makalah keluarga new klompok bu fitria klp naza

Upload: rizka-humeira

Post on 18-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada usia balita dan pra sekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia toddler dan prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang dulunya tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit yang akan mudah menyerang anak usia ini dan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh para praktisi kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling baik dilakukan.

Berkaitan dengan uraian diatas maka dalam makalah ini penulis menguraikan beberapa masalah kesehatan yang banyak dijumpai pada anak usia ini serta usaha pencegahan dan penanganannya terutama yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan menyangkut satu masalah yang paling menonjol sehingga muncul satu diagnosa keperawatan.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Untuk memahami asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan anak balita dan usia pra sekolah.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui tugas perkembangan pada keluarga dengan anak balita dan usia pra sekolah. Mengetahui masalah-masalah pada keluarga dengan anak balita dan usia pra sekolah. Memahami proses asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan anak balita dan usia pra sekolah.BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Definisi Keluarga

Ada beberapa definisi keluarga yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas ;1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adoposi.

2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak-anak laki-laki dan anak perempuan, saudara-saudari.

4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa unit tersendiri.

(Friedman, 1998)

B. Tingkat perkembangan keluarga

Terdapat delapan tahap tingkat perkembangan keluarga menurut Friedman, (1998) :1. Tahap I : Keluarga Pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan). Tugasnya adalah :

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)

2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 bulan). Tugasnya adalah :

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan).

b. Rekontruksi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.c. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek.

3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun). Tugasnya adalah :

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumahb. Mensosialisasikan anak.c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13 tahun). Tugasnya adalah :

a. Mensosialisakan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.c. Memenuhi kebutuhan Kesehatan fisik anggota keluarga.

5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun). Tugasnya adalah :

a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

6. Tahap VI : Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah). Tugasnya adalah :

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension). Tugasnya adalah :

a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan Kesehatan.b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.c. Memperkokoh hubungan perkawinan.

8. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiunan dan lansia (juga menunjuk kepada keluarga yang berusia lanjut usia atau pension hingga pasangan yang sudah meninggal dunia). Tugasnya adalah :

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurunc. Mempertahankan hubungan perkawinand. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangane. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasif. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup).

C. Konsep Keluarga dengan Anak Balita dan Usia Prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda (Duvall dan Miller,1985).

Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan menuntut bagi orang tua. Kedua orangtua banyak menggunakan waktu mereka, karena kemungkinan besar ibu bekerja, baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh. Namun, menyadari bahwa orang tua adalah arsitek keluarga, merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga (Satir,1983),adalah penting bagi mereka untuk memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar perkawinan mereka tetapi hidup dan lestari.

Anak anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal kemandirin. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur tangan mereka dimana saja. Pengalaman dikelompok bermain. Taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-program sama lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini. Program program program prasekolah yang terstuktur sangat bermanfaat dalam membantu orang tua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan social telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).

Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus kehidupan ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen keluarga kulit putih di Amerika Serikat dipimpin oleh satu orangtua, dan 88persen dari keluraga ini di kepalai oleh ibu (Nortan dan Glick, 1986). Di kalangan keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan yang timbuldari peran mengasuh anak untuk anak usia prasekolah, ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Pusat pusat perawatan sehari bagi bayi dan anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan baik sulit ditemukan jika ditempatkan dikebanyakan komunitas. Ibu ibu yang bekerka dan ibu-ibu yang masih remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan program-program perawatan anak yang lebih baik (Adam dan Adams, 1990).

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Kini keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun kompleksitas. Perlunya anak-anak usia prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan kebutuhan orang tua untuk memiliki privasi mereka sendiri, menjadikan perumahan dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama. Peralatan dan fasilitas-fasilitas juga perlu bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap ini kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji keamanan rumah merupakan hal yang penting bagi perawat kesehatan komunitas.dan penyuluhan kesehatan perlu dimasukkan sehingga orang tua dapat mengetahui resiko yang ada dan cara-cara mencegah kecelakaan.

Karena daya tahan spesifik terhadap banyak bakteri dan penyakit virus dan paparan yang meningkat, anak-anak usia prasekolah sering menderita sakit dengan satu penyakit infeksi minor secara bergantian. Penyakit infeksi sering kali terjadi bolak-balik dalam keluarga. Sering ke dokter, merawat anak-anak yang saki, kembali ke rumah untuk menjemput anak sakit dari taman kanak-kanak merupakan krisis mingguan. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular dan kerentanan umum mereka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah kesehatan utama.

Kecelakaan, jatuh, luka bakar, dan laserasi juga cukup sering terjadi. Kejadian-kejadian ini lebih sering ditemukan dalam keluarga besar, keluarga dimana pengasuh dewasa tidak ada (orangtua sering tidak dirumah), dan keluarga dengan pendapatan rendah. Keamanan lingkungan dan pengawasan anak yang adekuat merupakan kunci untuk mengurangi kecelakaan.

Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan dalam tanggung jawab rumah tangga selama tahap perkembangan keluarga ini daripada tahaplain, persentase terbesar dalam tahap ini digunakan untuk aktivitas perawatan anak. Keterlibatan ayah dalam perawatan anak saat ini benar-benar penting, karena hubungan ini dengan anak usia prasekolah dapat membantu anak mengindetifikasi jenis kelaminnya. Khusus bagi anak laki-laki dalam usia 5 tahun, penting sekali bagi mereka untuk bergaul secara rapat dengan lingkungan terbatas yang kuat, ayah yang hangat atau pengganti ayah sehingga identitas peran laki-laki dapat terbentuk (Walters, 1976).

Peran yang lebih matang juga diterima oleh anak-anak usia prasekolah, yang secara perlahan-lahan menerima lebih banyak tanggung jawab perawatan dirinya sendiri, plus membantu ibu atau ayah dalam melakukan pekerjaan rumah tengga. Disini bukan produktivitas anak yang penting, melainkan proses belajar yang berlangsung.

Berlawanan dengan harapan, penelitian membuktikan bahwa kelahiran anak kedua dalam keluarga memiliki efek bahkan lebih merusak hubungan perkawinan daripada kelahiran pertama. Feldman (1961) melaporkan bahwa peran orangtua membuat peran-peran perkawinan lebih sulit, seperti terungkap dalam observasi berikit ini; pasangan suami istri masing-masing merasakan perubahan kepribadian yang negatife; mereka kurang puas dengan keadaan dirumah, terdapat lebih banyak interaksi yang berorintasi pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan pembicaraan yang berpusat pada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepala anak lebih banyak daripada yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan hubungan seksual lebih rendah. (Feldman, 1969).

Penelitian yang cukup terkenal ini parallel dengan dengan laporan dan observasi dengan konselor keluarga bahwa hubungan perkawinan sering mengalami keguncangan dalam tahap siklus ini. Sebenarnya banyak sekali perceraian yang terjadi dalam tahun-tahun seperti ini karena ikatan perkawinan yang lemah atau tidak memuaskan. Privasi dan waktu bersama merupakan kebutuhan yang utama. Konseling perkawinan dan kelompok-kelompok pertemuan perkawinan merupakan sumber-sumber yang penting dikalangan kelas menengah. Akan tetapi keluarga tanpa sumber-sumber yang penting dikalangan kelas menengah. Akan tetapi keluarga tanpa sumber-sumber ekonomi, hanya memiliki kemampuan terbatas untuk memperkokoh upaya penyelamatan perkawinan. Terdapat trend bagi para pasturdan pendeta untuk menjadi terlatih sebagai konselor perkawinan dan konselor keluarga yang tidak biasa mengupayakan terapi pribadi.

Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak-anak usia prasekolah mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri) dan secara cepat belajar mengekspresikan diri mereka, seperti tampak dalam menangkap bahasa dengan cepat.

Tugas lain selama masa ini menyangkut bagaimana mengintegrasikan anggota keluarga yang baru (anak kedua dan ketiga) sementara masih memenuhi kebutuhan anak yang lebih tua. Penggeseran seorang anak oleh bayi baru lahir secara psikologis merupakan suatu kejadian traumatic. Persiapan anak-anak menjelang kelahiran seorang bayi membantu memperbaiki situasi, khususnya jika orangtua sensitf perasaan dan tingkah laku anak yang lebih tua. Persaingan dikalangan kakak beradik (sibling rivalry) biasanya diungkapkan dengan memukul atau berhubungan secara negative dengan bayi, tingkah laku regresif, melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian. Cara terbaik menangani persaingan dikalangan kakak adik adalah dengan meluangkan waktu setiap hari untuk berhubungan erat dengan anak yang lebih tua untuk meyakinkannya bahwa ia masih dicintai dan dikehendaki (Hidayat, 2005)Kira-kira saat anak mencapai usia prasekolah, orang tua memasuki tahap pengasuahan anak yang ketiga, salah satunya belajar terpisah dari anak-anak ketika mereka mulai masuk ke kelompok bermain, tempat penitipan anak, atau taman kanak-kanak. Tahap ini berlangsung terus selama usia prasekolah hingga memasuki awal usia sekolah. Pisah sering kali terasa sulit bagi orangtua dan mereka perlu mendapat dukungan dan penjelasan tentang bagaimana pengawasan tugas-tugas kembangan anak usia prasekolahmemberikan kontribusi untuk semakin meningkatnnya otonomi mereka.

Pisah dari orang tua juga sulit bagi anak-anak usia prasekolah. Pisah dapat terajadi karena orangtua pergi bekerja, ke rumah sakit, ,melakukan perjalanan atau berlibur. Persiapan keluarga untuk pisah dengan anak sangat penting dalam membantu anak menyesuaikan diri terhadap perubahan.

Membantu keluarga untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana setelah kelahiran seorang bayi, atau melanjutkan kontrasepsi jika tidak terdapat kehamilan, juga diindikasikan. Misalnya adalah tidak biasa bagi seorang wanita untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi karena terlambat haid dengan keyakinan bahwa ia hamil, hanya untuk mencari tau apakah kehamilan terjadi karena hubungan seks tanpa perlindungan kontrasepsi.

Kedua orang tua memiliki kesenagan dan kontak diluar rumah untuk mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat melaksanakan berbagai tugas-tugas dan tanggung jawab di rumah. Orang tua dari golongan kelas rendah dan orang tua tunggal sering tidak punya kesempatan untuk melakukan hal ini, dan keluarga- keluarga ini mendapat kepuasan paling sedikit terhadap pergaulan mereka dengan komunitas yang lebih luas karena posisi mereka yang terasing dan kekurangan sumber-sumber yang tersedia bagi mereka.

D. Masalah Kesehatan Pada Anak Toddler dan Prasekolah

Dalam Friedman, (1998), banyak sekali masalah kesehatan yang telah diidentifikasi sepanjang pembahasan kita tentang keluarga dengan anak usia prasekolah. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya masalah kesehatan fisik yang pertama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak dan jatuh, luka baker, keracunan dan kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia prasekolah.

Masalah kesehatan psikososial keluarga yang utama adalah hubungan perkawinan. Beberapa study mencoba meneliti menurunnya kepuasan yang dialami oleh banyak pasangan selama tahun tahun ini dan perlu penanganan terhadap masalah ini untuk memeperkokoh dan memberikan semangat lagi pada unit yang vital ini. Masalah-masalah kesehatan lain yang penting adalah persaingan kakak adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah pengasuhan anakseperti membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak, keamanan di rumah, dan masalah-masalah komunikasi keluarga.

Strategi strategi promosi kesehatan umum berhubungan erat selama tahap ini, karena tingkah laku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak- kanak dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Pendidikan kesehatan keluarga diarahkan pada pencegahan masalah-masalah kesehatan utama seperti: merokok, penyalahgunaaan obat-obatan dan alcohol, seksualitas manusia, keselamatan, diet, dan nutrisi ,olahraga, dan penanganan stress/dukungan social. Tujuan utama bagi para perawat yang bekerja dengan keluarga dan anak usia prasekolah adalah membantu mereka membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional, dan social secara optimal. (Wilson,1088,) E. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Daftar diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan NANDA, tahun 1995, adalah sebagai berikut:

a. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan

1. Kerusakan penatalaksanaan rumah (kebersihan)

2. Resiko cedera

3. Resiko infeksi

b. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi : Kerusakan komunikasi (komunikasi keluarga disfungsional)

c. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran

1. Berduka dan antisipasi

2. Berduka disfungsional

3. Isolasi sosial

4. Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap keluarga)

5. Potensial peningkatan menjadi orang tua

6. Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua)

7. Perubahan penampilan peran

8. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

9. Gangguan citra tubuh

d. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif

1. Perubahan proses keluarga

2. Perubahan menjadi orang tua

3. Potensial peningkatan menjadi orang tua

4. Berduka yang diantisipasi

5. Koping keluarga tidak efektif, menurun

6. Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan

7. Risiko tindakan kekerasan

e. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial

1. Perubahan proses keluarga

2. Perilaku mencari bantuan kesehatan

3. Konflik peran orang tua

4. Perubahan menjadi orang tua

5. Potensial peningkatan menjadi orang tua

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan

7. Perubahan pemeliharaan kesehatan

8. Kurang pengetahuan

9. Isolasi social

10. Kerusakan interaksi social

11. Risiko terhadap tindakan kekerasan

12. Ketidakpatuhan

13. Gangguan identitas diri

f. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan

1. Perubahan pemeliharaan kesehatan

2. Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan

3. Perilaku mencari pertolongan kesehatan

4. Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik atau pegobatan keluarga

5. Risiko terhadap penularan penyakit

g. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping

1. Potensial peningkatan koping keluarga 3. Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan

2. Koping keluarga tidak efektif, menurun 4. Risiko terhadap tindakan kekerasan

BAB IIIPROSES KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN BALITADAN USIA PRA SEKOLAH

Contoh kasus untuk pasangan yang memilliki balita atau anak pra sekolah

Bapak S dan Ibu T menikah dan memiliki 2 orang anak kembar usia 4 tahun. Bapak S bekerja di suatu Bank milik daerah, sedangkan Ibu T selaku ibu rumah tangga selalu membatasi anaknya dalam bermain karena takut cedera dan tidak membolehkan anaknya bermain dengan anak tetangga.

A. Pengkajian

1. Data Umuma. Nama Kepala Keluarga

: Bapak S

b. Alamat / No Telepon

: Gampong Prada, Kec. Syiah Kuala

c. Komposisi Keluarga

NamaJns KelaminHubunganUsiaTmp LahirPekerjaanPendidiknStatus Kesehatan

Bapak S

Ibu T

Anak U1

Anak U2LP

P

PBapakIbu

Anak

Anak40 thn35thn

4 thn

4 thnBanda Aceh

Banda Aceh

Banda Aceh

Banda Aceh Pegawai

BPD

IRT

-

-Sarjana

Ekonomi

SMA

-

-Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

Genogram

Keterangan:

:pria

:perempuand. Tipe bentuk keluarga: Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 orang anak kembar

e. Latar belakang kebudayaan(etnis): Keluarga Tuan S bersuku Aceh, dengan bahasa sehari-hari Bahasa Indonesia. Kebiasaan keluarga apabila ada yang sakit, langsung diobati dengan obat-obatan tradisional. Makanan pokok keluarga adalah nasi dengan frekuensi keluarga 3 kali sehari. Selain itu keluarga biasa mengkonsumsi sayur-sayuran, ikan, daging dan telur.f. Identifikasi religi: Semua anggota keluarga beragama Islam. Bapak S selalu sibuk dengan pekerjaannya di Bank, tidak pernah ikut serta kegiatan di masjid terdekat dari tempat tinggalnya. Sedangkan Ibu T rajin mengikuti kajian di mesjidg. Status sosial ekonomi keluarga : Keluarga Bapak S dikatakan tercukupi kebutuhannya. Bapak S bekerja di bank, dengan gaji 8 juta per bulan, sedangkan Ibu T adalah seorang ibu rumah tangga dan tidak memiliki penghasilan.h. Rekreasi keluarga: keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk rekreasi dikarenakan Tuan S yang terlalu sibuk dengan keluarga. Dan ibu T biasanya berekreasi dengan menonton film.2. Tahap perkembangan dan riwayat keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga dengan anak balita dan usia pra sekolah dengan tugas perkembangan keluarga: Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Hubungan antara Bapak S dan Ibu T kurang harmonis, Bapak S terlalu sibuk dengan pekerjaan dan Ibu T lelah karena harus mengurus anak sendirian. Ibu T juga overprotektif dengan kedua anak kembarnya, sehingga anak-anaknya kurang bisa bersosialisasi.

c. Riwayat pasangan intiIbu T mengatakan bahwa ia dan suaminya pertama kali bertemu di Bank pada saat ibu T sedang menabung. Setelah beberapa kali terlihat di Bank, ibu T dan Bapak S menjalin hubungan khusus selama 2 tahun dan akhirnya mereka menikah.d. Riwayat keluarga sebelumnya

Riwayat orang tua dari pihak suami maupun istri, tidak mempunyai kebiasaan kawin cerai, pemabuk maupun berjudi. Keluarga tampak sangat penyantun.

3. Data Lingkungana. Karakteristik rumahRumah semi permanen dengan 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, MCK yang sesuai dengan kebutuhan, sebuah sumur di belakang rumah yang jaraknya cukup jauh dari septitank rumah. Mempunyai ventilasi di tiap ruangan dengan pencahayaan yang cukup serta mempunyai halaman kecil di depan dan samping rumah dengan pagar besi yang cukup tinggi.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Desa tempat tinggal Ibu T tidak begitu padat, disebabkan karena keluarga Bapak S dan Ibut T tinggal dalam komplek perumahan pegawai bank tempat Bapak S bekerja. Ibu-ibu yang tinggal dalam lingkungan komplek tersebut semuanya rata-rata adalah ibu rumah tangga, jadi lebih sering di rumah. Ibu T mengatakan bahwa tetangganya tidak semua penduduk asli, kebanyakan adalah pendatang dari luar daerah. Namun, walaupun begitu hubungan antar tetangga sangat baik, karena biasanya ada acara arisan antara ibu-ibu yang ada di komplek perumahan tersebut.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Sejak tinggal di komplek perumahan tersebut, aktivitas keluarga misalnya rekreasi semakin berkurang. Dan biasanya keluarga Bapak S hanya sesekali keluar kota untuk mengunjungi keluarga atau saudara yang lain. Itupun biasanya dilakukan ketika dalam masa lebaran atau ketika ada acara keluarga besar.d. Interaksi keluarga dengan masyarakat.Ibu T mengatakan jarang berkumpul dengan masyarakat yang tinggal di sekitar komplek perumahan yang mereka tinggali. Hubungan antara masyarakat dan warga komplek juga sebenarnya agak renggang. Namun, dalam acara-acara pernikahan, Ibu T sering mengikutinya hanya sebatas undangan.

e. Sistem pendukung keluarga

Biasanya ketika ada masalah, maka Ibu T dan Bapak S masih sering bermusyawarah. Walaupun kegiatan Bapak S sebenarnya sangat sibuk, tapi ketika ada masalah krusial, seperti memilih tempat pendidikan untuk anaknya, biasanya Bapak S akan selalu menyempatkan diri.

4. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga

Dalam keluarga Ibu T, pola komunikasi keluarga cenderung tertutup satu sama lain, tidak ada yang berperan lebih dominan. Komunikasi antar Bapak S dan Ibu T terganggu karena kesibukan Bapak S, begitu juga antara Bapak S dengan anak-anaknya. Ibu T yang bertanggung jawab dengan pengasuhan anak-anaknya.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Bapak S dan Ibu T mengambil keputusan secara musyawarah dimana menentukan tanggung jawab masing-masing, Bapak S bekerja mencari uang sedangkan Ibu T mengurus rumah dan anak-anak.

c. Struktur peran keluarga

1) Bapak S adalah kepala keluarga dan bekerja sebagai pegawai sebuah bank swasta yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.

2) Ibu T adalah seorang ibu rumah tangga. Kegiatannya sehari-hari mengurusi kedua anak kembarnya yang baru berumur 4 tahun, selain mengurusi urusan rumah tangga. Waktu luang yang dimilikinya biasanya dihabiskan dengan menonton film-film kesukaannya. Ibu T sangat protektif terhadap kedua anak kembarnya dan ia sering melarang anaknya bermain dengan anak-anak lain.

d. Nilai dan norma budaya

1) Bapak S mengatakan, perlu melakukan cuti dari pekerjaan untuk refreshing dengan keluarga, terutama anak-anak. Walaupun itu akan sangat jarang dilakukan.2) Ibu S mengatakan, untuk keamanan dan kesehatan anak-anaknya perlu dibatasi interaksinya dengan lingkungan sekitar yang banyak memiliki resiko untuk cedera dan tertularnya penyakit.5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Bapak S dan Ibu T sebenarnya saling menyayangi dan menghargai, namun karena pekerjaanlah akhirnya hubungan mereka berdua menjadi kurang harmonis. Ibu T mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan keluarga mereka, tapi hanya kurang sering berkomunikasi saja.

b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga Bapak S menekankan perlunya berhubungan baik dengan orang lain. Ibu T mengatakan biasanya para tetangga berkumpul di rumahnya untuk sekedar berbincang-bincang. Ibu T juga sering menghadiri rapat atau kegiatan yang diadakan di komplek perumahannya misalnya melayat pada orang yang meninggal atau mengunjungi orang sakit.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Kebiasaan di keluarga Bapak S adalah ketika ada yang sakit, biasanya Ibu T tidak langsung membawa ke rumah sakit atau puskesmas. Namun, lebih sering untuk merawat sendiri dulu dengan obat-obatan tradisional. Ibu T berpendapat bahwa dengan menggunakan bahan-bahan yang alami akan mengurangi efek samping dari obat-obatan yang mengandung zat kimia. Ibu T mengaku selama ini merasa tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya setelah melahirkan dikarenakan terlihat lebih gemuk.6. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka panjang dan jangka pendek.Ibu T mengatakan bahwa ia saat ini sangat kelelahan ketika harus mengurus kedua anak kembarnya sendirian. Apalagi memang sedikit sekali andil dari Bapak S untuk memenuhi menjaga dan merawat anak mereka.b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalahJika ada masalah dalam keluarga biasanya Bapak S dan Ibu T masih sering berdiskusi. Bila masalah yang muncul sudah sedemikian besar, biasanya mereka akan menanyai tetangga-tetangganya yang umur perkawinannya sudah lama.c. Strategi KopingDalam menghadapi masalah tetap mendiskusikan dengan suami, ketika sudah tidak sanggup ditangani berdua, barulah mereka meminta bantuan dari saudara-saudara yang lain.

d. Adaptasi keluarga

Ibu T mengatakan bahwa biasanya ketika ada masalah yang menghampiri keluarga mereka. Ibu T lebih suka menenangkan diri dulu dan berusaha untuk memecahkan masalah ini dengan cara yang terbaik dan dengan kepala dingin tentunya. Jadi tidak langsung panik dan mengambil tindakan tergesa-gesa dalam tiap malah yang ada.7. Harapan keluargaIbu T sangat senang dengan kehadiran perawat, selain bisa membantu memecahkan masalah yang sedang ia hadapi. Ia juga berharap agar perawat banyak memberikan pengetahuan kesehatan kepada dirinya terutama yang terkait dengan kedua anak mereka.

BAB IV

ANALISA DATA

NODATAETIOLOGIMASALAH

1Data Subjektif:

Ibu merasa kurang percaya diri

Ibu merasa penampilannya tidak menarik lagi.

Ibu merasa bentuk badannya tidak seindah dulu.

Data Objektif :

Ibu terlihat tidak percaya diri

Dalam berkomunikasi kurang berani melakukan kontak mata

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Rendah diri pada Ibu T

5Data subjektif : Ibu merasa anaknya gampang tertular penyakit.

Ibu sangat takut jika anaknya mengalami cidera.

Ibu merasa anak-anaknya cukup bermain di rumah. Dan tidak harus bermain dengan teman-temannya.

Data objektif :

Anak sulit berkomunikasi dan tampak takut ketika perawat datang ke rumah.

Ibu tampak sangat khawatir karena anaknya menangis.

Anak-anak Ibu T terlihat hanya bermain dengan mainannya saja dan tidak tampak ada teman-temannyaKetidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkunganIsolasi sosial pada anak (U1+U2)

PENUTUP

1. Kesimpulan Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall, 1986).Proses dalam setiap keluarga tentunya berubah dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Masalah yang muncul juga akan sangat berbeda sehingga diperlukan penanganan yang tepat dalam menghadapi masalah tersebut. Terkait dengan masalah yang muncul, maka akan juga muncul asuhan keperawatan yang harus sesuai dengan masalah tersebut.

ReferensiFriedman, Marylin. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan praktik. Jakarta : EGC

Hidayat, A.Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Surabaya : Salemba Medika

Wong, Et.Al. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

http://umitrastikes..com/2010/04/asuhankeperawatankeluargadengananak.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2010 Pukul 11.56.

http://www.find-docs.com/askep-keluarga-anak-balita.html. diakses pada tanggal 23 Oktober 2010Anak U2

Anak U1

Bpk A

Ibu T

Bpk S

Ibu B

Bpk C

Ibu D

17