28546510 makalah sejarah pemikiran islam sejarah empat mazhab fiqih

35
MAKALAH SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM: Sejarah Empat Mazhab Fiqih Disusun Oleh : Muh. Asroruddin / 095112032 A. PENDAHULUAN Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan penting. Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai di manapun dan kapanpun, terutama dalam masyarakat- masyarakat agama yang sedang mengalami modernisasi. Di lain pihak, evolusi historikal dari perkembangan fiqih secara sungguh-sungguh telah menyediakan frame work bagi pemikiran Islam, atau lebih tepatnya actual working bagi karakterisitik perkembangan Islam itu sendiri. Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang- surut perkembangan Islam, dan bahkan secara amat dominan, fiqih -- terutama fiqih abad pertengahan -- mewarnai dan memberi corak bagi perkembangan Islam dari masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian mendalam tentang masalah kesejahteraan fiqih tidak semata-mata bernilai historis, tetapi dengan 1

Upload: muchammad-karunia-fadillah

Post on 03-Jan-2016

107 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

MAKALAHSEJARAH PEMIKIRAN ISLAM:

Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Disusun Oleh : Muh. Asroruddin / 095112032

A. PENDAHULUAN

Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan

penting. Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih

menunjukkan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal

tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai di manapun dan

kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat agama yang sedang

mengalami modernisasi. Di lain pihak, evolusi historikal dari perkembangan

fiqih secara sungguh-sungguh telah menyediakan frame work bagi pemikiran

Islam, atau lebih tepatnya actual working bagi karakterisitik perkembangan

Islam itu sendiri.

Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut perkembangan

Islam, dan bahkan secara amat dominan, fiqih -- terutama fiqih abad

pertengahan -- mewarnai dan memberi corak bagi perkembangan Islam dari

masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian mendalam tentang masalah

kesejahteraan fiqih tidak semata-mata bernilai historis, tetapi dengan

sendirinya menawarkan kemungkinan baru bagi perkembangan Islam

berikutnya.

Jika kita telusuri sejak saat kehidupan Nabi Muhammad saw, para

sejarahwan sering membaginya dalam dua priode yakni periode Mekkah dan

periode Madinah. Pada periode pertama risalah kenabian berisi ajaran-ajaran

akidah dan akhlaq, sedangkan pada periode kedua risalah kenabian lebih

banyak berisi hukum-hukum. Dalam mengambil keputusan masalah amaliyah

sehari-hari para sahabat tidak perlu melakukan ijtihad sendiri, karena mereka

dapat langsung bertanya kepada Nabi jika mereka mendapati suatu masalah

yang belum mereka ketahui.

1

Page 2: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Sampai dengan masa empat khalifah pertama hukum-hukum syariah

itu belum dibukukan, dan belum juga diformulasikan sebagai sebuah ilmu

yang sistematis. Kemudian pada masa-masa awal periode tabi'in (masa Dinasti

Umayyah) muncul aliran-aliran dalam memahami hukum-hukum syariah serta

dalam merespon persoalan-persoalan baru yang muncul sebagai akibat

semakin luasnya wilayah Islam, yakni ahl al-hadis  dan ahl al-ra'y. Aliran

pertama, yang berpusat di Hijaz (Mekkah-Madinah), banyak menggunakan

hadis dan pendapat-pendapat sahabat, serta memahaminya secara harfiah.

Sedangkan aliran kedua, yang berpusat di Irak, banyak menggunakan rasio

dalam merespons persoalan baru yang muncul.

Perbedaan pendapat dalam lapangan hukum tersebut merupakan

sebuah hasil penelitian (ijtihad), hal ini tidak perlu dipandang sebagai faktor

yang melemahkan kedudukan hukum Islam, akan tetapi sebaliknya bisa

memberikan kelonggaran kepada orang banyak sebagaimana yang

disampaikan oleh Nabi pada sebuah hadis :

اختالف ام����تى رحم����ة )رواه ال����بيهقى فى الرس����الة)االشعرية

Yang maksudnya : “Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat”

(HR. Baihaqi dalam Risalah Asy’ariyyah).

Ini berarti, bahwa orang bebas memilih salah satu pendapat dari

pendapat yang banyak itu, dan tidak terpaku hanya kepada satu pendapat saja.

Pada pembahasan selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian

mazhab, latar belakang dan sejarah awal kemunculan mazhab-mazhab dalam

fiqih, bilkhusus pada empat mazhab yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki,

Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali serta beberapa hal lain yang

berhubungan dengan keempat mazhab tersebut.

B. POKOK PERMASALAHAN

Sebelum sampai kepada pembahasan, terlebih dahulu penulis tentukan

pokok permasalahan sebagai tolak ukur agar pembahasan tidak melabar dan

menyimpang. Sebagai pokok permasalahan dalam makalah ini adalah

2

Page 3: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Bagaimanakah latar belakang dan sejarah munculnya empat mazhab fiqih?

Selain itu adalah apakah dasar-dasar hukum empat mazhab?, karena

bagaimanapun juga setiap imam mazhab pasti memiliki pendapat masing

dalam hal pengambilan dan menetapkan pijakan dasar sebuah hukum.

C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Mazhab

Kata mazhab berasal dari bahasa Arab yaitu isim makan (kata

benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I‘ânah

ath-Thalibin, I/12). Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, “tempat pergi”,

yaitu jalan (ath-tharîq) (Abdullah, 1995: 197; Nahrawi, 1994: 208).

Secara terminologis pengertian mazhab menurut Huzaemah Tahido

Yanggo,  adalah  pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam

mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum

Islam1.

Sedangkan menurut istilah ushul fiqih, mazhab adalah kumpulan

pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari

dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawâ’id) dan landasan

(ushûl) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama

lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh (Nahrawi, 1994: 208;

Abdullah, 1995: 197). Menurut Muhammad Husain Abdullah (1995:197),

istilah mazhab mencakup dua hal: (1) sekumpulan hukum-hukum Islam

yang digali seorang imam mujtahid; (2) ushul fikih yang menjadi jalan

(tharîq) yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum Islam

dari dalil-dalilnya yang rinci2.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menegaskan dua unsur mazhab ini

dengan berkata, “Setiap mazhab dari berbagai mazhab yang ada mempunyai

metode penggalian (tharîqah al-istinbâth) dan pendapat tertentu dalam

hukum-hukum syariat.” (Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, II/395)3.

1 http://diaz2000.multiply.com2 Http://www.hayatulislam.net/persoalan-seputar-mazhab.html3 Ibid.

3

Page 4: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

2. Biografi Empat Imam Mazhab Fiqih

Mengingat betapa masyhurnya nama keempat imam mazhab ini,

berikut akan dijelaskan lebih lanjut bagaimana pribadi dan pemikiran

mereka.

a. Imam Hanafi (Tahun 80 – 150 H.)

Nama beliau yang sebenarnya adalah Imam Abu Hanifah al-

Nu’man bin Sabit bin Zauti lahir pada tahun 80 H. di kota Kuffah pada

masa Dinasti Umayyah4. Semua literatur yang mengungkapkan

kehidupan Abu Hanifah menyebutkan bahwa Abu Hanifah adalah

seorang ‘alim yang mengamalkan ilmunya, zuhud, ‘abid, wara’, taqiy,

khusyu’ dan tawadhu’.

Metode ushul yang digunakan Abu Hanifah banyak bersandar

pada ra’yun, setelah pada Kitabullah dan As Sunnah. Kemudian ia

bersandar pada qiyas, yang ternyata banyak menimbulkan protes di

kalangan para ulama yang tingkat pemikirannya belum sejajar dengan

Abu Hanifah. Begitu pula halnya dengan istihsan yang ia jadikan

sebagai sandaran pemikiran mazhabnya, mengudang reaksi kalangan

ulama5.

Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali

menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal

dari kesucian (taharah), shalat dan seterusnya, yang kemudian diikuti

oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi'i,

Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya6.

Pada akhir hayatnya Abu Hanifah diracuni, sebagaimana yang

disampaikan dalam Kitab Al-Baar Adz-Dzahabi berkata, diriwayatkan

bahwa khalifah Al-Manshur memberi minuman beracun kepada imam

Abu Hanifah dan dia pun meninggal sebagai syahid. Semoga Allah

memberikan rahmat kepadanya. Latar belakang kematiannya karena

4 Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Pakar-pakar Fiqih sepanjang sejarah, 2001, Hal. 725 Mustofa Muhammad Asy Syak’ah, Islam Tidak Bermazhab, 1995, Hal. 3336 http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Hanifah

4

Page 5: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

ada beberapa penyebar fitnah yang tidak suka pada Abu Hanifah,

memberi keterangan palsu pada Al-Manshur, sehingga Al-Manshur

melakukan pembunuhan itu, dan ada sebuah riwayat shahih

mengatakan bahwa ketika merasa kematiannya dekat, Abu Hanifah

bersujud hingga beliau meninggal dalam keadaan bersujud7.

Para ahli sejarah bersepakat beliau meninggal pada bulan rajab

tahun 150 H dalam usia 70 tahun.

b. Imam Maliki (Tahun 93 – 179 H.)

Nama lengkapnya adalah Malik bin Anas Abi Amir al Ashbahi,

dengan julukan Abu Abdillah. Ia lahir pada tahun 93 H, Ia menyusun

kitab Al Muwaththa', dan dalam penyusunannya ia menghabiskan

waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh

Madinah8.

Dalam sumber lain menyebutkan bahwa nama lengkap beliau

adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin Al

Harits bin Ghaiman bin Khutsail bin ‘Amr bin Al Harits Al Himyari Al

Ashbahi Al Madani9.

Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93 H. Sejak muda

ia sudah menghafal Al-Qur’an dan sudah nampak minatnya dalam

ilmu pengetahuan. Ia dipandang ahli dalam berbagai cabang ilmu,

khususnya ilmu hadits dan fiqih. Karya-karya Imam Malik begitu

banyak, di antaranya yang paling populer adalah Al Muwatta’ yang

berarti ‘kemudahan’ atau ‘kesederhanaan’. Keistimewaan Al-Muwatta’

adalah bahwa Imam Malik merinci berbagai persoalan kaidah-kaidah

fiqhiyah yang di ambil dari hadits-hadits dan atsar.

c. Imam Syafi’i (Tahun 150 – 204 H.)

7 http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg08055.html8 http://id.wikipedia.org/wiki/Malik_bin_Anas9 http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/02/04/ biografi-al-imam-malik-bin-anas/

5

Page 6: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Ia bernama Abu Abdullah, Muhammad ibnu Idris bin Abbas

bin Usman bin Syafi’i bin Saaib bin ‘Abiid bin Abdu Yazid bin Hasim

bin Muthalib bin Abdu Manaf, yang merupakan kakek dari kakek

Nabi10.

Sebagian besar riwayat menyebutkan bahwa Imam Syafi’i lahir

di daerah Ghazza, Syam (Palestina) dari keturunan Quraisy dan

Nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad saw. pada kakeknya,

Abdi Manaf ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Pada usia dua

tahun ia dibawa oleh ibunya untuk pindah ke Makkah11.

Pada umur sekitar tujuh tahun Imam Syafi’i sudah menghafal

Al-Qur’an, selain itu ia juga banyak menghafal hadits-hadits Nabi.

Selain pengembaraan intelektual dan keilmuan yang sedemikian rupa ,

fiqih Imam Syafi’i juga merupakan refleksinya. Dengan kata lain,

kehidupan sosial masyarakat dan keadaan zamannya amat

mempengaruhi Imam Syafi’i dalam membentuk pemikiran dan mazhab

fiqihnya. Sejarah hidupnya menunjukkan bahwa ia amat dipengaruhi

oleh masyarakat sekitar terbukti dengan munculnya dua kecendrungan

dalam mazhab Syafi’i yang dikenal dengan qaul qadim (mazhab lama)

dan qaul jadid (mazhab baru).

Menurut para ahli sejarah fiqih, mazhab qadim Imam Syafi’i

dibangun di Irak pada tahun 195 H. Kedatangan Imam Syafi’i ke

Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Al-Amin itu melibatkan

Syafi’i dalam perdebatan sengit dengan para ahli fiqih rasional Irak.

Sedangkan mazhab jadid adalah pendapat selama berdiam di

Mesir yang dalam banyak hal mengoreksi pendapat-pendapat

sebelumnya. Pemikiran-pemikiran baru Imam Syafi’i di antaranya di

muat dalam bukunya Al-Umm. Pada tahun 195 H. ia kembali ke

Baghdad dan berdiam di sana selama tiga tahun.

السنة )فقيه الشافعى االمامالدقر, الغنى عبد 1029القلم,دمشق, ص. ,داراالكبر(

11 Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar, Risalah Gusti:Surabaya, Cet.2, 2006. Hal. 100

6

Page 7: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Karakteristik pemikiran Syafi’i tahapan kedua ini lebih bersifat

pengembangan atau pengetrapan pemikirannya yang global terhadap

masalah-masalah furu’iyah. Pluralisme pemikiran yang ada di Irak

adalah faktor utama yang menyebabkan kematangan pemikiran Syafi’i.

Kemudian pada tahun 199 H. ia pindah ke Mesir hingga wafat

pada tahun 204 H. Tahun-tahun terakhirnya di Mesir ia gunakan

sebagian besar untuk menulis dan merevisi buku-buku yang pernah

ditulisnya. Bukunya Ar-Risalah yang ditulis ketika di Makkah direvisi

ulang, dikurangi dan ditambah sesuai dengan perkembangan baru di

Mesir12.

d. Imam Hambali ( Tahun 164 – 241 H.)

Nama lengkap imam besar ini adalah Ahmad bin Hambal bin

Hilal bin Usd bin Idris bin Abdullah bin Hayyan ibn Abdullah bin

Anas bin Auf bin Qasit bin Mazin bin Syaiban. Ia terlahir di Baghdad

Irak pada tahun 164 H/780 M13. Ayahnya meninggal dunia ketika

Ahmad masih kecil, ia kemudian diasuh oleh ibunya.

Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga

beliau hafal pada usia 15 tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan

sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu

beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu

pula. Beliau telah mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk

mempelajari Hadits ini beliau pernah pindah atau merantau ke Syam

(Syiria).

Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama,

jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai

negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan

negeri lainnya. Di antara mereka adalah: Ismail bin Ja’far, Abbad bin

Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir

12 Ibid, Hal. 109-11013 Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Pakar-pakar Fiqih sepanjang sejarah, LKPSM:

Yogyakarta, 2001, Hal. 105

7

Page 8: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Asy-Syafi’i, Waki’ bin Jarrah,

Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin ‘Uyainah, Abdurrazaq, Ibrahim bin

Ma’qil14

Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam Ahmad bin

Hambal, dan belajar kepadanya juga ulama yang pernah menjadi

gurunya, yang paling menonjol adalah: Imam Bukhari, Muslim, Abu

Daud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Asy-Syafi’i. Imam Ahmad,

Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal, Putranya, Abdullah

bin Imam Ahmad bin Hambal, Keponakannya, Hambal bin Ishaq.

Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah

menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan

dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun.

Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam

puluh ribu pelayat perempuan.15

3. Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Ilmu fiqih baru muncul pada periode tabi' al-tabi'in yaitu sekitar

abad kedua Hijriyah, dengan munculnya para mujtahid di berbagai kota,

serta terbukanya pembahasan dan perdebatan tentang hukum-hukum

syariah. Pada masa-masa itulah di Irak muncul seorang mujtahid besar

bernama Abu Hanifah al-Nu'man ibn Tsabit (80-150 H atau 700-767 M)

yang merupakan orang pertama yang memformulasikan ilmu fiqih, tetapi

ilmu ini belum dibukukan.

Sementara itu, di Madinah muncul juga seorang mujtahid besar

bernama Malik ibn Anas (93-178 H atau 713-795 M) yang

memformulasikan ilmu fiqih dan membukukan kumpulan hadis berjudul

al-Muwaththa', yang terutama berisi hukum-hukum syariah. Pembukuan

kitab ini dilakukan atas permintaan khalifah Abu Ja'far al-Manshur (137-

159 H atau 754-775 M), dengan maksud sebagai pedoman bagi kaum

Muslimin dalam mengarungi kehidupan mereka. 14 http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_bin_Hanbal15 Ibid.

8

Page 9: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Kitab ini kemudian menjadi dasar bagi faham fiqih di kalangan

umat Islam di Hijaz (aliran ahl-hadis). Sedangkan yang menjadi pedoman

bagi faham fiqih di kalangan umat Islam di Irak (aliran ahl al-ra'y) adalah

buku-buku yang ditulis oleh murid-murid Abu Hanifah, terutama

Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibani (102-189 H) dengan bukunya antara

lain al-Jâmi' al-Kabîr dan al-Jâmi' al-Shaghîr dan Abu Yusuf (112-183 H)

dengan bukunya berjudul Kitab al-Kharâj (Kitab tentang Pajak

Penghasilan). Abu Hanifah sendiri pernah diminta menjadi qâdhî (hakim)

oleh seorang khalifah Dinasti Abbasiyyah, tetapi permintaan ini ditolak,

sementara Abu Yusuf pernah menjadi qâdhî pada masa khalifah Harun al-

Rasyid. Baik Abu Hanifah maupun Malik ibn Anas kemudian oleh para

pengikutnya masing-masing dijadikan sebagai pendiri mazhab Hanafi dan

Maliki16.

Sejak periode tabi'in sering terjadi perdebatan antara kedua aliran

tersebut. Sementara kalangan ahl al-hadis mencela kelompok ahl al-ra'y

dengan tuduhan bahwa ahl al-ra'y meninggalkan sebagian hadis, maka ahl

al-ra'y pun menjawab dengan mengemukakan argumentasi tentang

'illah-'illah hukum (legal reasons) dan maksud-maksud syariah. Pada

umumnya ahl al-ra'y dengan kemampuan debatnya dapat mengalahkan

argumentasi ahl al-hadîts, sebagaimana contoh di atas. Maka munculnya

Muhammad ibn Idris al-Syafi'i atau yang dikenal dengan Imam Syafi’i

(150-204 H atau 767-820 M), yang di satu segi menguasai banyak hadis

dan di lain segi memiliki kemampuan dalam menggali dasar-dasar dan

tujuan-tujuan hukum, dapat menghilangkan supremasi ahl al-ra'y terhadap

ahl al-hadis dalam perdebatan. Karena jasanya membela hadis, maka ia

dijuluki sebagai "nâshir al-sunnah" (pembela Sunnah).

Keempat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali) inilah yang

sampai kini dianggap sebagai mazhab fiqih yang beraliran Ahl al-Sunnah

wa al-Jama'ah.

16 http://www.hupelita.com

9

Page 10: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Empat Mazhab Fiqih

Sebagaimana diketahui, bahwa ketika agama Islam telah

tersebar meluas ke berbagai penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah

pindah tempat dan berpencar-pencar ke nagara yang baru tersebut.

Dengan demikian, kesempatan untuk bertukar pikiran atau

bermusyawarah memecahkan sesuatu masalah sukar dilaksanakan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Qasim Abdul Aziz Khomis

menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ikhtilaf di

kalangan sahabat ada tiga yakni :

1. Perbedaan para sahabat dalam memahami nash-nash al-Qur’an

2. Perbedaan para sahabat disebabkan perbedaan riwayat

3. Perbedaan para sahabat disebabkan karena ra’yu.

Sementara Jalaluddin Rahmat melihat penyebab ikhtilaf dari

sudut pandang yang berbeda, Ia berpendapat bahwa salah satu sebab

utama ikhtilaf di antara para sahabat prosedur penetapan hukum untuk

masalah-masalah baru yang tidak terjadi pada zaman Rasulullah

SAW17.

Setelah berakhirnya masa sahabat yang dilanjutkan dengan

masa Tabi’in, muncullah generasi Tabi’it Tabi’in. Ijtihad para Sahabat

dan Tabi’in dijadikan suri tauladan oleh generasi penerusnya yang

tersebar di berbagai daerah wilayah dan kekuasaan Islam pada waktu

itu. Generasi ketiga ini dikenal dengan Tabi’it Tabi’in. Di dalam

sejarah dijelaskan bahwa masa ini dimulai ketika memasuki abad

kedua hijriah, di mana pemerintahan Islam dipegang oleh Daulah

Abbasiyyah.

Dari mata rantai sejarah ini jelas terlihat bahwa pemikiran

fiqih dari zaman sahabat, tabiin hingga munculnya mazhab-mazhab

fiqih pada periode ini. dan dari sini pula kita dapat merumuskan apa

sebab-sebab munculnya mazhab pada periode ini. Namun mazhab-

mazhab muncul pada periode ini tidak terbatas pada empat mazhab –

17 http://diaz2000.multiply.com

10

Page 11: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’ie dan Hambali – seperti yang ada

sekarang.

Dr. Thaha Jabir Fayyadh al-‘Ulwani berkesimpulan bahwa saat

itu muncul sekitar tiga belas mazhab yang semuanya berafiliasi

sebagai mazhab yang “Ahlu Sunnah”, tetapi hanya delapan atau

sembilan mazhab saja yang dapat diketahui dengan jelas dasar-dasar

dan metode fiqhiyah yang mereka pergunakan. Para imam mazhab-

mazhab itu adalah : Imam Abu Sa’id bin Yasar al-Bashir (wafat 110

H.), Imam Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zuthi (wafat 150

H.), Imam Auza’ie Abu Amr Abdur Rahman bin Amru bin

Muhammad (wafat 157 H.), Imam Sufyan bin Said bin Masruq al-

Tsauri (wafat 160 H.), Imam Laits bin Sa’d (wafat 157 H.), Imam

Malik bin Anas al-Anshari (Wafat 179 H.), Imam Sufyan bin Uyainah

(wafat 198 H.), Imam Muhammad bin Idris al Syafi’ie (wafat 204 H.),

dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal (wafat 241 H.) 18.

Muhammad Khudari Beik (ahli fiqh dari Mesir) membagi

periodisasi fiqh menjadi enam periode. Yaitu Periode risalah, Periode

khulafaurrasyidun, Periode awal pertumbuhan fiqih, Periode

keemasan, Periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqih, dan

yang terakhir adalah periode kemunduran fiqih19.

1. Periode risalah. Periode ini dimulai sejak kerasulan Muhammad

SAW sampai wafatnya Nabi SAW (11 H./632 M.). Pada periode

ini kekuasaan penentuan hukum sepenuhnya berada di tangan

Rasulullah SAW. Sumber hukum ketika itu adalah Al-Qur'an dan

sunnah Nabi SAW.

Periode awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan

periode Madinah. Pada periode Makkah, risalah Nabi SAW lebih

banyak tertuju pada masalah aqidah. Ayat hukum yang turun pada

periode ini tidak banyak jumlahnya, dan itu pun masih dalam

18 Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar, Risalah Gusti:Surabaya, Cet.2, 2006. Hal. 79

19 http://www.cybermq.com

11

Page 12: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

rangkaian mewujudkan revolusi aqidah untuk mengubah sistem

kepercayaan masyarakat jahiliyah menuju penghambaan kepada

Allah SWT semata. Pada periode Madinah, ayat-ayat tentang

hukum turun secara bertahap. Pada masa ini seluruh persoalan

hukum diturunkan Allah SWT, baik yang menyangkut masalah

ibadah maupun muamalah.

2. Periode al-Khulafaur Rasyidun. Periode ini dimulai sejak wafatnya

Nabi Muhammad SAW sampai Mu'awiyah bin Abu Sufyan

memegang tampuk pemerintahan Islam pada tahun 41 H./661 M.

Sumber fiqh pada periode ini, disamping Al-Qur'an dan sunnah

Nabi SAW, juga ditandai dengan munculnya berbagai ijtihad para

sahabat. Ijtihad ini dilakukan ketika persoalan yang akan

ditentukan hukumnya tidak dijumpai secara jelas dalam nash. Pada

masa ini, khususnya setelah Umar bin al-Khattab menjadi khalifah

(13 H./634 M.), ijtihad sudah merupakan upaya yang luas dalam

memecahkan berbagai persoalan hukum yang muncul di tengah

masyarakat.

3. Periode awal pertumbuahn fiqh. Masa ini dimulai pada

pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H. Periode ketiga ini

merupakan titik awal pertumbuhan fiqh sebagai salah satu disiplin

ilmu dalam Islam. Dengan bertebarannya para sahabat ke berbagai

daerah semenjak masa al-Khulafaur Rasyidun (terutama sejak

Usman bin Affan menduduki jabatan Khalifah, 33 H./644 M.),

munculnya berbagai fatwa dan ijtihad hukum yang berbeda antara

satu daerah dengan daerah lain, sesuai dengan situasi dan kondisi

masyarakat daerah tersebut.

4. Periode keemasan. Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai

pada pertengahan abad ke-4 H. Dalam periode sejarah peradaban

Islam, periode ini termasuk dalam periode Kemajuan Islam

Pertama (700-1000). Seperti periode sebelumnya, ciri khas yang

menonjol pada periode ini adalah semangat ijtihad yang tinggi

12

Page 13: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

dikalangan ulama, sehingga berbagai pemikiran tentang ilmu

pengetahuan berkembang. Perkembangan pemikiran ini tidak saja

dalam bidang ilmu agama, tetapi juga dalam bidang-bidang ilmu

pengetahuan umum lainnya. 

Dinasti Abbasiyah (132 H./750 M.-656 H./1258 M.) yang naik ke

panggung pemerintahan menggantikan Dinasti Umayyah memiliki

tradisi keilmuan yang kuat, sehingga perhatian para penguasa

Abbasiyah terhadap berbagai bidang ilmu sangat besar. Para

penguasa awal Dinasti Abbasiyah sangat mendorong fuqaha untuk

melakukan ijtihad dalam mencari formulasi fiqh guna menghadapi

persoalan sosial yang semakin kompleks. Perhatian para penguasa

Abbasiyah terhadap fiqh misalnya dapat dilihat ketika Khalifah

Harun ar-Rasyid (memerintah 786-809) meminta Imam Malik

untuk mengajar kedua anaknya, al-Amin dan al-Ma'mun.

Periode keemasan ini juga ditandai dengan dimulainya penyusunan

kitab fiqh dan usul fiqh. Diantara kitab fiqh yang paling awal

disusun pada periode ini adalah al-Muwaththa' oleh Imam Malik,

al-Umm oleh Imam asy-Syafi'i, dan Zahir ar-Riwayah dan an-

Nawadir oleh Imam asy-Syaibani. Kitab usul fiqh pertama yang

muncul pada periode ini adalah ar-Risalah oleh Imam asy-Syafi'i.

Teori usul fiqh dalam masing-masing mazhab pun bermunculan,

seperti teori kias, istihsan, dan al-maslahah al-mursalah. 

5. Periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqh. Periode ini

dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7

H. Yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan tarjih adalah

upaya yang dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam

mengomentari, memperjelas dan mengulas pendapat para imam

mereka. Periode ini ditandai dengan melemahnya semangat ijtihad

dikalangan ulama fiqh. Ulama fiqh lebih banyak berpegang pada

hasil ijtihad yang telah dilakukan oleh imam mazhab mereka

masing-masing, sehingga mujtahid mustaqill (mujtahid mandiri)

13

Page 14: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

tidak ada lagi. Sekalipun ada ulama fiqh yang berijtihad, maka

ijtihadnya tidak terlepas dari prinsip mazhab yang mereka anut.

Artinya ulama fiqh tersebut hanya berstatus sebagai mujtahid fi al-

mazhab (mujtahid yang melakukan ijtihad berdasarkan prinsip

yang ada dalam mazhabnya). Akibat dari tidak adanya ulama fiqh

yang berani melakukan ijtihad secara mandiri, muncullah sikap at-

ta'assub al-mazhabi (sikap fanatik buta terhadap satu mazhab)

sehingga setiap ulama berusaha untuk mempertahankan mazhab

imamnya.

Mustafa Ahmad az-Zarqa mengatakan bahwa dalam periode ini

untuk pertama kali muncul pernyataan bahwa pintu ijtihad telah

tertutup. Menurutnya, paling tidak ada tiga faktor yang mendorong

munculnya pernyataan tersebut.

o Dorongan para penguasa kepada para hakim (qadi) untuk

menyelesaikan perkara di pengadilan dengan merujuk pada

salah satu mazhab fiqh yang disetujui khalifah saja.

o Munculnya sikap at-taassub al-mazhabi yang berakibat pada

sikap kejumudan (kebekuan berpikir) dan taqlid (mengikuti

pendapat imam tanpa analisis) di kalangan murid imam

mazhab.

o Munculnya gerakan pembukuan pendapat masing-masing

mazhab yang memudahkan orang untuk memilih pendapat

mazhabnya dan menjadikan buku itu sebagai rujukan bagi

masing-masing mazhab, sehinga aktivitas ijtihad terhenti. Dari

sini muncul sikap taqlid pada mazhab tertentu yang diyakini

sebagai yang benar, dan lebih jauh muncul pula pernyataan

haram melakukan talfiq.

6. Periode kemunduran fiqh. Masa ini dimulai pada pertengahan abad

ke-7 H. sampai munculnya Majalah al-Ahkam al- 'Adliyyah

(Hukum Perdata Kerajaan Turki Usmani) pada 26 Sya'ban l293.

Perkembangan fiqh pada periode ini merupakan lanjutan dari

14

Page 15: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

perkembangan fiqh yang semakin menurun pada periode

sebelumnya. Periode ini dalam sejarah perkembangan fiqh dikenal

juga dengan periode taqlid secara membabi buta.

Pada masa ini, ulama fiqh lebih banyak memberikan penjelasan

terhadap kandungan kitab fiqh yang telah disusun dalam mazhab

masing-masing. Penjelasan yang dibuat bisa berbentuk mukhtasar

(ringkasan) dari buku-buku yang muktabar (terpandang) dalam

mazhab atau hasyiah dan takrir (memperluas dan mempertegas

pengertian lafal yang di kandung buku mazhab), tanpa

menguraikan tujuan ilmiah dari kerja hasyiah dan takrir tersebut.

Mustafa Ahmad az-Zarqa menyatakan bahwa ada tiga ciri

perkembangan fiqh yang menonjol pada periode ini.

o Munculnya upaya pembukuan terhadap berbagai fatwa,

sehingga banyak bermunculan buku yang memuat fatwa ulama

yang berstatus sebagai pemberi fatwa resmi (mufti) dalam

berbagai mazhab.

o Muncul beberapa produk fiqh sesuai dengan keinginan

penguasa Turki Usmani, seperti diberlakukannya istilah at-

Taqaddum (kedaluwarsa) di pengadilan. Disamping itu, fungsi

ulil amri (penguasa) dalam menetapkan hukum (fiqh) mulai

diakui, baik dalam menetapkan hukum Islam dan penerapannya

maupun menentukan pilihan terhadap pendapat tertentu.

Sekalipun ketetapan ini lemah, namun karena sesuai dengan

tuntutan kemaslahatan zaman, muncul ketentuan dikalangan

ulama fiqh bahwa ketetapan pihak penguasa dalam masalah

ijtihad wajib dihormati dan diterapkan. Contohnya, pihak

penguasa melarang berlakunya suatu bentuk transaksi.

Meskipun pada dasarnya bentuk transaksi itu dibolehkan syara',

tetapi atas dasar pertimbangan kemaslahatan tertentu maka

transaksi tersebut dilarang, atau paling tidak untuk

melaksanakan transaksi tersebut diperlukan pendapat dari pihak

15

Page 16: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

pemerintah. Misalnya, seseorang yang berutang tidak

dibolehkan mewakafkan hartanya yang berjumlah sama dengan

utangnya tersebut, karena hal itu merupakan indikator atas

sikapnya yang tidak mau melunasi utang tersebut. Fatwa ini

dikemukakan oleh Maula Abi as-Su 'ud (qadi Istanbul pada

masa kepemimpinan Sultan Sulaiman al-Qanuni [1520-1566]

dan Salim [1566-1574] dan selanjutnya menjabat mufti

Kerajaan Turki Usmani).

Di akhir periode ini muncul gerakan kodifikasi hukum (fiqh) Islam

sebagai mazhab resmi pemerintah. Hal ini ditandai dengan prakarsa

pihak pemerintah Turki Usmani, seperti Majalah al-Ahkam

al-'Adliyyah yang merupakan kodifikasi hukum perdata yang

berlaku di seluruh Kerajaan Turki Usmani berdasarkan fiqh

Mazhab Hanafi.

4. Dasar-Dasar Fiqih Empat Mazhab

a. Dasar-dasar Fiqih Mazhab Hanafi

Abu Hanifah memang belum menetapkan dasar-dasar pijakan

dalam berijtihad secara terperinci, tetapi kaidah-kaidah umum (ushul

kulliyah) yang menjadi dasar bangunan pemikiran fiqhiyah tercermin

dalam pernyataannya berikut, “Saya kembalikan segala persoalan pada

Kitabullah, saya merujuk pada Sunnah Nabi, dan apabila saya tidak

menemukan jawaban hukum dalam Kitabullah maupun Sunnah Nabi

saw. maka saya akan mengambil pendapat para sahabat Nabi, dan

tidak beralih pada fatwa selain mereka. Apabila masalahnya sampai

pada Ibrahim, Sya’bi, Hasan Ibnu Sirin, Atha’ dan Said bin Musayyib

(semuanya adalah tabi’ien), maka saya berhak pula untuk berijtihad

sebagaimana mereka berijtihad.”20

Dari sini kita ketahui bahwa dasar-dasar istidlal yang

digunakan Abu Hanifah adalah Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad dalam 20 Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar, Risalah Gusti:Surabaya, Cet.2,

2006. Hal. 87

16

Page 17: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

pengertian luas. Artinya jika nash Al-Qur’an dan Sunnah secara jelas-

jelas menunjukkan pada suatu hukum, maka hukum itu disebut

“diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah”. Tetapi bila nash tadi

menunjukkan secara tidak langsung atau hanya memberikan kaidah-

kaidah dasar berupa tujuan-tujuan moral, illat dan lain sebagainya,

maka pengambilan hukum disebut “melalui qiyas”.

Semua imam sepakat tentang keharusan merujuk pada Al-

Qur’an dan As-Sunnah. Yang membedakan dasar-dasar pemikiran Abu

Hanifah dengan imam-imam yang lain sebenarnya terletak pada

kebenarannya menyelami suatu hukum, mencari tujuan-tujuan moral

dan kemaslahatan yang menjadi sasaran utama disyariatkannya suatu

hukum. Termasuk dalam hal ini adalah penggunaan teori qiyas,

istihsan, ‘urf (adat-kebiasaan), teori kemaslahatan dan lainnya.

Perbedaan lebih tajam lagi adalah bahwa Abu Hanifah banyak

menggunakan teori-teori tadi dan sangat ketat dalam penerimaan hadits

ahad. Tidak seperti imam yang lain, Abu Hanifah sering menafsirkan

suatu nash dan membatasi konteks aplikasinya dalam kerangka illat,

hikmah dan tujuan-tujuan moral dan bentuk kemaslahatan yang

dipahaminya21.

Perlu ditambahkan bahwa betapapun Abu Hanifah terkenal

dengan mazhab rasionalis yang menyelami di balik arti dan illat suatu

hukum serta sering mempergunakan qiyas, akan tetap itu tidak berarti

ia telah mengabaikan nash-nash Al-Qur’an dan Sunnahatau

meninggalkan ketentuan hadits dan atsar. Tidak ada riwayat sahih yang

menyebutkan bahwa Abu Hanifah mendahulukan rasio daripada Al-

Qur’an dan Sunnah.

Bahkan jika ia menemukan pendapat atau qaul (pernyataan)

sahabat yang benar, ia menolak untuk melakukan ijtihad. Dengan kata

lain, pemikiran fiqih Abu Hanifah tidak berdiri sendiri tetapi berakar

kuat pada pendahulu-pendahulunya di Irak dan juga para ahli hadits di

21 Ibid, Hal. 87-88

17

Page 18: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

Hijaz. Muhammad bin Hasan seperti dikutip Abu Zahrah,

membenarkan bahwa dalam masalah hukum seseorang yang

berhubungan dengan istrinya sebelum tawaf ziarah, Abu Hanifah

mengambil pendapat Ibnu Abbas, seorang ulama ahli hadits Makkah,

dan menolak pendapat Ibrahim yang dikenal banyak mewariskan

pemikiran fiqih rasional kepadanya.

b. Dasar-dasar Fiqih Mazhab Maliki

Seperti halnya Imam Hanafi, Imam Malik sebenarnya belum

menuliskan dasar-dasar fiqhiyah yang menjadi pijakan dalam

berijtihad, tetapi pemuka-pemuka mazhab ini, murid-murid Imam

Malik dan generasi yang muncul sesudah itu menyimpulkan dasar-

dasar fiqhiyah Imam Malik kemudian menuliskannya.

Dari beberapa isyarat yang ada dalam fatwa-fatwanya dan

bukunya Al-Muwattha’, fuqaha Malikiyah merumuskan dasar-dasar

mazhab Maliki. Sebagian fuqaha Malikiyah menyebutkan bahwa

dasar-dasar mazhab Maliki ada dua puluh macam, yaitu : Nash literatur

Al-Qur’an, mafhumul mukhalafah, mafhumul muwafaqah, tambih alal

‘illah (pencarian kuasa hukum), demikian juga dalam sunnah, ijma’

qiyas, tradisi orang-orang Madinah, qaul sahabat, istihsan, istishab,

sadd al dara-i’, mura’at al khilaf, maslahah mursalah dan syar’u man

qablana. Al-Qurafidalam bukunya Tanqih Al-Ushul, menyebutkan

dasar-dasar mazhab maliki sebagai berikut : Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’,

perbuatan orang-orang Madinah, qiyas, qaul sahabat, maslahah

mursalah, ‘urf, sadd ad-dara’i, istihsan dan istihsab. Bahkan Syatibi,

seorang ahli hukum mazhab Maliki, menyederhanakan dasar-dasar

mazhab Maliki itu ke dalam empat hal, yaitu Al-Qur’an, Sunnah,

ijma’, dan ra’yi (rasio)22.

22 Ibid, Hal. 97

18

Page 19: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

c. Dasar-dasar Fiqih Mazhab Syafi’i

Bagi Imam Syafi’i Al-Qur’an dan Sunnah berada dalam satu

tingkat, dan bahkan merupakan satu kesatuan sumber syari’at Islam.

Sedangkan teori-teori istidlal seperti qiyas, istihsan, istishab, dan lain-

lain hanyalah merupakan suatu metode merumuskan dan

menyimpulkan hukum-hukum dari sumber utamanya tadi.

Pemahaman integral Al-Qur’an dan Sunnah ini merupakan

karakteristik menarik dari pemikiran fiqih Syafi’ie. Menurut Syaafi’ie,

kedudukan Sunnah, dalam banyak hal, menjelaskan dan menafsirkan

sesuatu yang tidak jelas di dalam Al-Qur’an, merinci yang global,

mengkhususkan yang umum dan bahkan membuat hukum tersendiri

yang tidak ada di dalam Al-Qur’an.

Hipotesa menarik lainnya dalam pemikiran metodologi Syafi’ie

adalah pernyataannya, “Setiap persoalan yang muncul akan ditemukan

ketentuan hukumnnya di dalam Al-Qur’an.”23 Untuk membuktikan

hipotesanya itu, Syafi’ie menyebut empat cara Al-Qur’an dalam

menerangkan suatu hukum. Pertama, Al-Qur’an menerangkan suatu

hukum dengan nash-nash hukum yang jelas, seperti nash-nash yang

mewajibkan shalat, puasa, zakat, dan haji, atau nash-nash yang

mengharamkan zina, minum khamar, makan bangkai, darah dan yang

lainnya.

Kedua, suatu hukum yang disebut secara global dalam Al-

Qur’an dan dirinci dalam Sunnah Nabi. Misalnya, jumlah rakaat dalam

shalat, waktu pelaksanaannya, demikian pula zakat, apa dan berapa

kadar yang harus dikeluarkan. Semua itu disebut secara global dalam

Al-Qur’an dal Nabi-lah yang menerangkan secara terinci.

Ketiga, Nabi Muhammad saw juga sering menentukan suatu

hukum yang tidak ada nash hukumnya di dalam Al-Qur’an. Bentuk

penjelasan Al-Qur’an untuk masalah seperti ini dengan mewajibkan

23 Ibid. Hal. 111

19

Page 20: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

taat kepada perintah Nabi dan menjauhi larangannya. Di dalam Al-

Qur’an disebutkan : (4:80)

Yang maksudnya : “Barang siapa yang taat kepada Rasul, berarti ia

taat kepada Allah.”

Dengan demikian, suatu hukum yang ditetapkan oleh Sunnah

berarti juga ditetapkan oleh Al-Qur’an, karena Al-Qur’an

memerintahkan untuk mengambil apa yang diperintahkan oleh Nabi

menjauhi yang di larang24.

Keempat, Allah juga mewajibkan kepada hamba-Nya untuk

berijtihad terhadap berbagai persoalan yang tidak ada ketentuan

nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadits. Penjelasan Al-Qur’an dalam

masalah yang seperti ini, yaitu dengan membolehkan ijtihad (bahkan

mewajibkan) sesuai dengan kapasitas pemahaman terhadap maqashid

al-Syari’ah (tujuan-tujuan umum syariat), misalnya dengan qiyas atau

penalaran analogis, dalam Al-Qur’an di sebutkan dalan 4:59

d. Dasar-dasar Fiqih Mazhab Hambali

Sikapnya yang tegas dan fundamentalis tercermin pemikiran-

pemikiran fikihnya. Para ulama Hanabilah berkesimpulan bahwa

fatwa-fatwa Imam Ahmad bin Hambal dan pemikiran-pemikiran

fiqihnya dibangun atas sepuluh dasar, yaitu lima dasar ushuliyah dan

lima dasar lainnya sebagai pengembangan. Dasar-dasar mazhab

Hambali aitu adalah : (1) Nushus, yang terdiri dari nash Al-Qur’an,

Sunnah dan nash ijma’, (2) fatwa-fatwa sahabat, (3) apabila terjadi

perbedaan, Imam Ahmad memilih yang paling dekat dengan al-Qur’an

dan Sunnah; dan apabila tidak jelas, dia hanya menceritakan ikhtilaf itu

dan tidak menentukan sikapnya secara khusus, (4) hadits-hadits mursal

24 Q.S. 59 : 7

20

Page 21: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

dan dhaif, (5) qiyas, (6) istihsan, (7) sadd al-dara-i’, (8) istishab, (9)

ibthal al ja’l, (10) maslahah mursalah.25

Dari dasar-dasar dan metode-metode pengambilan hukumnya

ini, terlihat bahwa Imam Ahmad bin Hambal mempersempit

penggunaan rasio sampai pada batas tertentu. Ia lebih mendahulukan

penggunaan qiyas.

D. KESIMPULAN

Dari paparan di atas, dapat penulis mengambil beberapa poin

kesimpulan di antaranya adalah sebagai berikut :

1.

E. PENUTUP

Demikian makalah ini penulis susun, dengan harapan semoga ada

manfaatnya bagi pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.

Saran-saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis

harapkan untuk melengkapi makalah ini dan untuk kemajuan ilmu

pengetahuan kedepan.

F. DAFTAR PUSTAKA

السنة )فقيه الشافعى االمامالدقر, الغنى عبد

القلم,دمشق ,داراالكبر(Asy Syak’ah, Mustofa Muhammad, Islam Tidak Bermazhab, Cet. 2, Gema

Insani Press: Jakarta, 1995

Mustofa Al Maraghi, Abdullah, Pakar Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah, Cet. 1,

LKPSM: Yogyakarta, 2001

Sirry, Mun’im A., Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar, Cet.2, Risalah

Gusti: Surabaya, 1996

25 Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar, Risalah Gusti:Surabaya, Cet.2, 2006. Hal. 126

21

Page 22: 28546510 Makalah Sejarah Pemikiran Islam Sejarah Empat Mazhab Fiqih

http://diaz2000.multiply.com/journal/item/20/

Sejarah_Singkat_Munculnya_Mazhab-Mazhab_dalam_Islam

http://apat-kedahi.blogspot.com/2009/04/mazhab-mazhab-fiqih-dan-

pengertiannya.html

http://www.hupelita.com/baca.php?id=495

http://www.cybermq.com/pustaka/detail//100/sejarah-perkembangan-fiqh

http://neobyadver.blog.plasa.com/2009/05/26/sejarah-singkat-munculnya-

mazhab-mazhab-dalam-islam/

http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Hanifah

http://id.wikipedia.org/wiki/Malik_bin_Anas

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_bin_Hanbal

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg08055.html

http://www.hayatulislam.net/persoalan-seputar-mazhab.html

22