makalah keragaman hayati mikrobia
TRANSCRIPT
MAKALAH KERAGAMAN HAYATI MIKROBIA
DAMPAK CAMPUR TANGAN MANUSIA TERHADAP KERAGAMAN
HAYATI MIKROBIA
Effect of Wastewater Treatment Plant Effluent on Microbial Function and
Community Structure in the Sediment of a Freshwater Stream with Variable
Seasonal Flow
Disusun oleh:
Annisa Dewi
12/335126/PN/13025
Dosen pengampu:
Dr. Ir. Sri Wedhastri, MS.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
JURUSAN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
I. PENDAHULUAN
Sebagian kecil sungai di Australia dipandang masih dalam keadaan murni, namun tren
yang berkembang selama bertahun-tahun menyebabkan adanya penurunan kualitas. Adapun
faktor yang berperan dalam kemunduran keadaan ekologi meliputi polusi kimia, perubahan
daerah tepi pantai, dan pengayaan nutrisi (eutrofikasi). Kombinasi tekanan yang sedemikian
rupa mempunyai dapak negatif yang sinergis bagi keadaan ekologi, baik komunitas maupun
fungsinya.
Pembuangan limbah dari pabrik pengolahan limbah memberikan dampak kerugian
yang sangat besar bagi kesehatan ekosistem lingkungan akuatik. Saluran pembuangan dari
pabrik pengolahan limbah ini memberikan tambahan bahan organik dan nutrisi dalam jumlah
besar ke dalam badan air. Penambahan nutrisi secara terus menerus mengacu pada terjadinya
eutrofikasi dan kekurangan oksigen. Penambahan jumlah bahan organik akan mengubah
hubungan energi di dalam aliran, mengganggu fungsi dan komunitas biotik. Pembuangan
limbah tersebut juga dapat memasok pasir dan kerikil halus ke sistem akuatik, dan mengubah
sifat fisik endapan. Aliran limbah itu sendiri dapat menginterupsi aliran alami badan air.
Dalam hal ini, Brooks et al., (2006) menyoroti mengenai biomonitoring yang menjadi
tantangan besar bagi para ilmuwan dan manajemen pembuangan limbah ke dalam aliran
dengan arus singkat dan musiman. Menilai dampak pembuangan limbah terhadap kesehatan
saluran air adalah konsekuensi lingkungan yang cukup besar, terutama di daerah tangkapan
dengan arus aliran variabel dan daerah terjadi peningkatan jumlah penduduk melaui
urbanisasi dan periurbanisasi meningkatkan beban yang diampu oleh IPAL dan kesehatan
ekosistem air tawar.
Meskipun secara umum pengujian dilakukan dengan menggunkanan makroinvertebrata
sebagai indikator, mikroorganisme dan bakteri juga memungkinkan menjadi alat yang
informatif untuk menentukan kesehatan lingkungan akuatik. Faktor penting tidak hanya
mencakup kebiasaan hidup mikroorganisms di dalam sedimen dan biofilm tetapi juga
keberadaan mereka yang melimpah di mana-mana di dalam sistem perairan juga mendukung
kemampuan mereka untuk dijadikan sebagai indikator. Selain itu hal penting lainnya adalah
bakteri bertangggungjawab terhadap proses transformasi biogeokimia, seperti nitrifikasi dan
denitrifikasi, dengan demikian stres yang dialami oleh komunitas mikrobia juga akan
berdampak pada fungsi ekosistem serta keanekaragaman hayati dan struktur komunitas
akuatik. Namun demikian dikatakan bahwa metode ini pun memiliki banyak kekurangan.
Kekurangan terdahulu menggunakan mikrobia sebagai indikator terhadap kondisi
kesehatan sungai dapat digantikan dengan alat yang menggunakan teknologi biologi
molekuler. pengembangan alat dan teknik yang baru yang dapat merevolusi lingkungan
mikrobiologi dan ekologi mikrobia. Sebagai contoh, teknik kultur independen menyediakan
pandangan baru terhdap struktur filogenetik dari komunitas mikrobia. Teknik lain yang
menggunakan gen fungsional yang mengkode enzym tertentu yang mengontrol terjadinya
proses tranformasi biogeokimia menjadi alat untuk menginvestigasi ekologi dan komunitas
mikrobia tertentu.
Limbah mengandung ammonium dalam jumlah yang signifikan. Oksidasi ammnium
dan dekomposisi bahan organik di dalam ekosistem air dapat menyebabkan defisit oksigen,
yang secara signifikan berpengaruh pada organisme aerobik dalam air. Mayoritas di dalam
sebuah penelitian mengenai nitrifikasi dan bakteri nitrifikasi yang berasosiasi dengan
limbah,bakteri terkonsentrasi pada kolom air dan bukan pada sedimen. Walaupun, di daerah
sedimen adalah tempat terkumpulnya bahan organik dan biomassa mikrobia. Selanjutnya,
gradien oksigen dan konsentrasi antarmuka, seperti diantara sedimen dan lapisan air di atas,
situs penting untuk kopling proses biogeokimia antara mikroba dimediasi, seperti nitrifikasi
dan denitrifikasi dan daur metilitrofik senyawa C1.
Dalam penelitian ini digunakan kombinasi antara uji filogenetik dan gen fungsional
berbasis molekuler untuk menginvestigasi keragaman dan fungsi ekologi komunitas mikrobia
dalam aliran yang menerima limbah dari pabrik pengolahan limbah (IPAL).
II. METODE PENETILIAN
Studi Area
Penelitian ini dilakukan di sungai kecil Hahndorf, terletak di daerah pedesaan, sekitar
30 KM dari kota Adelaide, Australia Utara, di sebelah barat Gunung Lofty. Sungai kecil ini
terbentuk karena tampungan air di atas sungai Onkaparinga dan kemudian dialirkan ke sungai
Onkaparinga. Rata-rata hujan tahunan untuk sungai Hahndorf adalah 860 mm/tahun,
didominasi pada bulan Mei dan Oktober. Aliran dasar sungai sangat bervariasi sepanjang
tahun. Rata-rata arus aliran tahunan (1468 ha) adalah 2225 Ml, terdiri dari arus di dasar aliran
355 Ml dan runoff sebanyak 1870 Ml. Pabrik pengolahan limbah (IPAL) melayani sejumlah
3000 orang dari kota Balhannah, Hahndorf, Oakbank, dan Verdun. IPAl di bangun sebanyak
dua kali yaitu pada tahun 1977 dan 1992/3, mengeluarkan sekitar 1 Ml/hari buangan limbah
yang diperlakukan tersier (terklorinasi). Dari hilir ke muara sungai, arus aliran kontinyu
namun sangat bervariasi sepanjang tahun. Sungai Hahndorf mengalir di area yang digunakan
sebagai tempat penggembalaan dan pertanian. Area ini sudah bersih dari vegetasi aslinya.
Bentang daratnya tergolong bergelombang dengan variasi altitude 350 s.d. 430 m.
Gambar 1. Peta sungai Hahndorf, lokasi IPAL, dan lokasi pengambilan sampel.
Pengambilan Sampel Sedimen
Sampel sedimen dasar aliran diambil dari enam lokasi di sepanjang sungai Hahndorf
pada bulan November 2005. Lokasi berjarak 640 m sebelum pembuangan IPAL, lokasi
sebelum dan sesudah saluran pembuangan secara langsung, kemudian 150 m setelah saluran
pembuangan dan 400 m (ketika arus aliran berkurang dan masuk bendungan pertanian) dan
1040 m setelah saluran pembuangan.
Di setiap lokasi, empat ulangan sampel sedimen diambil pada kedalaman 0-5 cm
menggunakan alat. Selama proses pengambilan sampel, sedimen dimasukkan ke dalam
sebuah plastik dan diletakkan dalam es sampai dikirimkan ke laboratorium sekitar 4 jam.
Ekstraksi DNA dibuat dari semua sampel dengan empat ulangan, namun untuk analisis
fisikokimia subsampel dari ulangan sikumpulkan untuk perwakilan sampel tunggal dari
lokasi pengambilan sampel.
Sifat Fisikokimia Sedimen
Presentasi air sedimen diukur dengan mengukur massa sampel setelah dioven pada
suhu 105°C sampai didapat massa konstan. Sampel kering berupa tanah kasar dengan ukuran
partiken <2 mm, dan sifat fisikokimia dijelaskan oleh analisis dari CSIRO Land and Water,
Adelaide. Total karbon dan nitrogen ditentukan dengan pembakaran secara langsung
menggunakan LECO CNS 2000 pembakar kering otomatis. Nitrogen anorganik ditentukan
dari ekatraksi 2 M KCL diikuti dengan determinasi kolorimetri dari NH4+ dan NO3
-
menggunakan AlpKen Flow Solution III kolorimeter. Suspensi dari masing-masing sampel
(1:5, sampel :air, wt/vol) digunakan untuk menentukan pH dan konduktivitas elektrik (E.C.).
P, Cu, Zn, dan Cd diukur menggunakan metode United States Environtmental Protection
Agency (U. S. EPA) yaitu metode 3051A. Na, K, Ca, dan Mg sebagai kation tertukar
dianalisis menggunakan metode 15B2 dan15C1 (1M NH4Cl disesuaikan menjadi pH 7 untuk
ekstrasksi sampel pada pH 7 dan 1M NH4Cl di dalam 60% etanol disesuaikan menjadi pH 8.5
untuk ekstraksi sedimen pada pH 8.5). Untuk kedua kasus di atas, peralatan dideskripsikan
dalam metode 15D2 digunakan untuk ekstraksi secara mekanik pada kondisi yang terkontrol.
Analisis ukuran partikel dilakukan dengan memecah sedimen menjadi berpencar, bahan
organik dibuang menggunakan H2O2, dan karbonat dibuang menggunakan asam asetat.
Ukuran fraksi ditentukan menggunakan sedimentasi dengan metode pipet dan pengayakan
untuk memisahkan lempung (<2 µm), lumpur (2-20 µm), pasir halus (20-200 µm) dan pasir
kasar (200-2000 µm).
Biomassa Mikrobia
Biomassa mikrobia pada setiap sampel diukur menggunakan teknik ekstraksi fumigasi
kloroform. Dari 10 gr sampel sedimen baru, jumlah C yang terdapat di dalam biomassa
mikrobia ditentukan dengan membandingkan jumlah C terlarut 7 hari sebelum dan sesudah
fumigasi kloroform. C terlarut diektraksi dari sedimen menggunakan 30 ml 0.5 M K2SO4 (pH
6.3), diaduk selama 1 jam, dan difiltrasi menggunakan kertas filter Whatman no. 42. Jumlah
total C kemudian ditentukan menggunakan deteksi infra merah diikuti dengan pemabakaran
pada suhu 950°C di Formacs.
Ekstraksi dan Kuantifikasi DNA
DNA diekstraksi sebanyak dua kali dari 0.8 gr setiap sampel sebanyak empat ulangan
masing-masing lokasi sampel, dengan menggunakan Ultra Clean soil DNA Extraction kit
(MoBio Laboratories, CA). Penghancur sel FastPrep (Bio 101) digunakan untuk
meningkatkan efisiensi ekstraksi. DNA dari kedua sampel dikumpulkan di dalam 50 µl buffer
Tris-EDTA. Konsentrasi DNA di dalam sampel dikuantifikasi menggunakan reagen
PicoGreen double-stranded DNA quantification terhadap kurva standar Lambda-phage DNA
pada sistem Stratagene MX3000P qPCR.
PCR-DGGE
Analisis truktur komunitas mikrobia dilakukan dengan menggunakan metode PCR-
DGGE profil dari sebagian variabel gen 16S rRNA. Primer yang digunakan adalah F986-GC
dan R1401 yang spesifik untuk bakteri. Setiap PCR dilakukan dengan menggunakan reaksi
total campuran 25 µl, primer 20 pmol, deoksinukleosida trifosfat 10 mM, 1 U Qiagen HotStar
Taq DNA polymerase, 2.5 µl buffer PCR, dan 2 µl DNA. Siklus pCR menggunakan
penurunan suhu 67°C s.d. 57°C untuk20 proses annealing awal dan 57°C untuk 20 proses
annealing selanjutnya. Denaturasi dilakukan pada suhu 94°C selama 1 menit, annealing
selama 1 menit, dan ekstensi pada suhu 72°C selama 1 menit. Konfirmasi PCR dilakukan
dengan menggunakan gel agarose dari 2 µl setiap campuran PCR, pewarnaan menggunakan
etidium bromida, dan visualisasi di bawah UV.
Kloning dan Sekuensing rRNA Gen Bakteri
DNA dari lokasi pengambilan sampel 1 sampai 4 dan 5 dan 6 dikumpulkan untuk
membuat dua sampel dari lokasi sebelum dan sesudah situs 400 m. Sekuen gen 16S rRNa
telah dijelaskan di atas, kecuali primer F986 digunakan tanpa klem GC. Hasil PCR kemudian
dimurnikan menggunakan Promega PCR cleanup kit, diikat kepada pGEM-T plasmids, dan
ditransformasikan kepada Escherichia coli kompeten JM109. Sekuensing DNA dilakukan
oleh Australian Genome Research Facility (Adelaide) menggunakan lokasi primer M13F.
Setiap sekuen kemudia dicek pada GenBank dengan menggunakan pencari BlastN. Dari
sampel upstream sebanyak 13 gen 16S rRNA tersekuensi dan dari sampel downstream
sebanyak 25 gen 16S rRNA.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Biomassa mikrobia, diuji dengan mengukur pelepasan C dari sedimen setelah fumigasi
klorofrom, semakin turun ke bawah aliran semakin meningkat (Gambar 2). Jumlah MBC
tersedikit justru ada pada lokasi sampel saluran pembuangan IPAL secara langsung. Semakin
turun ke bawah aliran air, jumlah MBC semakin meningkat dibanding dengan jumlah MBC
yang berada di atas saluran pembuangan. Jumlah MBC tertinggi ada pada jarak 1040 m di
bawah saluran pembuangan.
Gambar 2. Kelimpahan dan keragaman bakteri pada sampel sedimen pada enam lokasi
yang berbeda di sungai Hahndorf.
Keragaman anggota dari bakteri yang dominan dapat dibedakan secara signifikan di
antara setiap situs (Gambar 2B). keragaman yang tertinggi ada pada sampel yang diambil
150 m di bawah saluran pembuangan IPAL. Selain titik ini, keragaman menurun. Keragaman
pada titik 150 m dan 400 m di bawah saluran pembuangan IPAL secara signifikan lebih besar
daripada pada titik 640 m di atas saluran pembuangan IPAL (Gambar 2B).
Gambar 3. Pengelompokan kesamaan antara struktur komunitas bakteri dari sampel
sedimen sungai Hahndorf.
Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap struktur dan komposisi komunitas bakteri
di setiap lokasi sampel yang berbeda. Perbedaan terbesar adalah pada situs di anatara >400m
di bawah saluran pembuangan IPAL dengan situs di atas saluran pembuangan hanya
memiliki kesamaan sebesar 13% (Gambar 4). Struktur komunitas mikrobia pada dua situs di
dekat 400 m tidak berbeda secara signifikan. Perbedaan signifikan pada struktur filogenetik
ada pada level filum. Sekuen gen 16S sRNA di atas situs 400 m (situs 5) mayoritas
merupakan alfa- dan betaproteobateria, sedangkan hasil sekuen pada sedimen di bawah situs
400 m teridentifikasi alfa-, beta-, gamma-, dan deltaproteobakteria Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisa filogentik terhadap gen 16S rRNA dari sampel sedimen sungai
Hahndorf.
IV. KESIMPULAN
1. Biomassa mikrobia paling tingga terdapat pada lokasi sampel 1040 m di bawah saluran
pembuangan IPAL. Hal ini mungkin terjadi karena eutrofikasi.
2. Struktur komunitas mikrobia terbagi menjadi dua kelompok besar yakni diantara 400 m
s.d. 1040 m di bawah saluran pembuangan IPAL dan diatas 400 m, di bawah saluran
IPAL langsung, dan diatas saluran IPAL. Terdapat perbedaan signifikan di antara
keduanya.
3. Keragaman komunitas mikrobia, berdasarkan pada PCR-DGGE dengan profil indeks
Simpson menunjukkan tingginya keragaman pada titik di bawah 400 m, cukup tinggi
pada saluran pembuangan, dan sangat rendah pada titik 640 m di atas saluran
pembuangan IPAL.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, B. W., T. M. Riley, dan R. D. Taylor. 2006. Water quality of effluent-dominated
ecosystem: ecotoxicological, hydrological and management considerations.
Hydrobiologia 556:365-379.
Waekelin, S. A., M. J. Colloff, dan R. S. Kookana. 2008. Effect of wastewater treatment
plant effluent on microbial function and community structure in the sedimen of
freshwater stream with variable seasonal flow. Applied and Environmental
Microbiology, 74(9):1659-1668.