makalah kelompok pbl 23 kalazion.docx

14
KALAZION Pendahuluan Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan, sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Di kelopak mata terdapat kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah) yang bermuara pada margo palpebra. Otot seperti M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. 1 1

Upload: claudia-dadlani

Post on 29-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

KALAZION

Pendahuluan

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi

kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata

yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola

mata. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai

keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan

blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau

pun mengancam penglihatan. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan,

sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Di kelopak mata terdapat kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis

pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang

merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan

20 pada kelopak bawah) yang bermuara pada margo palpebra. Otot seperti M. Orbikularis okuli

yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak.

M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. Levator palpebra

berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. 1

Anamnesis

Anamnesis yaitu suatu proses wawancara dua arah antara dokter dengan pasiennya untuk

mendapatkan informasi mengenai keluhan yang membuatnya datang ke dokter. Anamnesis bisa

dilakukan secara autoanamnesis (langsung) ataupun alloanamnesis (tidak langsung). Pada

anamnesis, ditanyakan nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit sekarang, riwayat sosial, riwayat keluarga, dan riwayat obat. Pertanyaan yang

bisa diajukan untuk kasus ini adalah :1

Sudah berapa lama benjolannya ada?

Apakah mengenai satu kelopak mata atau kedua kelopak mata?

Apakah benjolannya semakin membesar?

1

Page 2: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

Bagaimana konsistensi benjolannya?

Apakah ada rasa nyeri ?

Pola serangan (mendadak atau berangsur-angsur) ?

Apakah ada cairan yang keluar? Kental/cair

Apakah ada keluhan lain seperti mata merah, perih, berair, gatal?

Apakah ada kotoran mata terus (belekan)?

Apakah ada gangguan penglihatan ?

Apakah dulu pernah mengalami seperti ini?

Apakah keluarga ada yang seperti ini?

Apakah sudah di obati ?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan chalazion yang bisa kita lakukan adalah:

Inspeksi

Inspeksi mata sendiri dibedakan menjadi inspeksi mata luar dan dalam dengan

menggunakan funduskopi, namun untuk kasus chalazion yang lebih ditekankan

adalah inspeksi mata luar.

Dalam inspeksi mata luar perlu diperhatikan apakah ada lesi kulit, pertumbuhan

jaringan yang salah, tanda-tanda radang seperti pembengkakkan, eritema, panas dan

nyeri tekan dengan palpasi. 1

Posisi palpebral juga perlu diperhatikan apakah dalam posisi normal atau sudah

terjadi ptosis atau retraksi palpebra. Keadaan kornea dan konjugtiva perlu

diperhatikan karena chalazion interna yang mengarah ke bagian konjungtiva dengam

ukuran cukup besar dapat mengakibatkan terjadinya gesekkan pada kornea atau

konjungtiva yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terjadinya konjungtivitis atau

keratitis atau bahkan keratokonjungtivitis.1

Dalam inspeksi konjugtiva superior juga perlu dilakukan pembalikkan palpebral

untuk melihat apakah terdapat benda asing yang mungkin saja mencetus terjadinya

pembengkakan pada palpebra.

Palpasi

2

Page 3: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

Palpasi palpebral juga perlu dilakukan bila terjadi pembengkakkan pada palpebral,

dimana kita harus menilai konsistensi, nyeri, ukuran dan apakah benjolan tersebut

dapat digerakkan atau tidak. 1

Dari hasil pemeriksaan mata secara insepeksi dan palpasi ditemukan benjolan tersebut

terdapat pada palpebral superior oculo dextra dengan ukuran 10mm x 5 mm,

berkosistensi kenyal, tidak nyeri dan immobile. Pemeriksaan pada OS masih dalam

batas normal.

Pada kasus chalazion umumnya hanya itu yang penting untuk dilakukan namun sebaiknya

dilakukan pemeriksaan mata secara keseluruhan untuk mendapatkan keadaan umum mata pasien.

Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk menilai mata pasien adalah:

Penilaian visus

Pemeriksaan segmen posterior mata (funduskopi)

Pemeriksaan gerak bola mata

Pemeriksaan lapang pandang

Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometry)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan exudat dari chalazion bila ada

untuk mengetahui jenis bakteri penyebab terjadinya dengan kultur dan dapat dilakukan

pemeriksaan sensitifitas antibiotik untuk memilih antibiotik yang baik.

Umumnya pemeriksaan penunjang untuk chalazion jarang dilakukan, kecuali bila chalazion

mengalami rekurensi, pemeriksaan patologik perlu dilakukan karena tampilan karsinoma

kelenjar meibom dapat mirip chalazion.2

Diagnosis Kerja

3

Page 4: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion

terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan

kronis kelenjar tersebut. 2

Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri

tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang

mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi

pada mata tersebut. Kadang-Kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat

diabsorpsi.

Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum. Dibedakan dari

hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion mengarah ke

permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah atau meninggi. Jika cukup besar, sebuah

kalazion dapat menekan bola mata dan menimbulkan astigmatisme. Jika cukup besar sehingga

mengganggu penglihatan atau mengganggu secara kosmetik, dianjurkan eksisi lesi.2

Diagnosis banding

Kelainan Benjolan Nyeri tekan Gangguan

penglihatan

Durasi

Chalazion Keras / kenyal Tidak ada/

minim

Jarang Beberapa

minggu

Hordeolum Eritematous

dan kenyal

Nyeri saat di

tekan

Jarang Beberapa hari –

minggu

Alergica eye

swelling

Lunak karena

edem

Nyeri ringan

atau tidak nyeri

Jarang Tidak lama dan

sering rekuren

Karsinoma

kelenjar meibom

Keras / kenyal Tidak nyeri Jarang pada fase

awal, fase lanjut

dapat

mengganggu

penglihatan

Lama (chalazion

yang sering

rekuren perlu

curigai

karsinoma

4

Page 5: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

kelenjar

meibom)

Epidemiologi

Chalazion dapat ditemukan hampir diseluruh bagian bumi, namun tidak ada data studi chalazion

lebih jauh sehingga tidak ditemukan data epdiemiologi yang baik. Namun dari data di USA

ditemukan bahwa chalazion lebih banyak ditemukan pada pria terutama pria yang sudah dewasa,

meskipun demikian chalazion juga dapat ditemukan pada anak-anak. Hal ini dikarenakan karena

hormon androgen pada pria akan meningkatkan viskositas dari secret kelenjar meibom yang

kemudian akan meningkatkan kemungkinana terjadinya sumbatan pada kelenjar meibom.

Beberapa penelitian lain menyatakan bahwa wanita lebih banyak menderita chalazion

dibandingkan pria hal ini dikarena kan penggunanaan kosmetik yang kemudian dapat menutup

saluran pengeluaran dari kelenjar meibom yang selanjutnya akan membentuk terjadinya

chalazion. 3

Etiologi

Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium kelenjar atau karena

adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea.

Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya

kalazion. 2

Patofisiologi

Kelenjar meibom yang berjumlah 30-40 buah pada bagian palpebral atas atau pun bawah

merupakan kelenjar yang menghasilkan minyak yang dikeluarkan bersama air mata untuk

membasahi dan melicinkan mata agar mata terlindungi dari benda asing dan mata tidak kering

yang disebut sebum. Sebum ini dikeluarkan bersama-sama dengan air mata melalui salurannya

yang berukuran kecil yang berada di sekitar bulu mata. Chalazion sendiri merupakan pembesaran

5

Page 6: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

dari kelenjar meibom yang sering terjadi karena adanya sumbatan dari pada saluran keluar atau

bisa juga terjadi karena sebum yang dihasilkan oleh meibom gland terlalu kental dan tidak dapat

dikeluarkan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya pembesaran dari kelenjar meibom yang

kemudian terbentuklah chalazion. 4

Chalazion juga dapat pecah dan melepaskan sebumnya keluar kejaringan sekitar yang kemudian

mengakibatkan terjadinya perangsangan sel-sel radang radang granuloamotosa. Peradangan ini

granulomatousa ini berbeda dengan peradangan yang terjadi pada hordeolum, dimana pada

chalazion peradangannya berlangsung secara perlahan dan tidak menghasilkan pus dalam jumlah

besar, sehingga dari gejala klinis juga tidak didapatkan nyeri tekan pada chalazion.4

Manifestasi klinik

Gejalanya adalah adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan

adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak membesar dan tidak ada tanda-tanda radang

akut.

Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini,

diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali

terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki

kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat

lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat

menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada

kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya

hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar

sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne

rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada

pipi, hidung, dan kulit palpebra.3

Penatalaksanaan

6

Page 7: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

Chalazion yang berukuran kecil dan tidak mengganggu aktivitas pasien dapat dibiarkan sembuh

sendiri, chalazion yang berukuran besar atau yang mengganggu aktivitasi pasien dapat dilakukan

pengobatan dengan cara:5

1. Medika mentosa:

Untuk keadaan akut: antibiotic oral doksisiklin (100 mg x 10 / hari )atau minosiklin (

50 mg x 10 / hari) selama masih ada benjolan

Untuk keadaan kronik: antibiotic tetrasiklin (100 mg / minggu selama 6 bulan)

Bila pasien sensitif terhadap derivate tertasikilin metronidazole dapat di gunakan

sebagai terapi

Analgetik NSAID juga dapat diberikan bila pasien merasa sakit pada matanya

Steroid, ada pendapat yang menyatakan bahwa injeksi steroid dapat mengurangi

reaksi inflamasi yang terjadi

2. Non medika mentosa:

Kompres air hangat selama 10-15 menit pada bagian palpebral yang terdapat

chalazion dapat mempercepat penyembuhan. Dengan kompres air hangat akan

meningkatkan sirkulasi ke daerah chalazion dan dapat memecahkan sebum yang

menggumpal pada kelenjar meibom.

Pemijitan chalazion dapat dilakukan bila chalazion tidak meradang secara hebat,

pemijitan sebaiknya dilakukan dengan keadaan bersih untuk mencegah terjadinya

kemungkinan infeksi sekunder.

Eksisi bedah dapat dilakukan untuk chalazion yang tidak sembuh sendiri atau lama

sembuh. Eksisi bedah dapat dilakukan baik melalui sayatan di bagian palpbera luar

atau dari palpebral dalam. Saat ini sayatan pada permukaan konjungtiva tarsal

lebih sering dilakukan untuk menghindari bekas sayatan yang membekas. Sayatn

dilakukan secara vertical dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva

kemudian dilakukan kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjar dengan hati-

hati. Eksisi kelenjar chalazion tidak akan mengakibatkan gangguan atau

pengurangan pada produksi sebum air mata karena terdapat 30-40 kelenjar

meibom pada mata.5

7

Page 8: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

Pada kasus pasien juga mengalami gangguan visus mata pada mata kanannya dimana dari

snellen chart didapatkan mata kanan pasien visusnya 20/30 dan mata kirinya masih normal.

Setelah dilakukan tes dengan pin hole visus mata pasien membaik, hal ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami gangguan pada media refraksi. Dalam keadaan ini pasien juga perlu diberikan

kacamata, soft lens atau intraoculat lensa yang berlensa negative untuk memperbaiki visus

matanya.

Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu

mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya

keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea.

Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi

prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.3

Pencegahan

Jika pasien memiliki tendensi untuk mudah terkena kalazion, basuh kelopak mata setiap hari

dengan air dan shampo bayi menggunakan cotton swab. Jika mulai tampak tanda-tanda awal

iritasi kelopak mata, segera kompres dengan air hangat beberapa kali dalam sehari.4

Prognosis

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi

baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik.

Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering

terjadi peradangan akut intermiten.5

Kesimpulan

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat dengan

infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Gejalanya adalah

8

Page 9: makalah kelompok PBL 23 kalazion.docx

adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis.

Kelenjar preaurikel tidak membesar. Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu

yang lampau.

Lebih sering terjadi pada dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini disebabkan oleh

hormone androgen yang dapat meningkatkan viskositas sebum. Kalazion lebih sering timbul

pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom lebih banyak.

Daftar Pustaka

1. Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran ed. 7. Jakarta:

EGC;2008.h.811

2. Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis Fisik. Ed 17. Jakarta: EGC, 1995.h.117-23

3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes on Ophtalmology. Ed 9th. Jakarta : Penerbit

Erlangga;2005.h.18-24

4. Riordan P, Eva. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury ed. 17. Jakarta: EGC;2009.h.78-

9

5. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata ed. 3. Jakarta: FKUI;2010.h.94

9