiqh diibaratkan dengan ilmu karena fiqh itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu tdak sama dengan ilmu seperti disebutkan diatas, fiqh itu bersifat zhanni. Fiqh adalah apa yang dapat dicapai oleh mujtahid dengan zhan nya, sedangkn ilmu tidak bersifat zhanni seperti fiqh. Namun, karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada ilmu; karena dalam definisi ini ilmu digunakan juga untuk fiqh. Dalam definisi diatas terdapat batasan atau pasal yang disamping menjelaskan hakikat dari fiqh itu, sekaligus juga memisahkan arti kata fiqh itu dari yang bukan fiqh.Kata hukum dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa hal-hal yang berada diluar apa yang dimaksud dengan kata hukum, seperti zat, tidaklah termasuk kedalam pengertian fiqh. Bentuk jamak dari hukum adalah ahkam. Disebut dalam bentuk jamak adalah untuk menjelaskan bahwa fiqh itu ilmu tentang seperangkat aturan yang disebut hukum.Penggunaan kata syariyyah atau syariah dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syari, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata ini sekaligus menjelaskan bahwa sesuatu yang bersifat Aqli seperti ketentuan bahwa dua kali dua adalah empat atau bersifat hissi seperti ketentuan bahwa api itu panas bukanlah lapangan ilmu fiqh. Kata amaliah yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fiqh itu hanya menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian, hal-hal yang bersifat tidak amaliah seperti masalah keimanan atau akidah tidak termasuk dalam lingkungan fiqh dalam artian ini. Penggunaan kata digali dan ditemuikan mengandung arti bahwa fiqh itu adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisian, dan penentuan ketetapan tentang hukum. Karenanya bila bukan dalam bentuk hasil penggalian seperti mengetahui apa-apa yang secara lahir dan jelas dikatakan Allah tidak disebut fiqh. Fiqh itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal-hal yang tidak dijelaskan oleh nash. Kata tafsili dalam definisi itu menjelaskan tentang dalil-dalil yang digunan seorang faqih atau mujtahid dalam penggalian dan peemuannya. Karena itu, ilmu yang diperoleh orang awam dari seorang mujtahid yang terlepas dari dalil tidak termasuk kedalam pengertian fiqh.Al-amidi memberikan definisi fiqh yang berbeda dengan definisi yang berbeda dengan yang diatas, yaitu : ilmu tentang seperangkat hukum-hukum syara yang bersifat furuiyah yang berhasil didapatkan melalui penalaran atau istidlal.Kata furuiyah daam definisi Al-Amidi ini menjelaskan bahwa ilmu tentang dalil dan macam-macamnya sebagai hujjah, bukanlah fiqh menurut artian ahli ushul, sekalipun yang diketahui itu adalah hukujm yang bersifat mazhari. Penggunaan kata penaaran dan istidlal (yang sama maksudnya dengan digali) menurut istilah ibnu subki diatas memberikan penjelasan bahwa fiqh itu adalah hasil penalaran dan istidlal. Ilmu yang diperoleh bukan dengan cara itu seperti ilmu nabi tentang apa yang diketahuinya dengan perantaraan wahyu tidak disebut fiqh.Dengan demikian, secara ringkas dapat dikatakan, fiqh itu adalah dugaan kuat yang dicapai seorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah. (Syarifuddin, 2009)

III.B. Sumber Hukum Islam lmu Ushul Fiqih memiliki dua tema kajian yang utama, yakni; (1) menetapkan suatu hukum berdasarkan dalil; dan (2) menetapkan dalil bagi suatu hukum. Dengan demikian, ilmu Ushul Fiqih tidak dapat lepas dari dua aspek pembahasan, yakni dalil dan hukum. Istilah dalil menurut pengertian bahasa mengandung beberapa makna, yakni: penunjuk, buku petunjuk, tanda atau alamat, daftar isi buku, bukti, dan saksi. Ringkasnya, dalil ialah penunjuk (petunjuk) kepada sesuatu, baik yang material (hissi) maupun yang non material (manawi).Sedangkan secara istilah, para ulama ushul fiqih mengemukakan mengenai definisi dalil yaitu : sesuatu yang dijadikansebagai dalil terhadap hukum syarayang berkenaan denganperbuatan manusia yang didasarkan pada pandangan yang benar mengenainya, baik secara qathi (pasti) atau Zhanni (kuat).Menurut Al-Amidi, para ahli Ushul Fiqih biasa memberi definisi dalil dengan sesuatu yang mungkin dapat mengantarkan [orang] kepada pengetahuan yang pasti menyangkut objek informatif.Dalam hal ini, para ulama sepakat menempatkan al-Quran dan As-Sunnah sebagai dalil dan berbeda pendapat tentang dalil-dalil selebihnya; ada yang menerimanya sebagai dalil dan ada yang menolaknya; atau, ada yang menerima sebagiannya dan menolak yang selebihnya.Dari sini dapat penulis simpulkan bahwa dalil adalah merupakan sesuatu yang daripadanya diambil hukum syara yang berkenaan dengan perbuatan manusia secara mutlak, baik dengan jalanqathiatau dengan jalanzhannimengenai pandangan kebenaran. (Syarifuddin, 2009)Pertama, dalil yang sahih menurut dirinya dan wajib diamalkan, terdiri dari:1. Dalil yang disampaikan oleh Nabi dalam bentuk yang terbaca, yaitu Al-Quran;2. Dail yang disampaikan Nabi dalam bentuk yang tak terbaca, yaitu sunah. Al-Quran dan sunah disebut dalil nash; dan 3. Dalil yang tidak disampaikan oleh nabi atau bukan nabi atau bukan nash, bentuknya terdiri dari:a. Terpelihara dari kesalahan, yaitu ijma;b. Tidak terpelihara dari kesalahan tetapi dapat dihubungkan kepada nash, yaitu qiyas; danc. Tidak terpelihara dari kesalahan dan tidak dihubungkan kepada nash, yaitu istidlal.Nash dan ijma dalil pokok sedangkan qiyas dan istidlal adalah cabang yang mengikuti kepada nash dan ijma.Kedua, sesuatu yang diperkirakan dalil sahih,sebenarnya bukan dalil, yaitu: syaru man qablana, madzhab shahabi, istisan dan maslahah mursalahah.Dari uraian diatas, dalil syara dapat dikelompokan pada dua kelompok:1. Dalil-dalil syara yang disepakati, yaitu Quran, sunah, Ijma, dan Qiyas.2. Dalil-dalil syara yang tidak disepakati, yaitu istisan, maslahah, mursalah, istihah, urf, syaru man qablana, dan mazhab shahabi.

1. Dalil-dalil syara yang disepakati, yaitu Quran, sunah, Ijma, dan Qiyas.1) Al-Quran I. DefinisiDari segi bahasa Lafadz Al-Quran berasal dari lafadz qiraah, yaitu mashdar (infinitif) dari lafadz qaraa, qiraatan, quranan. Dari aspek bahasa, lafadz ini memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Sedangkan secara istilah al-Quran ialah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang ditulis dalam mushaf yang diriwayatkan sampai kepada kita dengan jalan yang mutawatir, tanpa ada keraguan.Al-Quran ( ) adalahkitab suciagamaIslam. UmatIslammemercayai bahwa Al-Quran merupakan puncak dan penutup wahyuAllahyang diperuntukkan bagi manusia, yang disampaikan kepada NabiMuhammadSAW melalui perantaraanMalaikat Jibril.Jadi dapat disimpulkan Al-QuranAl-Quran ialah wahyu berupa kalamullah yang diamanatkan kepada malaikat jibril, disampaikannya kepada Nabi Muhammad Saw, isinya tak dapat ditandingi oleh siapapun dan diturunkan secara bertahap, lalu disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir dan dimushafkan serta membacanya dihukumkan sebagai suatu ibadah.

I. II. Kedudukan Al-Quran sebagai Sumber HukumAl-Quran berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketika umat Islam berselisih dalam segala urusan hendaknya ia berhakim kepada al-Quran. Al-Quran lebih lanjut memerankan fungsi sebagai pengontrol dan pengoreksi tehadap perjalanan hidup manusia di masa lalu. Misalnya kaum Bani Israil yang telah dikoreksi oleh Allah.Al-Quran juga mampu memecahkan problem-problem kemanusiaan dengan berbagai segi kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi, maupun politik dengan pemecahan yang bijaksana, karena ia diturunkan oleh yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.Pada setiap problem itu al-Quran meletakkan sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia dan yang sesuai pula dengan zaman. Dengan demikian, al-Quran selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan tempat, karena Islam adalah agama yang abadi. Alangkah menariknya apa yang dikatakan oleh seorang juru dakwah abad ke-14 ini, Islam adalah suatu sistem yang lengkap, ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi atau rahmat dan keadilan. Ia adalah undang-undang atau ilmu dan keputusan. Ia adalah materi dan kekayaan atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah jihad dan dakwah atau tentara dan ide. Begitu pula ia adalah akidah yang benar dan ibadah yang sah.

I. II. III. Hukum-hukum dalam Al-QuranHukum-hukum yang terkandung di dalam al-Quran itu ada 3 macam, yaitu:Pertama, hukum-hukumitiqadiyah. Yakni, hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban para mukallaf untuk beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya. Rasul-rasul-Nya dan hari pembalasan.Kedua, hukum-hukum akhlaq. Yakni, tingkah laku yang berhubungan dengan kewajiban mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan menjauhkan dirinya dan sifat-sifat yang tercela.Ketiga, hukum-hukum amaliah. Yakni, yang berkaitan dengan perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, perjanjian-perjanjian dan muamalah (kerja sama) sesama manusia. Kategori yang ketiga inilah yang disebut Fiqhul Quran dan itulah yang hendak dicapai oleh Ilmu Ushul Fiqih.Hukum-hukum amaliah di dalam Al-Quran itu terdiri atas dua macam, yakni: Hukum ibadat. Misalnya, shalat, shaum, zakat, haji dan sebagainya. Hukum-hukum ini diciptakan dengan tujuan untuk mengatur hubungan hamba dengan Tuhan. Hukum-hukum muamalat. Misalnya, segala macam perikatan, transaksi-transaksi kebendaan,jinayat dan uqubat(hukum pidana dan sanksi-sanksinya). Hukum-hukum muamalah ini diciptakan dengan tujuan untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.Hukum-hukum selain ibadat menurut syara disebut dengan hukum muamalat.Hasil penyelidikan para ulama tentang ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan hukum-hukum menunjukkan bahwa hukum-hukum Al-Quran yang berkaitan dengan ibadat danahwalus-syakhshiyahsudah terperinci. Kebanyakan dari hukum-hukum ini bersifat taabudi (ibadat) sehingga tidak banyak memberikan kesempatan ahli pikir untuk menganalisanya dan hukum ini bersifat permanen, tetap tidak berubah-ubah lantaran perubahan suasana dan lingkungan.Adapun selain hukum-hukum ibadat danahwal al-syakhshiyah, seperti hukum perdata, pidana (jinayat), perundang-undangan (dusturiyah), internasional (dauliyah) dan ekonomi dan keuangan (iqtishadiyah wa al-maliyah),maka dalil-dalil hukumnya masih merupakan ketentuan yang umum atau masih merupakan dasar-dasar yang asasi. Sedikit sekali yang sudah terperinci. Hal itu disebabkan karena hukum-hukum tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kemaslahatan yang sangat dihajatkan.Dalam hal ini Al-Quran hanya memberi ketentuan-ketentuan umum dan dasar-dasar yang asasi saja agar penguasa setiap saat mempunyai kebebasan dalam menciptakan perundang-undangan dan melaksanakannya sesuai dengan kemaslahatan yang dihajatkan pada saat itu, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan (dalil-dalil) dan jiwa syariat.

1) 2) As-Sunnah I. Definisi As-SunnahAs-Sunnah atau al-hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, baik berupa qaul (ucapan), fiil (perbuatan) maupun taqrir (sikap diam tanda setuju) Nabi Saw. Sesuai dengan tiga hal tersebut yang disandarkan kepada Rasulullah Saw, maka sunnah itu dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:i. Sunnah qauliyyah ialah sabda yang beliau sampaikan dalam beraneka tujuan dan kejadian. Misalnya sabda beliau sebagai berikut.Tidak ada kemudharatan dan tidak pula memudharatkan. (HR. Malik).Hadis di atas termasuk sunnah qauliyyah yang bertujuan memberikan sugesti kepada umat Islam agar tidak membuat kemudharatan kepada dirinya sendiri dan orang lain.ii. Sunnah filiyyah ialah segala tindakan Rasulullah Saw. Misalnya tindakan beliau melaksanakan shalat 5 waktu dengan menyempurnakan cara-cara, syarat-syarat dan rukun-rukunnya, menjalankan ibadah haji, dan sebagainya.i. ii. iii. Sunnah taqririyah ialah perkataan atau perbuatan sebagian sahabat, baik di hadapannya maupun tidak di hadapannya, yang tidak diingkari oleh Rasulullah Saw atau bahkan disetujui melalui pujian yang baik. Persetujuan beliau terhadap perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu dianggap sebagai perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh beliau sendiri.

I. II. Kehujjahan As-SunnahKedudukan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam, selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat al-Quran dan hadits, juga didasarkan kepada kesepakatan para sahabat. Para sahabat telah bersepakat menetapkan kewajiban mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Para ulama telah sepakat bahwa As-Sunnah dapat dijadikan hujjah (alasan) dalam menentukan hukum. Namun demikian, ada yang sifatnyamutabaah(diikuti) yaituthaahdan qurbah (dalam taat dan taqarrub kepada Allah) misalnya dalam urusan aqidah dan ibadah, tetapi ada juga yangghair mutabaah(tidak diikuti) yaitujibiliyyah(budaya) dan khushushiyyah (yang dikhususkan bagi Nabi). Contoh jibiliyyah seperti mode pakaian, cara berjalan, makanan yang disukai. Adapun contoh khushushiyyah adalah beristri lebih dari empat, shaum wishal sampai 2 hari dan shalat 2 rakaat bada Ashar.Hukum-hukum yang dipetik dari As-Sunnah wajib ditaati sebagaimana hukum-hukum yang diistinbathkan dari al-Quran sebagaimana diungkapkan dalam QS Ali- Imran: 32, An- Nisa: 80, 59 dan 65, dan Al- ahzab: 36.

I. II. III. Hubungan As-Sunnah dengan Al-QuranAs-Sunnah, dalam tinjauan hukum dan penafsiran, dapat dilihat dari dua aspek, yakni hubungannya dengan Al-Quran dan As-Sunnah yang bersifat mandiri. Dari aspek hubungannya dengan al-Quran, As-Sunnah adalah sumber hukum yang kedua setelah Al-Quran. Hubungan ini disebut hubungan struktural. Sementara dari aspek lain, As-Sunnah sebagai penjelas bagi Al-Quran disebut hubungan fungsional. Di antara dasarnya adalah firman Allah Taala dalam QS. al- Hasyr: 7, an- Nahl: 44, dan an- Nahl: 64.

I. II. III. IV. Fungsi As-Sunnah terhadap Al-Quran Fungsi As-Sunnah terhadap al-Quran dari segi kandungan hukum mempunyai 3 fungsi sebagai berikut.i. As-Sunnah berfungsi sebagai takid (penguat) hukum-hukum yang telah ada dalam Al-Quran. Hukum tersebut mempunyai 2 dasar hukum, yaitu Al-Quran sebagai penetap hukum dan As-Sunnah sebagai penguat dan pendukungnya. Misalnya, perintah mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, larangan syirik, riba dan sebagainya.ii. As-Sunnah sebagaibayan(penjelas)iii. takhshish(pengkhusus) dantaqyid(pengikat) terhadap ayat-ayat yang masih mujmal (global), am(umum) ataumuthlaq(tidak terbatasi), yaitu ayat-ayat Al-Quran yang belum jelas petunjuk pelaksanaannya, kapan dan bagaimana, dijelaskan dan dijabarkan dalam As-Sunnah. Misalnya, perintah shalat yang bersifat mujmal dijabarkan dengan As-Sunnah. Nabi Saw bersabda: Shalatlah kalian seperti kalian melihat (mendapatkan) aku shalat. (HR. Bukhari)

I. II. III. IV. 1) 2) 3) Ijma I. DefinisiMenurut ulama Ushul Fiqh, ijma adalah kesepakatan para imam mujtahid di antara umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw wafat, terhadap hukum syara tentang suatu masalah. Karena itu, jika terdapat suatu kejadian yang dihadapkan kepada seluruh mujtahid di kalangan umat Islam pada suatu waktu, mereka kemudian bersepakat terhadap suatu hukum mengenai kejadian tersebut. Kesepakatan mereka itulah yang disebut ijma.

I. II. Kehujjahan IjmaApabila keempat rukun ijma terpenuhi (1. Adanya sejumlah mujtahid saat terjadinya peristiwa, 2. Adanya kesepakatan mujtahid tentang peristiwatanpa memandang latar belakang, 3. Adanya pendapat dari masing-masing mujtahid, 4. Realisasi dari kesepakatan mujtahid) dengan diadakanperhitungan pada suatu masadiantara masa-masa sesudah Rasulullah SAW wafat terhadap semua mujtahidUmat Islam menurut perbedaanlatar belakang para mujtahid, kemudian merekadihadapkankepada suatukejadianuntuk diketahuihukum syaranya dan masing-masing mujtahid mengemukakan pendapat , baik secara kolektif ataupun secaraindividual, kemudia mereka sepakat atas suatu hukum mengenai suatu peristiwamaka hukum yang disepakati ini adalahsuatu undang-undang syarIyang wajib diikutidan tidak boleh ditentang.Jadi kehujjahan ijma sebagaimana dalam Quran Surat An-Nisa ayat 59, Allah memerintahkan orang yang beriman untukmenaati Perintah-Nya, Rasul,dan juga Ulil Amri.Ibnu Abbas menafsirkanUlil Amrisebagai Ulama, jika ulama telah sepakat mengenai sesuatu hukum hendaknya hukum itu diikuti dan ditaati.I. II. III. Macam-Macam IjmaDilihat dari segi melakukan ijtihadnya, ijma itu ada dua bagian yaitu :i. Ijma Sharih yaitu kesepakatan para mujtahid pada suatu waktu terhadap suatu kejadian dengan menyajikan pendapat masing-masing secara jelas yang dilakukan dengan cara memberi fatwa atau memberi keputusan.ii. Ijma Syukuty yaitu sebagian mujtahid pada satu waktu mengemukakan pendapatnya secara jelas terhadap suatu kejadian yang dilakukan dengan cara memberi fatwa dan mujtahid lainnya tidak menanggapi pendapat tersebut dalam hal persesuaiannya atau perbedaannya.ii. Sedangkan dilihat dari segi qathi dan zhanni dalalah hukumnya, ijma ini terbagi menjadi dua bagian juga yaitu sebagai berikut.i. Ijma Qothi. Dalalah hukumnya ijma sharih, hukumnya telah dipastikan dan tidak ada jalan lain untuk mengeluarkan hukum yang bertentangan serta tidak boleh mengadakan ijtihad hukum syara mengenai suatu kejadian setelah adanya ijma sharih.ii. Ijma Zhanni. Dalalah hukumnya ijma syukuty, hukumnya diduga berdasarkan dugaan kuat mengenai suatu kejadian. Oleh sebab itu masih memungkinkan adanya ijtihad lain, sebab hasil ijtihad bukan merupakan pendapat seluruh mujtahid.

1) 2) 3) 4) QiyasI. DefinisiAl-Qiyas menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain yang bisa menyamainya. Contohnya, mengukur pakaian dengan meteran. Sedangkan menurut ulama Ushul Fiqh, Qiyas adalah menyamakan satu kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya pada hukum yang telah menetapkan lantaran adanya kesamaan di antara dua kejadian itu dalam illat hukumnya. Misalnya, masalah meminum khamr merupakan suatu perbuatan yang hukumnya telah ditetapkan dalam nash. Hukumnya haram berdasarkan QS Al-Maidah ayat 90. Dengan illat memabukkan. Oleh karena itu setiap minuman yang terdapat illat memabukkan hukumnya sama dengan khamr dan haram meminumnya.

I. II. Rukun-Rukun Al-QiyasSetiap Qiyas terdiri dari empat rukun sebagai berikuti. Al-Ashl ialah sesuatu yang hukumnya terdapat dalam nash. Rukun ini biasanya disebut Maqis Alaih (yang dipakai sebagai ukuran).ii. Al-Faru ialah sesuatu yamg hukumnya tidak terdapat di dalam nash dan hukumnya disamakan kepada al-ashl, biasa disebut juga Al Maqis (yang diukur)iii. Hukmul Ashl ialah hukum syara yang terdapat nashnya menurut al ashl dan dipakai sebagai hukum asal bagi al-Faru.iv. Al-Illat ialah keadaan tertentu yang dipakai dasar bagi hukum ashl, kemudian al-Faru itu disamakan kepada ashl dalam hal hukumnya.

1. 2. Dalil-dalil syara yang tidak disepakati, yaitu istisan, maslahah, mursalah, istihah, urf, syaru man qablana, dan mazhab shahabi.1. Syaru man QablanaSyaru man qablana merupakan ketentuan hukum Allah swt, yang disyariatkan kepada umat sebelum umat Nabi Muhammad saw. Bagi umat islam, mengikuti hukum-hukum tersebut merupakan suatu kewajiban selama tidak ada dalil-dalil yang menghapuskannya.Secara etimologis, syaru man qablana adalah hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah swt, bagi umat-umat sebelum kita.2. Mazhab sahabiTidak terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama bahwa perkataan sahabat (mazhab sahabi) yang bukan berdasarkan pikiran semata-mata adalah menjadi hujjah bagi umat islam. Yang demikian itu, karena apa yang dikatakan oleh para sahabat itu tentu saja berdasarkan apa yang telah didengarnya dari Rasulullah saw.3. UrufUrf adalah apa-apa yang saling diketahui oleh manusia dan mereka mempraktekannya, baik perkataan atau perbuatan atau meninggalkan. Dalam pembicaraan ahli hukum tidak ada perbedaan antara uruf dan adat. Macam-macam urf: Uruf perkataan: penggunaan lafadz al-waladu kepada anak lelaki, bukan kepada anak perempuan. Uruf perbuatan: manusia sering berjual beli dengan saling memberi barang dan harganya. Uruf meninggalkan: manusia tidak menggunakan kata-kata daging untuk ikan.4. Maslahah MursalahMuslahah Mursalah adalah suatu kebaikan (maslahah) yang tidak disinggung-singgung syara untuk mengerjakannya atau meninggalkannya. Jika dikerjakan akan membawa manfaat atau menghindari keburukan.Dalam praktiknya, maslahah mursalah tidak banyak berbeda dengan istihsan. Perbedaannya, istihsan adalah mengecualikan sesuatu hukum dari peraturan umum yang ditetapkan qiyas. Sedangkan maslahah mursalah tidak ada penyimpangan dari qiyas.5. IstihsanSecara bahasa Ihtisan berasal dari kata hasan yang berarti adalah baik dan lawan dari qobaha yang berarti buruk. Kemudian di tambah tiga huruf yaitu alif- sin dan ta , bewazan istifal ,sehingga menjadi istahsana- yastahsinu- istihsaanan. Kata benda (mashdar) yang berarti menganggap dan meyakini sesuatu itu baik (baik secara fisik atau nilai) lawan dari Istiqbah, menganggap sesuatu itu buruk. Sedangkan secara istilah, ulama beragam dalam mendefinisikannya sekalipun esensinya hampir memiliki kesamaan. Berikut ini beberapa definisi Istihsan:a. Ungkapan tentang dalil yang dikritik oleh mujtahid itu sendiri (karena) ketidaksanggupannya untuk memunculkannya disebabkan tidak adanya kata/ ibarah yang dapat membantu mengungkapankannya. (Abu Zahroh)b. Meninggalkan / mengalihkan hasil qiyas menuju/ mengambil qiyas yang lebih kuat darinya. (Jasim Muhalhil)c. Mengambil kemaslahatan yang bersifat parsial dan meninggalkan dalil yang bersifat umum/ menyeluruh. (Al Fairuz Abadi)d. Beralihnya seseorang dari menghukumkan suatu masalah dengan yang serupa karen adanya kesamaan-kesamaan kepada hal yang berbeda karena pertimbangan yang lebih kuat yang mengharuskan beralih dari yang pertama. (Al Jayzani)e. Meninggalkan salah satu ijtihad yang tidak mencakup seluruh lafaznya karena pertimbangan yang lebih kuat darinya. (Al Qorofi)f. Memprioritaskan untuk meninggalkan tuntutan sebuah dalil dengan cara pengkecualian, rukhsoh dan muarodloh karena sebagian tuntutannya bertentangan. (Ibnul Arobi)g. Pendapat yang tidak bersandarkan kepada keterangan dari salah satu syarak, yaitu al-Quran, sunnah, ijma, dan qiyas. (Imam Syafii).6. IstishabIstishab adalah menetapkan hukum yang ada pada waktu yang lalu dan menetapkan pula berlakunya sampai ada dalil yang mengubahnya. Dengan kata lain, istishab adalah menjadikan hukum satu peristiwa yang telah ada sejak semula tetap berlaku hingga peristiwa berikutnya, kecuali ada sumber hukum yang mengubah ketentuan hukum itu. Menurut istilah ahli usul fikih, istishab adalah membiarkan berlangsungnya suatu hukum yang sudah ditetapkan pada masa lampau dan masih diperlukan ketentuannya sampai sekarang, kecuali jika ada dalil lain yang mengubahnya. II.C. RUANG LINGKUP FIQIHRuang Lingkup fiqh islami meliputi tiga prinsip hubungan manusia yaitua. Hubungan manusia dengan Tuhannya; b. Hubungannya dengan dirinya sendiri; dan c. Hubungannya dengan mastarakatnya. Ilmu fiqh Islami, bukan hanya duniawi semata, tetapi untuk dunia dan akhirat; dia adalah agama dan kekuasaan, serta berlaku umum bagi umat manusia hingga hari kiamat. Isi ilmu fiqh seluruhnya terjalin dengan baik antara akidah denagn ibadah, akhlak dan muamalah, untuk menciptakan kesadaran hati nurani, dan rasa tanggung jawab, karena selalu merasakan pengawasan Allah kepadanya, baik dalam keadaan terang-terangan, maupun tersembunyi. Orang yang selalu merasakan demikian, tetap tenang hatinya, tentram jiwanya dan merasa aman dalam hidupnya. Ruang lingkup ilmu fiqh yang berkaitan dengan segala kegiatan orang-orang mukallaf yang meliputi: perkataannya, perbuatannya, dan seluruh daya-upayanya, dapat di bagi atas dua bagian (kelompok) yaitu: a. Hukum-hukum yang berkaitan dengan segala macam, ibadah yang meliputi: taharah, shalat, puasa, zakat, haji, nazar, sumpah, dan sebagainya, yang bertujuan untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. b. Hukum-hukum selain ibadah, yang dalam istilah syari disebut dengan hukum muamallah, yang meliputi berbagai macam transaksi, daya-upaya, hukuman, pelanggaran, jaminan dan sebagainya yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan orang-orang mukallaf dengan sesama mereka, baik secara pribadi, maupun jamaah (masyarakat). Dizaman modern, hukum muamalah, dirinci atas beberapa macam bidang yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang berkaitan dengannya, yaitu :a. Hukum-hukum yang berhubungan dengan urusan keluarga, semenjak terbentuknya keluarga itu, hingga berakhirnya. b. Hukum Perdata (Hukum sipil) c. Hukum Jinayah (Pidana) Yaitu hukum-hukum yang berkenaan dengan tindakan pidana (kejahatan) dari orang mukallaf dan hukumannya.d. Hukum Acara Yaitu hukum-hukum yang berkenaan dengan: penuntutan, pemeriksaan, saksi, sumpah, dan pemutusan perkara ini dimaksudkan untuk mengatur cara-cara mengajukan perkara, untuk menciptakan keadilan diantara manusia. e. Hukum Dusturiah (perundang-undangan) Yaitu hukum-hukum yang mengatur tentang dasar-dasar pemerintahan (Negara) dan sistemnya. f. Hukum Internasional Yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan Negara-negara Islam denagn Negara-negara lain, baik dalam keadaan perang maupun dalam keadaan damai.g. Hukum Ekonomi dan Keuangan Yaitu hukum-hukum yang mengatur sumber-sumber pemasukan keuangan Negara dan menetapkan anggaran belanja Negara; mengatur hak dan kewajiban setiap Negara dibidang keuangan dan mengatur hubungan social-ekonomi antara orang kaya dan orang fakir-miskin, serta antara pemerintah denagn rakyat.

Objek ilmu Fiqh pada pokoknya, yang menjadi objek pembahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf dilihat dari sudut hukum syara. Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar: ibadah, muamalah, dan uqubah. Pada bagian ibadah tercakup segala persoalan yang pada pokoknya berkaitan dengan urusan akhirat. Artinya, segala perbuatan yang dikerjakan dengan maksud mendekatkan diri kepada allah, seperti sholat, puasa, haji, dan lain sebagainya. Bagian muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harta, seperti jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, amanah, dan harta peninggalan. Pada bagian ini juga dimasukkan persoalan munakahat dan siyasah. Bagian uqubah mencakup segala persoalan yang menyangkut tindak pidana, seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, pemberontakan dan lain-lain. Bagian ini juga membicarakan hukuman-hukuman, seperti qisas, had, diyat, dan tazir.

Sesuai dengan definisi fiqh diatas maka seluruh perbuatan dan perilaku manusia merupakan medan bahasan ilmu fiqh. Ruang lingkup yang demikian luas ini biasanya dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: a. Ibadah, yang berisi tentang tata cara beribadah seperti sholat, puasa, zakat dan haji. b. Thaharah, yaitu hal ihwal bersuci, baik dari najis maupun dari hadats. c. Muamalat, yang membahas tentang bentuk-bentuk transaksi dan kegiatan-kegiatan ekonomi d. Munakahat, yaitu tenatang pernikahan, perceraian dan soal-soal hidup berumah tangga. e. Jinayat, yang mengulas tentang perilaku-perilaku menyimpang (mencuri, merampok, zina dan lain-lain) dan sangsinyaf. Faraidh, yang membahas tentang harta warisan dan tata cara pembagiannya kepada yang berhak. g. Siyasat, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas politik, peradilan, kepemimpinan

II.D. Pengertian Fiqih IbadahSecara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm, artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syari yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak dibebani dengan kewajiban.Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) taat (); (2) tunduk (); (3) hina (); dan () pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah. Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah: Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan yang diizinkan oleh Syari Allah Swt.; karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan arti khusus.Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syari khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya. (Rachmawan,)Fiqh Secara istilah mengandung dua arti: Pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syariat agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Quran dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma dan ijtihad. Hukum-hukum syariat itu sendiriJadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syariat itu sendiri (Yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).1. 2. Jadi fiqh ibadah adalah ilmu yang mencakup segala persoalan yang pada dasarnya berkaitan dengan akhirat dan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

II.E. Ruang Lingkup Fiqh Ibadah (ashshiddiqi,1967)1. Thaharah, wudhu, mandi, dan tayammum.Dasarnya, adalah : (QS. Al Maidah : 6)(QS. Albaqoroh :222)(QS.Annisa:43) Hadits dari abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda : Alloh tidak menerima sholat salah seprang diantaramu bila ia berhadats, sampai ia berwudhu lebih dahulu. (H.R. Bukhori & Muslim).1. 2. Shalat. Secara etimologi berarti doa. Menurut syara artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.Dasarnya adalah (QS.Al-Ankabut:45) (Al Baqarah: 43) (Al Bayyinah: 5). Hadits Nabi SAW,Salat itu tiang agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat berarti ia menegakkan agama. Dan barang siapayang meninggalkannya, sungguh ia telah merobohkan agama.(HR.Albaihaqqi)1. 2. 3. Puasa. Menurut bahasa berarti menahan atau mencegah. Menurut istilah adalah menahan diri dari makan,minum, hubungan suami istri dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit matahari sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Dasar hukumnya (QS.Albaqoroh:183) dan alhadits.

4. ZakatZakat dalam ajaran Islam yaitu harta tertentu yang wajib dikeluarkan seseorang untuk fakir miskin dan sesuai dengan perintah syara. Dasar hukumnya,(QS.Almuzammil:20)(QS.Luqman:2-4) (QS.Attaubat:11) (QS.Annur:56) (QS.Adzdzariyat:19). Hadits Nabi SAW.5. Haji a) Secara etimologis, haji berarti pergi menuju tempat yang diagungkan atau menyengaja.b) Secara terminologis berarti beribadah kepada Allah dengan melaksanakan manasik haji, yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan pada waktu dan tempat tertentu dengan cara yang tertentu pula.Definisi ini disepakati oleh seluruh mazhab.Dasar Hukum : QS.Albaqoroh:27, QS Alhaj: 26-27, Hadits Dari Ibnu abbas, telah bersabda Nabi SAW,Hendaklahh kamu bersegera mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari sesuatu halangan yang akan merintangi.(HR.Ahmad)6. Pemeliharaan JenazahHukum pemeliharaan jenazah adalah fardu kifayah. Kewajiban muslim terhadap jenazah yaitu, memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan

II.F. Sistematika Pembahasan Fiqh Ibadah (Majelis Tarjih Muhammadyah)Sistematika pembahasan fiqh ibadah dapat di klasifikasikan / di kelompokkan menjadi ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus di tentukan oleh syara (nash) bentuk dan caranya, oleh karena itu dapat di kemukakan sistematikanya secara garis besar sebagai berikut :

1. Thaharaha. Macam-macam thaharah : Thaharah batin / spiritual, yaitu dari kemusyrikan dan kemaksiatan. Dilakukan dengan cara bertauhid dan beramal soleh. Thaharah fisik, yaitu bersuci dari berbagai hadast dan najis. Dan yang merupakan bagian kedua dari iman.b. Cara melakukan thaharah, Dapat dilakukan menjadi 2 cara, yaitu : Thaharah dengan menggunakan air Thaharah dengan menggunakan debu yang suci

2. ShalatDi bagi menjadi 2 yaitu :a. Shalat fardu(a) Dzuhur, waktunya dari tergelincirnya matahari ke arah barat sampai panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya(b) Ashar, dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya sampai tenggelamnya matahri(c) Maghrib, waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung merah di langit(d) Isya, waktunya dari hilangya mendung merah di langit sampai munculnya fajar shodiq sampai terbitnya mataharib. Sholat tathowwu Di bagi menjadi 2 : Sholat tahtowwu muthlaq, solat sunah yang batas dan ketentuannya tidak di tentukan oleh syara. Sholat tathowu muqoyyad, yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah di tentukanm oleh syara. Dalam hal ini antara lain sholat-sholat sunnah rowatib, yaitu :(a) Sholat rotibah fajar, yaitu sholat 2 rakaat sebelum sholat fajar(b) Sholat rotibah dzuhur, yaitu sholat 2 atau 4 rakaat sebelum ataupun sesudah dzuhur(c) Sholat rotibah ashar, yaitu sholat 4 rakaat sebelum sholat ashar(d) Shalat rotibah maghrib, yaitu shalat 2 rakaat sesudah sholat maghrib(e) Sholat rotibah isya, yaitu sholat 2 rakaat sesudah solat isya a. b. c. Sholat-sholat lain yang di syariatkan dalam bagian ini, antara lain :(a) Sholat malam / tahajjud / tarawih di bulan ramadhan dan witir(b) Shalat dhuha 2 rakaat sampai dengan 12 rakaat(c) Shalat tahiyyatul masjid(d) Shalat taubat(e) Shalat tasbih 4 rakaat(f) Shalat istihoroh3. Puasaa. Puasa wajib :(a) Puasa bulan ramadhan(b) Puasa qadha(c) Puasa karafat(d) Puasa seseorang yang tidak mampu membeli hewan kurban pada haji tamat(e) Puasa hari ketiga Itikaf(f) Puasa nazar1. a. b. Puasa mustahab (sunah) :(a) Puasa 3 hari setiap bulan hijriyah (b) Puasa pada hari-hari putih (setiap tanggal 13, 14, dan 15 hijriyah)(c) Puasa pada hari al-ghadir (18 dzulhijjah)(d) Puasa pada hari lahir rasulullah saw (27 rajab)(e) Puasa pada hari Arafah (9 dzulhijjah)(f) Puasa pada hari Mubahalah (24 dzulhijjah)(g) Puasa pada hari kamis dan jumat(h) Puasa pada tanggal 1-9 dzulhijjah(i) Puasa pada hari pertama dan ketiga pada bulan Muharram(j) Puasa pada seluruh hari dalam setahun, kecuali hari-hari yang di haramkan dan di makruhkan berpuasa di dalamnyac. Puasa makruh :(a) Puasa sunah yang dilakukan seorang tamu tanpa seizin tuan rumah, atau tuan rumah melarangnya berpuasa(b) Puasa seorang anak (yang belum akil baligh) tanpa seizin ayahnya dan puasa itu akan membahayakan dirinya (c) Puasa seorang anak yang di larang ayahnya berpuasa, walaupun puasa itu tidak akan membahayakan dirinya(d) Puasa seorang anak yang di larang ibunya berpuasa, walaupun jika puasa itu di lakukan, tidak akan membahayakan dirinya(e) Puasa hari arafah bagi orang yang bila ia berpuasa akan menyebabkan badannya lemah, sehingga tidak mapu membaca doa

4. Zakat Hukum zakat, hukum zakat adalah wajib / fardhu, macam-macam zakat :(a) Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan orang muslim menjelang Idul Fitri pada bulan ramadhan. Besar zakat ini setar dengan 3,5 liter (2,5 kg) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan(b) Zakat maal (harta) adalah zakat hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas, dan perak.a. b. Orang-orang yang berhak menerima zakat :(a) Fakir, orang yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup(b) Miskin, orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup(c) Amil, orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat(d) Muallaf, orang yang baru masuk islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya(e) Hamba sahaya, orang yang ingin memerdekakan dirinya(f) Gharimin, orang yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya(g) Fisabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah(h) Ibnus sabil, orang yang kehabisan biaya di perjalananb. c. d. a. b. c. Manfaat zakat :(a) Bisa mempererat tali persaudaraan antara yang miskin dan yang kaya(b) Membuang perilaku buruk dari seseorang(c) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan seseorang(d) Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan(e) Untuk pengembangan potensi umat(f) Memberi dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam(g) Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat

5. Haji dan umrohJenis-jenis haji :(a) Haji ifrad, artinya menyendiri(b) Haji tamattu, artinya bersenang-senanga. Rukun haji :(a) Ihram(a) (b) Tawaf ziyarah / tawaf ifadhah(c) a. b. (a) (a) (b) (c) Sai(d) Wukuf di Padang ArafahWajib haji:(a) Ihram dimulai dari miqat yang telah di tentukan(b) Wukuf di Arafah sampai matahari tenggelam(c) Mabit di Mina(d) Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam(e) Melempar jumrah(f) Mencukur rambut(g) Tawaf wadaSyarat-syarat wajib haji :(a) Islam(b) Berakal(c) Baligh(d) Mampu

Lokasi ibadah haji dan umroh :(a) Makkah Al Mukaromah(b) Padang Arafah(c) Kota Muzdalifah(d) Kota Mina

Hukum menjalankan ibadah umroh yaitu sunnah muakat, dilaksanakan bagi orang yang mampu. Meliputi :1. Ihram Ihram adalah niat memasuki manasik (upacara ibadah haji) haji dan umroh atau mengerjakan keduanyadengan menggunakan pakaian ihram, serta meninggalkan beberapa larangan yang biasanya di halalkan. Pakaian ihram :1. a. Untuk priaBagi laki-laki terdiri atas 2 lembar kain yang tidak di jahit, yang 1 lembar di sarungkan untuk menutupi aurat antara pusar hingga lutut. Yang 1 lembar lagi di selendangkan untuk menutupi tubuh bagian atas. Kedua lembar kain di sunahkan berwarna putih dan tidak boleh berwarna merah atau kuning.b. Untuk wanita Mengenakan pakaian yang biasa, yakni pakaian yang menutupi aurat.Tempat-tempat ihram :(a) Zul Hulaifah(b) Juhfah(c) Yalamlam(d) Qarnul Manjil(e) Zatu Irqin(f) Makkah(g) Tawaf

2. Tawaf berasal dari kata tafa, artinya mengelilingi atau mengitari.Tawaf menurut istilah yaitu mengelilingi Kabah sebanyak 7 keliling.Sebelum melaksanakan tawaf, jamaah harus mandi dan berwudhu dahulu.Macam-macam tawaf :(a) Tawaf qudum, yaitu tawaf yang di lakukan ketika sampai di Makkah(b) Tawaf ifadah, tawaf yang di lakukan pada hari penyembelihan kurban(c) Tawaf wada, yaitu tawaf yang menjadi rukun haji(d) Tawaf sunnah, yaitu tawaf yang dilakukan setiap saat

3. Sai artinya berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah di dekat kota Makkah. Cara melalukan sai :(a) Dilakukan sesudah tawaf(b) Berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Safa menuju bukit Marwah(c) Di kerjakan sebanyak 7 kali putaran, dari Safa ke Marwah satu putaran,dan dari Marwah ke Safa satu putaran, lalu berakhir di puncak bukti Marwah(d) Sai hanya boleh di lakukan oleh orang-orang yang mengerjakan haji atau umroh saja.

4. TahallulSetelah melontar Jumrah Aqabah, jamaah kemudian bertahallul (keluar dari keadaan ihram), yakni dengan cara mencukur atau memotong rambut kepala paling sedikit tiga helai rambut. Laki-laki di sunahkan mencukur habis rambutnya, dan wanita mencukur rambut sepanjang jari, dan untuk orang-orang yang berkepala botak dapat bertahallul secara simbolis saja.Setelah melaksanakan tahallul, perkara yang sebelumnya di larang sekarang di halalkan kembali, kecuali menggauli istri sebelum melakukan tawaf ifadah.

5. Pemeliharaan jenazah(a) Sikap Rasul bila ada orang yang meninggal : Berlaku ihsan Berdoa untuk jenazah, di rumah maupun di makam (termasuk berdoa meminta izin dengan para ahli kubur) Menentukan kuburan Membayar hutang orang tersebut(a) (b) Hukum shalat jenazah : Para fuqaha menyatakan bahwa shalat jenazah itu hukumnya fardhu kifayah Menurut para ulama hukumnya hanajiyah dan assyafiiyaha. b. (c) Syarat memandikan jenazah : Orang islam Tubuhnya masih ada walaupun hanya sebagian yang di temukan, misalnya karena peristiwa kecelakaan Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah(d) Tahap-tahap memandikan jenazah : Letakkan mayat di tempat yang tinggi seperti bangku panjang Gunakan tabir untuk melindungi tempat memandikan dari pandangan umum Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperti sarung agar lebih mudah memandikannya, tetapi auratnya tetap tertutup Sandarkan punggung jenazah dan urutlah perutnya agar kotoran di dalamnya keluar Basuhlah mulut, gigi, jari, kepala, dan janggutnya Sisirlah rambutnya agar rapi Siramlah seluruh badah lalu bilas dengan sabun Wudhukanlah jenazah Siram dengan air yang di campurkan kapur barus, daun bidara, atau daun lain yang berbau harum

(e) Yang berhak memandikan jenazaha) Apabila jenazahnya laki-laki : Kaum laki-laki Boleh wanita asalkan istri atau mahramnya Jika sama-sama ada istri, mahram, dan orang lain yang sejenis, yang lebih berhak memandikannya adalah istri Jika tidak ada kaum laki-laki dan mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup di tayamumkan sajab) Apabila jenazahnya perempuan : Kaum perempuan Boleh laki-laki asalkan suami atau mahramnya Jika sama-sama ada suami, mahram, dan orang lain yang sejenis, yang lebih berhak memandikannya adalah suami Jika tidak ada kaum perempuan dan mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup di tayamumkan sajac) Apabila jenazahnya anak-anak : Kaum laki-laki Kaum perempuana. b. c. d. e. (a) (b) (c) (d) (e) (f) Cara menyolatkan jenazahApabila jenazah sudah di mandikan dan dikafani, hendaknya segera di shalatkan. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan shalat jenazah adalah syarat, rukun dan cara shalat jenazah.a) Syarat shalat jenazah : Semua yang menjadi syarat shalat fardu, menjadi syarat shalat jenazah, misalnya menutup aurat, suci badan dan pakaian, serta menghadap kiblat Mayat harus sudah di mandikan dan di kafani Letakkan jenazah di sebelah kiblat orang-orang yang menyalatkan, kecuali jika shalat di atas kubur atau shalat gaib

b) Rukun shalat jenazah : Niat shalat jenazah Takbir empat kali Membaca surat Al-Fatihah setelah takbirotulihram Membaca salawat nabi sesudah takbir kedua Mendoakan jenazah, sesudah takbir ketiga dan keempat Mengucapkan salamc) Cara mengerjakan shalat jenazah : Sebelum mengerjakan shalat jenazah, kita hendaklah mengambil air wudhu, sebagaimana mengerjakan shalat fardu Setelah berdiri tegak, kita mengucapkan takbir yang pertama sambil mengangkat tangan diiringi niat shalat jenazah Setelah membaca takbir, kita membaca surah Al-Fatihah Setelah itu takbir yang kedua (allahu akbar) Lalu membaca salawat nabi Setelah membaca salawat nabi, lalu dilanjutkan takbir ketiga (allahu akbar) Lalu membaca doad) Cara menguburkan jenazahHal-hal yang perlu di perhatikan dalam penguburan jenazah : Jenazah segera di kuburkan Liang lahat di buat seukuran jenazah dengan kedalaman kira-kira setinggi orang di tambah setengah lengan dengan lebar kira-kira 1 meter Liang lahat tidak bisa di bongkar leh binatang buas. Maksud menguburkan jenazah suntuk menjaga kehormatan mayat dan menjaga kesehatan ornag-orang di sekitar makan dari bau busuk Mayat dipikul dari keempat penjuru Setelah sampai di tempat pemakaman, jemazah di masukkan ke liang lahat dengan posisi miring ke kanan dan di hadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan jenazah di dalm kubur, kita membaca doa. Lepaskan tali-tali pengikat, lalu tutup dengan papan, kayu, atau bambu, dan di timbun sampai galian liang kubur menjadi rataMendoakan jenazah dan memohon ampun untuk jenazah.

33

DAFTAR PUSTAKA1. Syarifuddin, amir. 2009. Ushul Fiqh jilid 1. Kencana Prenada Media Group. Jakarta2. Ashshiddiqi, habsi. 1967. Pengantar Ilmu Fiqih. Mulya. Jakarta 3. Rachmawan, Hatib. Fiqih Ibadah Dan Prinsip Ibadah Dalam Islam.UAD. Yogyakarta4. Majelis tarjih Muhammadyah. Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah. Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Yogyakarta