pandangan mazhab fiqih terhadap aktifitas...

89
PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS PERKEREDITAN PERUSAHAAN DAERAH PERKEREDITAN KECAMATAN (STUDY KASUS PD.PK KEC PARUNG) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk memenuhi Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: SUWARDI NIM: 104043101297 JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.

Upload: lebao

Post on 12-Aug-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

PANDANGAN MAZHAB FIQIH

TERHADAP AKTIFITAS PERKEREDITAN

PERUSAHAAN DAERAH PERKEREDITAN KECAMATAN

(STUDY KASUS PD.PK KEC PARUNG)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk memenuhi

Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

SUWARDI

NIM: 104043101297

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.

Page 2: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

PANDANGAN MAZHAB FIQIH

TERHADAP AKTIFITAS PERKEREDITAN

PERUSAHAAN DAERAH PERKEREDITAN KECAMATAN

(STUDY KASUS PD.PK KEC PARUNG)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk memenuhi

Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

SUWARDI

NIM: 104043101297

Pembimbing:

Dr, Abdurrahman Dahlan, MA

NIP: 195811101988031001

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.

Page 3: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS

PERKEREDITAN PERUSAHAAN DAERAH PERKEREDITAN KECAMATAN

(Study Kasus PD.PK Kec Parung) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Desember 2010.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum Islam (S.HI) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum

(Perbandingan Mazhab Fiqih).

Jakarta, 16 Desember 2010

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag ( )

NIP. 196511191998031002

Sekretaris : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag. M.Si ( )

NIP. 197412132003121002

Pembimbing : Dr. Abdurrahman Dahlan, MA. ( )

NIP. 195811101988031001

Penguji I : Dr. JM. Muslimin, M.A ( )

NIP. 150 295 489

Penguji II : Dr. KHA, Juaini Syukri. Les. MA ( )

NIP. 195507061992031001

Page 4: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

i

بسم اهلل الرمحن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, tak ada kata yang pantas Penulis ucapkan

selain ungkapan puja dan puji serta rasa syukur atas karunia yang tak terhingga yang

diberikan Allah SWT, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Pandangan Mazhab Fiqih Terhadap Aktifitas Perkereditan Perusahaan Daerah

Perkereditan Kecamatan (Study Kasus PD.PK Kec Parung) ini dengan baik.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Penghulu Para Nabi, Nabi

Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat dan ummatnya yang senantiasa

mengikuti jejak dan langkah beliau sampai hari akhir nanti, Amiin.

Setelah perjuangan yang begitu berat dan melelahkan, akhirnya skripsi ini

selesai Penulis susun. Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak. Maka dengan tulus dan ikhlas Penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A.,M.M., selaku Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum

2. Bapak DR.H. Ahmad Mukri Aji, MH, dan Dr. H. Muhamad Taufiki, MAg

selaku Kepala dan Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Hukum.

3. Bapak Dr. H. Abdurahman Dahlan MA, selaku Dosen Pembimbing, yang

telah dengan sabar membimbing Penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Dr. JM. Muslimin, M.A dan Dr. KHA, Juaini Syukri. Les. MA selaku

dosen penguji skripsi saya.

5. Pimpinan perpustakaan beserta stafnya yang telah memberikan fasilitas

kepada Penulis untuk mengadakan studi pustaka.

Page 5: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

ii

6. Kepada PD.PK Parung, Ade Marpensyah, Hennry, M. Wawan dan seluruh

karyawan PD.PK atas kesempatannya melakukan penelitian di perusahaan

yang bapak pimpin.

7. Kepada Ayahanda dan Ibunda Sair Adih dan Sarnih yang selama ini selalu

mendambakan ananda lulus menjadi S1, serta ayahanda dan ibunda mertua

penulis Abdul Rasjid NA dan Lies terima kasih atas segala do’anya.

8. Kepada istriku tercinta Ita Rahmawati dan anak ku yang saat ini berusia dua

bulan, skripsi ini kupersembahkan untukmu.

9. Kepada semua kakak dan keponakanku Samsu dan Mualifah (Eca, Lia,

Mutia, Eva), Surmih dan Agus (Rusli, Ayu), Bunda Diana dan Aa Dayat

(Shafa, Balqhis) Wawan dan Yeti, Usman dan Hani (Arumi) Dewi dan Anggi

(Aiko)

10. Keluarga besar MTs. As-syafi’iyyah 06 Rawakalong Gunungsindur Bogor

(tempat Penulis membaktikan diri) , khususnya Drs. Hairuddin selaku Kepala

Sekolah beserta kawan-kawan dewan guru. my best friends: Ical, Ahmad,

Onay, Budi, Anwar, kawan – kawan PMF angkatan 2004 Irpan dll, Diding

dan rental Elok.

11. Seluruh sanak family, teman-teman serta semua pihak yang telah tersita

waktu maupun tenaganya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu.

Hanya kepada Allah jualah Penulis serahkan semoga dapat dibalas dengan

pahala yang setimpal.

Tak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Saran dan kritik sangat Penulis harapkan demi perbaikan kedepan.

Jakarta, 18 Maret 2011 M

14 Rabiul Awal 1432 H

Penulis

Page 6: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ........................................ 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6

E. Tinjauan Studi Terdahulu ............................................................ 7

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .................................... 9

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 11

BAB II SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

A. Al-Qur’an Menjadi Sumber Hukum Dalam Islam ...................... 12

1. Pengertian Al-Qur’an ............................................................ 12

2. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum ...................................... 17

B. Sunah Menjadi Sumber Hukum Islam Setelah Al-Quran ........... 18

1. Pengertian Sunah ................................................................... 18

2. Sunnah Sebagai Sumber Hukum .......................................... 19

Page 7: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

iv

C. Ijtihad .......................................................................................... 22

1. Pengertian Ijtihad .................................................................. 22

2. Jenis-Jenis Ijtihad ................................................................. 23

3. Kedudukan Ijtihad ................................................................. 28

D. Perbedaan Ijtihad Ulama Dalam Memandang Fiqih Muamalah . 29

1. Fiqih Ibadah .......................................................................... 29

2. Pengertian Muamalah ,.......................................................... 31

3. Prinsip – Prinsip Dasar Fiqih Muamalah ............................. 33

4. Kedudukan Muamalah dalam Islam ..................................... 34

BAB III PROFIL PD. PK KEC. PARUNG

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 37

1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................. 37

2. Permodalan Perusahaan ....................................................... 38

B. Produk-Produk PD. PK Parung ................................................... 39

C. Setruktur Organisasi .................................................................... 44

D. Sistem Pengawasan PD.PK ......................................................... 47

E. Sistem Pembagian Hasil .............................................................. 49

F. Dampak Positif dan Negatif PD.PK Parung Menurut Perpektip

Masyarakat .................................................................................. 49

Page 8: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

v

BAB IV AKTIPITAS PD.PK MENURUT PANDANGAN

PERBANDINGAN MAZHAB FIQH

A. Persamaan dan Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syari’ah51

1. Bank Konvensional .............................................................. 51

2. Bank Syari’ah ....................................................................... 54

3. Persamaan Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional ........ 55

4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ......... 56

B. Kredit........................................................................................... 58

1. Pengertian kredit .................................................................. 58

2. Jenis-Jenis Kredit .................................................................. 59

C. Pandangan Mazhab Fiqih Terhadap Bank Dan Kredit ............... 61

1. Pengertian Riba ..................................................................... 61

2. Jenis-jenis Riba ..................................................................... 62

3. Hukum Riba ......................................................................... 63

4. Kredit Menurut Perspektif Hukum Islam .............................. 68

5. Pendapat Faqaha Terhadap Bank Konvesional ..................... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 76

B. Saran-Saran ................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 78

LAMPIRAN

Page 9: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan sistem

perbankan yang sesuai dengan prinsip syari’ah mendapat respon positif dari

pemerintah yang antara lain berupa dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 tentang

perbankan yang menetapkan bahwa perbankan di Indonesia menganut dual banking

system, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syari’ah. Perundang-undangan

tersebut selanjutnya disempurnakan dengan UU No.10 Tahun 1998, guna

memberikan landasan hukum yang lebih jelas bagi operasional perbankan syari’ah

nasional. Diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998 tersebut memicu pertumbuhan

Bank Umum Syari’ah dan BPRS di Indonesia. Pada periode 1992-1998 hanya

terdapat 1 Bank Umum Syari’ah dan 78 BPRS yang telah beroperasi di Indonesia.

Sedangkan dalam periode 1998 sampai dengan April 2003, di Indonesia terdapat 2

kantor Bank Umum Syari’ah dan 6 Unit Usaha Syari’ah dengan 49 kantor cabang, 15

Kantor Cabang Pembantu, dan 63 Kantor Kas. Sedangkan BPRS berjumlah 86 yang

tersebar di berbagai kota di Indonesia. Hal ini menunjukkan tingkat pertumbuhan

yang cukup menggembirakan pasca diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998.1

Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syari’ah

Islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama

1 http://one indoskripsi.com.

Page 10: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

2

manusia. Pengaturan lembaga perbankan dalam syari’ah Islam dilandaskan pada

kaidah dalam ushul fiqih yang menyatakan bahwa “maa laa yatimm al-wajib illa bihi

fa huwa wajib“, yakni sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib,

maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah

wajib diadakan. Oleh karena pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak

akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun

menjadi wajib untuk diadakan.2

Islam membawa pemahaman yang membentuk pandangan hidup tertentu dan

garis hukum yang global. Karenanya, guna menjawab setiap masalah yang timbul,

peran hukum Islam dalam konteks kekinian diperlukan. Kompleksitas masalah umat

seiring dengan berkembangnya zaman, membuat hukum Islam harus menampakkan

sifat elastisitas dan fleksibelitasnya guna memberi manfaat terbaik, dan dapat

memberikan kemaslahatan kepada umat Islam khususnya dan manusia umumnya

tanpa meninggalkan prinsip yang ditetapkan syariat Islam.3

Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 Bab III Pasal 5, menurut jenisnya bank

dibedakan atas :

1. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan

2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2006, hal. 14 - 15 3 Staf Pengajar STIE Pengembangan Bisnis dan Manajemen, dimuat di Jurnal Pengembangan

Bisnis dan Manajemen, Jakarta. Vol. III, No. 05 – Oktober 2004.

Page 11: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

3

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan

atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam perekonomian modern, pada dasarnya bank adalah lembaga perantara

dan penyalur dana antar pihak yang berkelebihan dengan pihak yang kekurangan

dana. Peran ini disebut dengan financial intermediary.4

Penyesuaian dana penyempurnaan kebijakan di bidang perbankan nasional

diharapkan mempercepat terciptanya sistem perbankan nasional yang efektif dan

efisien. Peranan bank untuk golongan masyarakat ekonomi lemah terutama

masyarakat di daerah pedesaan sangat diperlukan. Bank Perkreditan Rakyat

Perusahaan Daerah Perkereditan Kecamatan (BPR PD PK) merupakan lembaga yang

melayani jasa perbankan guna memenuhi kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan

dan penyedia layanan jasa-jasa perbankan, dimana peranannya dirasakan oleh

masyarakat di daerah pedesaan.5

Industri perbankan di Indonesia sangat penting peranannya dalam

pembangunan perekonomian. Terutama sekali dalam menyediakan dana bagi dunia

usaha. Selain itu perbankan dibutuhkan karena mempunyai fungsi yang sangat

mendukung bagi pertumbuhan perekonomian. Jasa keuangan yang dilakukan oleh

bank disamping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (credit) juga

4 Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan: Sebuah Titik Antisipatif.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996 h. 144 5 http://www.scribd.com, 13 November 2009.

Page 12: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

4

melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan.

Kemudian usaha bank lainnya dalam berupa memberikan jasa-jasa keuangan yang

mendukung dan memperlancar kegiatan dalam memberikan pinjaman dengan

kegiatan dalam menghimpun dana. Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD

PK) merupakan salah satu badan kredit yang disponsori oleh pemerintah yang

beroperasi di daerah-daerah pedesaan yang berpusat di setiap kecamatan.

Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya dari pedagang

kecil serta berbagai kasus masyarakat desa sebagai akibat terbatasnya sumber tempat

meminjam, mendapat perhatian besar dari pemerintah daerah. Hal ini diwujudkan

dengan didirikannya Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD PK). Melalui

lembaga perkreditan ini, bagi para pedagang kecil pada khususnya merupakan salah

satu alternative terbaik yang dapat dipilih. Dimana pada pokoknya PD PK ini

mempunyai tujuan untuk membantu masyarakat pedesaan pada umumnya dan bagi

para pedagang kecil pada khususnya melalui bantuan modal yang diberikan.6

Jika di lihat dari aktifitas PD PK maka PD PK termasuk ke dalam kategori

Bank perkreditan rakyat yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional tidak berdasarkan prinsip syari’ah, dalam kegiatan Bank Perkreditan

Rakyat tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, artinya jasa-jasa

perbankan yang ditawarkan bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika

dibandingkan dengan kegiatan atau jasa Bank umum.7

6 http://www.scribd.com/doc/19709042/perkreditan-masyarakat -pedesaan.14 November 2009

7 Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan” (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta), hl. 20

Page 13: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

5

Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD PK) Parung berdiri atas

peraturan daerah Provinsi Jawa Barat nomor 14 tahun 2006 dan peraturan Menteri

dalam Negeri nomor 22 tahun 2006. Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan

(PDPK), ini ada karena tingginya kebutuhan masyarakat akan permodalan usaha yang

sehat, sehingga terbangun sebuah perekonomian daerah yang kuat dan stabil, dimana

masyarakat dapat mandiri dan siap bersaing dengan kemajuan daerah lainnya.

Dari uraian di atas Penulis merasa tertarik dengan peran PD PK terutama PD

PK di Kecamatan Parung Kab. Bogor, yang berupaya untuk meningkatkan

perekonomian rakyat kecil melalui pemberian kredit secara konvensional dan produk-

produk yang ditawarkan lainnya, serta perbandingannya dengan perkreditan secara

syari’ah. Penulis berkeinginan menulis sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi

yang diberi judul “Pandangan Mazhab Fiqih Terhadap Aktifitas Perkereditan

Perusahaan Daerah Perkereditan Kecamatan (Pd.Pk) (Study Kasus Pd.Pk Kec

Parung)”

B. Identifikasi Masalah

Jika membahas Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD PK) tentu akan

banyak masalah-masalah yang akan muncul, maka dengan maksud tersebut penulis

mencoba membatasi masalah hanya seputar aktifitas pada PD PK, produk-produk

yang ditawarkan oleh PD. PK.

Selain membahas seputar PD. PK dan produk-produk yang di tawarkan tentu

akan ada beberapa masalah lainnya yaitu bagaimana keberadaan PD. PK di pandang

dari sudut hukum Islam.

Page 14: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

6

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dengan masalah lain di luar

wilayah penelitian, maka dalam skripsi ini Penulis membatasi pada masalah

Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD PK) di Kec. Parung Bogor,

konsep-konsep serta produk-produk yang ditawarkan serta peranannya di

masyarakat dan perbandingannya dengan perkreditan secara syari’ah.

2. Perumusan Masalah

Melihat dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka pokok masalah

dalam skripsi ini bagaimana pandangan hukum Islam terhadap keberadaan PD.

PK? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana aktivitas PD PK Kec. Parung dalam upaya meningkatkan

perekonomian masyarakat Parung ?

b. Apa dampak positif dan negatif dari perkreditan secara konvensional ?

c. Apa perbedaan antara Perkreditan Konvensional dengan Perkreditan Syari’ah

?

d. Bagaimana para imam mazhab memandang perkreditan, khususnya

perkreditan PD. PK ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain adalah:

1. Mengetahui peran PD PK Kec. Parung, konsep-konsep, produk-produk dan

peranannya di masyarakat Parung

Page 15: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

7

2. Mengetahui Dampak positif dan negatif dari perkreditan konvensional

3. Mengetahui Pandangan parmazhab fiqih tentang Perkreditan Konvensional

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut, :

1. Bagi penulis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam

proses pendewasaan Hukum Islam di Indonesia disamping sebagai syarat

kelulusan pendidikan S1.

2. Bagi jurusan Perbandingan Mazhab Fiqih, hasil pembahasan skripsi ini

diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi umum, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah referensi ketika

dihadapkan pada masalah yang diangkat penulis

E. Tinjauan Studi Terdahulu

Dari beberapa tulisan baik itu Skripsi, Buku-buku dan artikel yang saya ketahui

memang sangat banyak yang membahas tentang kredit diantaranya, Hukum

Perbankan di Indonesia, yang di tulis oleh Muhammad Djumhana, di dalam bukunya

mengartikan Kredit berasal dari bahasa Romawi “Credere” yang berarti percaya,

dasar dari kredit adalah kepercayaan.8 Buku lain yang membahas tentang kredit yaitu

Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan, seseorang

atau suatu badan usaha mendapatkan fasilitas kredit dari Bank, maka orang atau

badan usaha tersebut telah mendapatkan kepercayaan dari Bank pemberi kredit.9

8 Djumhana Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung; PT. Citra Aditya Bakti,

1996), h.229. 9 Rahman Hasanuddin, Aspek – Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan: Panduan Dasar

Legal Officer, (Bandung; PT. Citra Aditiya Bakti, 1998), h. 95.

Page 16: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

8

Di dalam buku Kasmin yang berjudul, Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya, tujuan dan fungsi dari kredit diantaranya adalah: mencari keuntungan,

membantu usaha nasabah dan membantu pemerintah.10

Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syari’ah

Islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama

manusia. Pengaturan lembaga perbankan dalam syari’ah Islam dilandaskan pada

kaidah dalam ushul fiqih yang menyatakan bahwa “ maa laa yatimm al-wajib illa bihi

fa huwa wajib “, yakni sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib,

maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah

wajib diadakan. Oleh karena pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak

akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun

menjadi wajib untuk diadakan.11

,Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, yang di

tulis oleh Karim Adiwarman.

Muhammad Zuhri di dalam bukunya yang berjudul, Riba Dalam Al-Qur’an dan

Masalah Perbankan, menuliskan bank adalah lembaga perantara dan penyaluran dana

antara pihak yang berkelebihan dengan pihak yang kekurangan dana. Peran ini

disebut dengan financial intermediary12

selain itu juga Hamzah Ya’qub dalam

bukunya yang berjudul, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Moh. Hatta, Bank adalah

10

Kasmin, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,(Jakarta; Rajawali Press, 2001), h. 96 11

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2006, hal. 14 – 15. 12

Muh Zuhri, Riba Dalam Al-Qur’an dan Masalah Perbankan : titik antisipatif, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 1990), h. 144.

Page 17: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

9

sendi kemajuan masyarakat. Sekiranya tidak ada Bank, maka tidak akan terdapat

kemajuan seperti sekarang ini13

.

Dari beberapa judul buku di atas, sangatlah berbeda dengan apa yang ada dalam

karya ilmiah yang penulis tulis adalah bagai mana pandangan mazhab fiqih

memandang segala aktifitas PD.PK dalam membantu perekonomian masyarakat.

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini, Penulis menggunakan metode penelitian Primer, Sekunder dan Tersier

yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Data-data penelitian ini terdiri dari data Primer, Sekunder dan Tersier. Data

Primer adalah data yang diperoleh langsung dari PD. PK yang sumbernya

didapatkan dari praktisi PD. PK dan masyarakat yang terlibat didalamnya,

sedangan data Sekunder data-data yang didapatkan dari tulisan-tulisan serta

komentar dari para ahli. Sedangan data Tersier adalah data yang didapatkan dari

mana saja sebagai sumber yang mendukung.14

2. Jenis dan sumber data

Pada penulisan skripsi ini Penulis menggunakan jenis Data Primer yang

bersumber dari Alqur’an, Hadits dan perundang-undangan sedangkan untuk

menambah data Penulis menggunakan jenis data sekunder yang bersumber dari

13

Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam: Pola Pembinaan Hidup dalam

Berekonomi, (Bandung: CV. Diponegoro, 1984), h. 193. 14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta : PT. Bina Aksara,1985), cet. Ke-2, h.139

Page 18: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

10

literatur-literatur lainnya seperti, : majalah, artikel, koran, wawancara, dan lain-

lain yang berkaitan dengan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini menggunakan instrumen wawancara pada praktisi dan

anggota PD. PK terutama data-data PD. PK dan studi literatur atau perpustakaan.

4. Analisis Data

Analisa Data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa

kualitatif, yaitu penulis menganalisis dengan cara menguraikan dan

mendeskripsikan masalah-masalah yang berkaitan dengan PD PK beserta dampak

hukumnya (menurut hukum Islam), untuk didapatkan suatu kesimpulan yang

obyektif. 15

Sedangkan dalam penulisan skripsi ini Penulis menggunakan buku “Pedoman

penulisan skripsi, tesis dan disertasi” yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, diawali dengan pendahuluan pada bab I dan

diakhiri dengan penutup pada bab V. Untuk memberi kemudahan bagi pembaca,

berikut ini adalah rincian dari sistematika bab-bab skripsi ini :

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari delapan pokok bahasan, yaitu

latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

15

Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), h. 15

Page 19: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

11

Bab II menjelaskan sumber hukum Islam Al-Quran, Sunah, Iztihad. Prinsip –

prinsip Islam dalam bidang Muamalah serta Makosidu Syari’ah.

Bab III untuk memudahkan pembaca, di dalam skripsi ini penulis akan

menuliskan profil dari PD. PK Kec. Parung yang meliputi, sejarah perdirinya PD. PK,

pengurus PD. PK, sistem kerja PD. PK dan Produk yang di tawarkan Oleh PD. PK

kepada masyarakat dan dampak positif dan negatif keberadaan PD.PK ditengah

masyarkat

Bab IV pada bab inilah, masuk pada masalah inti dari skripsi ini yaitu

kedudukan PD. PK dengan menggunakan cara pandang mazhab fiqih terhadap PD.

PK

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran sebagai pengikat

dari seluruh pembahasan yang penulis telah susun dari awal.

Page 20: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

12

BAB II

SUMBER - SUMBER

HUKUM ISLAM

A. Al-Qur’an Menjadi Sumber Hukum Dalam Islam

1. Pengertian Al-Qur’an

Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di

sekitar pengertian Al-Qur‟an baik dari bahasa maupun istilah. As-Syafi‟i

misalnya mengatakan bahwa Al-Qur‟an bukan berasal dari kata apapun dan

bukan pula ditulis dengan hamzah. Lafadz tersebut sudah lazim dipergunakan

dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Sementara Al-Farra berpendapat bahwa lafadz Al-Qur‟an

berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan, karena

dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat Al-Qur‟an itu satu sama

lain saling berkaitan. Selanjutnya Al-Asy‟ari dan para pengikutnya

mengatakan bahwa lafadz Al-Qur‟an diambil dari akar kata qarn yang berarti

menggabungkan sesuatu atas yang lain, karena surah-surah dan ayat-ayat Al-

Qur‟an satu dan lainnya saling bergabung dan berkaitan.1

Pengertian-pengertian kebahasaan yang berkaitan dengan Al-Qur‟an

tersebut sungguh pun berbeda tetapi masih dapat ditampung oleh sifat dan

1 As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, (terj.) Pustaka Firdaus dari judul

asli Mabahits fi Ulum Al-Qur‟an, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1991, Cet. II.

Page 21: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

13

karakteristik Al-Qur‟an itu sendiri, yang antara lain ayat-ayatnya saling

berkaitan satu dan lainnya. Oleh karena itu penulis mencoba pula untuk

memaparkan pengertian Al-Qur‟an secara etimologis dan terminologis

berdasarkan pendapat beberapa ahli.

Secara etimologis, Al-Qur‟an merupakan Masdar dari kata

kerja “Qoroa” yang berarti bacaan atau yang ditulis,2 sedang menurut

Quraish Shihab berarti bacaan yang sempurna.3

Secara terminologis para ulama mengemukakan berbagai definisi

sebagai berikut :

Safi‟ Hasan Abu Thalib menyebutkan :

Artinya: Al-Qur‟an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal Bahasa Arab

dan maknanya dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW, Ia merupakan dasar dan sumber utama bagi syari‟at.4

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan

bahasa arab sesuai dengan bahasa Nabi Muhammad ya itu bahasa arab agar

Nabi Muhammad lebih mengerti maksud dan tujuan wahyu yang diturunkan

2 Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul, Jakarta : (Gaya Media Pratama, Cet. I.

1999), hal. 55. 3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, (Mizan, Cet. III, Bandung: 1996), hal. 3.

4 Safi‟ Hasan Abu Thalib, Tatbiq al-Syari‟ah al-Islamiyah fi al-Bilad al-Arabiyah, (Kairo :

Dar al-Nahdah al-Arabiyah, Cet. III, 1990), hal. 54.

Page 22: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

14

kepada beliu, sebab Al-Quran yang diturnkan sebagai sumber hukum utama

jika Rasullah menhadapi permasalahan-permasalahan.

Dalam hubungan ini Allah sendiri menegaskan dalam firman-Nya :

122

Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan

berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf/12 : 2)5

Ayat ini menegaskan pendapat Safi‟ Hasan Abu Thalib diatas Al-

Quran diturunkan menggunakan bahasa arab karena para sahabat Nabi

Muhammad pun berbahasa arab dengan menggunakan bahasa arab apa yang

diwahyukan kepada Nabi lalu Nabi menjelaskan kepada sahabat agar lebih

mudah dan dimengerti oleh sahabat.

Sedangkan menurut Zakaria al-Birri, yang dimaksud Al-Qur‟an adalah :

Artinya: Al-Kitab yang disebut Al-Qur‟an dalah kalam Allah SWT, yang

diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad SAW dengan lafadz

Bahasa Arab dinukil secara mutawatir dan tertulis pada lembaran-

lembaran mushaf.6

5 Al-Quran terjemah

6 Zakaria al-Birri, Masadir al-Ahkam al-Islamiyah, (Kairo : Dar al-Ittihad al-Arabi Littiba‟ah,

1975), hal. 16

Page 23: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

15

Untuk lebih memperjelas definisi Al-Qur‟an ini penulis juga nukilkan

pula pendapat Dawud al-Attar. Di mana beliau menyebutkan bahwa, Al-

Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara

lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa (uslub)-nya, yang termaktub dalam

mushaf yang dinukil secara mutawatir.7

Definisi diatas mengandung beberapa kekhususan sebagai berikut :

a. Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Al-Qur‟an adalah

wahyu Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau

pikiran Nabi.

b. Al-Qur‟an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna

dan gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Quran datang dari

Allah sendiri.

c. Al-Qur‟an terhimpun dalam mushaf, artinya Al-Qur‟an tidak mencakup

wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang

kemudian disampaikan dalam bahasa Nabi sendiri.

d. Al-Qur‟an dinukil secara mutawatir, artinya Al-Qur‟an disampaikan

kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak

mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan

berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.8

7 Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada

Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : (PT. Bulan Bintang, Cet. I, )hal. 53. 8 Ibid, hal. 54.

Page 24: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

16

Dalam kaitannya dengan sumber dalil, Al-Qur‟an oleh ulama ushul sering

disebut dengan al-Kitab. Umumnya didalam kitab-kitab ushul, para ulama ushul

dalam sistematika dalil yang mereka susun menyebut Al-Quran dengan Al-Kitab.9

Hal ini tentu saja bisa dipahami, sebab didalam Al-Qur‟an sendiri sering

disebut Al-Kitab yang dimaksud adalah Al-Qur‟an. Seperti firman Allah :

22

Artinya: Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi

mereka yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah/2 : 2 ).

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur‟an

merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW dengan

menggunakan bahasa Arab, yang penukilannya disampaikan secara mutawatir,

dari generasi ke generasi, hingga sampai sekarang ini. Penukilan Al-Qur‟an

dilakukan oleh para sahabat dengan menghafalnya dan menyampaikan ke

generasi setelah mereka melalui sanad yang mutawatir. Dengan demikian

otentisitas dan keabsahan Al-Qur‟an dan terpelihara sepanjang masa serta tidak

akan pernah berubah. Hal dibenarkan oleh Allah dalam firman-Nya :

159

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya

Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr : 9)

9 Zakaria Al-Birri, op.cit, hal. 16.

Page 25: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

17

Jelaslah bahwa Allah yang menurunkan Al-Quran kepada Nabi

Muhammad melalui malikat Jibril kebenaranya tidak akan pernah diragukan

sampai kapanpun.

2. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum

Seluruh mazhab dalam Islam sepakat bahwa Al-Qur‟an adalah sumber

hukum yang paling utama, dengan kata lain, Al-Qur‟an menempati posisi awal

dari tertib sumber hukum dalam berhujjah. Al-Qur‟an dipandang sebagai sumber

hukum yang utama dari sumber-sumber yang ada. Safi‟ Hasan Abi Thalib10

menegaskan :

Artinya: Al-Qur‟an dipandang sebagai sumber utama bagi hukum-hukum

syari‟at. Adapun sumber-sumber lainnya adalah sumber yang

menyertai dan bahkan cabang dari Al-Qur‟an. Dan dari sini, jelas

bahwa Al-Qur‟an menempati posisi utama dalam berargumentasi,

tidak boleh pindah kepada yang lain kecuali apabila tidak

ditemukan didalamnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jelaslah bahwa Al-Qur‟an adalah sumber

hukum utama dalam ajaran Islam. Adapun sumber-sumber lainnya merupakan

pelengkap dan cabang dari Al-Qur‟an, karena pada dasarnya sumber-sumber lain

10

Safi Hasan Abu Talib, Tatbiq al-Syari‟ah al-Islamiyah fi al-Bilad al-Arabiyah, (Kairo : Dar

al-Nahdah al-Arabiyah, Cet. III, 1990), hal. 63-64

Page 26: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

18

itu akan kembali kepada Al-Qur‟an. Al-Ghazali11

bahkan mengatakan, pada

hakikatnya sumber hukum itu satu, yaitu firman Allah SWT. Sebab sabda

Rasulullah bukanlah hukum, tetapi sabda beliau merupakan pemberitaan tentang

bermacam-macam hukum Allah SWT.

B. Sunnah Menjadi Sumber Hukum Islam Setelah Al-Quran

1. Pengertian Sunnah

Para ulama ahli hadits dan para lama ahli ushul fikih memberikan

ta‟rif kata sunnah, demikian:

Artinya: "Apa-apa yang datang dari Nabi SAW berupa perkataan-

perkataannya perbuatan-perbuatannya, taqrirnya dan apa-apa yang

beliau cita-citakan untuk mengerjakannya".12

Abdul Wahab Khallaf, menegaskan yang dimaksud dengan As-Sunnah

ialah :

Artinya: “Sunnah ialah apa-apa yang bersumber dari Rasulullah saw baik

berupa perkataan, perbuatan maupun penetapannya”.13

11

Al-Ghazali, al-Mustasfa Min „Ilmi al-Ushul, (Mesir: Maktabah al-Jumdiyah, 1971), hal. 118. 12

Ibid, hal. 230 13

Abdul Wahab Khallaf, Usul Fiqih, (Pustaka Firdaus. Cet. VIII: Jakarta, 2003), hal. 65

Page 27: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

19

Adapun pembagaian sunnah sebagai berikut :

a. Al-Sunnah Qauliah (ucapan) yaitu: Hadis-Hadis Rasulullah SAW, yang

diucapkannya dalam berbagai tujuan dan persesuaian (situasi), seperti

sabda Rasulullah SAW.

b. Al-Sunnah fi‟liyah, yaitu: perbutan-perbuatan nabi Muhammad SAW,

seperti pekerjaan melakukan shalat lima kali (sehari semalam) dengan

sunnah kaifiyah, (tata cara) dan rukun-rukunya, pekerjaan menunaikan

ibadah haji dan pekerjaanya, mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari

pihak penuduh.

c. Al-Sunnah taqririyah, yaitu: perbutan sebagaian para sahabat Nabi yang

telah diikrarkan oleh Nabi SAW, baik perbutan itu berbentuk ucapan atau

perbutan, sedangakan ikrar itu adakalanya dengan cara mendiamkannya,

atau tidak menunjukan tanda-tanda ingkar atau menyetujuinya, dan atau

melahirkan anggapan baik tehadap perbutan itu, sehingga dengan adanya

ikrar dan persetujuan ini perbutan tersebut dianggap sebagai perbuatan

yang dilakukan Rasul SAW, sendiri.14

2. Sunnah Sebagai Sumber Hukum

Umat Islam sepakat bahwa apa saja yang datang dari Nabi SAW baik

ucapan, perbuatan atau taqrir, membentuk suatu hukum atau tuntutan yang

disampaikan kepada kita dengan sanad yang shahih dan mendatangkan yang

14

Abdul Wahab Khallaf, Kaidah – Kaidah Hukum Islam, (P.T. Rajagrafindo Persada,

Cet,VIII, Jakarta: 2002) hal.46-47

Page 28: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

20

qath‟i atau zhanny.15

Karenanya, dengan kebenaran itu adalah sebagai hujjah bagi

umat Islam dan sebagai sumber pembentukan hukum Islam yang oleh para

mujtahid dijadikan sebagai rujukan istinbath dan hukum-hukum syari‟at bagi

mukallaf. Dengan kata lain, hukum-hukum yang ada pada As-Sunnah adalah

hukum-hukum yang ada didalam Al-Qur‟an, sebagai peraturan perundangan yang

harus ditaati.

Ada beberapa alasan yang kuat yang mendukung pemakaian As-Sunnah

sebagai hujjah atau sumber hukum, yaitu sebagai berikut :

a. Adanya nash-nash Al-Qur‟an yang memerintahkan agar patuh dan tunduk

kepada Nabi. Sebagaimana firman Allah :

459Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah

Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu. (QS. An-Nisa‟ : 59)

b. Sunnah Nabi SAW pada dasarnya adalah penyampaian (tabligh) risalah Tuhan

dan Allah menugaskan kepada Nabi agar menyampaikannya kepada Umatnya.

Maka menerapkan dalil-dalil sunnah berarti sama dengan menerapkan syari‟at

Allah SWT. Allah berfirman :

15

Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Usul Fiqih, (Gema Risalah Press.. Cet. II: Bandung, 1997), hal.

15.

Page 29: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

21

567

Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan

itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya (QS. Al-

Maidah/5 : 67).

c. Ada nash Al-Qur‟an yang menerangkan bahwa Nabi berbicara atas nama

Allah, sebagaimana firman Allah :

5334

Artinya: Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa

nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang

diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm/53 : 3-4).

d. Ijma‟ para sahabat juga menentukan demikian. Mereka, sesudah Rasulullah

wafat, melakukan ketentuan-ketentuan Al-Quran dan juga ketentuan As

Sunnah. Ini terlihat jelas terhadap sikap Khulafa Rasyidin Abu Bakar apa bila

mendapatkan suatu masalah beliu tidak hafal dan tidak mengetahui sunnah

makan beliu mencari sahabat yang mengetahui sunnah tersebut.16

e. Didalam A-Qur‟an, Allah SWT telah mewajibkan kepada umat manusia untuk

melakukan ibadah fardhu dengan lafadz „am tanpa penjelasan secara detail,

baik mengenai hukumnya atau cara melaksanakannya. Seperti firman Allah :

477

16

Drs. H. Kamal Muchtar, Ushul Fiqih, (PT. Dana Bhakti Wakaf : Yogyakarta, 1995) Jilid 2,

hal, 92

Page 30: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

22

Artinya: Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat (QS. An-Nisa‟/4 : 77).

Pada ayat diatas hanya ada perintah mendirikan sholat tidak ada penjelasan

bagaimana cara sholat maka sunnahlah yang menjelaskan bagaimana cara

melakukan sholat seperti hadis Nabi:

Artinya: Sabda Rasulullah saw : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat

aku melakukan shalat” (Shahih Bukhari)17

C. Ijtihad

1. Pengertian Ijtihad

Kata ijtihad (اجتهاد) itu dari bahasa arab, dari kata kerja (fi‟il) اجتهد

(ijtihada) - يجتهد (yajtahidu) – yang artinya “sungguh ,(ijtihada) اجتهادا

sungguh” misalnya dikatakan: اجتهد فى األمر (ia bersungguh-sungguh dalam

suatu urusan”).

Tetapi yang dimaksud dengan kata ijtahada atau “ bersungguh –

sungguh” itu, bukan dalam urusan yang ringan atau mudah, melainkan dalam

urusan yang berat atau sulit.

Oleh sebab itu, maka kata ijtahada itu dalam bahasa Arab harus

dipergunakan dengan rangkaian kata yang menunjukan akan sesuatu yang

berat, bukan yang ringan. Misalnya: – ia bersungguh) اجتهد فى حمل الرحا

sungguh dalam membawa batu penggilingan). Tidak boleh dikatakan اجتهد فى

.(ia telah bersunggu-sungguh dalam membawa sebiji sawo) حمل خرد لت

17

Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadis terpilih, (Gema Insani : Jakarta, 1991) hal. 68

Page 31: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

23

Kata ijtahada harus dipergunakan demikian, karena kata ijtahada itu

pokok kata jahdu (جهد) atau juhdu (جهد), yang artinya”kuasa” atau “kuat”

dan/atau “kepayahan” dari sinilah makna kata jihad bisa diartikan (جهاد)

“perang” karena berjihad itu tentu disertai dengan susah payah, dengan

mengeluarkan kekuatan dan dengan penuh kesungguhan untuk melawan

musuh.18

Demikian arti kata ijtihad, maka dengan demikian, kata mujtahid (مجتهد)

itu, artinya sepanjang lughat, ialah „yang bersungguh-sungguh” dalam berusaha

mengerjakan urusan yang berat atau sulit.

Adapun ijtihad menurut istilahan para ulama ahli usul fiqih yaitu: ijtihad

ialah menghabiskan kesanggupam dalam memperoleh suatu hukum syarak yang

amali dengan jalan mengeluarkan dari kitab dan sunnah.

Mujtahid itu ialah seorang fakih (ahli hukum agama) yang menghabiskan

kesanggupanya untuk menghasilkan dalam (sangkaan) dengan menetapak hukum

syarak dengan jalan istinbath dari al-quran dan sunnah.19

2. Jenis – Jenis Ijtihad

a. Ijma'

Secara definitif ijma‟, menurut ahli usul adalah kesepakatan para

mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa sepeninggal Rasulullah terhadap

suatu hukum syari‟at mengenai suatu peristiwa. Dengan kata lain, apabila

18

KH. Moenawar Chalil, Kembali Kepada Al-Quran dan Assunnah, (PT. Bualan Bintang,

Jakarta: 1999) hal. 428-429. 19

ibid, hal. 42

Page 32: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

24

terjadi suatu peristiwa yang memerlukan ketentuan hukum yang tidak

ditemukan dalam kedua sumber sebelumnya (Al-Qur‟an dan Sunnah),

kemudian para mujtahid mengemukakan pendapatnya tentang hukum suatu

peristiwa dan disetujui atau disepakati oleh para mujtahid lain, maka

kesepakatan itulah yang disebut dengan ijma‟.

Ijma‟ merupakan salah satu sumber hukum Islam yang memiliki posisi

kuat dalam menetapkan hukum dari suatu peristiwa. Bahkan telah diakui luas

sebagai sumber hukum yang menempati posisi ketiga dalam hukum Islam.

Sejumlah ayat dan hadits Nabi menjadi justifikasi teologis kekuatan ijma‟

sebagai sumber hukum dalam Islam.

Pemberian warisan kepada nenek laki-laki (jadd) ketika ia berkumpul

dengan anak laki-laki orang yang meninggal dunia. Nenek laki-laki tersebut

menggantikan ayah (orang yang meninggal) untuk menerima seperenam dari

harta warisan atau harta peninggalannya merupakan contoh penetapan hukum

berdasarkan ijma‟ sahabat.20

Dalam transaksi jual beli, misalnya istishna‟ atau pemesanan barang

yang baru akan dibuat yang seharusnya tidak boleh, karena dinilai sama

seperti halnya membeli barang yang tidak ada merupakan contoh hukum yang

bersumber dari hasil ijma‟, sahabat.

Penggunaan ijma‟ sebagai sumber hukum dalam menetapkan hukum

suatu peristiwa secara historis terjadi pasca wafatnya Nabi SAW. Selama

20

Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2001) hal. 31

Page 33: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

25

beliau hidup setiap peristiwa yang muncul selalu diminta untuk ditetapkan

hukumnya sehingga tidak mungkin terjadi perlawanan hukum terhadap suatu

masalah.

Ijma‟ memiliki kehujjahan sebagai sumber hukum didasarkan pada

sejumlah argumentasi teologis terutama ayat 59 surat An-Nisa‟ yang mana

didalamnya terdapat anjuran untuk taat pada ulil amri setelah taat kepada

Allah dan Rasul-Nya. Ulil amri dalam ayat tersebut dipahami sebagai

pemegang urusan dalam arti luas mencakup urusan dunia (seperti kepala

negara, menteri, legislatif, yudikatif dan sebagainya) dan pemegang urusan

agama seperti para mujtahid, mufti dan ulama. Karena itu, apabila ulil amri

telah sepakat dalam status hukum suatu urusan maka wajib ditaati, diikuti dan

dilaksanakan sebagaimana mentaati, mengikuti dan melaksanakan perintah

Allah dan Rasul-Nya21

. Dalam surat An-Nisa‟ ayat 83 dikemukakan :

Artinya: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang

keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya dan

kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di

antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui

kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul

dan Ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah

21

Ibid, hal 32

Page 34: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

26

kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali

sebahagian kecil saja (di antaramu).(Q.S, An-Nisa: 83)

Argumentasi teologis kedua yang dijadikan justifikasi kehujjahan

ijma‟ sebagi sumber hukum dalam Islam adalah sejumlah hadits Nabi SAW

yang menjelaskan terpeliharanya umat Islam dari bersepakat membuat

kesalahan dan kesesatan seperti hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Ibn

Majah, yang mengatakan “umatku tidak sepakat untuk membuat kekeliruan”.

Hal ini berarti bahwa kesepakatan yang telah dicapai oleh para mujtahid

memiliki kehujjahan yang kuat sebagai sumber hukum dalam Islam dan wajib

diikuti oleh umat Islam pada umumnya.

b. Qiyâs

Secara bahasa qiyas berarti ukuran, mengetahui ukuran sesuatu,

membandingkan, atau menyamarkan sesuatu dengan yang lain. Adapun qiyas

secara teriminologi yang dikemukakan oleh Sadr al-Syari‟ah qiyas adalah

memberlakukan hukum asal kepada hukum furu‟ desebabakan kesatuan illat

yang tidak dapat dicapai melalui pendekatan bahasa saja.22

Adapun menurut Ibnu Rusyd, al-Qiyas berfungsi sebagai sebuah

metode dan solusi untuk menjawab dan merespon kasus - kasus hukum yang

tidak disentuh oleh Syara yang tidak terdapat didalam Al-Qur‟an dan Hadis23

Qiyas menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu

hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya

22

Drs. H. Nasrun Haroen, M.A., Ushul Fiqih, (Jakarta: Logos, 1996) hal.62 23

Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, hal. 3

Page 35: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

27

namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek

dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.24

Dalam Islam, Ijma dan

qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum

ditetapkan pada masa-masa sebelumnya maka qiyas dapat digunakan sebagi

sumber hukum.

c. Istihsan

Istihsan menurut harfiyah meminta berbuat kebaikan, yakni

menganggapnya baik. Menurut istilah banyak definisi diantaranya:

Menurut pendapat Al Ghazali berpendapat semua hal yang dianggap

baik oleh Mujtahid menurut akalnya.

Adapun menurut Abu Ishaq berpendapat pengambilan suatu

kemaslahatan yang bersifat juz‟i dalam menanggapi dalil yang bersifat global.

Sebagian ulama yang lain mengatakan sebuah perbutan adil dalam

hukum yang menggunakan dalil adat untuk kemaslahatan manusia.

Mengenai kehujjahan istihsan ulama Hanafiyah, ulama Malikiyah,

ulama Hanabilah, golongan inilah yang menerima istihsan sebagai hujjah.

Sedangkan ulama Syafi‟iyah menolak, bahkan beliau berkata barang siapa

yang menggunakan istihsan berarti ia telah membuat syari‟at sendiri. Beliau

juga berkata segala urusan itu telah diatur oleh Allah SWT. Setidaknya ada

yang meyerupai sehingga boleh memakai qiyas, namun tidak boleh memakai

istihsan.25

24

Rahmat Syafe‟I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia), hal. 86 25

Ibid, hal. 111-112

Page 36: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

28

3. Kedudukan Ijtihad

Berbeda dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah, ijtihad terikat dengan

ketentuan-ketentuan sebagi berikut :

a. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan

yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia

yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif maka keputusan

daripada suatu ijtihad pun adalah relatif.

b. Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi

seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa/tempat

tapi tidak berlaku pada masa/tempat yang lain.

c. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan „ ibadah mahdhah. Sebab

urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.

d. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah.

e. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi,

akibat, kemaslahatan26

Jadi si mujtahid dalam berijtihad itu, tidaklah harus dengan pikirannya

sendiri semata-mata, tetapi harus dengan beristinbath dari al-Qur‟an atau as-

sunnah, dan cara menghukumnya harus dengan mengemukakan keterangan dari

hasil ijtihad (istinbath) dari Al-Qur‟an atau As-sunnah.27

26

Kedudukan Ijtihad, http://almanaar.wordpress.com/2007/10/22/kedudukan-ijtihad/ 27

KH. Moenawar Chalil, Kembali Kepada Al-Qur‟an dan As-sunnah, op.cit, hal. 431

Page 37: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

29

D. Perbedaan Ijtihad Ulama Dalam Memandang Fiqih Muamalah

Sebelum penulis membahas mengenai fiqih Muamalah penulis mencoba

menggambarkan mengenai apa yang dimaksud dengan fiqih, secara garis besar

fiqih dibagi kedalam dua yaitu fiqih ibadah (mahdhah) hukum Islam yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan fiqih muamalah (ghairu

mahdhah) hukum Islam yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia

yang lain dan alam semesta.28

1. Fiqih Ibadah

Jika kita berbicara mengenai fiqih ibadah maka terdapat dua suku kata yaitu

fiqih dan ibadah yang dimaksud keduanya adalah:

a. Fiqih adalah secara bahasa fiqih berarti faham yang mendalam,

mengetahui batinya samapi kedalamnya, sedangkan secara istilah fiqih

adalah ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliyah, yang

digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili.

Menurut ulama lain fiqih adalah apa yang dicapai oleh mujtahid dengan

zannya. Sedangkan Al Amidi memberikan definisi yang tidak berbeda

degan diatas : “fiqih adalah ilmu tentang seperangkat hukum-hukum

syara‟ yang bersifat furu‟iyah (cabang) berhasil didapatakan melalui

penalaran atau istidlal29

28

Dr. Hj. Zurinal z, Fiqih Ibadah, (Lembaga Penelitian UIN: Jakarta 2008), hal. 7 29

Dr. Hj. Zurinal z, Ibid, hal, 5

Page 38: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

30

Dari pengertian diatas dafat kita simpulkan bahwa fiqih adalah ilmu

tentang hukum Allah yang bersifat amaliyah furu‟iyah yang diperoleh dari

dalil tashili yang digali dan ditemukan melalui penalaran dan istidlal

seseorang mujtahid atau faqih.

b. Ibadah

Ibadah adalah bahasa Arab yang secara etimologi berasal dari akar kata

عبادة- عبدا – يعبد –عبد yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri

dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makana yang bedekatan.

Seseorang yang tunduk, patuh merendahkan dan hina diri di hadapan yang

disembah disebut abid (yang beribadah) budak disebut dengan عبد karena

dia harus tunduk dan patuh serrta merendahkan diri terhadap

majikannya.30

Pengertian umum ibadah mencakup segala bentuk hukum, baik yang dapat

dipahami maknanya (ma‟qulat al-ma‟na) sepertu hukum yang mencakup

dengan muamalah pada umunya, maupun yang tidak dapat dipahami

maknanya (ghair ma‟qulat al-ma‟na), seperti taharah dan shalat. Semua

ini termasuk kedalam ibadah31

Fiqih ibadah jauh lebih luas dari pada fiqih muamalah karena fiqih ibadah

mencakup fiqih munakahat dan fiqih muamalah dalam arti sempit dan

fiqih lain-lainnya.

30

Yusuf Al-Qardhawi, Al-Ibadah fi al-Islam, Muassasah al-Rislah, cet. 6, Beirut, 1979. Hal.

27 31

Dr. A. Rahman Ritonga, MA, “Fiqih Ibadah” (Gaya Media Pratama, Jakarta: 1997), hal. 1

Page 39: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

31

Dari pengertian diatas antara fiqih dan ibadah dapat kita simpulkan bahwa

fiqih ibadah adalah ilmu yang mengatur tata cara bagai mana cara berhubungan

antara manusia dengan sang pencipta yaitu Allah SWT yaitu bagi mana cara

bersuci, ibadah, puasa, zakat dan haji.32

2. Pengertian Muamalah

kata Muamalah berasal dari bahasa Arab معاملاث yang merupakan

bentukan dari kata معاملت- يعامل –عامل yang menurut bahasa memiliki arti

saling bertindak, berbuat, pekerjaan, pergaulan, bisnis dan transaksi.33

Secara terminologi pengertian fiqih muamalah dibagi dalam dua macam

yaitu pengertian fiqih muamalah dalam arti luas adalah aturan-aturan hukum

Islam yang berkaitan dengan tindakan hukum manusia dalam persoalan keduniaan

seperti jual beli, gadai, perdagangan, sewa, syarikat, mudharabah, nikah, hibah,

waris, wasiat, perang, perdamaian dan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam

hidupnya.34

Muamalah bisa diartikan segala aturan agama yang mengatur hubungan

antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara

manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya/alam

semesta.35

32

Dr. A. Rahman Ritonga, MA, Ibid, hal. 2 33

Ah. Azharudin Lathif, Fiqih Muamalah, (UIN Jakarta Press: Jakarta 2005), hal. 3 34

Ah. Azharudin, Ibid, hal. 3 35

. Majfuk Zuhadi, Studi Islam Jilid III Muamalah, (PT. Raja Grafindo: Jakarta, 1993), hal. 2

Page 40: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

32

Aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik

sesama agama maupun tidak seagama, dapat kita temukan dalam hukum Islam

tentang perkawinan, perwalian, warisan, wasiat/testamen, hibah, perdagangan,

perburuan, perkoperasian, sewa-menyewa, pinjam meminjam, hukum tata

negara/pemerintahan, hukum antara bangsa dan golongan dan sebagainya.

Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan

kehidupannya, dapat kita temukan antara lain dalam hukum Islam tentang makan,

minuman dan pakaian, mata pencarian dan rezeki yang dihalalkan dan yang

diharamkan.

Dari pengertian muamalah diatas, maka jelaslah bahwa muamalah

mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sebab dapat mengenai segala aspek

kehidupan manusia misalnya bidang agama, politik, hukum ekonomi, pendidikan,

sosial – budaya dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

1689 Artinya: Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan

segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi

orang-orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl/16 : 89)

Dan juga firman Allah dalam surat al-An‟am.

638

Artinya: Tiada Kami meninggalkan/mengembalikan sesuatu apapun didalam

Al-Quran. (QS. Al-An‟am/6 : 38).

Page 41: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

33

Adapun menurut Wahbah Zuhaili memakai istilah fiqih muamalat dalam

arti luas yang dihubungkan dengan kata ahkam (ahkam al-muamalah/hukum

muamalah) sebagai bandingan dari ahkam al-ibadah (hukum ibadah) menurutnya

hukum muamalah merupakan hukum yang mengatur hubungan antara manusia

baik yang bersifat individual maupun kolektif, yang berdiri dari hukum keluarga,

hukum kebendaan, hukum pidana, hukum acara, perundang-undangan, hukum

internasional, hukum ekonomi dan hukum keuangan.36

Sedangkan muamalah

dalam arti sempit hanya dibatasi pada hubungan hukum yang terkait dengan

persoalan harta benda.

3. Prinsip – Prinsip Dasar Fiqih Muamalah

Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dijaga dalam menjalankan fiqih

muamalah diantaranya:

a. Seluruh Tindakan Muamalah dilakukan atas Dasar Nilai-Nilai Ketuhanan

(Tauhid). Artinya apapun jenis Muamalah yang dilakukan oleh seorang

Muslim harus senantiasa berprinsip bahwa Allah selalu mengontrol dan

mengawasi tindakan tersebut. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah dalam

surat Al-Dzariyat yang berbunyi:

5156

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Dzariyat/51: 56 )

36

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqih al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut:Dar al-Fikr, 2002) cet 4, hal 33-

34

Page 42: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

34

b. Muamalah harus didasarkan pada pertimbangan moral yang luhur.

Islam adalah agama yang tidak memisahkan antara akhlak dengan ekonomi,

keduanya harus berjalan seiring. Tidak bisa saling dipisahkan bila kedua

prinsip ini dipisahkan maka yang terjadi adalah yang kuat akan memangsa

yang lemah.

Atas dasar prinsip ini maka segala kegiatan muamalah harus dilakukan

dengan mengedepankan nilai-nilai moral yang luhur seperti kejujuran,

keterbukaan, kasih sayang, kesetiakawanan, suka sama suka, persamaan,

tanggung jawab, dan profesional.

Dengan demikian, segala bentuk transaksi bisnis yang mengandung riba,

penipuan, ketidakpastian, pemerasan, diskriminatif, pemaksaan, penyogokan dan

unsur-unsur lain yang merugikan harus dihindarkan dan apabila telah berjalan

harus dihindarkan dan apabila telah berjalan maka harus dibatalkan karena

bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dalam syari‟at Islam.37

4. Kedudukan Muamalah dalam Islam

Secara garis besar ajaran Islam membagi kedalam dua bagian yaitu ibadah

dan muamalah. Kaidah fiqih ibadah :

Artinya: Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu dan mengikuti

tuntunan38

37

Ah. Azharudin, Op.Cit, hal. 6-7 38

Ibnu Taimiyah, Juz II, hal. 306

Page 43: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

35

Artinya: Hukum Asal dalam ibadah mahdhah adalah batal sampai ada dalil

yang memerintahkannya”

Dari kedua kaidah diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam bidang ibadah

itu tidak boleh dikerjakan sebelum ada dalil yang memerintahkannya, contohnya

pada dasarnya sholat dilarang untuk dilakukan akan tetapi ada dalil, hadisnya dan

bahkan dicontohkan oleh Rasullah untuk mengerjakan sholat makan umat Islam

wajib mendirikan sholat.

Sedangkan Kaidah fiqih muamalah :

Artinya: Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan

kecuali ada dalil yang mengharamkannya”39

Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dalam transaksi

pada dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerja sama,

(mudharabah atau musyarakah), perwakilan dan lain-lain, kecuali tegas-tegas

diharamkan seperti mengakibatkan kemudharatan, tipuan, judi dan riba.

Ibnu Taimiyah menggunakan ungkapan lain:

Artinya: Hukum asal dalam muamalah adalah pemaafan, tidak ada yang

diharamkan kecuali apa yang diharamkan Allah SWT, tidak ada

yang diharamkan kecuali apa yang diharamkan Allah SWT.40

39

Prof. H. A. Djazuli, Kaidah – Kaidah Fikih, (Kencana : Jakarta, 2007) cet. 2 hal. 130 40

Ibnu Taimiyah, al-Qawa‟id al-Nuraniyah al-Fiqhyah, (Riyadh: Maktabah al-Rusysd, 1422

H/2001 M cet.1), Juz, hal. 306

Page 44: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

36

Artinya: Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak

yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan.41

Keridhaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip. Oleh karena itu,

transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada kedua belah pihak. Artinya tidak

suatu akad apabila salah satu pihak dalam keadaan terpaksa atau dipaksa atau juga

merasa tertipu. Bisa terjadi pada waktu akad sudah saling meridhai, tetapi

kemudian salah satu pihak merasa tertipu, artinya hilang keridhaannya, maka

akad tersebut bisa batal.

Dari beberapa pengertian diatas jelas dikatakan bahwa bermuamalah

didalam Islam diperbolehkan dan memang diatur keberadaannya, asalkan tidak

bertentangan dengan syari‟at yang ada. Selain itu juga pada tulisan diatas ada

prinsip-prinsip muamalah yang harus kita taati sehingga bermuamalah tidak

menjadi haram dilakukan.

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bersama bahwa dalam bidang

ibadah ahrus ada dalilnya, baik dari Al-Quran maupun Al-Hadis Nabi. Sebab,

ibadah itu tidak akan sah apabila tanpa dalil yang memerintahkannya atau

menganjurkannya.

Sedangkan dalam bidang muamalah justru sebaliknya, pada dasarnya

muamalah boleh dilakukan akan tetapi menjadi haram dilakukan apabila

diketemukan dalil yang mengharamkan melakukan kegiatan muamalah.

41

Prof H. A. Djazuli, Op.Cit, hal. 130

Page 45: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

37

BAB III

PROFIL PD. PK KEC. PARUNG

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Sebelum saya membahas sejarah singkat PD.PK Parung penulis

sedikit menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut: LPK, PD.PK dan PD.BPR

pada dasarnya perusahaan ini adalah sama akan tetapi perbedaanya terletak

pada permodalan, yaitu jika perusahaan kecamatan bernama LPK berarti

permodalan yang diterima LPK hanya dari Pemda saja, jika bernama PD.PK

maka permodalan perusahaan tersebut diberikan oleh Propinsi dan Pemda

sedangkan jika bernama PD.BPR maka permodalan perusahaan tersebut

diberikan oleh Propinsi, Pemda dan Bank Jabar.

Pada awal pendirian pada tahun 1993 Pemda Kab. Bogor mendirikan

perusahaan tersebut sebanyak 40 PD.PK, seiring berjalannya waktu dari 40

PD.PK banyak yang mengalami kebangkrutan akibat krisis pada tahun 1998

sehingga banyak nasabah yang tidak mampu mengembalikan pinjaman

akibatnya beberapa PD.PK kehabisan modal untuk menjalankan perusahaan.1

Pada tahun 2000 dikeluarkanlah Peraturan Gubernur Jawa Barat

Nomor 25 tahun 2000 untuk mendirikan kembali PDPK yang mengalami

1 Wawan Cara, Ade Marpensyah, Pimpinan PD. PK Parung. , Jum’at 13 Agustus 2010 Jam.

09.30

Page 46: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

38

kebangkrutan serta menambahkan permodalan bagi PD.PK yang masih

berjalan. 2

Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD.PK) Parung adalah

usaha jasa keuangan di wilayah Kecamatan Parung yang didirikan oleh

PEMDA Bogor pada tahun 1993. PD.PK Parung yang terletak di Pertokoan

Kita Jaya Lt.2 Jl. H.Mawi no 7 Kecamatan Parung. Namun pada bulan

Februari 2007 PD.PK Parung ini dipindahkan ke sebuah ruko di Jl. H. Mawi

No.81B, dengan jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten Bogor Cibinong

kurang lebih 20 km.

Visi dan misi dari PD.PK Parung adalah menjadikan PD.PK yang

membantu permodalan para pelaku UMKM dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat dengan cara memberikan permodalan untuk mendirikan usaha.

2. Permodalan Perusahaan

Melalui peraturan menteri dalam negeri tentang pengelolaan bank

perkreditan rakyat milik pemerintahan daerah ditetapkan permodalan bagi

PD.PK sebanyak 2.000.000.000 (2 milyar)3 yang diturunkan secara bertahap

dari tahun 2006 sampai dengan sekarang PD.PK Parung sudah menerima

modal sebanyak 1.260.000.000 (satu milyar dua ratus enam puluh juta)4

2 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor: 14 Tahun 2006 Tentang Perusahan Daerah

Bank Perkreditan Rakyat dan Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan, hal. 1 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank

Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah 4 Laporan Bulan Juli 2010 PD.PK Parung

Page 47: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

39

Adapun kepemilikan modal terhadap PD.PK Parung sebagai brikut:

Pemerintah Propinsi Jawa Barat sebesar 45 %

Pemerintah Kabupaten Bogor sebesar 55 %5

Tujuan utama didirikannya PD.PK bukan hanya untuk menyalurkan

kredit tetapi untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan.

Dengan adanya PD.PK Parung ini diharapkan tingkat kesejahteraan

masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Parung Bogor dapat meningkat

yang pada akhirnya dapat meningkatkan pula jumlah akumulasi pendapatan

daerah.

Dengan tambahan modal yang diterima PD.PK Parung berusaha untuk

meningkatkan usaha dengan melakukan promosi dan memulihkan

kepercayaan masyarakat serta mulai mencari nasabah baru, baik untuk

nasabah tabungan maupun nasabah kredit yang telah berjalan sampai saat ini

adalah penyaluran kredit pada sektor UKM yaitu meliputi usaha rumahan

yang langsung menjual sendiri hasil produksinya dan sebagian kecil sektor

pegawai dan sektor jasa.

B. Produk-Produk PD. PK Parung

1. Produk PD.PK Parung diantaranya adalah:

a. Produk dan Jasa Pelayanan

PD.PK Parung mempunyai beberapa produk dan jasa pelayanan yang

disediakan bagi para nasabahnya, yaitu sebagai berikut:

5 Op. Cit, hal. 6

Page 48: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

40

1) Kredit

Guna membiayai bisnis yang produktif atau peningkatan kesejahteraan

keluarga melalui usaha kecil, PD.PK Parung menawarkan beberapa

jenis kredit antara lain:

a) Kredit Umum

Kredit umum adalah kredit yang diberikan khusus kepada usaha

kecil dan menengah.

b) Kredit Tani

Kredit ini diberikan kepada para petani yang banyak ditemukan

pada masyarakat Parung.

c) Kredit Syariah

Kredit Syariah adalah produk baru yang dikeluarkan oleh PD.PK

Parung.

2) Tabungan

a) Tabungan Wajib

Tabungan khusus bagi nasabah yang meminjam uang di PD.PK

Parung. Tabungan wajib ditetapkan 3 % dari plafond kredit yang

diberikan.

b) Tabungan Masyarakat

Tabungan masyarakat adalah tabungan yang dibuka untuk umum

artinya boleh menabung kepada PD.PK walaupun orang tersebut

tidak meminjam uang kepada PD.PK

Page 49: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

41

c) Tabungan anak Sekolah

Tabungan yang penabungnya adalah anak usia sekolah mulai dari

Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas.6

b. Prosedur Pemberian Kredit7

PD.PK Parung memiliki prosedur dalam pemberian kredit yang harus

dipenuhi oleh para debitur. Proses tersebut meliputi:

a) Permohonan kredit

Debitur datang ke bagian kredit untuk mengajukan

permohonan kredit dengan menyertakan data-data sebagai berikut:

(1) Formulir permohonan kredit yang sudah diisi

(2) Proposal pengajuan kredit

(3) Foto copy jaminan:

Jika jaminan BPKB

(1) Foto copy KTP suami dan istri (2 lembar)

(2) Foto copy Kartu Keluarga (2 lembar)

(3) Foto copy STNK (2 lembar)

(4) Foto copy BPKB (2 lembar)

(5) Kendaraan jaminan dan data asli harus dibawa

Jika jaminan sertifikat tanah

(1) Foto copy KTP suami dan istri (3 lembar)

6 Pedoman Operasional Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD BPR) di Jawa

Barat, Bandung, 1999. 7. Wawan cara dengan Bpk. Ucok bidang kredit , Jum’at 13 Agustus 2010 Jam. 10.30

Page 50: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

42

(2) Foto copy Kartu Keluarga (3 lembar)

(3) Foto copy sertifikat tanah (2 lembar)

(4) Bukti pembayaran pajak tanah dan bangunan (SPPT)

Sertifikat aslinya harus dibawa

b) Analisis kredit

Setelah debitur memenuhi syarat-syarat kredit yang

lengkap, maka petugas kredit akan melakukan wawancara yang

meliputi:

(1) Jenis kredit yang diajukan

(2) Tujuan penggunaan kredit

(3) Sejarah atau latar belakang usaha

(4) Jaminan yang diberikan

(5) Rencana pengembalian yang akan datang

(6) Hubungan dengan bank

Pihak bank harus mengadakan kunjungan atau survey ke

debitur untuk mendapatkan data atau informasi yang lebih detail

dan terinci serta mencari tambahan informasi yang berkaitan

dengan permohonan kredit. Data-data tersebut meliputi 5C yaitu

character, capacity, capital, collateral, condition. Kemudian data

tersebut dianalisa untuk mengetahui serta menentukan

kesanggupan dan kesungguhan debitur dalam membayar kembali

Page 51: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

43

pinjaman sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam

perjanjian kredit.

Petugas kredit akan menganalisa permohonan kredit

tersebut berdasarkan analisis berbasis 5C, serta aspek-aspek

lainnya dalam penilaian kredit. Hal tersebut didasarkan pada tujuan

analisis kredit yaitu menyelidiki dengan baik secara kuantitatif dan

kualitatif calon nasabah dan menentukan besar dan jenis kredit,

kemauan dan kemampuan nasabah untuk mengembalikan

pinjaman tepat waktu.

c) Keputusan kredit

Setelah proses analisis tersebut sudah dilaksanakan, maka

petugas kredit dapat memutuskan, apakah kredit tersebut disetujui,

ditolak, dikurangi, ditambah ataupun diperpanjang.

d) Administrasi kredit

Permohonan kredit dapat dicairkan jika, didalam

permohonan atau perpanjangan kredit secara tertulis telah

memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat

melindungi kepentingan bank, baik yang memuat besarnya kredit,

jangka waktu kredit, suku bunga kredit, tata cara dan syarat

pencairan.

Kredit dapat dicairkan jika permohonan atau perpanjangan

kredit telah ditanda tangani, pengikatan jaminan telah dilakukan,

Page 52: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

44

debitur telah melunasi biaya-biaya dan seluruh aspek yuridis telah

memberikan perlindungan yang memadai, bagi bank.

e) Pemantauan kredit

Setelah permohonan kredit disetujui, maka untuk

meminimalisir terjadinya kredit bermasalah, maka pihak bank

sebaiknya melakukan pemantauan kredit. Pemantauan bukan

hanya berusaha untuk mengukur dan mengawasi saja, akan tetapi

seharusnya juga mengarah kepada analisa dan langkah tindak

lanjut yang tepat untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah. 8

C. Struktur Organisasi

a. Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan

PD.PK Parung sangat memahami bahwa keberhasilan dan daya

tahan sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh sistem dan struktur

organisasi yang baik. Struktur organisasi berfungsi untuk mempermudah

proses pencapaian tujuan. Pada PD.PK Parung terdapat beberapa unit

bagian kerja yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda-beda.

Pada dasarnya struktur organisasi diperlukan agar ada pemisahan batas-

batas atau wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian.

Struktur organisasi PD.PK Parung Bogor sebagai berikut:

8 . Wawancara dengan pimpinan PD. PK Parung, Jum’at 13 Agustus 2010 Jam. 09.30

Page 53: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

45

Sum

ber

: PD

.PK

Par

un

g B

ogo

r

RU

PS

Rap

at U

mu

m P

emeg

ang

Sah

am

DEW

AN

PEN

GA

WA

S

PIM

PIN

AN

SEK

DEW

AN

PEN

GA

WA

S

HR

D

CA

BA

NG

B

AG

DA

NA

B

AG

KR

EDIT

B

AG

KA

S B

AG

PEM

BU

KU

AN

ST

RU

KT

UR

OR

GA

NIS

AS

I P

D.P

K

KA

BU

PA

TE

N B

OG

OR

CU

STO

MER

SER

VIC

E

STA

F D

AN

A

STA

F K

RED

IT

STA

F K

AS

TELL

ER

STA

F P

EMB

UK

UA

N

SPI

Page 54: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

46

1) Dewan Pengawas

Dewan pengawas yang terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih yang

dipimpin oleh seorang Ketua, bertugas dalam pengawasan intern

PD.PK serta mengarahkan pelaksanaan dalam pengelolaan PD.PK

yang dijalankan pimpinan agar tetap mengikuti kebijakan PD.PK dan

ketentuan yang berlaku.

2) Pimpinan PD.PK

Pimpinan bertugas dalam memimpin dan mengendalikan kegiatan

PD.PK sehari-hari sesuai dengan kebijakan umum yang telah disetujui

Dewan Pengawas dan disahkan oleh PUPS.

3) Humas Resources Development (HRD)

Membantu pimpinan di bidang umum dan personalia yang meliputi

kepersonaliaan, perlengkapan, administrasi dan hukum.

4) Satuan Pengawas Intern

Menjaga kekayaan bank melalui pengawasan, pemeriksaan maupun

sistem monitoring yang telah diprogramkan

5) Bagian Dana

Membantu pimpinan dalam menangani tugas-tugas khususnya yang

menyangkut pemasaran bagian pendanaan.

6) Bagian kredit

Membantu pimpinan dalam menangani tugas-tugas khususnya

menyangkut pemasaran kredit

Page 55: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

47

7) Bagian Kas / Teller

Melaksanakan seluruh aktivitas yang berhubungan dengan transaksi

kas, mengatur dan bertanggung jawab atas semua pelaksanaan

administarasi dan laporan perincian kas setiap hari.

8) Bagian Pembukuan

Bertanggungjawab atas kelengkapan data, bukti-bukti mutasi

pembukuan dan kebenaran pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip

akuntansi serta membuat laporan keuangan untuk internal bank

maupun pihak lain (Dewan Pengawas, Kantor Pajak dll) tepat pada

waktunya.

9) Customer Service

Bertanggung jawab dalam memasarkan produk bank dalam

melaksanakan pelayanan yang prima sehingga memberikan kontribusi

terhadap laba perusahaan dengan memperhatikan kelancaran atas

layanan lembaga.9

D. Sistem Pengawasan PD.PK

Pengawasan PD.PK dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati, meneliti

proses kegiatan dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta

melakukan tindakan yang diperlukan untuk memeriksa, mencegah, memperbaiki

penyimpangan yang terjadi agar sesuai dengan rencana pencapaian tujuan secara

efektif dan efisien.

9 Standar Operasional Prosedur Organisasi dan Tata Kerja, PD.PK Parung, Kab. Bogor

Page 56: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

48

Pengawasan terhadap PD.PK dapat dilakukan oleh manajemen/pengelola

PD.PK itu sendiri melalui (satuan pengawas intern / SPI dan dewan pengawas)

serta oleh pihak luar / ekstern yaitu Akuntan publik dll.

Jenis pengawas diantaranya:

a. Pengawasan Preventif

Adalah pengawasan yang dilakukan secara terus menerus untuk menghidari

terjadinya penyimpangan dan pemborosan yang dilakukan oleh pengelola

PD.PK

b. Pengawasan Represif

Adalah pengawasan yang dilakukan dan membuat langkah penyelesaian yang

diperlukan setelah diketahui adanya penyimpangan dan penyelewengan dalam

pengelolaan PD.PK langkah pengawasan yang dilakukan adalah dengan

melakukan pemeriksaan administrasi dan fisik terhadap sebab-sebab

terjadinya penyimpangan dan penyelewengan yang ditindaklanjuti dengan

membuat berita acara pemeriksaan oleh team pemeriksa yang ditugaskan yang

selanjutnya dilaporkan kepada manajemen untuk mengambil tindakan

penyelesaian.10

Adapun keputusan yang paling tertinggi didalam pengelolaan PD.PK dari

kesemuanya adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

10

Standar Operasional Prosedur Satuan Pengawas Internal PD.PK Parung Kab. Bogor

Page 57: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

49

E. Sistem Pembagian Hasil PD.PK

Adapun sistem pembagian hasil dari PD.PK laba bersih setelah dipotong

pajak sebagai berikut:

a. Devidem untuk para pemegang saham 50 %

b. Cadangan umum 15 %

c. Cadangan tujuan 15 %

d. Dana kesejahteraan 10 %

e. Jasa Produksi 10 %

Sistem pembagian ini dilakukan satu tahu sekali setelah dilakukan

perhitungan selama satu tahun dengan cara menghitung Pemasukan dikurangi

modal. 11

F. Dampak Positif dan Negatif PD.PK Parung Menurut Perspektip Masyarakat

Jika dilihat dari segala aktif yang dilakukan PD.PK parung yaitu

meminjamkan dana serta menghimpun dana makan PD.PK bisa digolongkan

seperti bank akan tetapi rung lingkupnya hanya sebatas daerah yang ditempati

yaitu satu kecamatan.

Ada beberapa pendapat masyarakat dampak positf dan Negatif hadirnya

PD.PK ditengah masyarakat yang tujuannya membantu usaha-usaha kecil dan

menengah yaitu

11

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor: 14 Tahun 2006 Tentang Perusahan Daerah

Bank Perkereditan Rakyat dan Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan, hal. 25

Page 58: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

50

1. Dampak Positif

a. System peminjaman yang lebih mudah

b. Administrasi yang tidak sulit

c. Dapat mengurang rentenir yang ada ditengah masyarakat

d. Sifatnya kekeluargaan

e. Langsung keberadaanya ditengah masyarakat

2. Dampak Negative

a. Bunga pinjaman sama besarnya dengan bank konpensional pada

umumnya

b. System yang digunakan menggunakan system yang sama pada bank yang

lainya yaitu suku bunga dan denda apabila terlamabat mengembalikan

pinjaman.

c. Peminjaman modal harus menggunakan agunan

d. Setelah memberikan modal kepada seseorang yang mau melakukan usaha

pihak PD. PK tidak melakukan pembimbingan terhadap orang yang mau

melakukan usaha.

e. Kurang kontrolnya bidang kredit dalam memberikan pinjamman kepada

seseorang yang tidak memiliki usaha sehingga terjadilah kredit

komsumtif.12

12

Wawan cara dengan beberapa nasabah PD. PK

Page 59: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

51

BAB IV

AKTIPITAS PD.PK MENURUT

PANDANGAN PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH

A. Persamaan dan Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syari’ah

1. Bank Konvensional

Bank diambil dari kata banco, bahasa Italia artinya adalah meja. Dulu

para penukar uang (money changer) melakukan pekerjaan mereka di

pelabuhan-pelabuhan tepat para kelasi datang dan pergi, para pengembara,

dan wirasatawan turun naik kapal. Money changer meletakan uang diatas

meja (banco) di hadapan mereka. Aktivitas penukaran uang di atas banco

inilah yang menyebabkan para ahli ekonomi dalam menyelusuri sejarah

perbankan, mengaitkan kata banco dengan lembaga keuangan yang bergerak

dalam bidang ini, dengan nama “bank”. Kalu demikian bank disini berfungsi

sebagai lembaga penukar uang anatar bangsa yang berbeda-beda mata uang

mereka.1

Sedangkan yang dimaksud dengan bank menurut Kasmir yaitu

lembaga keungan yang kegitan usahanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan kebali dana tersebut kemasyarakat serta

1 Muh. Zuhri, Riba Dalam al-Quran dan Masalah Perbankan: Sebuah Titik Antisipatif.

(Jakarta; PT. Raja GrafindoPersada, 1998), hal. 143.

Page 60: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

52

memberikan jasa-jasa bank lainnya.2 Menurut Moh. Hatta, bank adalah sendi

kemajuan masyarakat. Sekiranya tidak ada bank, maka tidak akan terdapat

kemajuan seperti sekarang ini.3

Menurut undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan

yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kemasyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat”.4

Dalam perekonomian modern, pada dasarnya bank adalah lembaga

perantara dan penyalur dana antara pihak yang berkelebihan dengan pihak

yang kekuarangan dana. Peran ini disebut financial intermediay. Dalam

melaksanakan tugasnya yang paling menonjol sebagai financial intermediay,

bank dapat dikatakan mengumpulkan uang dari masyarakat pemilik dana

ketika ia menerima simpanan, dana meminjamkan uang kepada masyarakat

yang memerlukan dana ketika ia memberi pinjaman kepada mereka. Dalam

kegiatan ini muncul apa yang disebut bunga.

Ada beberapa alasan mengapa bank perlu membayar “bunga” kepada

penyimpan diantaranya:

2 Kasmir, Dasar – Dasar Perbankan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 2

3 Hamzah Ya‟qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam: Poloa Pembinaan Hidup Dalam

Berekonomi, (Bandung: CV. Diponegoro, 1984), hal. 193 4 Undang – undang Perbankan, Sinar Grafika, cet. 3, hal, 9.

Page 61: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

53

a. Dengan menyimpan uangnya dibank, penabung telah mengorbankan

kesempatan atas keuntungan yang mungkin diperoleh dari pemakaian

dana itu.5

b. Dengan menyimpan uangya dibank, penabung telah mengorbankan

kesempatan pemakaian dana untuk keperluan yang lain.

c. Faktor inflasi juga menjadi pertimbangan perlunya imbalan kepada

penabung.6

Adapun landasan dasar hukum bank konvensional yaitu mengacu pada

undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang memuat

tentang: ketentuan umum, asas, fungsi, dan tujuan, jenis dan usaha bank,

perizinan, bentuk hukum dan kepemilikan, pembinaan dan pengawasan,

dewan komisaris, direksi dan tenaga asing, rahasia bank, ketentuan pidana dan

sanksi administratif, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

Sedangkan landasan operasional dari bank konvensional yaitu

didasarkan kepada sesuatu yang bebas nilai (berdasarkan prinsip

materialistis), uang dijadikan sebagai komoditi yang bisa diperdagangkan, dan

bunga sebagai instrumen imbalan terhadap pemilik uang yang telah ditetapkan

dimuka (di awal)7

5 Dr. Muh. Zuhri, “Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan” op.cit, hal. 146

6 Muhamad Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan, (Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 1996), hal. 146. 7 Karim Anggar Prinato, “Konsep Operasional Bank Syariah” , Makalah Seminar

Perbankan Syari‟ah, (Jakarta : Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Jakarta 2003), hal. 1

Page 62: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

54

Dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang

kegiatanya adalah :

a. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan.

b. Menyalurkan dana kemasyarakat dengan memberi pinjaman (kredit)

c. Memberikan jasa-jasa bank lainya.

2. Bank Syari’ah

Dalam al-Qur‟an, istilah bank tidak disebutkan secara ekxplisit. Tetapi

jika dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,

manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan

jelas, seperti zakat, sadaqah, ghanimah, (rampasan perang), bai‟ (jual beli),

dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang

dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.8

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah

bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah

juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional

dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadits Nabi

SAW. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian,

yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam.

Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan

bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-

8 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi,

(Yogyakarta : Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2003) cet, 1 hal, 18

Page 63: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

55

Qur‟an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam

adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah

Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.9

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa bank syariah

merupan sebuah wujud perbankan yang berdasarkan ketentuan-ketentuan al-

Quran dan Hadis baik itu berupa larangan-larangan yang harus dijahui

maupun perintah yang harus dijalankan.

3. Persamaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain

sebagainya.

Selain hal teknis yang sama, persamaan lainya adalah dimana antara

bank konvensional dan syari‟ah sebuah lembaga prantara dan penyalur dana

antara pihak yang berkelebihan dengan pihak yang kekurangan dana atau disebut

sebagai peran financial intermediary, lebih lanjut Zuhri mengatakan kedua

bank ini hanya berbeda pada sistem pembagaian hasil, pada bank

konvensional pembagain hasilnya berupa bunga sedagkan bank syari‟ah

sistem pembagian hasilnya bagi sama antara pihak bank dan pihak

sipeminjam modal.10

9 Muhammad Safi‟i Antonio, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta; 1999), hal 40

10 Muh, Zuhri “Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan: Sebuah Titik Antisipatif

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 144

Page 64: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

56

Persamaan lainya adalah bank konvensional didirikan sebagai penunjang

kemajuan sedi-sendi perekonomian masyarakat, sepertihalnya juga bank syari‟ah

didirikan sebagai penunjang perkembangan ekonomi masyarakat, menurut

Muhammad Hatta bank adalah sumber kemajuan sedi-sedi masyarakat.

4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan riba.

Keduanya sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya

mempunyai perbedaan yang sangat nyata.

Antara lain Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah

titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam.

Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah

memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan

pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara

suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest

difference). Dilain pihak kepentingan pemakai dana (debitor) adalah

memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah). Dengan demikian

terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang

sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai

lembaga perantara saja.11

11

http://ngenyiz.blogspot.com/2009/02/perbedaan-bank-syariah-dan-bank.html

Page 65: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

57

Perbedaan yang sangat principal bank islam (Syariah) dengan bank-

bank lain (konvensional) terletak pada cara penentuan tambahan atau

keuntungan. Bank konvensional menggunakan sistem prosentase (bunga),

sedangkan bank syariah menggunakan sistem bagi hasil.12

Perbedaan sistem bunga dengan sistem bagi hasil sebagai berikut:

a. Bunga

1) Penentuan bunga dibuat waktu akad dengan asumsi harus selsai

untung

2) Besarnya persentase berdasarkan jumlah uang (modal) yang

dipinjamkan.

3) Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan

apakah proyek yang dijalankan pihak nasabah untung atau rugi.

4) Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekali pun jumlah

keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

5) Eksistensi bunga diragukan (kalu tidak dikecam) oleh semua agama

termasuk Islam.13

b. Bagi Hasil

1) Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad

dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

12

Ibid, hal. 87 13

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud “Perbankan syariah” (PT. Serambi Ilmu

Semesta, Jakarta: 2007) hal. 90

Page 66: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

58

2) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang

diperoleh.

3) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila

usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua pihak.

4) Jumbalh pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah

pendapatan

5) Tidak ada yang merugikan bagi hasil14

B. Kredit

1. Pengertian kredit

Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka

ragam, dimulai dari arti “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “credere”

yang berarti “kepercayaan” karena itu dasar kredit adalah kepercayaan15

.

Dengan demikian seseorang memperoleh kredit pada dasarnya adalah

memperoleh kepercayaan. Kredit dalam bahasa latin adalah “creditum” yang

berarti kepercayaan akan kebenaran.16

Adapun definisi kredit menurut undang-undang No. 10 tahun 1998

tentang perbankan yang tertuang dalam pasal 1 ayat 11 yang berbunyi:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di

persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

14

Ibid, hal. 90 15

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung, PT. Citra Aditiya

Bakri, 1996), hal. 229 16

Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan: Panduan Dasar

Lega, Officer, (Bandung; PT. Citra Aditiya Bakti, 1998), hal. 95

Page 67: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

59

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga.” 17

2. Jenis-Jenis Kredit

Jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi diantar lain:

a. Dilihat dari segi kegunaan

1) Kredit invlasi

Kredit invlasi merupakakan suatu kredit pinjaman yang diberikan bank

untuk menanamkan modalnya pada suatu pendanaan atas proyek

tertentu dan diharpakan dapat memberikan keuntungan yang besar

dengan tingkat bunga tertentu.

2) Kredit modal kerja

Keredit modal kerja ini terdiri dari; damand Loan / Overdraft

fasilities, permanem working capital, dan seasonal loan / Asset

convertion lending.18

b. Dilihat dari segi tujuan kredit

1) Kredit produktif

Yaitu yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau

invlasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa,

sebagai contoh kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan

17

Undang – undang No. 10 tahun 1998, Pasal 1 ayat 11 18

Hasanuddin Rahman., Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan: Panduan Dasar

Lega, Officer, op.cit.hal. 98

Page 68: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

60

menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk

pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau

kredit industri lainya.

2) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi, dalam kredit

ini tidak ada pertambahan apapun karena keredit ini digunakan secara

pribadi contoh: kerdit rumah, kredit untuk mobil pribadi, kredit motor

pribadi, kredit prabotan rumah tangga dan kredit pribadi lainya.

c. Kredit dari segi jangka waktu

1) Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang diberikan dengan tidak melebihi jangka waktu 1

(satu) tahun

2) Kredit jangka menengah

Yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu)

tahun tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) tahun.

3) Kerdit jangka panjang

Yaitu kredit yang diberikan melebihi dari 3 (tahun)

d. Ditinjau dari segi jaminan19

1) Kredit dengan jaminan (secured loan)

Kredit yang diberikan dengan jaminan, jaminan tersebut dapat

diberbentuk barang berwujud atau tidak berujud atau jaminan orang.

19

Kasmir, Bank dan Lembaga Keungan Lainya; Edisi Revisi, (Jakarta; Rajawali Press, 2001)

hal. 100

Page 69: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

61

Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan

yang diberikan si calon debitur.

2) Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan

karekter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.20

C. Pandangan Mazhab Fiqih Terhadap Bank Dan Kredit

1. Pengertian Riba

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut

istilah para ulama, sedikit berbeda akantetapi mempunyai esensi yang sama,

antara lain :

a. Al-Qurthubi: “Riba itu berarti tambahan (al-ziyadah). Riba itu ada dua

macam, yaitu riba yang haram dan riba yang halal. Riba yang halal itu

ialah hadiah yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan motif

untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari pada hadiah yang

diberikannya itu. Pemberian dengan motif seperti ini tidak akan

mendapatkan pahala dan juga tidak terkena dosa”21

b. Badr ad Din0 al_Ayni, pengarang Umdatul Qari Syarah Shahih al-

Bukhari: “Prinsip utama dalam riba adalah penambahan. yaitu

penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil.”

20

Ibid, hal 101 21

Al-Qurthubi, Al-Jami‟ li ahkami Al-Qur‟an, (Kairo: Dar al-Sya‟b, 1372H), jilid 23, h. 36

Page 70: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

62

c. Imam Nawawi dari Mazhab Syafi‟i menjelaskan : “salah satu bentuk riba

yang dilarang al-Quran dan as-Sunnah adalah penambahan atas harta

pokok karena unsur waktu.22

2. Jenis-Jenis Riba

Dalam literature fikih, pada umumnya para fuqaha membedakan riba

dalam dua katagori, yaitu:

a. Riba nasi‟ah, yang juga lazim disebut sebagai riba Al-Quran, Riba al-

duyun, atau riba al-nasi‟ah didefinisikan, tambahan atas benda yang

dihutangkan, yang berbeda jenisnya, baik yang dapat ditakar dan atau

dapat ditimbang, maupun yang sejenis, tetapi tidak dapat ditakar dan tidak

dapat ditimbang.23

Sedangkan dalam Mazhab Hanafim riba nasi‟ah didefinisikan,

(perjanjian) hutang untuk jangka waktu tertentu dengan tambahan pada

waktu pelunasan hutang, tanpa adanya pergantian yang sepadan.24

Secara simple Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan riba nasi‟ah

mengakhirkan pembayaran hutang dengan tambahan dari jumlah hutang

pokok (dan ini lazim disebut riba Jahiliyyah)25

22

A. Akrom, Nabilah Perspektif Ekonomi Islam, Dalam Hal Hutang, Riba Dan Kredi,

nabila.blogdetik.com 23

Zaid „Abd al-Makarim, Madzhab ibn Abbas fil al-Ribabain Madzhab Fuqha al-Sunnah wa

as-Syi‟ah, Al-Qahirah: Dar al-Ittihad al- A rabi lial-Thi ba‟ah, 1972 h. 16. 24

Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqih al-Islam wa Adillatuh, (Bairut: Dar al-Fikr, 1985, Jilid 4) hal.

672 25

Ibid.

Page 71: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

63

b. Riba Fadhl, yang juga lazim dikenal sebagai riba al-sunnah, riba al-buyu,

riba An-Nisa, dan atau riba al-khaffi. Secara definitive dalam Mazhab

Hanafi riba Al-fadhl ini dirumuskan sebagai berikut:

Kelebihan (yang diperoleh) dari sebuah transaksi tanpa adanya pergantian

meskipun secara hukmi berdasarakan parameter yang ditetapkan syari‟at

yang disaratkan terhadap salah satu pihak dari dua pihak yang saling

melakukan pertukaran.26

Sedangkan dalam mazhab Syafi‟I, riba fadhl itu didefinisikan akad yang

ditetapkan pada sebuah transaksi pertukaran barang tertentu yang tidak

diketahui kesesuaianya berdasarkan parameter yang ditetapkan syari‟at

sewaktu akad tersebut dibuat atau karena adanya keterlambatan

penyerahan salah satu atau kedua jenis barang yang dipertukarkan.27

3. Hukum Riba

Setelah kita mengetahui pengertian riba dan jenis-jenis riba maka kita

mencoba mencari tahu hukum dari riba, keharaman riba sudah dijelaskan secara

sangat eksplisit dengan adanya perintah meninggalkan riba sebagaimana

tercantum dalam ayat 275 – 280 surat Al-Baqarah yang berbunyi sebagai berikut:

26

Abd al-Azhim Jalal Abu Zaid, hal, 37 27

Ibid, hal. 38

Page 72: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

64

275280

Artnya: 275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan

lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. keadaan mereka yang demikian

itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya

jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual

beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai

kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya

dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)

kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu

adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 276.

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah[177]. dan Allah

tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu

berbuat dosa[178]. 277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman,

mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,

mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 278. Hai

orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan

sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),

Page 73: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

65

Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan

jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok

hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. 280. Dan

jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.28

Menurut As-Suyuti, ayat tersebut turun bertalian dengan kasus Tsaqif

yang telibat hutang piutang dengan Mughirah. Pada tahun 9 H Tsaqif memeluk

Islam. Setelah memeluk Islam, Tsaqif menagih hutang yang belum dilunasi Al-

Mughirah. Ketika ditagih, Al-Mughirah tidak bersedia membayar riba kepada

Tsaqif yan telah mengetahui larangan riba dalam Islam. Kejadian tersebjut

dilaporkan kepada Nabi. Kemudian turunlah ayat 275-280 surat Al-Baqarah

tersebut yang pada intinya memerintahkan umat Islam untuk meninggalkan sisa-

sisa riba.29

Sertelah turunya ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW segera mengirim

surat yang berisi perintah untuk menggalkan riba sebagaimana termaktub dalam

surat Al-baqarah tersebut kepada gubernur Mekkah Atab Ibn Asid. Atab ibn Asid

segera menyampaikan isi surat tersebut kepada Tsaqif. Setelah menerima

penjelasan Nabi dalam suarat tersebut Tsaqif pun mematuhinya.30

Ayat tersebut merupakan ayat terakhir tentang riba yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat tersebut, paling sedikit, berisi penjelasan

tentang 3 dampak negatif dari riba, yaitu : (1) riba menjadikan pelakunya laksana

28

Al-Quran Tejemah 29

Amin, A. Riawan, op.cit., hal. 38 30

Al-Alusi, Run al-Ma ani, (Bairut: Darn al-Fikr, 1414H/1993M, Jilid 3), hal 85

Page 74: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

66

kerasukan setan, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara yang hak dengan

bathil, seperti tidak dapat membedakan jual beli yang jelas-jelas halal dengan riba

yang nyata-nyata haram, (2) dalam riba terdapat unsur-unsur zhulm (penindasan

terhadap orang lain) yang tidak ada pada jual beli. Karena itu, jual beli halal,

sementara riba, haram dilakukan, dan (3) pada ahri kiamat nanti, pemakan riba

akan mendapat siksa yang kekal abadi dalam Neraka.31

Setelah mengetahui arti, jenis-jenis dan dasar hukum diharamkannya riba,

maka timbul pertanyaan, riba jenis apa yang termasuk diharamkan oleh Islam itu?

Al-Qurthubi menjelaskan bahwa yang termasuk riba yang diharamkan

menurut ayat 39 surat Ar-Rum tersebut adalah riba Nasi‟ah. Pendapat ini

didasarkan pada riwayat Al-suddi (Isma‟il Ibn Abdur Rahman Ibn Al-Karimah,

wafat tahun 127 H), yang menyatakan, ayat 39 surat Ar-Rum tersebut, turun

bertalian dengan kasus riba yang dipraktikkan keluarga Tsaqif.32

Sedangkan hukum riba fadhl, ulama banyak yang berbeda pendapat.

Namun pendapat yang lebih kuat menunjukan bahwa riba fadhl pun haram

hukumnya. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW sebagai berikut:

31

.A. Riawan Amin “Menata Perbankan Syariah di Indonesia” (UIN, Press, Jakarta2009)

hal. 39 32

Al-Qurthubi, Al-Jami‟ li ahkami Al-Qur‟an, op.cit.

Page 75: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

67

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, „Amru bin

Naaqid, dan Ishaaq bin Ibraahiim – dan lafadh ini kepunyaan Ibnu Abi

Syaibah. Ishaaq berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami;

sedangkan yang dua yang lain berkata : Telah menceritakan kepada

kami Wakii‟ : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Khaalid

Al-Hadzdzaa‟, dari Abu Qilaabah, dari Abu Asy‟ats, dari „Ubaadah bin

Ash-Shaamit, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu

„alaihi wa sallam : “Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan

perak, gandum ditukar dengan gandum, sya‟iir (sejenis gandum) ditukar

dengan sya‟iir, kurma ditukar dengan kurma, dan garam ditukar dengan

garam; dengan sepadan/seukuran dan harus secara kontan. Apabila

komoditasnya berlainan, maka juallah sekehendak kalian asalkan

secara kontan juga”33

Termasuk hal yang dilarang namun banyak dipraktekkan di jaman

sekarang adalah menukar emas 24 karat dengan emas 21 karat atau menukar beras

berkualitas baik dengan beras berkualitas kurang baik; dengan ukuran

(timbangan/takaran) yang berbeda. Dasarnya :

33

Shahih Muslim no. 1587

Page 76: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

68

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaaq : Telah menceritakan kepada

kami Yahyaa bin Shaalih : Telah menceritakan kepada kami

Mu‟aawiyyah bin Sallaam, dari Yahyaa, ia berkata : Aku mendengar

„Uqbah bin „Abdil-Ghaafir, bahwasannya ia mendengar Abu Sa‟iid Al-

Khudriy radliyallaahu „anhu berkata : “"Bilaal datang menemui Nabi

shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan membawa kurma Barniy (jenis

kurma terbaik). Maka Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda

kepadanya : "Dari mana kurma ini?". Bilaal menjawab : "Kami

memiliki kurma yang jelek, lalu aku jual dua shaa' kurma tersebut

dengan satu shaa' kurma yang baik agar kami dapat menghidangkannya

kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam”. Mendengar hal itu, Nabi

shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Celaka celaka, ini benar-

benar riba. Janganlah engkau melakukannya. Jika engkau ingin

membelinya, maka juallah kurmamu dengan harga tertentu, baru

kemudian belilah kurma yang baik ini" 34

Hadits ini juga memberi pengajaran bagi kita bagaimana praktek yang

seharusnya dilakukan; yaitu menguangkan (menjual) terlebih dahulu barang yang

kita miliki, baru setelah itu kita beli barang sejenis yang lebih baik atau lebih

rendah kualitasnya.

5. Kredit Menurut Perspektif Hukum Islam

Kredit merupakan aktifitas utama didalam PD.PK, kredit yang ada di

PD.PK tergolong didalam katagori kredit konvensional yang sangat jelas

mengandung unsur riba, pada tulisan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa riba

sangat dilarang oleh Agama.

Jika kita mengamati pada Bab III kredit yang ada di PD.PK Parung adalah

jenis kredit investasi, kredit investasi jika dikonversikan ke dalam sistem syari‟ah,

34

Al-Bukhaariy no. 2312

Page 77: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

69

maka PD.PK dapat menerapkan dengan pedoman produk-produk syari‟ah yang

sesuai atas pembiyayaan proyek tersebut.

Kredit investasi ini dapat PD.PK terapkan pada prinsip syari‟ah dengan

pola Musyarakah maupun Mudharabah yang melandaskan pada prinsip Profit dan

Loss sharing.

a. Pola/Bentuk Musyarakah

Menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Fiqih Islam wa Adillatuh

mengutuip pendapat Imam Hanafi bahwa musyarakah merupakan suatu

bentuk akad yang dilakukan oleh dua pihak yang melakukan kerjasama atas

modal pokok dan keuntungan yang diperoleh.35

Landasan hukum musyarakah ini ditetapkan berdasarkan Al-Quran,

Hadis dan Ijma.

Adapun landasan Al-Quran adalah (Surat Shaad: 24)

24

Artinya: Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang

saleh; dan amat sedikitlah mereka ini"

Adapun landasan hadis diambil dari hadis qudsi sebagaimana yang

telah diriwayatkan oleh Abu Hurairuh, RA:

35

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuh, (Damaskus: Daar Fikr, 1989) Vol, IV, h.

793

Page 78: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

70

Artinya: Abi Hurairah, Rasulullah SAW, bersabda: “sesungguhnya Allah

Azza wa Jala berfirman: aku pihak ketiga dari dua orang yang

beserikat selama mereka tidak menghianati satu sama lain, apabila

salah satu menghianatinya aku keluar diantara keduanya (yang

berserikat), “(HR. Abu Dawud dan Hakim).36

Adapun Ijma‟ adalah berdasarkan penjelasan Ibnu Qudamah dalam

kitabnya, Al-Mugni bahwa kaum muslim telah berkonsensus terhadap dalam

beberapa elemen darinya.37

Akada musyarakah menurut Accounting and Auditing Standar Of

Islamic Financial Instition adalah suatu bentuk kemitraan diantara bank Islam

dan para nasabahnya, dimana masing-masing bagian akan memberikan

sumbangsihnya kepada modal tersebut dengan tingkat yang setara atau

berbeda-beda untuk mendirikan suatu proyek yang telah ada, dimana masing-

masing mereka akan menjadi pemegang saham modal atas dasar tetap atau

menurun, dan akan memperoleh bagian keuntungan sebagaimana mestinya.

Dalam akad musyarkah ini, pihak bank dan nasabah melakukan

kesepakatan pembiayaan atas proyek tertentu. Masing-masing pihak tersebut

memberikan kontribusi modal atas proyek tersebut berdasarkan proposi modal

masing-masing yang sama atau berdasarkan kesepakatan.

36

Ibid, h. 793 37

Abdullah Ibn Ahmad ibn Qudamah, “Mugni Syarh Kabir” (Beirut Daar Fila, 1979) Vol, V,

h. 109

Page 79: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

71

b. Pola/Bentuk Mudharabah

Menurut ulama Fiqih mudharabah merupakan penyertaan modal atau

harta yang dimiliki pada seseorang untuk diperniagakan pada suatu usaha

sehingga menghasilkan suatu keuntungan atas modal tersebut. Adapun

kerugian atas usaha tersebut ditanggung seluruhnya oleh pemilik harta/modal,

sedangkan pengelola usaha mengalami kerugian atas waktu dan kesempatan

usaha serta tenaga.38

Landasan hukum atas mudharabah adalah brdasarkan pada Al-Quran

dan hadis serta Ijma‟ulama atas kebolehannya.

Landasan Al-Quran surat Al-Muzammil:20 :

20

Artinya: “dan sebagaian dari mereka orang-orang berjalan di muka bumi

mencari karunia Allah SWT, “(Q.S, Al-Muzammil:20)

10

Artinya: “ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-

banyak supaya kamu beruntung” (Q.S, Al-Jumu‟ah: 10)

1

Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu” (Q.S, Al-Baqarah: 198)

38

Wahbah Az-Zuhaili, op.cit, h. 873

Page 80: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

72

Adapun landasan Hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW

bersabda:

Artinya: Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah SWT, yaitu:

menjual dengan kredit, mudharabah, hasil keringat sendiri. (HR

Ibnu Maja)

Landasan Ijma, adalah berdasarkan sonsensus kaun muslimin atas

kebolehan mudharabah sebagai bagian dari kegiatan muamalah dan tidak ada

pertentangan seseorang atas mudharabah ini, dan mudharabah itu sendiri telah

lama dikenal sejak masa jahiliyah, yaitu sejak sebelum diangkatnya nabi

Muhammad SAW atas kenabian beliau, pada waktu itu bangsa arab telah

banyak melakukan perdagangan, khususnya kaum Quraisy, mereka telah

melakukan perkongsian usaha baik dengan cara Musyarakah maupun

Mudharabah,39

kemudian Islam menetapakannya atas kebolehan mudharabah

tersebut karena mengandung unsur kemaslahatan.40

6. Pendapat Faqaha Terhadap Bank Konvensional

Pada awal bab IV telah dijelaskan perbedaan antara bank konvensional

dengan bank syari‟ah, dan prinsip dasar yang membedakannya adalah sistem

39

Devi Nurliani, et.all, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang: Terjemah, (Yayasan Swarna

Bhumy: Jakarta, 1997) cet-2, h. 3 40

Abdul Rohman Al-Juzairy, “Kitab Fiqih Ala Mazhahibi Ar Ba‟ah, (Beirut: Daar Fikr,

1996) Vo, III, h.45

Page 81: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

73

pembagian keuntungan. Apabila bank konvensional menerapkan sistem bunga

dalam pembagiannya, tanpa mempedulikan kerugian didepan, sedangkan bank

syari‟ah menerapkan sistem bagi hasil dengan mempertimbangkan rasio kerugian

yang mungkin didapat pada saat usaha telah berjalah, pada waktu akad.

Bank konvensional yang menerapkan sistem prosentase/bunga dalam

prakteknya jelas sangat diharamkan oleh Islam, karena disinyalir mengandung

unsur riba.

Beberapa pendapat yang mengharamkan bunga bank, diantaranya:

a. Majelis Tarjih Muhammadiyah Majelis Tarjih Sidoarjo tahun 1968 pada

nomor b dan c : bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa

riba hukumnya halal bank yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada

para nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku atau sebaliknya

yang selama ini berlaku, termasuk perkara mutasyabihat.

b. Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama

Ada dua pendapat dalam bahtsul masail di Lampung tahun 1982. Pendapat

yang pertama mengatakan bahwa bunga Bank adalah riba secara mutlak dan

hukumnya haram. Yang kedua berpendapat bunga bank bukan riba sehingga

hukumnya boleh. Pendapat yang ketiga, menyatakan bahwa bunga bank

hukumnya syubhat.41

41

Ares Mufti “Bunga bank masalah atau muslihat” (Pustakan Quantum, Jakarta: 2004) hal.

19

Page 82: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

74

c. Organisasi Konferensi Islam (OKI)

Semua peserta sidang OKI yang berlangsung di Karachi, Pakistan bulan

Desember 1970 telah menyepakati dua hal : Praktek Bank dengan sistem

bunga adalah tidak sesuai dengan syariah Islam Perlu segera didirikan bank-

bank alternatif yang menjalankan operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip

Islam.

d. Mufti Negara Mesir

Keputusan Kantor Mufti Mesir konsisten sejak tahun 1900 hingga 1989

menetapkan haramnya bunga bank dan mengkategorikannya sebagai riba

yang diharamkan.42

e. Konsul Kajian Islam

Dunia Ulama-ulama besar dunia yang terhimpun dalam lembaga ini telah

memutuskan hukum yang tegas terhadap bunga bank sebagai riba. Ditetapkan

bahwa tidak ada keraguanatas keharaman praktek pembungaan uang seperti

yang dilakukan bank-bank konvensional. Diantara 300 ulama itu tercatat

nama seperti Syeikh Al-Azhar, Prof . Abu Zahra, Prof. Abdullah Draz, Prof.

Dr. Mustafa Ahmad Zarqa‟, Dr. Yusuf Al-Qardlawi. Konferensi ini juga

dihadiri oleh para bankir dan ekonom dari Amerika, Eropa dan dunia Islam.43

Mengenai Hukum riba jelas diharamkan oleh Islam, akan tetapi penentuan

42

Ibid, hal. 21 43

Http://Elfadhi.Wordpress.Com, Riba Bunga Bank Konvensional

Page 83: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

75

jenis riba yang diharamkan, para Ulama sedikit berbeda pendapat. Untuk

lebih detailnya, sebelum menentukan jenis riba yang diharamkan sesuai

dengan Al-Qur‟an dan hadits, maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu

arti dan jenis-jenis riba.

Dari uraian diatas mengenai Bank secara konvensional maupun secara

Syari,ah, kredit dan pandangan-pandangan para ulam Fiqih memandang aktifias

PD.PK maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya PD. PK Parung

merupakan bagian dari lembaga keuangan seperti Bank konvensional pada

umumnya..

Dilihat dari aktivitasnya maka PD.PK parung merupakan lembaga

keungan yang termasuk kedalam bank konvensional yang menganut sistem bunga

dari semua aktivitasnya baik itu, tabungan dan kredit. Pada tulisan diatas jelas

bahwasanya para ulama berpendapat segala aktivitas yang mengandung unsur

bunga atau kata yang lain riba jelas hukumnya haram.

Page 84: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian baik secara lapangan maupun secara

study perpustakaan tentang Pandangan Mazhab Fiqih Terhadap Aktifitas

Perkereditan Perusahaan Daerah Perkereditan Kecamatan (PD.PK) (Study Kasus

PD.PK Kec Parung), maka penulis dapat menyimpulkan diantaranya yaitu:

1. Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD PK) adalah sama merupakan

lembaga keuangan seperti bank pada umumnya, jenis dan kegiatannya sama

apa yang dilakukan oleh bank pada umumnya akan tetapi cakupannya hanya

skala kecil yaitu 1 kecamatan di mana PD.PK itu berada.

2. Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD PK) baru hanya mampu

menyediakan permodalan saja akan tetapi PD.PK belum mampu melakukan

pembinaan terhadap UMKM.

3. Secara pandangan hukum Islam keberadaan PD.PK tidaklah apa-apa akan

tetapi aktipitas atau produk-produk yang ditawarkan oleh PD.PK Parung

Khususnya atau semua PD.PK yang ada di Kab. Bogor tidak ada bedanya

dengan bank konpensional selalu mengandalkan bunga bank sebagai

operasional dan lain-lainnya, kita ketahui bersama dari uraian di bab IV

bahwa hukum dari bunga bank adalah haram karena bunga bank adalah

termasuk kedalam riba.

Page 85: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

77

B. Saran-Saran

Dalam hal ini penulis menyarankan kepada Perusahaan Daerah

Perkreditan Kecamatan (PD PK) agar melakukan langkah sebagai berikut:

1. Agar masyarakat merasakan manfaat keberadaan PD.PK Parung maka

disarankan agar PD.PK Parung mengubah system bunga menjadi system

mudarabah (bagi hasil) yang sesuai dengan ajaran Islam.

2. PD.PK sebuah lembaga keuangan yang membantu pengusaha kecil dan

menengah dalam hal permodalan, penulis menyarankan bisa menggunakan

system yang dilakukan oleh seorang ekonom yaitu Muhammad Yunus yang

memberikan permodalan kepada pengusaha kecil dan menengah, akan tetapi

yang hanya bisa meminjamkan modal tersebut adalah perempuan saja dengan

cara ibu-ibu membuat kelompok sebanyak 10 orang yang terdiri dari ketua

sekretaris, bendahara dan anggota lalu kelompok tersebut diberikan modal

usaha cara pengembalian modal tersebut dibayarkan kepada ketuanya setelah

itu ketuanya menyetorkan kepada pihak bank jika salah satu anggota

kelompok ada yang tidak mampu mengembalikan maka anggota yang lain

menanggung pembayarannya istilahnya ini disebut tanggug renteng. Padahal

system ini sudah dugunakan oleh PNPM Pedesaan yang disebut SPP (simpan

pinjam perempuan)

3. Saran penulis terakhir adalah kepada PD.PK agar segera mengkonversi

produk-produknya yang ada menjadi berbasis syari’ah salah satunya adalah

kredit dikonversi menjadi sistem Musyarakah dan Mudharabah

Page 86: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

78

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran terjemah

A. Djazuli, Kaidah – Kaidah Fikih, Kencana : Jakarta, 2007, cet. 2

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2006

Al-Alusi, Run al-Ma ani, Bairut: Darn al-Fikr, 1414H/1993M, Jilid 3

al-Birri, Zakaria, Masadir al-Ahkam al-Islamiyah, Kairo : Dar al-Ittihad al-Arabi

Littiba‟ah, 1975

Al-Ghazali, al-Mustasfa Min „Ilmi al-Ushul, Mesir: Maktabah al-Jumdiyah, 1971

al-Makarim, Zaid „Abd, Madzhab ibn Abbas fil al-Ribabain Madzhab Fuqha al-

Sunnah wa as-Syi‟ah, Al-Qahirah: Dar al-Ittihad al- A rabi lial-Thi ba‟ah,

1972

Almath, Muhammad Faiz, 1100 Hadis terpilih, Gema Insani : Jakarta, 1991

Arifin,Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 1989

Arikunto,Suharsimi. Prosedur Penelitian Jakarta : PT. Bina Aksara,1985, cet. Ke-2,

h.139

Al-Qurthubi, Al-Jami‟ li ahkami Al-Qur‟an, Kairo: Dar al-Sya‟b, 1372H, jilid 23

al-Zuhaily, Wahbah, al-Fiqih al-Islam wa Adillatuh, Bairut: Dar al-Fikr, 1985, Jilid 4

Amin, A. Riawan, “Menata Perbankan Syariah di Indonesia”, UIN, Press,

Jakarta2009

Antonio, Muhammad Safi‟i, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Jakarta; 1999

As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, (terj.) Pustaka Firdaus dari judul

asli Mabahits fi Ulum Al-Qur‟an, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1991, Cet. II.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan

Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : PT. Bulan Bintang,

Cet. I,

Page 87: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

79

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditiya

Bakri, 1996

Haroen, Nasrun, Ushul Fiqih, Jakarta: Logos, 1996

Hasan, Safi‟ Abu Thalib, Tatbiq al-Syari‟ah al-Islamiyah fi al-Bilad al-Arabiyah,

Kairo : Dar al-Nahdah al-Arabiyah, Cet. III, 1990

Hasanuddin, Rahman, Aspek – Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan: Panduan

Dasar Legal Officer, Bandung; PT. Citra Aditiya Bakti, 1998

Http://Elfadhi.Wordpress.Com, Riba Bunga Bank Konvensional

http://ngenyiz.blogspot.com/2009/02/perbedaan-bank-syariah-dan-bank.html

http://one indoskripsi.com.

http://www.scribd.com, 13 November 2009.

http://www.scribd.com/doc/19709042/perkreditan-masyarakat -pedesaan.14

November 2009

Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2006

Kasmin, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta; Rajawali Press, 2001

Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan”, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Kasmir, Bank dan Lembaga Keungan Lainya; Edisi Revisi, Jakarta; Rajawali Press,

2001

Kedudukan Ijtihad, http://almanaar.wordpress.com/2007/10/22/kedudukan-ijtihad/

KH. Moenawar Chalil, Kembali Kepada Al-Quran dan Assunnah, PT. Bualan

Bintang, Jakarta: 1999

Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Usul Fiqih, Gema Risalah Press: Bandung, 1997, Cet. II

Khallaf, Abdul Wahab, Kaidah – Kaidah Hukum Islam, P.T. Rajagrafindo Persada,

Cet,VIII, Jakarta: 2002

Khallaf, Abdul Wahab, Usul Fiqih, Pustaka Firdaus. Cet. VIII: Jakarta, 2003

Laporan Bulan Juli 2010 PD.PK Parung

Page 88: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

80

Lathif, Ah. Azharudin, Fiqih Muamalah, UIN Jakarta Press: Jakarta 2005

Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algaoud “Perbankan syariah”, PT. Serambi Ilmu

Semesta, Jakarta: 2007

Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam, Kalam Mulia, Jakarta: 1995

Muchtar, Kamal, Ushul Fiqih, PT. Dana Bhakti Wakaf : Yogyakarta, 1995, Jilid 2

Mufti, Ares, “Bunga bank masalah atau muslihat”, Pustakan Quantum, Jakarta: 2004

Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2001

Muhammad, Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung; PT. Citra Aditya

Bakti, 1996

Muslehuddin, Muhammad, “Sistem Perbankan Dalam Islam” PT. Rineka Cipta,

Jakarta: 2010

Nabilah, A. Akrom, Perspektif Ekonomi Islam, Dalam Hal Hutang, Riba Dan Kredi,

nabila.blogdetik.com

Pedoman Operasional Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD BPR) di

Jawa Barat, Bandung, 1999.

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor: 14 Tahun 2006 Tentang Perusahan

Daerah Bank Perkreditan Rakyat dan Perusahaan Daerah Perkreditan

Kecamatan

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor: 14 Tahun 2006 Tentang Perusahan

Daerah Bank Perkereditan Rakyat dan Perusahaan Daerah Perkreditan

Kecamatan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank

Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah

Prinato, Karim Anggar, “Konsep Operasional Bank Syariah” , Makalah Seminar

Perbankan Syari‟ah, Jakarta : Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Jakarta

2003

Rahman, Hasanuddin, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan: Panduan

Dasar Lega, Officer, Bandung; PT. Citra Aditiya Bakti, 1998

Page 89: PANDANGAN MAZHAB FIQIH TERHADAP AKTIFITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6114/1/SUWARDI-FSH.pdf · Masalah kekurangan modal dari penduduk pedesaan, khususnya

81

Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul, Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet. I.

1999

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur‟an, Mizan, Cet. III, Bandung: 1996.

Staf Pengajar STIE Pengembangan Bisnis dan Manajemen, dimuat di Jurnal

Pengembangan Bisnis dan Manajemen, Jakarta. Vol. III, No. 05 – Oktober

2004.

Standar Operasional Prosedur Organisasi dan Tata Kerja, PD.PK Parung, Kab. Bogor

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi,

Yogyakarta : Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2003, cet, 1

Syafe‟I, Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia

Taimiyah, Ibnu, al-Qawa‟id al-Nuraniyah al-Fiqhyah, Riyadh: Maktabah al-Rusysd,

1422 H/2001 M cet.1, Juz

Talib, Safi Hasan Abu, Tatbiq al-Syari‟ah al-Islamiyah fi al-Bilad al-Arabiyah, Kairo

: Dar al-Nahdah al-Arabiyah, Cet. III, 1990

Undang – undang No. 10 tahun 1998

Undang – undang Perbankan, Sinar Grafika

Wawan cara Ade Marpensyar Pimpinan PDPK Parung

Wawan cara dengan Bpk. Ucok bidang kredit

Wawan cara, Muhammad Wawa, Bidang Kreditur

Wawancara dengan pimpinan PD. PK Parung

Ya‟qub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam: Pola Pembinaan Hidup dalam

Berekonomi, Bandung: CV. Diponegoro, 1984

Zuhadi, Majfuk, Studi Islam Jilid III Muamalah, PT. Raja Grafindo: Jakarta, 1993

Zuhri, Muh, Riba Dalam Al-Qur‟an dan Masalah Perbankan : titik antisipatif,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990