makalah kewiraan

28

Click here to load reader

Upload: chubbylie

Post on 28-Jun-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah kewiraan

BAB I

MAKNA DAN PEMAHAMAN KONSEP FILSAFAT PANCASILA

1. LATAR BELAKANG SEJARAH NILAI DAN FUNGSI FILSAFAT

Budaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai filsafat

yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai filsafat sebagai

jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran ( kebenaran hakiki;

karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup, (Weltanschauung); sekaligus

memancarkan jiwa bangsa, jatidiri bangsa (Volksgeist) dan martabat nasional !.

Integritas filsafat Pancasila terjabar sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila dengan visi-

misi sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45.

Menegakkan integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 adalah

pembudayaan filsafat Pancasila dan ideologi nasional Indonesia Raya!

A. Makna, Sejarah, dan Fungsi Filsafat

Istilah filsafat secara etymologis terbentuk dari kata bahasa Yunani: filos dan sophia.

Filos = friend, love; sophia = learning, wisdom. Jadi, makna filsafat = (orang) yang

bersahabat dan mencintai ilmu pengetahuan, serta bersikap arif bijaksana. Karena itulah

diakui orang belajar filsafat berarti mencari kebenaran sedalam-dalamnya, kemudian

menghasilkan sikap hidup arif bijaksana. Demikian pula para pemikir filsafat (filosof)

dianggap manusia berilmu dan bijaksana.

Sesungguhnya nilai ajaran filsafat telah berkembang, terutama di wilayah Timur

Tengah sejak sekitar 6000 – 600 SM; juga di Mesir dan sekitar sungai Tigris dan Eufrat

sekitar 5000 – 1000 sM; daerah Palestina/Israel sebagai doktrine Yahudi sekitar 4000 – 1000

SM (Radhakrishnan, et al. 1953: 11; Avey 1961: 3-7). Juga di India sekitar 3000 – 1000 SM,

sebagaimana juga di Cina sekitar 3000 – 500 SM.

Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental, universal

dan hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup oleh pemikir dan penganutnya.

1

Page 2: makalah kewiraan

Sedangkan pemikiran filsafat yang dianggap tertua di Eropa (Yunani) baru berkembang

sekitar 650 SM. Jadi, pemikiran filsafat tertua bersumber dari wilayah Timur Tengah;

sinergis dengan ajaran nilai religious. Fenomena demikian merupakan data sejarah budaya

sebagai peradaban monumental, karena Timur Tengah diakui sebagai pusat berkembangnya

ajaran agama supranatural (agama wahyu, revealation religions). Kita juga maklum, bahwa

semua Nabi/Rasul berasal dari wilayah Timur Tengah (Yahudi, Kristen dan Islam).

Berdasarkan data demikian kita percaya bahwa nilai filsafat sinergis dengan nilai-nilai

theisme religious. Karena itu pula, kami menyatakan bahwa nilai filsafat Timur Tengah

dianggap sebagai sumur madu peradaban umat manusia karena kualitas dan integritas

intrinsiknya yang fundamental-universal theisme religious.

Nilai ajaran filsafat Barat (Eropa, Yunani) adalah nilai filsafat natural dan rasional

(ipteks); karenanya dianggap sebagai sumur susu peradaban. Makna uraian di atas: manusia

atau bangsa yang ingin sehat dan jaya, hendaknya memadukan nilai theisme religious

dengan ipteks; sebagaimana pribadi manusia yang ingin sehat minumlah susu dengan madu.

Artinya, budaya dan peradaban yang luhur dan unggul akan berkembang berdasarkan nilai-

nilai (moral) agama dan ipteks.

Budaya dan peradaban modern mengakui bahwa perkembangan ipteks dan kebudayaan

manusia bersumber dan dilandasi oleh ajaran nilai filsafat. Karena itu pula, filsafat diakui

sebagai induk ipteks (= philosophy as the queen and as the mother of knowledge as well).

Nilai filsafat menjangkau alam metafisika dan misteri alam semesta; visi-misi penciptaan

manusia. Alam semesta dengan hukum alam memancarkan nilai supranatural dan

suprarasional sebagaimana rokhani manusia dan martabat budinuraninya juga

memancarkan integritas suprarasional!

Sistem filsafat dan cabang-cabangnya --- termasuk sistem ideologi--- dalam

kepustakaan modern diakui sebagai Kultuurwissenschaft, dan atau Geistesswissenschaft

(terutama filsafat hukum, filsafat politik, filsafat manusia, filsafat ilmu, filsafat ekonomi dan

filsafat etika).

Sedemikian besar dan dominan pengaruh ajaran sistem filsafat dan atau ideologi

dimaksud terlukis dalam skema 1, dalam makna : lingkaran global menunjukkan supremasi

nilai filsafat religious yang bersumber dari Timur Tengah yang memberikan martabat

moral kepribadian manusia secara universal!

2

Page 3: makalah kewiraan

SUMBER DAN PUSAT PERKEMBANGAN FILSAFAT

Pusat Pengembangan Moral dan Ipteks dalam Wawasan Filsafat

3

ONTOLOGY --------------- EPISTEMOLOGY -------------- AXIOLOGY

R U A N G d a n W A K T U

A S I A

TIMUR TENGAH C I N A

I N D I A

E R O P A

JEPANG

AUSTRALIA

INDONESIA

PERADABAN & MORAL T -- T

A M E R I K A

AFRIKA

Page 4: makalah kewiraan

2. INTEGRITAS SISTEM KENEGARAAN PANCASILA DAN UUD PROKLAMASI

’45

Sebagai aktualisasi sistem filsafat Pancasila dan atau sistem ideologi (nasional)

Pancasila secara ontologis dan axiologis dikembangkan dan ditegakkan sebagai integritas

Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan asas-asas fundamental

berikut :

A. Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Negara

Filsafat Pancasila memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas martabat

manusia, sebagai pancaran asas moral (sila I dan II); karenanya ajaran HAM

berdasarkan filsafat Pancasila yang bersumber asas normatif theisme-religious, secara

fundamental sbb:

1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II: hidup,

kemerdekaan dan hak milik/rezki); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh

umat manusia.

2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban

asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia

menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.

3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:

a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Maha

Pencipta (sila I).

b. Manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas semesta,

termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan

c. Manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta (Tuhan

Yang Maha Esa), atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada

(kepribadian). Manusia terikat dengan hukum alam dan hukum moral !.

Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM;

sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.

4

Page 5: makalah kewiraan

Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas

potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah

kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya

(termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007: 147-160)

Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk

wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan

ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara

berkedaulatan rakyat (sistem demokrasi) dan negara hukum (Rechtsstaat). Asas-asas

fundamental ini memancarkan identitas, integritas dan keunggulan sistem kenegaraan RI

(berdasarkan) Pancasila – UUD 4, sebagai sistem kenegaraan Pancasila.

Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai

keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --- karena sesuai dengan

potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.

Jadi, bagaimana sistem kenegaraan bangsa itu, ialah jabaran dan praktek dari ajaran

sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasionalnya masing-masing. Berdasarkan asas

demikian, kami dengan mantap menyatakan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila,

dan terjabar (pedoman penyelenggaraanya) dalam UUD Proklamasi 45 --- yang orisinal,

bukan menyimpang sebagai “ terjemahan “ era reformasi yang menjadi UUD 2002 --- yang

kita rasakan amat sarat kontroversial, bahkan menjadi budaya neo-liberalisme !

5

Page 6: makalah kewiraan

BAB II

NEGARA HUKUM

Menurut para ahlipengertian hukum:

ARISTOTELES

Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.

HUGO KRABBE

Bahwa Negara seharusnya Negara Hukum (rechtsstaat) dan setiap tindakan Negara harus

didasarkan pada hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan pada hukum.

F.R. Bothlingk

De staat, waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht”

(negara, dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh ketentuan

hukum).

Wirjono Prodjodikoro

1. Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat perlengkapan dari pe-

merintah dalam tindakannya baik terhadap para warga negara maupun dalam negara sal-

ing berhubungan masing-masing, tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus mem-

perhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku;

2. Semua orang (penduduk) dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peratu-

ran-peraturan hukum yang berlaku.

Di Eropa dikenal dua tipe pokok Negara Hukum, yaitu:

Type Anglo Saxon (Inggris, Amerika), berintikan Rule of Law

Type Eropa Kontinental (Jerman, Belanda, Belgia, Skandinavia), yang berdasarkan pada

kedaulatan Hukum (Rechtsouvereiniteit); jadi berintikan Rechstaat (Negara Hukum)

Pengertian Negara Hukum di Indonesia

Prof. R. Djokosutomo, SH

Negara Hukum menurut UUD 1945 adalah berdasarkan pada kedaulatan hukum. Hukum-

lah yang berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti rechtstaat (badan

hukum republik). Karena negara itu dipandang sebagai subjek hukum, maka jika ia

bersalah dapat dituntut didepan pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.

Prof. Dr. Ismail Suny, SH., M. CL dalam brosur beliau “Mekanisme Demokrasi Pan-

6

Page 7: makalah kewiraan

casila” mengatakan, bahwa negara hukum Indonesia memuat unsur-unsur:

1. Menjunjung tinggi hukum

2. Adanya pembagian kekuasaan

3. Adanya perlinduungan terhadap hak-hak asasi manusia serta remedi-remedi prosedural

untuk mempertahankannya

4. Dimungkinkan adanya peradilan administrasi

7

Page 8: makalah kewiraan

BAB III

KONSEP FILSAFAT PANCASILA

1. Pengertian Filsafat Pancasila

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang

dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan

rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,

dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar

dan menyeluruh.

Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil

permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita,

yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).

Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari

Pancasila (Notonagoro)

2. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara

deduktif dan induktif.

Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan

menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.

Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,

merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud

sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk

tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sila-sila Pancasila

yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya,

antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi.

Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang

berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa

yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

8

Page 9: makalah kewiraan

Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda

dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme,

komunisme dan sebagainya.

3. Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:

Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata

lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu

bukan Pancasila. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digam-

barkan sebagai berikut:

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;

Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;

Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;

Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

4. Inti sila-sila Pancasila meliputi:

Tuhan, yaitu sebagai kausa prima

Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial

Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri

Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong

Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran

Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia

pada umumnya.

Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan

aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.

Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila, Epistemologis

Pancasila dan Aksiologis Pancasila.

9

Page 10: makalah kewiraan

BAB IV

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima

sila itu adalah: Ketuhanan yang

Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia. Untuk

mengetahui latar belakang atau sejarah Pancasila dijadikan ideologi atau dasar negara coba baca

teks Proklamasi

berikut ini.

Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajah

oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misal-

nya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda.

Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kera-

jaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate,

dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam

bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.

Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda,

sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan. Penjajahan Belanda be-

rakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala

tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, ten-

tara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia

agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji ke-

merdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal

7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang

memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan

10

Page 11: makalah kewiraan

tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemer-

intah Militer Jepang di Jawa dan Madura)

Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Us-

aha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan

mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat

dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang per-

tama pada tanggal 29 Mei 1945 -1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus

mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak

anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang mas-

ing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin men-

gajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima

hal, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Per-

wakilan

11

Page 12: makalah kewiraan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno

mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan

bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:

1. Sosio nasionalisme

2. Sosio demokrasi

3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.

Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk

membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan

memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesem-

patan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20

Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno

2. Ki Bagus Hadikusumo

3. K.H. Wachid Hasjim

12

Page 13: makalah kewiraan

4. Mr. Muh. Yamin

5. M. Sutardjo Kartohadikusumo

6. Mr. A.A. Maramis

7. R. Otto Iskandar Dinata

8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota

BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya se-

buah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas Sembilan

orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno

2. Drs. Muh. Hatta

3. Mr. A.A. Maramis

4. K.H. Wachid Hasyim

5. Abdul Kahar Muzakkir

6. Abikusno Tjokrosujoso

7. H. Agus Salim

8. Mr. Ahmad Subardjo

9. Mr. Muh. Yamin

Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang

dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan

sebutan “Piagam Jakarta”.

13

Page 14: makalah kewiraan

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah meru-

muskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Pani-

tia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah

tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan terse-

but dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah

proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan ran-

cangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan

Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan

Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore

hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang men-

emuinya.

Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul,

di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik

memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh.Hatta disam-

paikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain

kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta

berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat

Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan ke-

wajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan

diganti dengan “Yang Maha Esa”. Adapun bunyi Pembukaan UUD1945 selengkapnya sebagai

berikut:

14

Page 15: makalah kewiraan

BAB V

IDENTITAS BANGSA

Indonesia, 28 Oktober 1928 Masehi. Saat yang megah dan memiliki makna sangat dalam

tentang sebuah rasa, sebuah karsa, dan sebuah asa. Ikrar jiwa-jiwa muda pada bangsa Indonesia

tuk menebarkan rasa cinta dan bangga akan bangsa kita, bangsa Indonesia. Bangsa yang

memiliki beragam kekayaan baik alam maupun kultur budayanya.

Tak mungkin saya mampu membayangkan apa yang terjadi saat itu. Namun, hari itu terasa

membekas bagai menggoreskan luka kebahagiaan, akan rasa cinta pada bangsa Indonesia. 3

Unsur utama intinya, melalui rangkaian kata-kata yang menyatukan kita semua, tuk selalu

bersama dalam hidup di Indonesia.

Setelah sekian lama, setelah waktu yang membawa kita pada kehidupan sekuler, libralis,

komunis ataupun demokratis, sebagai pilihan idealis. Terasa kepudaran makna sebuah peristiwa

nan megah dikenal dengan hari Sumpah Pemuda.

15

Page 16: makalah kewiraan

Harus saya akui, tanpa harus dipungkiri. Memang kepudaran akan makna Sumpah Pemuda

jiwa-jiwa muda bangsa Indonesia tempo itu, tak lagi membekas di hati, kepudarannya mungkin

disebabkan oleh bercampurnya beragam budaya bangsa lain yang menjerumus masuk, seolah

serangan virus yang menghantam dan memanipulasi arsip-arsip dokumen tentang budaya bangsa

sendiri. Atau penat atau bosan yang merasuk di diri ini akan identitas bangsa ini.

Setelah lebih dari setengah abad bangsa ini, meniti kehidupannya, membangun dan membina

kehidupannya, diri ini pun seolah tak mengenali lagi jati diri bangsa ini. Diri ini terbuai dengan

kemajemukan yang terbingkai indah, menusuk secara perlahan jati diri bangsa ini.

Inilah awalnya diri ini mulai menyadari sebuah kesepahaman yang diinginkan muda-mudi

tempo itu untuk menyatukan semua rakyat bangsa Indonesia dengan satu persamaan pendapat

yang mengikat kehidupan bangsa untuk dapat rukun dalam kedamaian. Hidup dengan beragam

etnik yang memang harus saling mengenal.., berdampingan dengan lebih menghargai

kebudayaan bangsa sendiri.

Bahasa Indonesia Sebagai Identitas Dan Penyatu Bangsa Menghadapi Pengubah Sosial

Memulai dengan mengenal budaya bangsa, mencintai, menjaga, dan

mengapresiasikannya kehadapan dunia. Agar dunia tahu bagaimana bangsa Indonesia ini, megah

oleh pondasi jiwa-jiwa muda bangsa Indonesia

Fungsi Bahasa Indonesia Seminar Politik Bahasa Nasional, 25-28 Februari 1975 di

Jakarta, antara lain merumuskan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa

Indonesia (selanjutnya disingkat BI) berfungsi sebagai:

(1) lambang kebanggaan nasional,

(2) lambang identitas nasional,

(3) pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya bahasa,

(4) alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa, 1975:5).

Beriringan dengan pesatnya perkembangan BI sebagai lambang identitas nasional,

teraktualisasikan pula perkembangan bahasa daerah (selanjutnya disingkat BD) sebagai lambang

16

Page 17: makalah kewiraan

identitas daerah yang keberadaannya diakui di dalam UUD 1945 yang secara bersamaan dengan

BI menghadapi arus globalisasi. Identitas Bangsa Sosok yang menunjukkan bahwa dia adalah

Indonesia, baik sebagai negara maupun sebagai bangsa, berwujud dalam dua kenyataan, yakni BI

yang menampakkan diri sebagai identitas fonik dan merah putih serta Garuda Pancasila sebagai

wujud fisik.

Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa itu tecermin, antara lain, dari sikap lebih

mengutamakan penggunaan bahasa asing (disingkat BA) daripada penggunaan BI, misalnya

dalam penamaan kompleks perumahan, dan sikap mementingkan kegiatan tertentu, misalnya

demi kegiatan pengembangan pariwisata dan bisnis. Pengaruh Muatan Lokal sebagai Upaya

Penangkal Arus Globalisasi Berdasarkan Petunjuk Penerangan Muatan Lokal (Depdikbud,

1987), yang dimaksud muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media

penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan

kebutuhan daerah yang perlu dipelajari oleh murid. Tantangan itu dapat dilihat dari kenyataan BI

itu sendiri, dan yang satu dari pemilik dan penutur BI sendiri.

Tantangan yang datang dari pemilik dan penutur Bi sebenarnya bersumber dari sikap,

kesadaran berbahasa yang kemudian tecermin dalam perilaku berbahasa (lihat Fishman,

1975:24-28, Pateda, 1990: 25-32). Terhadap ujaran sulitnya mendapatkan padanan istilah yang

berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebenarnya Pusat Bahasa bekerja sama

dengan para pakar dalam disiplin ilmu tertentu telah mengupayakan menerbitkan kamus, antara

lain Kamus Istilah Teknik Perkapalan (Soegiono dkk, 1985), Kamus Istilah Politik (Muhaimin

dkk, 1985), Kamus Istilah Teknologi Mineral (Soetjipto dkk, 1985), tetapi barangkali tidak luas,

maka tuduhan di atas muncul.

Persoalan krisis jati diri yang berpangkal dari pandangan bahwa manusia sebagai

substansi, dan sebagai makhluk yang beridentitas yang kemudian dikaitkan dengan pembinaan

dan pengembangan BI sebagai upaya mempertahankan identitas bangsa, maka pengajaran

kebangsaan sebaiknya dipertimbangkan untuk diberikan dalam lembaga pendidikan kita. Dewasa

ini substansi jiwa kebangsaan seolah-olah ditempelkan pada mata pelajaran PMP dan PSPB.

Selain itu, penggunaan kata-kata, daripada, yang mana, di mana, saudara-saudara sekalian,

dianggap bukan sesuatu yang salah oleh para oknum petinggi di negara kita ini. Dengan kata

lain, terdapat kontroversi antara norma bahasa yang dikumandangkan oleh Pusat Bahasa dan

kenyataan di lapangan.

17

Page 18: makalah kewiraan

PENUTUP

Berdasarkan uraian ringkas makalah secara mendasar dapat dirumuskan pokok-pokok pikiran

berikut :

1. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan

integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat Pancasila

yang dikembangkan sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan ditegakkan dalam

integritas sistem kenegaraan Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45).

2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas

keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya.

Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila

sebagai ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa.

Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan

18

Page 19: makalah kewiraan

melandasi cita budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-

filosofis-ideologis-konstitusional:

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus (terjemahan

pustaka firdaus).

Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual

ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII), Jakarta, Penerbit Arga

Wijaya Persada.

Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and

Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.

Huston Smith, 1985: The Religions of Man, (Agama-Agama Manusia, terjemah oleh :

Saafroedin Bahar), Jakarta, PT. Midas Surya Grafindo.

Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung,

Penerbit Alumni.

19

Page 20: makalah kewiraan

Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell

McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell

& Bain Ltd.

Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai

Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang,

Laboratorium Pancasila.

------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural,

Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.

Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to

Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.

Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe,

Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.

20