makalah konsep diri

30
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembangnya yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan ( sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan peng-inderaan-an segera (awareness of identity and immediate sensations) serta control terhadap gerak tubuh. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas 1

Upload: umyfadilah

Post on 26-Sep-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKonsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembangnya yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan ( sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan peng-inderaan-an segera (awareness of identity and immediate sensations) serta control terhadap gerak tubuh.Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Untuk itu pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang gangguan konsep diri beserta asuhan keperawatannya dan gangguan disosiatif.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?2. Apa saja komponen-komponen dari konsep diri ?3. Apa saja penyebab gangguan konsep diri?4. Bagaimana rentang respon konsep diri ?5. Apa saja mekanisme koping konsep diri?6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri ?7. Apa yang dimaksud dengan disosiatif?8. Apa penyebab gangguan disosiatif?9. Apa saja tanda dan gejala disosiatif?10. Apa saja jenis gangguan disosiatif?11. Bagaimana terapi yang tepat untuk gangguan disosiatif?

C. TUJUAN PENULISAN1. Untuk mengetahui definisi konsep diri2. Untuk mengetahui komponen-komponen konsep diri3. untuk mngetahui penyebab gangguan konsep diri4. Untuk mengetahui rentang respon konsep diri5. Untuk mengetahui mekanisme koping konsep diri6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri7. Apa yang dimaksud dengan disosiatif?8. Apa penyebab gangguan disosiatif?9. Apa saja tanda dan gejala disosiatif?10. Apa saja jenis gangguan disosiatif?11. Bagaimana terapi yang tepat untuk gangguan disosiatif?

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISI KONSEP DIRIKonsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain ( Suliswati, dkk, 2005 ).Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak berbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan dengan realitas kehidupan ( Stuart, 2006 ).Konsep diri adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan sadar/tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh. (Kusumawati & Hartono, 2011).Gangguan harga diri atau harga diri rendah adalah perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan. (Sujono dan teguh, 2009).

B. KOMPONEN KONSEP DIRI1. Gambaran diri /Body imageCitra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman pengalaman baru ( Suliswati, dkk, 2005 ).Sikap seseorang terhadap tubuhnya baik secara sadar atau tidak sadar. Persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan serta potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Jika individu menerima dan menyukai dirinya, merasa aman dan bebas dari rasa cemas disebut self esteem meningkat ( Kusumawati dan Hartono, 2010 ).2. Ideal diri /Self idealIdeal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.Hal-hal yang terkait dengan ideal diri meliputi perkembangan awal terjadi pada masa kanak-kanak, terbentuknya masa remaja melalui proses indetifikasi terhadap orang tua, guru, dan teman.dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang penting dalam meberi tuntunan dan harapan serta mewujudkan cita-cita dan harapanpribadi berdasarkan norma keluarga dan sosial.Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideal diri sebatas kemampuan, faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain, hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk berhasil, hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistik, hasrat menghindari kegagalan, dan adanya perasaan cemas dan ideal diri. (Mukhripah, 2012).3. Harga diri /Self EsteemHarga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan eberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga ( Stuart, 2006 ).Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan ( Suliswati, dkk, 2005 ).

4. Peran diri / Self RoleSerangkain pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu ( Stuart, 2006 ).Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya ( Suliswati, dkk, 2005 ).Hal-hal yang penting terkait dengan peran diri, yaitu : Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri. Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri yang tinggi atau sebaliknya. Posisi individu di masyarakat dapat menjadi dapat menjadi stresor terhadap peran Stress peran timbul karena struktur sosia yang menimbulkan kesukaraan atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan Stress peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak atau lebih. (dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa Mukhripah, 2012).5. Identitas diri / self identifityPrinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja ( Stuart, 2006 ).Identitas diri adalah kesadran tentang diri sndiri yang dapat diperoleh individu dariobservasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berdeba dengan orang lain ( Suliswati, dkk, 2005 ).Menurut Sunaryo (2004) Identitas Diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, yaitu: Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya. Identitas jenis kelmin berkembang secara bertahap sejak bayi Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan, dan penguasaan diri. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. (dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa Mukhripah, 2012).Berdasarkan komponen konsep diri ( Suliswati, dkk, 2005 ) :a. Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh : Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu Menolak bercermin Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh Menolak usaha rehabilitasi Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat Menyangkal cacat tubuhb. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah : Mengkritik diri sendiri Merasa bersalah dan khawatir Merasa tidak mampu Menunda keputusan Gangguan berhubungan Menarik diri dari realita Merusak diri Membesar besarkan diri sebagai orang penting Perasaan negatif terhadap tubuh Ketegangan peran Pesimis menghadapi hidup Keluhan fisik Penyalahgunaan zatc. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan keracunan identitas : Tidak melakukan kode moral Kepribadian yang bertentangan Hubungan interpersonal yang eksploratif Perasaan hampa Perasaan mengambang tentang diri Kekacauan identitas seksual Kecemasan yang tinggi Ideal diri tidak realistis Tidak mampu berempati terhadap orang laind. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi :Afektif : Kehilangan identitas diri Merasa asing dengan diri sendiri Perasaan tidak nyata Merasa sangat terisolasi Tidak ada perasaan berkesinambungan Tidak mampu mencari kesenanganPersepsi : Halusinasi pendengaran / penglihatan Kekacauan identitas seksual Sulit membedakan diri dengan orang lain Gangguan citra tubuh Menjalani kehidupan seperti dalam mimpiKognitif : Bingung Disorientasi waktu Gangguan berpikir Gangguan daya ingat Gangguan penilaianPerilaku : Pasif Komunikasi tidak sesuai Kurang spontanitas Kurang pengendalian diri Kurang mampu membuat keputusan Menarik diri dari hubungan social

C. PENYEBAB1. Faktor predisposisia. Biologi Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.b. PsikologiPenolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.

c. Sosio kulturalStereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.d. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh Kehilangan / kerusakkan bagian tubuh ( anatomi / fungsi ) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh ( akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit ) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh Prosedur pengobatan seperi radiasi, kemoterapi, transplantasie. Faktor predisposisi gangguan harga diri Penolakan dari orang lain Kurang penghargaan Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten Persaingan antar saudara Kesalahan dan kegagalan yang berulang Tidak mampu mencapai standar yang ditentukanf. Faktor predisposisi gangguan peran Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat sakit Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai Peran yang terlalu banyakg. Faktor predisposisi gangguan identitas diri Ketidakpercayaan orang tua pada anak Tekanan dari teman sebaya Perubahan struktur social

h. Faktor presipitasiFaktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or external sources ) yang terdiri dari :1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran :a) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma norma budaya, nilai nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.b) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau kematian.c) Transisi peran sehat sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh : Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal Prosedur medis dan perawatan

D. RENTANG KONSEP DIRI1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengelaman nyata yang sukses dan dapat diterima.2. Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra diri, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.3. Harga diri rendah merupakan perasaaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk hilang percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan haraga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri atas realitas.4. Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan indivindu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang terkait dengan kerancauan identitas yang tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, keluhan fisik, tingkat ansietas yang tinggi, ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.5. Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realitis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya. (dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa Mukhripah, 2012).

E. MEKANISME KOPINGIndividu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi stres. Proses koping terhadap stres menjadi pedoman untuk mengatasi reaksi stres. Koping sebagai proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan ( baik tuntutan itu yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan ) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh stres ( Gustiarti, 2002 ) .Mekanisme koping terdiri dari pertahanan jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua yaitu :a. Koping jangka pendek1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri ( misalnya : konser musik, bekerja keras, dan obsesi nonton televisi ).2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya : ikut serta dalam kelompok sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk ).3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau menigkatkan perasaan diri tak menentu ( misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas ).4) Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya penyalahgunaan obat ).b. Koping jangka panjangMekanisme jangka panjang meliputi :1) Penutupan identitas merupakan adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.2) Identitas negatif merupakan asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), splitting, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk ( Stuart, 2006 ).c. Mekanisme pertahanan ego, yang sering dipakai :1) Fantasi, kemampuan mengguanakan tanggapan tanggapan yang sudah ada ( dimiliki ) untuk menciptakan tanggapan baru.2) Disosiasi, respon yang tidak sesuai dengan stimulus3) Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar4) Projeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain5) Displacement, mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan pada orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi

F. ASUHAN KEPERAWATANPengkajian KeperawatanPengkajian terhadap masalah konsep diri adalah persepsi individu atau pola konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres, serta adanya nilai keyakinan dan tanda-tanda ke arah perubahan fisik, seeprti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa bersalah dan lain-lain.

Diagnosis Keperawatan1. Gangguan konsep diri (gambaran diri) dikarenakan perubahan fisik atau kehilangan bagian tubuh2. Gangguan konsep diri (harga diri) dikarenakan harapan diri yang tidak realistis3. Gangguan konsep diri (identitas diri) dikarenakan harapan orang tua yang tidak realistis4. Gangguan konsep diri (peran) dikarenakan ketidakmampuan menerima peran dan pekerjaan baru di masyarakat.Perencanaan dan Tindakan Keperawatan1. Meningkatkan gambaran (citra) diri pasien, dengan cara: Menciptakan hubungan saling percaya dengan mendorong pasien untuk membicarakan perasaan tentang dirinya. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara membantu pasien untuk menerima pertolongan dari orang lain, mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sosial, menerima keadaan dirinya dan lain-lain. Bila terjadi perubahan atau kehilangan fungsi tubuh, berikan pemahaman tentang arti kehilangan. Mendorong pasien berinteraksi terhadap kehilangan dan menggali alternatif yang nyata guna membantu mengatasinya.2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara: Membantu pasien untuk mengurangi katergantungan dengan bersikap mandukung dan menerima. Memberi kesadaran pada pasien akan pentingnya keinginan atau semangat hidup tinggi. Meningkatkan sensivitas pasien akan dirinya dengan memberi perhatian,membangun harga diri dengan memberikan umpan balik positif atas penyelesaian yang dicapai,menghargai privasi, dan mendorong pasien untuk melakukan latihan yang membangkitkan harga diri. Membantu pasien mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mendorong mengungkapkan perasaan, baik positif maupun negative Memberi kesempatan untuk melakukan aktivitas sosial yang positif. Mendorong pasien untuk berhubungan dengan teman atau kerabat dekat dan terlibat dengan aktivitas sosial. Jangan biarkan pasien mengisolasi diri. Memberi kesempatan mengembangkan keterampilan sosial dan vokasional dengan cara mendorong sikap optimis dan berpartisipasi dengan segala aktivitas.3. Memperbaiki identitas diri pasien, dengan cara: Mengenal diri sendiri sebagai bagian dari tubuh dan terpisah dengan orang lain. Mengakui seksualitasnya sendiri. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan. Menilai diri sendiri sesuai penilaian masyarakat.4. Meningkatkan atau memperbaiki peran pasien, dengan cara: Membantu meningkatkan kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran Mempertahankan kosistensi terhadap peran yang dilakukan. Menyesuaikan antara peran yang diemban. Menyelaraskan antara budaya dan harapan terhadap perilaku peran.Evaluasi KeperawatanEvaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari kemampuan untuk menerima diri, menghargai diri, melakukan peran yang sesuai, dan mampu menunjukkan identitas diri.G. DEFINISI DISOSIATIFGangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya. Individu yang mengalami gangguan ini memperoleh kesulitan untuk mengingat peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas baru (Davidson&Neale,2001).Disosiasi psikologis adalah perubahan kesadaran mendadak yang mempengaruhi memori dan identitas. Para individu yang menderita gangguan disosiatif tidak mampu mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru.Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (di bawah kendali sadar) yang meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaanan segera (awareness of identity andimmediate sensations), serta control terhadap gerak tubuh. Gejala utama gangguan ini adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara lain:1. Ingatan masa lalu2. Kesadaran identitas dan penginderaan (awareness of identity and immediate sensations)3. Kontrol terhadap gerakan tubuh

H. ETIOLOGIGangguan disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Gangguan ini terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan, Dalam perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif.Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa :1. Kepribadian yang labil2. Pelecehan seksual3. Pelecehan fisik4. Kekerasan dalam rumah tangga (ayah dan ibu cerai)5. Lingkungan social yang sering memperlihatkan kekerasan

I. TANDA DAN GEJALAPada Gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam.Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif, meliputi :1. Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang2. Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasan3. Persepsi terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)4. Identitas yang buram5. Depersonalisasi

J. FAKTOR RESIKOOrang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional semasa kecil sangat berisko besar mengalami gangguan disosiatif. Anak-anak dan dewasa yang juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatic, semisalnya perang, bencana, penculikan, dan prosedur medis yang infasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya gangguan disosiatif ini.

K. JENIS DISOSIATIF1. Amnesia Disosiatif Amnesia disosiatif dipercaya sebagai tipe yang paling umum dari gangguan disosiatif.Amnesia diambil dari akar kata Yunani a-, berarti tanpa, dan mnasthai, berarti untuk mengingat. Seseorang yang menderita amnesia disosiatif tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting, biasanya setelah suatu episode yang penuh stress. Informasi-informasi itu tidak hilang secara permanen, namun tidak dapat diingat kembali saat episode amnesia. Ingatan yang hilang dalam amnesia disosiatif dapat kembali, meski gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari, minggu, atau bahkan tahun. Mengingat kembali dalam amnesia disosiatif dapat terjadi secara bertahap tetapi seringkali muncul secara tiba-tiba dan spontan, seperti saat seorang tentara tidak dapat mengingat pertarungan, beberapa hari setelahnya tiba-tiba dapat mengingat pengalamannya setelah pindah ke rumah sakit yang jauh dari medan perang. Sering kali memori yang hilang mencakup semua peristiwa selama kurun waktu tertentu setelah suatu kejadian traumatic. Sangat jarang amnesia hanya mencakup beberapa peristiwa tertentu dalam periode penderitaan tertentu, berlangsung secara terus-menerus sejak terjadinya peristiwa traumatic hingga saat ini, atau secara menyeluruh, mencakup seluruh kehidupan seseorang (Coons & Milstein, 1992).2. Fugue DisosiatifDalam Fugue Disosiatif (berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri) hilangnya memori lebih besar disbanding dalam amnesia disosiatif. Orang yang bersangkutan tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan bekerja dengan menggunakan identitas baru. Kadangkala orang tersebut mempunyai nama baru, rumah baru, pekerjaan baru, dan bahkan serangkaian karakteristik kepribadian baru. Fugue umumnya terjadi setelah seseorang mengalami stress berat, sepert pertengkaran dengan sumai/istri, penolakan diri, masalah keuangan atau pekerjaan, bertugas dalam peperangan, atau bencana alam. Walaupun memerlukan waktu yang lamanya bervariasi, namun biasanya individu dapat pulih secara total; individu yang bersangkutan tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama ia mengalami amnesia. Ciri-ciri Dissociative Fugue antara lain:a. Pergi jauh dari rumah atau tempat kerja secara tiba-tiba dan tidak mampu mengingat masa lalunya. b. Secara mendadak dan tidak terduga, individu pergi meninggalkan rumah dan pekerjaannya. Gejala ini muncul bersamaan dengan ketidakmampuannya mengingat masa lalu.c. Bingung terhadap identitas pribadi atau mendapatkan identitas baru secara persial atau total. d. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama berlangsungnya gangguan identitas dissosiative, dan bukan disebabkan oleh substansi tertentu atau kondisi medis secara umum e. Gangguan menyebabkan distress atau daya ingat significant untuk berfungsi secara normal.3. Gangguan DepersonalisasiGangguan Depersonalisasi, dimana persepsi atau pengalaman seseorang terhadap diri sendiri berubah secara menyedihkan dan mengganggu, juga tercantum salam DSM-IV-TR sebagai gangguan disosiatif. Dalam episode depersonalisasi, yang umum dipicu oleh stress, individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka. Mereka mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa; contohnya, ukuran tangan dan kaki mereka tampak berubah secara drastic atau suara mereka terdengar asing bagi mereka sendiri. Mereka merasa berada diluar tubuh mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan. Kadangkala mereka merasa seperti mesin, seolah-olah mereka dan orang-orang lain adalah robot, atau mereka seolah bergerak didunia yang tidak nyata. Gangguan depersonalisasi biasanya berawal pada masa remaja dan perjalanannya bersifat kronis, yaitu, dialami dalam waktu yang lama. Komorbiditas dengan gangguan kepribadian sering terjadi, juga gangguan anxietas dan depresi (Simeon dkk., 1997).a. Pengalaman yang berulang-ulang atau persisten dari depersonalisasi, yang ditandai oleh perasaan terpisah dari proses mental atau tubuh seseorang, seolah-olah seseorang menjadi pengamat luar dari dirinya sendiri. Pengalaman ini dapat memiliki karakteristik seperti mimpi.b. Individu tersebut mampu mempertahankan pengujian realitas (contohnya, membedakan kenyataan dan ketidaknyataan) saat keadaan depersonalisasi.c. Pengalaman depersonalisasi menyebabkan distres atau hendaya pribadi yang signifikan pada satu atau lebih area fungsi yang penting, seperti fungsi sosial dan pekerjaan.d. Merasa dirinya bukanlah dirinya yang sesungguhnya. Pengalaman bahwa diri sendiri telah berubah.e. Perasaan yang berulang ataupun menetap tentang adanya pemisahan diri dari fisik ataupun pikiran. Merasa bahwa fisik atau pikirannya bukanlah miliknya lagi (Davidson & Neale, 2001).4. Gangguan Identitas Disosiatif Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan identitas disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, berbeda dalam keberadaan, perasaan, dan tindakan yang satu sama lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada waktu yang berbeda. Umumnya terdapat dua hingga empat kepribadian pada saat diagnosis ditegakkan, namun selama berlangsungnya terapi sering kali muncul beberapa kepribadian baru. Gangguan identitas disosiatif biasanya berawal pada masa kanak-kanak, namun jarang didiagnosis hingga usia dewasa. GID umumnya disertai sakit kepala, penyalahgunaan zat, fobia, halusinasi, upaya bunuh diri, disfungsi seksual, perilaku melukai diri sendiri, dan juga simtom-simtom disosiatif lain seperti amnesia dan depersonalisasi (Scrappo dkk., 1998). Kriteria DSM-IV-TR untuk DID, diantaranya :a. Harus ada dua atau lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri orang tersebut.b. Kepribadian-kepribadian ini secara berulang mengambil alih perilaku orang tersebut (Switching).c. Ada ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa biasa.d. Gangguan-gangguan yang terjadi ini tidak terjadi karena efek psikologis dari substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam.

L. TERAPIGangguan disosiatif menunjukan, mungkin lebih baik dibanding semua gangguan lain, kemungkinan teori psikoanalisis. Dalam tiga gangguan disosiatif-amnesia, fugue, dan gangguan identitas disosiatif- para penderita menunjukan perilaku yang secara sangat meyakinkan menunjukan bahwa mereka tidak dapat mengakses berbagai bagian kehidupan pada masa lalu yang terlupakan. Dan karena pada saat yang sama mereka tidak menyadari bahwa mereka lupa akan bagian dari masa lalu mereka, hipotesis bahwa terdapat bagian besar dalam kehidupan mereka yang direpres atau didisosiasi merupakan hipotesis yang meyakinkan (MacGregor, 1996). Konsekuensinya, terapi psikoanalisis mungkin lebih banyak dipilih untuk gangguan disosiatif dibanding masalah-masalah psikologis lain. Para pasien GID sangat mudah dihipnotis, dan diyakini bahwa mudahnya mereka dihipnotis dimanfaatkan oleh mereka (tanpa disadari) untuk mengatasi stress dengan menciptakan kondisi disosiatif yang mirip dengan trance untuk mencegah munculnya ingatan yang menakutkan tentang berbagai macam kejadian traumatis (Butler dkk., 1996).

BAB IIIPENUTUPSIMPULANKonsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. EGC : JakartaStuart, Gail Wiscarz. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC.http://nuroelsiiwell94ok.blogspot.com/2013/07/gangguan-disosiasi.html diakses tangga 29 Januari 2015http://digilib.unimus.ac.id diakses 29 Januari 2015http://intansuryani-18.blogspot.com/2013/11/makalah-gangguan-somatoform-dan.html diakses tanggal 29 Januari 2015

21