sekenario 5 klompok b

30
1 LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PERAWATAN ORTHODONTI KURATIF SKENARIO 5 Nama Fasilitator : Drg.Fidya Tanggal DK 1/DK 2 : 01-10-2012/04-10-2012 Kelompok B Ketua : Lidia Pratiwi NIM : 105070400111041 Sekretaris : Yesicha Herdinatya NIM : 105070400111052 Anggota : Patricia Pikha Ayu A. NIM : 105070400111003 Isky Andra Saphira. NIM : 105070400111028 Deddy Dwi Septian. NIM : 105070400111033 Ending Suryani M. NIM : 105070400111034 Karina Camelia S. NIM : 105070401111020 Gracia Daisy Amanda NIM : 105070401111024 Provisia Marthalita Y.M. NIM : 105070401111026 Zamidha Octarina A. NIM : 105070404111004 BAB I

Upload: yulianaseputra

Post on 18-Jan-2016

104 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sekenario 5 Klompok B

1

LAPORAN DISKUSI KELOMPOKPERAWATAN ORTHODONTI KURATIF

SKENARIO 5

Nama Fasilitator : Drg.FidyaTanggal DK 1/DK 2 : 01-10-2012/04-10-2012

Kelompok B

Ketua : Lidia Pratiwi NIM : 105070400111041Sekretaris : Yesicha Herdinatya NIM : 105070400111052Anggota : Patricia Pikha Ayu A. NIM : 105070400111003

Isky Andra Saphira. NIM : 105070400111028 Deddy Dwi Septian. NIM : 105070400111033

Ending Suryani M. NIM : 105070400111034 Karina Camelia S. NIM : 105070401111020

Gracia Daisy Amanda NIM : 105070401111024 Provisia Marthalita Y.M. NIM : 105070401111026 Zamidha Octarina A. NIM : 105070404111004 Patra Primadana NIM : 105070407111001 I Gede Arya Wira Yudha NIM : 105070407111004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2012

BAB I

Page 2: Sekenario 5 Klompok B

Learning Issue :

1. Perawatan Orthodonti Kuratif

Definisi

Tujuan

Macam-macam

Maloklusi Kelas I

Maloklusi Kelas II divisi 1

Maloklusi Kelas II divisi 2

Maloklusi Kelas III

2. Bedah Orthodonti

Bedah mayor & minor

Cleft Lip and Palate

BAB II

Page 3: Sekenario 5 Klompok B

PEMBAHASAN

1) P erawatan Ortodonti kuratif

Definisi

Perawatan ortodontik kuratif adalah perawatan maloklusi pada

masa gigi permanen yang tidak dapat dirawat dengan cara

interseptif sederhana.

Perawatan kuratif ortodontik adalah perawatan yang dilakukan

pada fase geligi tetap untuk memperbaiki kelainan yang telah

terjadi. Pada umumnya pada perawatan ini digunakan piranti

cekat untuk memperoleh hasil perawatan yang lebih maksimal.

(Pedoman Diagnosis danTerapi)

Tujuan

Untuk menangani kasus kasus maloklusi yang sedang atau

telah terjadi

Untuk merawat kasus maloklusi dan berusaha untuk

mengembalikan sedekat mungkin ke kondisi normal.

Macam- macam

I. MALOKLUSI KELAS I ANGLE

Maloklusi kelas I adalah kasus yang mempunyai relasi skeletal kelas I

atau bisa juga kelas II dan kelas III ringan yang kadang-kadang disertai

kompensasi dentoalveoalar. Kelainan yang paling sering di temukan

adalah gigi berdesakan dan sangat jarang di temukan multiple diastema.

Tujuan perawatan pada maloklusi kelas I adalah :

Memperbaiki estetik dan fungsi gigi dan rahang, misalnya mengoreksi

gigi berdesakan sehingga didapatkan relasi gigi yang lebih baik dalam

lengkung geligi

Kadang-kadang untuk mengoreksi tumpang gigit yang besar.

Macam Perawatan Berdasarkan Kasus:

a) Gigi berdesakan

Gigi berdesakan disebabkan karena ketidaksesuaian ukuran gigi

dan lengkung gigi. Untuk mengoreksi gigi berdesakan diperlukan

tempat yang bisa didapat dari enamel stripping, ekspansi lengkung

BAB II

Page 4: Sekenario 5 Klompok B

gigi, memproklinasi insisiv permanen, distalisasi molar, dan

pencabutan gigi. Ada satu prosedur perawatan yang disebut

pencabutan serial untuk mengoreksi letak gigi yang berdesakan

sebagai perawatan awal untuk terapi komprehensif.

b) Gigi sulung tanggal premature

Istilah premature berarti sebelum waktunya, gigi sulung yang

tanggal premature adalah gigi tanggal sebelum waktu tanggal secara

kronologis. Perawatan yang diperlukan akibat adanya gigi tanggal

premature tergantung pada jenis gigi yang tanggal, waktu tanggal,

dam berapa banyak kekurangan tempat yang timbul akibat

tanggalnya gigi sulung.

Ruangan yang terjadi akibat gigi premature perlu diperhatikan

sebelum gigi yang berdesakan bergeser ke diastema oleh karena itu

untuk mencegah agar ruangan tersebut tidak ditempati gigi yang

berdekatan diperlukan pemasangan space maintainer bersifat pasif.

Untuk menentukan apakah dibutuhkan pemasangan space maintainer

perlu dilihat kekurangan tempat secara keseluruhan dan posisi benih

gigi pengganti apakah sudah akan erupsi atau belum. Bila benih gigi

sudah hampir erupsi tisak perlu dipasang, dan tanda giginsudah akan

erupsi adalah setengah sampai tiga perempat gigi sudah terbentuk.

Space maintainer dapat berupa peranti lepasan atau peranti cekat

tetapi peranti cekat lebih disukai karena tidak memerlukan kepatuhan

pasien. Bila terjadi gigi tanggal premature pada satu sisi lebih baik

digunakan peranti cekat unilateral tetapi bila terjadi tanggal premature

dua sisi dan insisiv lateral sudah erupsi maka lebih baik digunakan

lingual arch daripada peranti cekat untuk masing-masing sisi.

c) Koreksi garis median

Garis median yang bergeser pada rahang atas dan pergeserannya

jauh sangat mempengaruhi estetik. Bila garis median bergeser ke sisi

kanan maka untuk mengoreksi kelainan itu gigi-gigi insisiv harus

digerakkan ke kiri sampai sisi mesial insisiv kanan terletak di garis

median. Untuk itu diperlukan ruangan di sisi kontra lateral pergeseran

garis median.

BAB II

Page 5: Sekenario 5 Klompok B

Peranti lepasan digunakan untuk menggerakkan gigi kearah

proksimal menghasilkan gerakan gigi tipping sehingga gigi terlihat

miring. Peranti cekat mampu mengoreksi pergeseran garis median.

d) Agenesis gigi permanen

Bila premolar dua bawah agenesis dan molar dua sulung bawah

keadaanya tidak baik maka molar dua sulung bawah dicabut

kemudian ruangan yang ada diisi protesa atau molar satu permanen

digerakkan ke mesial untuk menutup diastema yang ada dengan

menggunakan peranti cekat. Apabila molar dua sulung baik tidak

diperlukan pencabutan, hanya saja karena gigi sebelahnya tumbuh

kearah vertical sedangkan molar dua sulung tetap pada tempatnya

maka molar dua sulung terletak di bawah bidang oklusal.

Perawatan pada agenesis gigi permanen secara garis besar adalah

sebagai berikut :

Bila gigi sulungnya ada dan kondisinya baik maka gigi sulung

tersebut dibiarkan saja

Gigi sulung yang dalam keadaan kurang baik, misalnya karies yang

luas dan dalam maka gigi sulung tersebut dicabut kemudian

diastema yang terjadi ditutup dengan menggerakkan gigi-gigi

menggunakan peranti cekat ortodonti atau diisi dengan protesa.

e) Gigi kelebihan

Gigi kelebihan yang paling sering ditemukan di rahang atas adalah

mesiodent, prevalensinya mencapai 90%. Letaknya kadang-kadang

terbalik (inverted) mahkota mengarah ke apical dan apeksnya

mengarah ke oklusal, jumlahnya dapat lebih dari satu, bentuknya

kadang-kadang tidak normal.

Gigi kelebihan sebaiknya dikeluarkan secara dini tapi dengan

catatan harus hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada gigi

yang berdekatan. Gigi kelebihan kadang-kadang menyebabkan gigi

permanen yang masih dalam tulang rahangberubah letaknya

sehingga diperlukan perawatan untuk mengembalikan gigi permanen

tersebut ke letak yang normal. Gigi kelebihan dapat juga

menyebabkan gigi-gigi sebelahnya terletak dalam keadaan

berdesakan.

BAB II

Page 6: Sekenario 5 Klompok B

f) Gigitan terbuka anterior

Gigitan terbuka anterior yang disebabkan kebiasaan buruk,

misalnya menghisap ibu jari sampai fase geligi pergantian dengan

profil wajah normal tidak memerlukan perawatan. Yang penting

dilakukan adalah menghilangkan kebiasaan buruk tersebut dan

biasanya akan terkoreksi secara spontan. Apabila digunakan peranti

untuk mengkoreksi gigitan terbuka dapat dipasang peranti di rahang

atas dengan tambahan crib di anterior yang berguna untuk mencegah

anak tersebut menghisap jarinya. Dianjurkan pemakaian peranti

diperpanjang sampai 6 bulan sesudah gigitan terbuka terkoreksi.

Pada pasien dewasa biasanya digunakan peranti cekat.

g) Diastema sentral

Diastema sentral dapat terjadi oleh berbagai penyebab, misalnya

ada mesiodent, frenum yang fibrus, dan tulang yang lebar diantara

insisiv sentral atas. Bila ukuran diastema lebih dari 2 mm dapat

dikatakan bahwa diastema tersebut bukan diastema dari proses

perkembangan oklusi yang normal. Perlu dilakukan test yang disebut

blanch test untuk melihat bahwa diastema yang terjadi karena

frenulum labial yang terlalu tinggi. Cara melakukan test adalah

dengan menarik bibir ke atas dan apabila tampak daerah papilla

insisiv yang kepucatan berarti frenulum labial atas menyatu dengan

tulang di dekat insisiv sentral. Pada kasus semacam ini perlu

dilakukan frenektomi sebelum perawatan ortodontik.

h) Diastema multiple

Penyebab diastema multiple adalah ketidaksesuaian lengkung gigi

dengan ukuran gigi yang relative kecil. Perawatan kasus ini

memerlukan peranti cekat karena diperlukan posisi akar yang sejajar

untuk mendapat stabilitas hasil perawatan dan apabila tidak dilakukan

gigi-gigi akan mudah kembali ke tempat semula.

i) Gigi Persistensi

Gigi sulung yang persistensi disebut juga over retained deciduous

teeth. Apabila terjadi keadaan seperti ini tindakan yang paling tepat

adalah mencabut gigi sulung yang belum tanggal tersebut.

BAB II

Page 7: Sekenario 5 Klompok B

Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan akar gigi permanen telah

tebentuk tiga perempat dan akar gigi sulung belum teresorpsi secra

normal ini berarti gigi sulung akan terlambat tanggal sehingga perlu

dicabut.

j) Gigi Yang Terletak Ektopik

Kaninus atas adalah gigi yang sering terletak ektopik kadang-

kadang tumbuhnya ke arah palatal. Bila pada foto rontgen terlihat

benih kaninus atas tumpang tindih (Overlapping) dengan akar

insisivus sentral perlu dilakukan pencabutan kaninus sulung sebagai

upaya agar kaninus permanen erupsi menurut jalur yang benar.

Apabila tidak memungkinkan dilakukan terapi pada kaninus yang

impaksi dapat dilakukan odontektomi.

k) Gigitan Silang

Gigitan silang dapat terjadi di anterior maupun posterior.Gigitan

silang denta dapat dikoreksi dengan menggunakan berbagai peranti

ortodonti. Gigitan silang anterior yang disebabkan insisivi atas yang

retroklinasi dapat dirawat dengan mendorong insisivi tersebut ke labial

dengan peranti lepasan. Bila hanya satu dua gigi atas yang dalam

posisi gigitan silang dan insisivi bawah tidak berdesakan

perawatnanya dpat menggunakan inclined bite plane yang disemen

pada rahang bawah. Gigitan silang anterior meski pun hanya

melibatkan satu gigi sebaiknya dirawat karena tekanan insisivi atas

pada saat oklusi dapat menyebabkan dehiscence di labial insisivi

bawah.

Gigitan silang posterior dapat berupa suatu gigitan silang skeletal

atau gigitan silang dental, unilateral maupun bilateral. Perawatang

gigitan silang posterior jurusan tranversal karena diskrepansi skeletal

dapat berupa pelebaran maksila denga RME (Rapid Maxillary

Expansion) atau ada juga yang menyebut RPE (Rapid Palatal

Expansion). Selain itu juga terdapat Slow Maxillary Expansion (SME),

Semi Rapid Maxillary Expansion (SRME), dan Surgically Assisted

Rapid Maxillary Expansion (SARME).

BAB II

Page 8: Sekenario 5 Klompok B

l) Rapid Maxillary Expansion (RME)

Tujuan dilakukan RME adalh untuk melebarkan maksila dan

lengkung geligi yang sempit secara ortopedi. Teori yang mendasari

perawatan ini adalah kekuatan yang mengenai gigi akan diteruskan

ke tulang dan maksila akan terpisah. Pembukaan sutura palatine

madia na lebih mudah dilakukan atau pada masa remaja di bawah 15

tahun sebelum berakhirnya pubertal growth spurt. Dengan terapi ini

palatum akan melebar demikian juga dasar hidung.Kontruksi peranti

untuk ekspansi adalah jackscrew atau Hyrax srew yang dihubungkan

dengan kuat pada band yang disemen pada molar pertama permanen

dan premolar pertama.

Aktivasi rapid expansion dilakukan dengan memutar sekrup dua

kali seperempat putaran setiap hari yang menghasilkan kekuatan

sekitar 5 kg sampai 10 kg atau 10-20 pound yang cukup kuat untuk

mematahkan bagian sutura dan menghasilkan pelebaran sutura

sebanyak 0,5 mm setiap hari. Pada rapid maxillary expansion karena

kekuatan yang digunakan besar maka dalam waktu 2-3 minggu talah

terjadi pemisahan sutura maksimal ( sekitar 10mm).

Slow maxillary expansion memerlukan waktu samapai 10-12

minggu untuk mendapatkan pelebaran sutura yang kurang lebih sama

dengan rapid ekspansion karena kekuatan yang digunakan sekitar 1-2

kg dan menghasilkan pelebaran 1mm per minggu. Dengan metoda ini

didapatkan trauma yang lebih kecil terhadap gigi dan rahang sedikit

terjadi perdarahan taua dengan kata lain lebih fisiologis, sehingga

metoda ini lebih dianjurkan.

Semi-Rapid Maxillary Ekspansion pada dasarnya adala RME

tetapi sesudah pemisahan palatum dilakukan ekspansi dengan cara

yang lambat. Ekspansi ini menghasilkan pelebaran sutura 0,25mm

per hari.

Pada masa gigi pergantian baik rapid maupun slow ekspansion

dapat digunakan. SARME dapat dilakukan pada usia diatas tiga puluh

tahun dan bila digabungkan dengan perawatan ortodontik dengan

peranti cekat dapat mengatasi masalah umur. Pada saat maksila

melebar ke tranversal juga terjadi pergerakan gigi kea rah oklusal

menyebabkan relasi dengan gigi rahang bawah kurang baik sehingga

terjadi rotasi mandibula ke belakang dan bawah.

BAB II

Page 9: Sekenario 5 Klompok B

Stelah pelebaran sutura tercapai diperlukan masa retensi selama 3-4

bulan dengan tidak melepas peranti tersebut.

(Ortodonti Dasar – Pambudi)

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I

I. Perawatan Variasi skeletal lateral & vertical

Diskrepansi lengkung lateral

· Crossbite Unilateral : perlu ekspansi lengkung digunakan alat

removable dengan retensi yang cukup ( terutama adams’s klammer

pada premolar dan molar )

· Crossbite Bilateral : jarang diikuti dengan mandibular displacement &

perawatan biasanya tidak diindikasikan.

· Total buccal occlusion : koreksi pada bukooklusi

Diskrepansi lengkung vertical

Openbite :

Dento alveolar anterior openbite. Maloklusi yang sangat umum

terjadi dan biasanya.diikuti adanya thumb & finger sucking habit.

Alat removable yang digunakan memerlukan Adam’s clasp dan

hayrake yang efektif menangani adanya sucking habit. Alternatif lain

adalah

Skeletal anterior open bite. Merupakan diskrepansi vertikal yang

tidak langsung merespon terhadap perawatan ortodontik

Increased incisor overbite. Pada kasus klas I yang dianggap normal

anteroposteriornya, kemungkinan terjadi kontak insisal yang

menghalangi over erupsi. Kasus deep overbite biasanya diikuti

dengan maloklusi klas II dan III.

1. Spacing

General Diastema jarang ada

2. Crowding

Ditangani dengan 2 alternatif, yaitu :

o Ekstraksi gigi dalam rahang yang sama

o Menggerakkan ke distal segmen bukal dengan cara ektraoral

pada rahang atas dan jarang pada rahang bawah.

BAB II

Page 10: Sekenario 5 Klompok B

II. MALOKLUSI KELAS II DIVISI 1 ANGLE

Tujuan Perawatan Maloklusi Kelas II Divisi I :

Memperbaiki estetik wajah dan fungsi geligi

Mengurangi tumpang gigit sehingga diperoleh sudut antarinsisiv yang

baik

Mengurangi jarak gigit tapi tidak mengorbankan kontur gigi atas

Menghilangkan berdesakan

Mendapatkan relasi antartonjol gigi yang baik, biasanya diupayakan

menjadi relasi kelas I

Rencana Perawatan :

Tanpa pencabutan gigi ruangan untuk leveling gigi RB hanya

diperoleh dari ekspansi dalam arah sagital, yaitu mencabut incisive

bawah yang proklinasi atau membawa molar ke distal. Ekspansi ke arah

transversal.

Perawatan rahang atas menyesuaikan dengan rahang bawah.

Bentuk lengkung geligi atas menyesuaikan bentuk lengkung geligi

bawah. Bila dilakukan pencabutan gigi di RB maka di RA atas juga

dilakukan pencabutan. Bila gerakan gigi tipping menyebabkan retroklinasi

incisive atas maka perlu dilakukan gerakan translasi dengan

menggunakan torque pada peranti cekat. Bila terdapat gigi yang

berdesakan biasanya diperlukan pencabutan. Gigi yang biasanya

dilakukan pencabutan di RA dan RB adalah premolar pertama.

Penjangkaran yang paling baik adalah pemakaian mini implant

sehingga tidak memengaruhi molar yang biasanya dipakai sebagai

penjangkar. Bila molar dipakai sebagai penjangkar kemungkinan

hilangnya penjangkaran cukup besar. Kehilangan penjangkaran dapat

dilihat dari:

Berkurangnya jarak molar hingga caninus

Perubahan relasi molar

Perubahan relasi kaninus

Perubahan jarak gigit, jarak gigit bertambah besar

Pemilihan peranti untuk merawat maloklusi kelas II divisi I

tergantung pada keparahan maloklusi. Peranti fungsional dapat

digunakan pada kasus-kasus berikut:

Pasien belum mengalami growth spurt

Gigi-gigi terletak pada lengkung yang baik

BAB II

Page 11: Sekenario 5 Klompok B

Rasio tinggi muka atas dan bawah normal

Terdapat proklinasi incisive bawah dan incisive atas, atau sedikit

proklinasi

Bila mandibula dimajukan profil menjadi lebih baik

Masih dimungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan peranti lain

(missal, peranti cekat) di kemudian hari

Pemakain peranti cekat atas dan bawah merupakan pilihan yang

tepat karena peranti cekat mampu mengontrol pergerakan gigi lebih baik.

Selain itu, dengan pemakaian peranti cekat atas dan bawah

dimungkinkan pemasangan elastic antarmaksila untuk mengoreksi

hubungan antarlengkung. Beberapa indikasi pemakaian peranti cekat

adalah:

Posisi kaninus tidak cocok untuk digerakkan secara tipping

Posisi insisiv atas sudah benar terhadap bidang maksila

Insisiv bawah proklinasi atau retroklinasi

Jika diperlukan penutu

Tumpang gigit yang bertambah dan tidak sempurna

Bila maloklusi lebih parah

Orthognatic Surgery

Pada maloklusi kelas II divisi I yang parah perawatan kamuflase

dentoalveolar tidak akan dapat mengompensasi kelainan skeletal yang

parah. Untuk kasus-kasus yang parah diperlukan kombinasi perawatan

ortodontik dan pembedahan. Secara garis besar perawatan orthodontic

bedah adalah sebagai berikut:

Bila terdapat kompensasi dentoalveolar perlu dilakukan

dekompensasi, yaitu menempatkan gigi dalam letak yang normal

sehingga kadang-kadang terdapat jarak gigit yang lebih besar

Kemudian dilakukan pembedahan rahang untuk mengoreksi relasi

antar lengkung atas dan bawah

Sesudah pembedahan rahang kadang-kadang masih diperlukan

perawatan ortodontik untuk mendapat relasi gigi yang lebih baik

secara terperinci

Stabilitas Perawatan

Tujuan perawatan adalah membawa insisiv sedemikian rupa

sehingga bibir bawah dapat menahan posisi insisiv atas yang baru. Bibir

BAB II

Page 12: Sekenario 5 Klompok B

bawah yang menahan sepertiga insisal insisiv atas menyebabkan insisiv

atas stabil pada kedudukan yang baru. Bila posisi bibir tidak dapat

menahan insisiv atas kemungkinan siperlukan pemakaian retainer

permanen.

(Ortodonti Dasar – Pambudi)

II.2. MALOKLUSI KELAS II DIVISI 2 ANGLE

Tujuan perawatan maloklusi kelas II divisi 2 adalah sebagai berikut :

Mengoreksi gigi berdesakan sehingga didapatkan estetik dan fungsi

geligi yang baik tetapi tidak mengubah profil wajah dan posisi bibir

Mengurangi gigitan dalam. Bila tidak terdapat gigitan dalam maka

posisi insisivi sentral dianggap dpata diterima dan upaya yang

dilakukan adlah mengatur gigi yang lain. Bila tumpang gigit perlu

dikoreksi maka sudut antar insisiv juga perlu dikurangi dengan

melakukan palatal / lingual root torque dengan peranti cekat.

Bila jarak gigit bertambah perlu dikurangi.

Perencanaan Perawatan

Maloklusi kelas II divisi 2 dirawat dengan ataupun tanpa

pencabutan gigi oleh karena perawatan pada maloklusi kelas II divisi 2

dilakukan perpanjangan lengkung gigi dengan tujuan memperbaiki sudut

antar insisiv. Perhitungan tempat yang dibutuhkan mencakup adanya gigi

yg berdesakan , pengurangan tumpang gigit dan pendataran kurva spee.

Pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan kadang –

kadang digunakan peranti lepasan untuk mengurangi gigitan dalam

sebelum dilakukan perawatan dengan peranti cekat.

Peranti fungsional sangat efektif untuk digunakan pada kasus dengan

muka bagian bawah yang pendek.

(Ortodonti Dasar – Pambudi)

Orthognatic Surgery pada maloklusi kelas II divisi 2

Pada kasus yang parah, misalnya profil fasial tidak baik, gigitan

sangat dalam sehingga traumatis dapat dipilih kemungkinan kombinasi

perawatan ortodontik dan tindakan pembedahan. Pada awalnya incisive

atas dibuat normal agar terdapat jarak gigit kemudian mandibula

digerakkan ke anterior untuk mendapatkan jarak gigit yang normal dan

BAB II

Page 13: Sekenario 5 Klompok B

estetik fasial yang baik. Untungnya hanya sedikit kasus yang

membutuhkan perawatan orthognatic surgery.

Stabilitas pascaperawatan

Insisiv sentral yang telah dikoreksi masih punya kecenderungan

kembali keposisis semula jika posisi awal rotasi . Apabila kemungkinan

dilakukan over correction pada waktu perawatan. Peranti retensi dipakai

paling tidak selama 6 bulan .

Kesetabilan tumpang gigit dapat terjadi apabila inklinasi insisiv atas dan

bawah dapat membentuk sudut antar insisiv yg benar kemudian dipasang

retainer permanen. Pemasangan retainer permanen memerlukan

keterampilan tersendiri dan harus slalu dilakukan pemeriksaan yang

saksama pada setiap kali kunjungan pasien .

III. MALOKLUSI KELAS III ANGLE

Tujuan perawatan kelas 3

Memperbaiki estetik gigi , fungsi gigi dan rahang serta memperbaiki

profil wajah.

Menghilangkan letak gigi berdesakan untuk mendapatkan susunan

gigi yang baik .

Mengoreksi relasi insisiv untuk mendapatkan jarak gigit , tumpang

gigit dan sudut antar insisiv yang normal.

Menghilangkan gigitan silang anterior maupun posterior yang mungkin

disebabkan adanya displacement mandibula.

Perencanaan Perawatan

Untuk merencanakan perawatan maloklusi kelas III hendaknya

ditujukan untuk mendapatkan relasi oklusal yang baik sesudah

menghilangkan adanya displacement. Kadang didapatkan letak gigi

berdesakan dirahang atas karena adanya penyempitan rahang dalam

jurusan transversal maupun karena lengkung geligi yang pendek. Lebih

baik melakukan pemantauan perkembangan kasus dalam waktu yang

lama dan jangan terlalu cepat merencanakan pencabutan gigi terutama di

rahang atas.

Pasien yang masih muda dengan keadaan yang tidak terlalu

menyimpang dari normal, misalnya hanya ada sedikit berdesakkan, tidak

ada displacement rahang, dari segi estetik masih dalam batas dapat

BAB II

Page 14: Sekenario 5 Klompok B

diterima maka pada pasien semacam ini tidak perlu perawatan tetapi

dilakukan pemantauan yang seksama adanya tendens

pertumbuhkembangan sampai pertumbuhan selesai.

Pada kasus yang ringan, misalnya pseudo-kelas III dengan hanya

satu atau dua insisivi atas yang terletak palatal dapat dirawat dengan

peranti lepasan. Kasus semacam ini yang masih dalam fase geligi

pegantian memberikan hasil yang baik. Perlu diingat hendaknya terdapat

tumpang gigit yang memedai pada akhir perawatan agar insisivi atas

tidak kembali ke posisi sebelum perawatan. Kadang-kadang peranti

lepasan dikombinasikan dengan peranti cekat dalam upaya

membebaskan oklusi agar gigi-gigi dapat bergerak sesuai dengan yang

direncanakan.

Perawatan untuk memodifikasi pertumbuhan dilakukan pada masa

geligi pergantian dengan mengguanaka peranti fungsional, misalnya

peranti Frankel FR 3. Peranti ini berfungsi menempatkan mandibula

kedistal secara terbatas dan tidak memengaruhi pertumbuhan rahang

bawah, bisa digunakan bila kelainan relasi skeletal ringan dengan tinggi

muka yang pendek. Kestabilan hasil perawatan jangkan panjang dan

masih adanya pertumbuhan serta hasil koreksi dentoalveolar yang masih

meragukan menyebabkan peranti ini jarang digunakan. Selain itu bias

digunakan face mask atau reverse pull headgear untuk mengajukan

maksila dan gigi-gigi rahang atas pada pasien yang berumur 8-10 tahun .

indikasi pemakaian face mask adalah maksila yang prosisinya

retrognatik, tinggi muka normal atau sedikit berkurang dan posisi inisisivi

yang normal atau sedikit proklinasi. Arah tarikan kekuatan yang berasal

dari elastic kedepan dan kebawah.

Bila maloklusi kelas III ini menyangkut kelainan dentoalveolar yang

tidak terlalu parah biasanya pasien dirawat dengan menggunakan peranti

cekat untuk mengkamuflase kelainan yang terjadi. Untuk itu diagnosis

maloklusi harus dilakukan dengan cermat. Kadang-kadang terdapat

kompensasi yang berupa retroklinasi insisivi bawah sehingga relasi bias

edge to edge. Adanya kelainan skeletal yang terjadi masih dapat

dikamuflase dengan perawatan menggunakan peranti cekat. Pada

keadaaan ini gigi-gigi dapat digerakkan secara tipping sehingga

menghasilkan koreksi yang baik. Pasien dengan kondisi seperti ini

mempunyai prognosis yang baik. Pola pertumbuhan skelet hendaknya

diperhatikan karena pola pertumbuhan yang tidak menguntungkan akan

BAB II

Page 15: Sekenario 5 Klompok B

menghapus hasil perawatan kamuflase dentoalveolar. Pada kelainan

skeletal yang parah kamuflase dentoalveolar tidak dapat mengimbangi

pertumbuhan skeletal. Pada pasien dengan tendens muka bagian bawah

ynag bertambah hendaknya dilakukan perawatan sengan hati-hati karena

adanya pergerakan gigi di region molar kemungkinan terjadi gigitan

terbuka dan menambah tinggi muka. Pada pasien semacam ini kadang –

kadang dilakukan modifikasi pertumbuhan dengan menggunakan high

pull headgear pada molar pertama atas. Keberhasilan perawatan ini

tergantung pada pertumbuhan aktif pasien dan kepatuhan pasien untuk

memakai headgear.

Pola pencabutan gigi tergantung pada derajat berdesakan gigi-gigi

dan juga seberapa banyak insisivi akan digerakkan dalam jurusan

horizontal. Bila diperlukan pencabutan gigi di rahan bawah maka

premolar pertama yang biasanya dicabut. Apabila benar-benar diperlukan

pencabutan di rahang atas biasanya dilakukan pencabutan pada

premolar kedua atas.

O rtognatik S urgery

Gabungan perawatan ortodonti dan pembedahan rahang

merupakan pilihan yang cukup banyak dilakukan untuk mengoreksi

maloklusi kelas III berderajat sedang atau parah. Pada awalnya dilakukan

perawatan ortodonti untuk menempatkan gigi-gigi dalam posisi ideal yang

maksudnya menciptakan keadaan dekompensasi dari keadaan sebelum

dirawat. Sebelum dilakukan operasi tampaknya maloklusi menjadi lebih

parah. Prosedur operasi dapat memajukan rahang atas, memundurkan

rahang bawah, atau bahkan kombinasi keduanya tergantung keadaan

pasien, bisa juga ditambah genioplasti bila perlu untuk mereduksi dagu.

Tindakan pembedahan dilakukan apabila pertumbuhan selesai sebab

apabila pembedahan dilakukan sebelum pertumbuhan selesai ada

kemungkinan terjadi kelainan relasi rahang kembali.

Stabilitas Pascaperawatan

Stabilitas hasil perawatan dalam jangka pendek tergantung pada

adanya tumpang gigit yang normal dan dalam jangka panjang tergantung

BAB II

Page 16: Sekenario 5 Klompok B

pada pertumbuhan rahang . Kebanyakan perawatan ortodontik dilakukan

pada masa pertumbuhan. Pada umumnya mandibula tumbuh kebawah

dan keanterior lebih cepat dari pada rahang atas sehingga dapat

menyebabkan jarak gigit menjadi negatif dan berkurangnya tumpang gigit

2) . Bedah Ortodontik

Bedah Mayor

Pada kasus yang mengalami kelainan rahang atas dan rahang bawah

yang signifikan. Tindakan yang dilakukan biasanya osteotomi, yaitu tehnik

memisahkan bagian rahang, kemudian segmen yang diinginkan digerakkan ke

letak yang baru dengan tetap mempertahankan pasokan darah pada bagian

tersebut. Dapat juga dilakukan pada kasus gigitan terbuka skeletal, kelainan

dimensi vertical muka, asimetri rahang jurusan transversal dan kelainan

congenital. Rekam orthodontic yang diperlukan untuk merencanakan

perawatan yang merupakan rekaman standart, yaitu :

Keinginan pasien secara terperinci

Riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi secara terperinci.

Foto wajah dan gigi

Model study pada keadaan oklusi sentrik

Foto sefalometri

a. Mid-face surgery

Pada mid-face surgery biasanya dilakukan operasi Le Fort I yang

memungkinkan mereposisi maksila kesegala arah dan bila diperlukan maksila

dapat dibagi dalam beberapa segmen. Kunci keberhasilanterletak pada

kemampuan menciptakan posisi insisiv atas yang ideal dalam relasinya dengan

bibir atas, dan garis median terletak pada garis median muka. Bidang oklusi

ideal didapat dengan merotasi maksila dalam jurusan vertical. Gigitan terbuka

dapat dikoreksi dengan mengintrusi bagian posterior maksila dan bagian

anterior maksila diturunkan sehingga gigitan terbuka dapat dikoreksi. Fiksasi

antar rahang dilakukan dengan splin dari akrilik.(Pambudi, 2009)

b. Pembedahan pada mandibula

BAB II

Page 17: Sekenario 5 Klompok B

Yang paling sering dilakukan adalah Bilateral Sagital Split Osteotomi

(BSSO). Dengan memecah bagian luar ramus mandibula dari dalam bagian

mandibula yang menyangga gigi dapat direposisi ke anterior maupun posterior.

Hal ini dilakukan dari intraoral dan fiksasi dapat dilakukan dengan skrup ataupun

plat dengan skrup.

Teknin lain yang sering dilakukan pada mandibula adalah genioplasti

yang ditunjukkan untuk mengubah letak dagu, dengan cara horizontal sliding

osteotomi. Dagu dapat dimajukan dengan atau tanpa penambahan bone

grafting. Dengan menambah atau mengurangi bone graft, tulang dagu dapat

digeser kesegala arah. (Pambudi, 2009)

Bedah Minor

Kadang butuh anastesi umum saat pasien tidak kooperatif dan pasien

yang takut jarum anastesi local.

Dapat mencegah atau mengkoreksi masalah periodontal yang ditujukan

untuk mengurangi relaps, memperbaiki estetik gigi, dan membantu

tindakan untuk menempatkan gigi dalam lengkung yang baik.

Frenektomi maksila

Diastema yang terdapat diantara insisiv sentral atas disebabkan

frenulum yang terlalu rendah yang melekat pada tulang alveolar.Kasus

yang parah kadang frenulum menyatu dengan papilla insisiv .sesudah

frenulum dibuang diastema yang ada akan lebih mudahditutup secara

ortodontik.

Dilakukan pada 2 fase:

a. Fase gigi pergantian awal bila terdapat diastema sentral sebesar

6-8 mm. hal ini memungkinkan penutupan diastema dan

mencegah insisivus lateral dan caninus ektopik.

b. Fase gigi pergantian akhir sesudah insisivus lateral dan caninus

tumbuh sempurna, tapi diastema ini tidak menutup secara

sempurna.

Adanya tulang antar proksimal diantara insisivus sentral atas yang

berbentuk V menunjukkan adanya jaringan fibrous penyebab diastema

dan perlu dibuang.

Frenektomi Lingual mandibula

BAB II

Page 18: Sekenario 5 Klompok B

Lebih jarang terjadi. Frenulum lingual rahang bawah yang melekat

pada tulang alveolar dapat menyebabkan diastema sentral.

G igi yang impaksi

Ada 3 pilihan perawatan gigi impaksi :

Tidak dilakukan perawatan sama sekali. Tapi dilakukan

pemantauan secara berkala untuk tahu adanya perubahan

patologis misalnya timbul kista atau kemungkinan terjadi resorpsi

akar gigi yang berdekatan.

Dilakukan odontektomi. Namun perlu dipikirkan pengganti gigi itu

misalnya protesa, misalnya dengan pemasangan protesa atau gigi

sebelahnya ditempatkan pada tempat gigi yang diodontektomidan

dilakukan penyesuaina bentuk.

Kombinasi pembedahan dan perawatan orthodonti.

Dengan cara surgical uncovering. Untuk membebaskan gigi dari

tulang dan pemasangan lekatan lalu gigi digerakkan secara ortho

ke letaknya yang normal. Ada 2 teknik yaitu teknik terbuka

(displaced flap) dan tertutup (replaced flap). Keuntungan replaced

flap adalah mengurangi pendarahan dan estetiknya baik.

Indikasi caninus untuk surgical eksposure :

· Posisi caninus menguntungkan (akar posisinya benar)

· Jalan yang akan dilalui tidak terhalang

· Ada cukup tempat dalam lengkung gigi

Cleft lip and cleft palate

Etiolognya: Genetic dan lingkungan (obat-obatan aspirin, Dilantin, valium)

alcohol, rokok, virus, kurangnya asamfolat, gangguan pertumbuhan intra

uterine.Lempeng palatal kanan dan kiri tidak menyatu atau kadang ada

kerusakan epitel sehingga terpisah lagi.

Kemungkinan terjadi resiko:

Bila orang tua tidak mempunyai cleft tetapi 1 anak mwmpunyai cleft,

kemungkinan anak berikutnya mengalami cleft adalah 4%

Salah satu orang tua mengalami cleft, kemungkinan anak pertama

mengalami cleft adalah 2%

Salah satu orang tua mengalami cleft, kemungkinan anak pertama

mengalami cleft adalah 10%

Kedua orang tua mengalami cleft, kemungkinan anak pertamanya

mengalami cleft adalah 60%.

BAB II

Page 19: Sekenario 5 Klompok B

Klasifikasinya:

Kelas I :isolated soft palate cleft

Kelas II : isolated hard and soft palate

Kelas III: unilateral cleft lip and palate

Kelas IV : bilateral cleft lip and palate

Klasifikasi lainnya LAHSHAL (lip, alveolar, soft palate, hard palate).Huruf

kecil menunjukkan kelainan tidak sempurna misalnya berarti celah pada

soft palate tapi hanya berupa uvula bifida.

Penulisannya diawali dengan CLP, contoh

CLP/L-L celah bibir bilateral

CLP/ -SHAL celah bibir, alveolus palatum durum, palatum mole kiri.

CLP/l- hanya terdapat notch pada bibir kanan

CLP/-L celah bibir kiri

Perawatan Cleft Lip Dan Cleft Palate

Tujuan supaya pasien wajahnya baik, dapat berbicara dengan baik &

bagian orofacial berfungsi baik.

Tim yang merawat meliputi : spesialis bedah, ortodontis, terapi bicara,

THT, psikologi, dokter gigi umum, dll

Pembedahan pada cleft lip & cleft palate :

Operasi pertama : memperbaiki bibir yang ada celahnya

( dilakukan saat pasien berusia kurang lebih 3 bulan ). Selain itu

juga dilakukan operasi untuk memperbaiki segmen yang terpisah

pada pasien dengan celah bilateral & perbaikan hidung.

Operasi Kedua : memperbaiki palatum yang tujuannya adalah

membatasi rongga mulut dan rongga hidung dengan efek yang

minimal pada pertumbuhkembangan selanjutnya ( dilakukan bayi

berumur 9 – 12 bulan )

Pemeriksaan mengenai kemampuan bicara secara normal pada usia 18

bulan & terus dipantau sepanjang masa kanak-kanak.

Perawatan Ortodonsi pada Cleft lip dan Cleft palate :

Pada fase geligi pergantian : setelah dilakukan perawatan

pembedahan cleft biasanya efeknya adalah insisivus atas lebih ke

palatal daripada insisivus bawah atau dalam posisi rotasi

diperbaiki dengan piranti lepasan / piranti cekat sederhana.

Alveolar bone graft dipasang pada usia 8 – 11 tahun, dengan

tujuan

BAB II

Page 20: Sekenario 5 Klompok B

Menyediakan tulang untuk erupsi kaninus permanen ke

dalam lengkung yang benar.

Agar lengkung geligi merupakan lengkung yang utuh &

stabil

Membantu penutupan sisa fistula oronasal

Menstabilkan posisi premaksila pada celah bilateral

Bila lengkung geligi mengalami kolaps kea rah medial dilakukan

ekspansi kea rah transversal dengan piranti cekat.

Pada pasien dengan dengan cleft bilateral diperlukan tindakan

agar bone graft stabil dengan memasang busur yang kaku sampai

kurang lebih 3bulan setelah dilakukan bone graft.

Sesudah perawatan ortodontik selesai diperlukan piranti lepasan

untuk mencegah terjadinya relaps ( memakai tipe Hawley retainer

atau permanen retainer ).

Factor –faktor keparahan celah yang terjadi , banyaknya jaringan

parut sesudah dilakukan operasi di regio yg bercelah.retensi

permanen merupakan pilihan untuk pasien celah bibir dan langit.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

Page 21: Sekenario 5 Klompok B

Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya : Airlangga

University Press.

Tim Penyusun. 2008. Buku ajar ortodonsi FKG UGM

BAB II